PERSALINAN NORMAL
1. PENGERTIAN
Beberapa pengertian mengenai persalinan normal sebagai berikut:
a Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2006).
b Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Arif, 2002)
c Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005).
d Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di induksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau
partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala )
dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti
forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran
plasenta yang normal (Forrer, 2001).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari persalinan
normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm
37-42 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang
disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam
waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa
komplikasi.
2. ETIOLOGI
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan
adalah meliputi:
a Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone menurun.
b Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan menyebabkan
turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
c Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
d Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin,akan timbul kontraksi rahim.
e Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan sexio
caesarea.
4. FISIOLOGI PERSALINAN
Fisiologi persalinan berdasarkan (Winkjosastro, 2005) yang menyatakan bahwa
sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan-
perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari
berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini
terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan
kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemi otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang
servik menyebabkan uterus berkontraksi.
7. PROSES PERSALINAN
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), bahwa proses persalinan
terbagi menjadi 4 kala yaitu:
a Kala I : Pembukaan serviks.
b Kala II : Kala pengeluaran janin.
c Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
d Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir.
Tanda-tanda dan gejala inpartu :
a Penipisan dan pembukaan serviks.
b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit ).
c Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina.
d Adanya HIS.
Proses persalinan
Kala I :
a Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur, makin
sering, makin nyeri; disertai pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak dari darah haid).
b Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa-dalam bibir porsio
tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah pada akhir kala I.
c Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida 12 jam, multigravida 7 jam.
d Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut : kontraksisegmen atas uterus dan
retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks.
Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus (korpus) makin
menebal.
Tabel 2. Perbedaan antara his dan his palsu
His persalinan His palsu
Mules-mules teratur(1jam 5 kali) Tidak teratur.
Makin lama makin sering. Tidak ada perubahan.
Makin lama makin nyeri dan makin Tidak ada perubahan.
lama. Nyeri terutama di depan.
Nyeri dimulai dari belakang menjalar Tidak ada perubahan.
ke depan Tidak ada hubungan.
Berjalan menambah nyeri. Tidak keluar apa-apa.
Berhubungan dengan pengerasan Tidak ada perubahan.
uterus. Belum turun.
Keluar darah lendir. Kepala tetap bebas.
Serviks mendatar dan membuka Sedativa dapat menghentikan
Bagian terbawah sudah turun. mules-mules.
Kepala tidak dapat digerakkan pada
waktu mules.
Sedativa tidak menghentikan mules-
mules.
Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan menemukan serviks yang
membuka lengkap (pembukaan lengkap, pembukaan 10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah
nyeri his yang sangat hebat, pasien merasa ingin mengejan; darah-lendir bertambah
banyak; selaput ketuban pecah; perasaan seperti mau buang air besar; hemoroid fisiologik
mulai tapak.
b Berakhir dengan lahirnya janin.
c Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara jam.
d Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat meningkatnya
tekanan intraabdominal yang memperkuat kontraksi uterus. Jangan dibiarkan kalau serviks
belum membuka lengkap atau dilakukan di luar his, karena regangan yang berlebihan pada
ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di
kemudian hari.
e Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin mencapai introitus vagina.
Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan
perineum, kecuali kalau dilakukan episotomi.
f Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).
g Mekanisme persalinan.
Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
b Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit.
c Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah lahirnya janin yang
akan menekan pembuluh-pembuluh darah ibu. Kontraksinya berlangsung terus-menerus
(tidak memanjang lagi ototnya).
d Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar, atau kalau ditarik tidak
ada tahanan, segumpal darah keluar dari vagina
Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa si ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia
luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam
kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan dalam menghadapi persalinan
kala 4 sebagai berikut:
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit selama jam kedua,
jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat
mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
- Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 30 menit selama jam kedua.
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu makanan dan minuman
yang disukainya.
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
- Anjurkan ibu untuk istirahat.
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
- Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk kedekatan bayi dan ibu serta
dapat mencegah perdarahan karena uterus berkontraksi.
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam
keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam
pascapersalinan.
8. MEKANISME PERSALINAN
Berdasarkan Cuningham (2005) dan Winkjosastro (2005) menyatakan bahwa
mekanisme persalinan normal sebagai berikut:
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Engangement adalah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter
Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur
kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38 minggu,
kadang-kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap terjadi bila kepala
sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat
berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah terfixer di dalam panggul, oleh
karena itu engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka
kepala dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk
yang bulat lonjong. Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan
tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis
dapat bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2
jenis :
Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser
mendekati promontorium.
Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati
symphisis.
b. Descensus = penurunan
Descensus adalah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor-
faktor yang mempengaruhi descensus adalah tekanan air ketuban, dorongan langsung
fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.
c. Fleksi
Fleksi ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga
lingkaran kepala menjadi mengecil suboksipito bregmatikus (9,5cm). Fleksi terjadi
pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu
kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala
bergerak menekan kebawah.
d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Putaran paksi dalam adalah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -
ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang mempengaruhi :
perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang
bulatdan lonjong.
e. Defleksi
Defleksi ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek
dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas
dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga
berturut turut lahir ubun ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar (external rotation) ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali
dengan sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
g. Expulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi.
d. Kala IV
Asuhan yang dapat diberikan pada kala IV sebagai berikut:
1) Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
2) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
3) Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
4) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
a) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
b) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
c) Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama
11. KOMPLIKASI
Berdasarkan (Hachermoore, 2001) bahwa komplikasi dari persalinan sebagai
berikut:
a. Infeksi.
b. Retensi plasenta.
c. Hematom pada vulva.
d. Ruptur uteri.
e. Emboli air ketuban.
f. Ruptur perineum .
a. Kala I
1. Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi jaringan uterus/hipoksia, tekanan pada jaringan sekitar,
stimulasi ujung saraf parasimpatis dan simpatis
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x8 jam, diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria evaluasi :
Mengidentifikasi/menggunakan teknik untuk mengontrol nyeri atau
ketidaknyamanan
Nyeri berkurang
Tampak rileks/tenang diantara kontraksi
Rencana Keperawatan :
Kaji derajat ketidaknyamanan melalui isyarat verbal maupun nonverbal.
(R/Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu)
Bantu dalam penggunaan teknik pernapasan/relaksasi yang tepa pada masase abdomen
(R/Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral melalui respons kondisi dan
stimulasi kutan, memudahkan kemajuan persalinan normal)
Bantu tindakan kenyamanan (Misalnya gosokan punggung/kaki, tekanan sakral, perubahan
posisi)
(R/Meningkatkan relaksasi, posisi miringmenurunkan tekanan uterus pada vena kava, tetapi
pengubahan posisi secara periodik mencegah iskemia jaringan/kekakuan otot dan
meningkatkan kenyamanan)
Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam
(R/Mempertahankan kandung kemih bebas distensi, yang dapat meningkatkan
ketidaknyamanan)
Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas, dan durasi pola kontraksi uterus setiap 30
menit
(R/Memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi untuk klien)
Beritahu klien untuk tidak mengejan dulu sebelum pembukaan lengkap
(R/Mencegah terjadinya kelelahan)
2. Risiko terhadap infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina
berulang, kontaminasi fekal, membran amniotik ruptur.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x8 jam, diharapkan tidak terjadi
infeksi dengan kriteria :
Menggunakan teknik untuk meminimalkan risiko infeksi
Bebas dari tanda-tanda infeksi tidak terjadi demam, cairan amniotik jernih,
tidak berwarna dan tidak berbau)
Rencana Keperawatan :
Lakukan pemeriksaan vagina awal ; ulangi bila pola kontraksi atau perilaku klien
menandakan kemajuan persalinan bermakna
(R/Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asenden)
Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat
(R/Menurunkan risiko yang memerlukan/menyebarkan agen)
Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina
(R/Membantu mencegah pertumbuhan bakteri ; membatasi kontaminan dari pencapaian ke
vagina)
Berikan/anjurkan perawatan perineal setelah eliminasi ; setiap 4 jam dan sesuai indikasi,
ganti pembalut/linen bila basah
(R/Menurunkan insiden infeksi saluran asenden)
Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik
(R/Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau kuat dapat
dideteksi)
Pantau suhu, nadi, pernapasan sesuai indikasi
(R/Dalam 4 jam setelah membran ruptur, insiden korioamnionitis meningkat secara
progresif sesuai waktu ditunjukkan dengan peningkatan tanda-tanda vital)
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai indikasi
(R/Mempertahankan hidrasi dan rasa umum terhadap kesejahteraan)
Kolaborasi pemberian antibiotik profilaktik IV jika diindikasikan
(R/ Antibiotik dapat melindungi perkembangan korioamnionitis pada klien berisiko)
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, transmisi interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x8 jam, diharapkan kecemasan
berkurang dengan kriteria evaluasi :
Tampak rileks sesuai dengan situasi pernapasan
Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi secara terampil
TD stabil.
Rencana Keperawatan :
Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan sesuai
kebutuhan
(R/Pendidikan dapat menurunkan stres dan ansietas dan meningkatkan kemajuan persalinan)
Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak, latar belakang budaya
dan peran orang terdekat
(R/Memberikan informasi dasar, ansietas memperberat persepsi nyeri, mempengaruhi
penggunaan teknik koping dan menstimulasi pelepasan aldosteron yang dapat meningkatkan
resospsi natrium dan air)
Pantau TTV sesuai indikasi
(R/Stres mengaktifkan sistem adrenokortikal hipofisis-hipotalamik, yang meningkatkan
retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan eksresi kalium. Resorpsi natrium dan
air dapat memperberat perkembangan toksemia intapartal/hipertensi, kehilangan kalium
dapat memperberat penurunan aktivitas miometrik)
Pantau pola kontraksi uterus, laporkan disfungsi persalinan
(R/Pola kontraksi hipertonik atau hipotonik dapat terjadi bila stres menetap dan
memperpanjang pelepasan katekolamin)
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut
(R/Stres, rasa takut dan ansietas mempunyai efek yang dalam pada proses persalinan, sering
memperlama fase pertama karena penggunaan cadangan glukosa ; menyebabkan kelebihan
epinefrin yang dilepaskan dari stimulasi adrenal, yang menghambat aktivitas miometrial ;
dan meningkatkan kadar norepinefrin yang cendrung meningkatkan aktivitas uterus)
Demonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan tindakan kenyamanan
(R/Menurunkan stresor yang dapat memperberat ansietas; memberikan strategi koping)
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan masukan,
perpindahan cairan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x2 jam, diharapkan tidak terjadi
kekurangan cairan dengan kriteria evaluasi :
Tanda vital dalam batas normal, haluaran urin adekuat, membran mukosa
lembab
Bebas dari rasa haus
Rencana keperawatan :
Ukur masukan/haluaran urin, kaji turgor kulit
(R/Pada adanya dehidrasi, haluaran urin menurun)
Pantau suhu sesuai indikasi
(R/Peningkatan suhu dan nadi dapat menandakan dehidrasi atau infeksi)
Kaji DJJ dan data dasar; perhatikan perubahan periodik dan variabilitas
(R/Pada awalnya DJJ dapat meningkat kerana dehidrasi dan kehilangan cairan)
Lepaskan pakaian yang berlebihan, pertahankan lingkungan sejuk
(R/Menyejukkan tubuh melalui evaporasi ; dapat menurunkan kehilangan diaforetik)
Tempatkan klien pada posisi tegak atau rekumben lateral
(R/Mengoptimalkan perfusi plasenta)
Berikan cairan per oral sesuai indikasi
(R/Menggantikan kehilangan cairan)
4. Risiko terhadap infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif berulang, trauma
jaringan, persalinan lama atau pecah ketuban.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x2 jam, diharapkan tidak terjadi
infeksi dengan kriteria :
Menggunakan teknik untuk meminimalkan risiko infeksi
Bebas dari tanda-tanda infeksi tidak terjadi demam, cairan amniotik jernih,
tidak berwarna dan tidak berbau)
Rencana Keperawatan :
Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam (lebih sering bila ketuban telah pecah untuk waktu
yang lama dengan menggunakan asepsis medis)
(R/Membantu meningkatkan kebersihan ; mencegah terjadinya infeksi uterus asenden dan
kemungkinan sepsis)
Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan menggunkan teknik aseptik
(R/Pemeriksaan vagina berulang meningkakan risiko infeksi endometrial)
Pantau suhu, nadi, pernapasan sesuai indikasi
(R/Peningkatan suhu atau nadi lebih besar dari 100 dpm dapat menandakan infeksi)
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
(R/Digunakan sebagai profilaktik pertumbuhan organisme yang dapat menimbulkan infeksi)
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis/edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x2 jam, diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria :
Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
Rencana Keperawatan :
Kaji sifat dan derajat ketidanyamanan, jenis melahirkan, sifat kejadian intrapartal, lama
persalinan dan pemberian analgesia
(R/Membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat ketidaknyamanan /nyeri)
Beri ucapan selamat klien/pasangan pada kelahiran bayi baru lahir
(R/Meningkatkan rasa puas, harga diri positif dan kesejahteraan emosional)
Berikan informasi rutin yang tepat tentang perawatan rutin selama periode pascapartum
(R/Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan,
yang dapat memperberat persepsi nyeri)
Kaji adanya tremor pada kaki atau tubuh atau gemetar tidak terkontrol
(R/Tremor pasca kelahiran mungkin disebabkan karena bebas dari tekanan pada nervus
pelvis secara tiba-tiba atau mungkin berhubungan dengan tranfusi janin ke ibu yang terjadi
dengan pemisahan plasenta)
Anjurkan penggunaan teknik pernapasan relaksasi
(R/Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya ketidaknyamanan berkenaan
dengan afterpain (kontraksi) dan masase fundus)
Berikan lingkungan yang tenang
(R/Persalinan dan kelahiran adalah proses yang melelahkan, ketenangan dan istirahat dapat
mencegah kelelahan yang tidak perlu)
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
(R/Analgesik bekerja pada pusat otak lebih tinggi untuk menurunkan persepsi nyeri)
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta.
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame Clasification. Mosby.
Philadelphia.
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA.
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.