TENTANG
1
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1649);
2
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
3
19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
4
32. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
17 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2009-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2008 Nomor 017 Seri E Nomor 009,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor 0025);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
5
13. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi
yang akan datang.
14. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air
baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum.
15. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung
diminum.
16. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit.
17. Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat
sebagai akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak
dikehendaki oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna.
18. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan permukiman.
19. Limbah Cair adalah Limbah atau air buangan yang dihasilkan oleh rumah
tangga.
20. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
21. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana
air minum.
22. Penyehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan
penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban),
pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan
air limbah), drainase dan sampah.
23. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disebut PHBS adalah
upaya menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan memberikan informasi dan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan
rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
24. Sanitasi Dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana
buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
25. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
26. Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat AMPL
adalah suatu program pembangunan sektor Penyediaan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan yang diselenggarakan secara menyeluruh dan
berkesinambungan dalam rangka meningkatkan akses masyarakat
terhadap pemenuhan kebutuhan air minum, bebas buang air besar
sembarangan, pembuangan air limbah dan drainase di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
6
27. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana,
yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya air di
dalamnya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan kualitas hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
28. Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah
desa/kelurahan dalam memberdayakan masyarakat.
29. Berbasis masyarakat adalah pembangunan yang melibatkan peran serta
masyarakat dalam memutuskan dan menentukan pilihan teknologi, bentuk
layanan, organisasi, mekanisme pendanaan dan bentuk pengaturan dan
masyarakat juga harus bertanggungjawab terhadap pemeliharaan,
pengaturan, mengatur organisasi pengelola dan mendanai.
30. Partisipasi/peran serta adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat
secara aktif dalam proses perencanaan, pembangunan serta pelaksanaan
pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat.
31. Pembinaan adalah kegiatan yang mencakup pemberian pengarahan,
petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan
pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat.
32. Fasilitasi adalah upaya mempermudah sebuah proses pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan untuk mencapai tujuan bersama
dalam suasana kemitraan dan relasi yang berkelanjutan.
33. Kelompok Kerja yang selanjutnya disebut Pokja adalah kelompok kerja
yang mempunyai peran, tugas dan fungsi memfasilitasi pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan yang
anggotanya terbatas.
34. Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua belah pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat.
35. Pemulihan biaya (cost re-covery) adalah kondisi keseimbangan antara
pendapatan dengan pembiayaan pengelolaan air minum dan penyehatan
lingkungan secara mandiri dan berkesinambungan.
36. Pengendalian dan Evaluasi adalah suatu proses kegiatan pemantauan,
pengawasan, evaluasi dan penilaian secara sistematik terhadap
keberhasilan dan kegagalan suatu kebijakan atau program setiap tahunnya
dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk
kemudian dimanfaatkan sebagai sumber informasi dalam pengambilan
keputusan untuk melanjutkan dan melakukan perbaikan suatu kebijakan
dan program pembangunan AMPL-BM.
BAB II
MAKSUD , TUJUAN DAN ASAS
Pasal 2
7
(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah :
a. memenuhi kebutuhan dasar melalui Pembangunan AMPL-BM yang
berkelanjutan dengan syarat berkualitas, sehat, efisien dan efektif,
terintegrasi, terpadu dengan sektor-sektor lainnya sehingga masyarakat
dapat hidup sehat dan produktif;
b. mengembangkan Pembangunan AMPLBM secara kualitas, kuantitas
dan kontinuitas untuk mencapai kesejahteraan.
(3) Pembangunan AMPL-BM diselenggarakan secara terpadu berdasarkan asas
kelestarian, keseimbangan, manfaat umum, keterpaduan dan keserasian,
keberlanjutan, keadilan, kemandirian, terintegrasi, partisipatif serta
transparansi dan akuntabilitas.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
BAB IV
PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Pasal 4
8
(3) Tanggungjawab Penyediaan Penyehatan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya,
meliputi kegiatan pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang
sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah;
b. peningkatan akses terhadap pengelolaan prasarana dan sarana air
limbah untuk perbaikan kesehatan masyarakat;
c. tersedianya jaringan drainase skala kawasan;
d. pembangunan sanitasi dasar (jamban keluarga) dengan prinsip non
subsidi.
e. pemenuhan kebutuhan dasar pada situasi tanggap darurat/bencana;
f. pengembangan sarana dan prasarana dengan menggunakan teknologi
tepat guna.
Bagian Kedua
Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Pasal 5
9
Pasal 6
BAB V
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Pasal 7
BAB VI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pasal 8
10
BAB VII
KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Penguatan Kelembagaan
Pasal 9
Bagian Kedua
Pembentukan Kelompok Kerja AMPL-BM
Pasal 10
BAB VIII
PERENCANAAN
Pasal 11
11
(2) Rumusan perencanaan pembangunan AMPL-BM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun dalam bentuk dokumen Rencana Strategis
Pembangunan AMPL-BM dan/atau rencana aksi tahunan pada masing-
masing pelaku pembangunan AMPLBM.
(3) Rencana Strategis Pembangunan AMPL-BM dan/atau rencana aksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman bagi pelaku
pembangunan AMPLBM dalam setiap penyusunan kegiatan.
(4) Fasilitasi pembuatan dokumen Perencanaan AMPLBM pada masing-
masing Kabupaten/Kota dalam menyusun Rencana Induk Sistem
Penyediaan AMPLBM dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten/Kota.
BAB IX
TANGGUNG JAWAB
Pasal 12
BAB X
PELAKSANAAN
Pasal 13
12
Pasal 14
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 15
BAB XII
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 16
13
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Ditetapkan di Kupang
pada tanggal 5 Maret 2012
Diundangkan di Kupang
pada tanggal 5 Maret 2012
FRANSISKUS SALEM
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012 NOMOR 010
14