Penyusun :
Awalliantoni
112016232
aktivitas mekanik jantung yang ditentukan oleh tidak adanya respon dari perabaan pada denyut
Pada anak, henti jantung biasanya lebih banyak disebabkan oleh asfiksia sebagai akibat
sekunder dari henti nafas. Hal ini berbeda dengan kejadian henti jantung pada dewasa yang
sebagian besar disebabkan oleh masalah primer pada jantung. Data yang didapatkan
menyebutkan bahwa, lebih kurang 2 4 % pasien yang dirawat di Pediatric Intensive Care Unit
(PICU) mengalami henti jantung. Angka kejadian henti jantung dan nafas pada anak di Amerika
Serikat sekitar 16.000 setiap tahunnya, hanya 30 % yang menerima resusitasi jantung paru dan
sebagian besarnya terjadi pada anak dengan usia kurang dari 1 tahun 1-3.
Penelitian yang dilakukan oleh Hans Steiner dan Gerald Neligan (1975) mendapatkan
hasil bahwa lamanya henti jantung berhubungan dengan insiden kerusakan otak, semakin lama
bayi mengalami henti jantung, semakin berat kerusakan otak yang akan dialaminya 4. Hal
tersebut dikarenakan henti jantung yang lama akan menyebabkan tidak adekuatnya Cerbral
Perfusion Pressure (CPP) yang selanjutnya akan berdampak pada kejadian iskemik yang
Pemberian penanganan segera pada henti nafas dan jantung berupa Cardio Pulmonary
Resuscitation (CPR) akan berdampak langsung pada kelangsungan hidup dan komplikasi yang
ditimbulkan setelah terjadinya henti jantung pada bayi dan anak1. Resusitasi jantung paru segera
yang dilakukan dengan efektif berhubungan dengan kembalinya sirkulasi spontan dan
kesempurnaan pemulihan neurologis. Hal ini disebabkan karena ketika jantung berhenti,
oksigenasi juga akan berhenti sehingga akan menyebabkan kematian sel otak yang tidak akan
dapat diperbaiki walaupun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai beberapa menit 6.
Identifikasi masalah
Dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pada anak dibutuhkan ketelitian yang lebih
mendalam dari pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena anak belum dapat mengungkapkan
masalah yang dia alami secara spesifik. Kemampuan seorang tenaga kesehatan dalam mengenali
gejala awal ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan oksigen sangat berperan
penting dalam kegawatdaruratan anak.7
Aspek penting yang harus dicurigai sebagai tanda anak mengalami kegawatdaruratan :
1. Perfusi kulit.
Pada saat tubuh mengalami hypoperfusi, organ pertama yang dikorbankan untuk
kompensasi adalah kulit.Warna kulit anak akan berubah menjadi kebiruan dan
kehilangan panas.Capillary refill test anak tersebut juga akan melambat
2. Dehidrasi
Ketika anak mengalami dehidrasi, produksi urinnya akan menurun layaknya pada
orang dewasa.Ketika menangis anak tidak mengeluarkan air mata patut dicurigai
anak tersebut mengalami dehidrasi.Mata cekung dan kelembapan kulit menurun
pada anak yang sudah mengalami dehidrasi parah.
3. Respon Menurun
Kelelahan yang meningkat pada anak menyebabkan respon anak dalam mengenali
benda atau orang tua menurun.Pada bayi yang sehat dia akan menoleh kearah
sumber suara dan dapat melihat objek secara horizontal.Pada usia lebih dari 1
tahun anak dapat melihat benda secara vertikal.
4. Bunyi dengkuran pada saat ekspirasi
Jika terdengar bunyi dengkuran pada saat anak ekspirasi kita harus mencurgai ada
hambatan pada jalan napas anak tersebut.Adanya takipnea pada anak juga wajib
dicurigai sebagai usaha anak untuk mencapai kebutuhan oksigen yang dibutukan
oleh tubuhnya. Jika anak tersebut sudah mengalami kelelahan maka takipnea akan
berubah menjadi bradipnea. Apabila ditemukan takikardi maka kita wajib
mencurigai bawah hal tersebut merupakan usaha tubuh anak untuk mencukupi
kebutuhan perfusi dalam tubuhnya.7
Epidemilogi
Angka kejadian henti jantung dan nafas pada anak-anak di Amerika Serikat
sekitar 16.000 setiap tahunnya. Kejadian lebih didominasi oleh anak berusia lebih kecil, yaitu
pada anak usia dibawah 1 tahun dan lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu 62%. Angka
kejadian henti nafas dan jantung yang terjadi di rumah sakit berkisar antara 7,5 11,2% dari
100.000 orang setiap tahun. Sebuah penelitian di Amerika Utara menunjukkan bahwa, kejadian
henti nafas dan henti jantung lebih banyak terjadi pada bayi dibandingkan dengan anak dan
dewasa yaitu dengan perbandingan 72,7 : 3,7 : 6,3 dari 100.000 orang setiap tahunnya 1-3.
Sementara itu, angka kejadian henti nafas dan henti jantung yang terjadi di rumah sakit
berkisar antara 2 6% dari pasien yang dirawat di ICU (Intensive Unit Care). Sekitar 71-88%
terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, yang terbanyak adalah penyakit saluran nafas,
jantung, saluran pencernaan, saraf, dan kanker. Penyebabnya hampir sama dengan henti nafas
dan henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit di mana yang terbanyak adalah asfiksia dan
syok 1.
Etiologi
Penyebab terjadinya henti nafas dan henti jantung tidak sama pada setiap usia. Penyebab
terbanyak pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas, sedangkan pada usia bayi yang
a. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS ( Sudden Infant Death Syndrome )
b. Penyakit pernafasan
d. Tenggelam
e. Sepsis
f. Penyakit neurologis
Penyebab terbanyak henti nafas dan henti jantung pada anak yang berumur diatas 1 tahun
adalah cedera yang meliputi kecelakaan lalu lintas, terbakar, cedera senjata api, dan tenggelam 6.
Kegagalan respirasi pada anak umumnya disebabkan oleh masalah pematangan pada 3
area :
Pada bayi dan anak dada lebih di dominasi oleh tulang rawan, meningkatkan tekanan
intratorakal saat distress pernapasan kurang efisien untuk menaikan volume tidal.Dada yang
memendek kedalam sewaktu ekspirasi lebih dalam dibanding orang dewasa sehingga secara
Jumlah alveoli dan ukurannya bertambah secara signifikan pada masa anak anak, dan
compliance paru juga meningkat.Tidal volume pada anak adalah 6-7 mL/kg berat badan.Volume
yang kecil namun harus tersedia dalam waktu yang cepat. Kebutuhan O2 pada bayi 2 sampai 3
kali lebih banyak dari orang dewasa.Pada bayi dengan berat badan kurang dari 5kg ,tidal volume
Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengaturan jalan napas adalah posisi
kepala.Lakukan sniffing position untuk mencengah obstruksi jalan napas.Letakan anak pada alas
yang keras dan ekstensikan kepala kebelakang.Hati-hati saat melakukan ekstensi kepala, apabila
berlebihan dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.Pada pasien yang dicurigai mengalami
cedera leher tidak boleh dilakukan manuver ini.Jaw-thrust manuver merupakan pilihan utama
Ketika anak tidak mendapatkan oksigen yang adekuat, akan terjadi hipoksemia dalam
waktu yang sangat cepat dan terjadi sianosis karena jumlah hemoglobin pada anak lebih sedikit
dari orang dewasa. Sianosis terjadi karena jumlah oksigen yang berikatan dengan hemoglobin
sangat sedikit sehingga kebutuhan jaringan akan oksigen tidak dapat dipenuhi.7
Penggunaan sungkup pada anak mungkin akan menyebabkan kegelisahan,karena itu kita
harus menyediakan berbagai macam alat untuk persiapan pemberian oksigen.Nasopharynx pada
bayi lebih besar,karena itu nasal kanul akan dapat memberikan udara inspirasi lebih banyak dari
pada dewasa.7
muntah dan aspirasi. Penggunaan nasogastric tube mungkin akan dibutuhkan.Lidah anak
dibawah umur 2 tahun relatif sangat besar dan dapat menyebabkan obstruksi atau kesulitan
Pada penggunaan ventilasi mekanik pada prinsipnya sama dengan orang dewasa.Hal
yang perlu di perhatikan adalah tidal volume yang diberikan.Pada anak dengan cedera paru
diberikan 6mL/kg berat badan.Pada bayi waktu inspirasi 0,5 sampai 0,6 detik dan balita 0,6
sampai 0,8 detik.Pada anak usia sekolah diberikan waktu inspirasi 0,8 sampai 1 detik.7
Pada anak volume sirkulasi darah lebih tinggi dibandingkan orang dewasa,tapi volume
absolutnya kecil karena ukuran tubuh yang kecil.Toleransi kehilangan darah pada anak lebih
kecil dari pada orang dewasa. Indikasi tranfusi ketika 5% sampai 10% volume sirkulasi darah
telah hilang.7
Cardiac output yang kecil pada anak, 600mL/menit menyebabkan nadi lebih tinggi
jaringan.7
Penyebab paling sering dari syok pada anak adalah syok hipovolemik yang disebabkan
hilangnya cairan dan elektrolit dalam jumlah besar.Riwayat kehilangan cairan seperti muntah,
diare dan menurunnya urin output dapat menjadi alarm terjadinya syok hipovolemik.Pada anak
tekanan darah lebih stabil dari pada orang dewasa, sehingga penurunan tekanan darah tidak dapat
Untuk mengkompensasi menurunnya cardiac output pada syok, dapat diberikan cairan
resusitasi berupa normal saline atau ringer laktat 20mL/Kg berat badan dan dapat diulangi
sampai 60Ml/kg berat badan pada 15 menit pertama.Pada anak dengan disfungsi jantung
Untuk mencegah terjadinya oedem pada anak sebaiknya diberikan cairan sesuai estimasi
kebutuhan cairan dalam 24 jam. Pada anak dengan berat badan kurang dari 10kg diberikan
100mL/kg/hari.Apabila berat anaknya 15-20kg diberikan 1000mL + 50ml/kg berat badan diatas
10kg.Untuk anak dengan berat badan lebih dari 20kg diberikan 1500 mL + 20 mL / kg berat bada
diatas 20kg.7
Pediatric Assasment Triangle (PAT)
Tiga komponen PAT adalah penampilan anak, upaya napas, dan sirkulasi kulit
1. Penampilan anak
Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai skala. Metoda tides meliputi penilaian tonus
pandangan kosong?
Suara napas yang tidak normal Mengorok, parau, stridor, merintih, mengi
Sirkulasi kulit ( )
Obstruksi karena aspirasi benda asing dapat menyebabkan sumbatan ringan atau berat,
jika sumbatannya ringan maka korban masih dapat bersuara dan batuk, sedangkan jika
sumbatannya sangat berat maka korban tidak dapat bersuara ataupun batuk. Jika terdapat
sumbatan karena benda asing maka pada bayi < 1 tahun dapat dilakukan teknik 5 kali back blows
(back slaps) di interskapula, namun jika tidak berhasil dengan teknik tersebut dapat dilakukan
teknik 5 kali chest thrust di sternum, 1 jari di bawah garis imajiner intermamae (seperti
Pada anak > 1 tahun yang masih sadar dapat dilakukan teknik Heimlich maneuver yaitu
korban di depan penolong kemudian lakukan hentakan sebanyak 5 kali dengan menggunakan 2
kepalan tangan di antara prosesus xifoideus dan umbilikus hingga benda yang menyumbat dapat
dikeluarkan, sedangkan pada anak yang tidak sadar, dilakukan teknik Abdominal thrusts dengan
posisi korban terlentang lakukan 5 kali hentakan dengan menggunakan 2 tangan di tempat seperti
melakukan teknik Heimlich manuever. Setelah itu buka mulut korban, lakukan cross finger
manuever untuk melihat adanya obstruksi dan finger sweeps manuever untuk mengeluarkan
benda asing yang tampak pada mulut korban, namun jangan melakukan teknik tersebut pada
anak yang sadar, karena dapat merangsang gag reflex dan menyebabkan muntah.9
Mengenali tanda tanda kegawatdaruratan pada bayi dan anak menuntu pemahaman dan
analisa yang mendalam terhadap gejala klinis yang ditampakan oleh anak maupun bayi.Hal
tersebut disebabkan oleh kemampuan bayi dan anak dalam mengungkapkan masalah yang
Ketidakmampuan tenaga kesehatan dalam mengenali gejala awal dari kedaruratan pada
anak dan bayi dapat menyebabkan buruknya prognosis pada sebuah kasus. Tenaga kesehatan
juga dituntut untuk mengetahui cara resusitasi yang baik pada anak dan bayi.
Memantau jalan nafas, memberikan nafas yang adekuat serta pemberian cairan yang baik
1. Tress, Erika E et al. Cardiac Arrest in Children. Journal of Emergencies, Trauma, and
3. Kleinman, ME et al. Pediatric Advanced Life Support : 2010 American Heart Association
5. Nolan JP. Post Cardiac Arrest Syndrome. Resuscitation 2008; 79: 350-79
6. Hakim DDL. Resusitasi Jantung Paru pada Bayi dan Anak. Dalam: Pudjiadi AH, Latief A,
Budiwardhana N, penyunting. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. Jakarta: Badan penerbit
8. Kumpulan Materi Pelatihan Resusitasi Pediatri Tahap Lanjut. UKK PGD IDAI 2008.
9. American Heart Association. Part 6: Pediatric Basic and Advanced Life Support.