Anda di halaman 1dari 14

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR


NOMOR : 10 TAHUN 2012

TENTANG

PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN


LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,

Menimbang : a. bahwa Air Minum dan Penyehatan Lingkungan


merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan bagi
kehidupan manusia secara berkelanjutan dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat;

b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut


diperlukan pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat yang berkuantitas,
berkualitas, sistematis dan berkelanjutan;

c. bahwa dalam rangka pembangunan Air Minum dan


Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur, perlu adanya kesamaan
pemahaman, keterpaduan dan terintegrasi antar
kabupaten/kota dan pelaku pembangunan air minum dan
penyehatan lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur;

d. bahwa sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun


2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan,
maka perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan dan strategi
pembangunan di daerah sesuai Visi dan Misi
Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,
perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang
Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat Di Provinsi Nusa Tenggara Timur;

1
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1649);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Wabah


Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 tentang


Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan
Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4834);

2
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);

13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5188);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang


Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3867);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4490);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang


Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);

3
19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang


Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4858);

21. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program


Pembangunan yang Berkeadilan;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007


tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2007


tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis
Masyarakat;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007


tentang Perencanaan Pembangunan Desa;

25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


492/Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum;

27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01


Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk
Menetapkan Kelas Air;

28. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110


Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung
Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air;

29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


288/MENKES/SK/III/ 2003 tentang Pedoman
Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum;

30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


852/MENKES/SK/XI/ 2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;

31. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


20/PRT/M/2007 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

4
32. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
17 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2009-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2008 Nomor 017 Seri E Nomor 009,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor 0025);

33. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1


Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 0045);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEMBANGUNAN AIR


MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS
MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah pemerintah Kabupaten/Kota
se Provinsi Nusa Tenggara Timur.
4. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Timur.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat
Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah yang terkait langsung dengan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat.
7. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat adalah kegiatan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan yang terintegrasi antara penyediaan dan pengelolaan sarana
fisik dan non fisik/perubahan perilaku yang melibatkan masyarakat.
8. Pelaku Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat adalah pemerintah, lembaga mitra, pihak swasta, pemerhati
dan masyarakat.
9. Air adalah semua air yang terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan,
dan air laut yang berada di darat.
10. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
11. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah.
12. Sumber Air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

5
13. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi
yang akan datang.
14. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air
baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum.
15. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung
diminum.
16. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit.
17. Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat
sebagai akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak
dikehendaki oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna.
18. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan permukiman.
19. Limbah Cair adalah Limbah atau air buangan yang dihasilkan oleh rumah
tangga.
20. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
21. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana
air minum.
22. Penyehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan
penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban),
pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan
air limbah), drainase dan sampah.
23. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disebut PHBS adalah
upaya menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan memberikan informasi dan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan
rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
24. Sanitasi Dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana
buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
25. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
26. Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat AMPL
adalah suatu program pembangunan sektor Penyediaan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan yang diselenggarakan secara menyeluruh dan
berkesinambungan dalam rangka meningkatkan akses masyarakat
terhadap pemenuhan kebutuhan air minum, bebas buang air besar
sembarangan, pembuangan air limbah dan drainase di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

6
27. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana,
yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya air di
dalamnya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan kualitas hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
28. Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah
desa/kelurahan dalam memberdayakan masyarakat.
29. Berbasis masyarakat adalah pembangunan yang melibatkan peran serta
masyarakat dalam memutuskan dan menentukan pilihan teknologi, bentuk
layanan, organisasi, mekanisme pendanaan dan bentuk pengaturan dan
masyarakat juga harus bertanggungjawab terhadap pemeliharaan,
pengaturan, mengatur organisasi pengelola dan mendanai.
30. Partisipasi/peran serta adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat
secara aktif dalam proses perencanaan, pembangunan serta pelaksanaan
pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat.
31. Pembinaan adalah kegiatan yang mencakup pemberian pengarahan,
petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan
pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat.
32. Fasilitasi adalah upaya mempermudah sebuah proses pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan untuk mencapai tujuan bersama
dalam suasana kemitraan dan relasi yang berkelanjutan.
33. Kelompok Kerja yang selanjutnya disebut Pokja adalah kelompok kerja
yang mempunyai peran, tugas dan fungsi memfasilitasi pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan yang
anggotanya terbatas.
34. Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua belah pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat.
35. Pemulihan biaya (cost re-covery) adalah kondisi keseimbangan antara
pendapatan dengan pembiayaan pengelolaan air minum dan penyehatan
lingkungan secara mandiri dan berkesinambungan.
36. Pengendalian dan Evaluasi adalah suatu proses kegiatan pemantauan,
pengawasan, evaluasi dan penilaian secara sistematik terhadap
keberhasilan dan kegagalan suatu kebijakan atau program setiap tahunnya
dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk
kemudian dimanfaatkan sebagai sumber informasi dalam pengambilan
keputusan untuk melanjutkan dan melakukan perbaikan suatu kebijakan
dan program pembangunan AMPL-BM.

BAB II
MAKSUD , TUJUAN DAN ASAS

Pasal 2

(1) Peraturan Gubernur ini ditetapkan dengan maksud :


a. sebagai instrumen penggerak dan pengendalian Pembangunan AMPL-
BM;
b. memberikan landasan dan kepastian hukum dalam mewujudkan
Pembangunan AMPLBM.

7
(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah :
a. memenuhi kebutuhan dasar melalui Pembangunan AMPL-BM yang
berkelanjutan dengan syarat berkualitas, sehat, efisien dan efektif,
terintegrasi, terpadu dengan sektor-sektor lainnya sehingga masyarakat
dapat hidup sehat dan produktif;
b. mengembangkan Pembangunan AMPLBM secara kualitas, kuantitas
dan kontinuitas untuk mencapai kesejahteraan.
(3) Pembangunan AMPL-BM diselenggarakan secara terpadu berdasarkan asas
kelestarian, keseimbangan, manfaat umum, keterpaduan dan keserasian,
keberlanjutan, keadilan, kemandirian, terintegrasi, partisipatif serta
transparansi dan akuntabilitas.

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup Pembangunan AMPLBM dalam Peraturan Gubernur ini


meliputi:
a. penyediaan dan pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan;
b. perilaku hidup bersih dan sehat;
c. pemberdayaan masyarakat;
d. penguatan kelembagaan.

BAB IV
PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Bagian Kesatu
Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Pasal 4

(1) Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra


Pembangunan AMPLBM bertanggungjawab menyediakan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan.
(2) Tanggungjawab Penyediaan Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. peningkatan cakupan pelayanan secara kualitas, kuantitas dan
berkesinambungan;
b. penyediaan air baku dan pelestarian Sumber Daya Air secara
berkelanjutan;
c. pemenuhan kebutuhan dasar pada situasi tanggap darurat/bencana;
d. pengembangan sarana dan prasarana dengan menggunakan teknologi
tepat guna.

8
(3) Tanggungjawab Penyediaan Penyehatan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya,
meliputi kegiatan pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang
sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah;
b. peningkatan akses terhadap pengelolaan prasarana dan sarana air
limbah untuk perbaikan kesehatan masyarakat;
c. tersedianya jaringan drainase skala kawasan;
d. pembangunan sanitasi dasar (jamban keluarga) dengan prinsip non
subsidi.
e. pemenuhan kebutuhan dasar pada situasi tanggap darurat/bencana;
f. pengembangan sarana dan prasarana dengan menggunakan teknologi
tepat guna.

Bagian Kedua
Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Pasal 5

(1) Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra


Pembangunan AMPLBM bertanggungjawab mengelola Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan.
(2) Tanggungjawab Pengelolaan Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. tersedianya sistem pelayanan air minum yang memadai dan
berkelanjutan;
b. optimalisasi pemanfaatan air sebagai benda sosial dan benda ekonomi;
c. surveilance Air Minum;
a. pendataan sarana Air Minum;
b. pemeriksaan kualitas Air Minum;
c. menganalisis tingkat resiko pencemaran;
d. tindak lanjut pengawasan kualitas Air Minum;
e. investigasi penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana;
f. peningkatan peran dan kelembaga mitraan badan usaha dan
masyarakat.
(3) Tanggungjawab Pengelolaan Penyehatan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. tersedianya sistem pelayanan penyehatan lingkungan yang memadai
dan berkelanjutan,
b. tersedianya sistem air limbah terpadu, komunal, setempat dan
memadai;
c. tersedianya penanganan persampahan secara sistematis dan terpadu;
d. percepatan pencapaian desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
e. pengembangan sistem sanitasi yang berwawasan lingkungan;
g. surveilance Penyehatan Lingkungan;
h. pendataan sarana Penyehatan Lingkungan;
i. pemeriksaan kualitas Penyehatan Lingkungan;
j. menganalisis tingkat resiko pencemaran;
k. tindak lanjut pengawasan kualitas Penyehatan Lingkungan;
l. investigasi penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana;
m. peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

9
Pasal 6

Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan Air Minum dan


Penyehatan Lingkungan dilakukan secara terpadu melalui:
a. penelitian dan pengkajian;
b. pengabdian masyarakat.

BAB V
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Pasal 7

(1) Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra


Pembangunan AMPLBM bertanggungjawab melakukan Percepatan
peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui strategi Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).
(2) Tanggungjawab melakukan percepatan peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat melalui Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. peningkatan kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
b. tidak buang air besar sembarangan;
c. membiasakan cuci tangan pakai sabun;
d. peningkatan kesadaran pengolahan air minum rumah tangga yang
sehat;
e. pengelolaan sampah rumah tangga;
f. pengelolaan limbah cair rumah tangga;
g. memperkenalkan PHBS pada anak usia dini dan usia sekolah.

BAB VI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pasal 8

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra


Pembangunan AMPLBM bertanggungjawab melakukan upaya-upaya
Pemberdayaan masyarakat berbasis desa/kelurahan yang meliputi:
a. peningkatan partisipasi/peran serta masyarakat dan lembaga lainnya;
b. keberpihakan pada masyarakat miskin;
c. peran perempuan dalam pengambilan keputusan;
d. pemberian pengarahan, petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan.

10
BAB VII
KELEMBAGAAN

Bagian Kesatu
Penguatan Kelembagaan

Pasal 9

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra


melakukan Penguatan kelembagaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
melalui:
a. peran pemerintah sebagai fasilitator;
b. akuntabilitas proses pembangunan;
c. pelayanan optimal dan tepat sasaran;
d. penerapan prinsip pemulihan biaya;
e. pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan dalam
penyediaan AMPLBM;
f. peningkatan kemampuan lembaga Pengelola Penyediaan AMPLBM;
g. pengembangan pendanaan untuk Pembangunan AMPLBM dari berbagai
sumber dana secara optimal;
h. prinsip kemitraan dalam Pembangunan AMPLBM.

Bagian Kedua
Pembentukan Kelompok Kerja AMPL-BM

Pasal 10

(1) Kelompok Kerja AMPL-BM wajib dibentuk di tingkat Provinsi dan


Kabupaten/Kota.
(2) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai
perangkat koordinatif antara dinas/instansi/lembaga dan pemangku
kepentingan lainnya pada tingkat Provinsi maupun pada Tingkat
Kabupaten/Kota.
(3) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan
pembangunan AMPL-BM di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
(4) Kelompok Kerja Pembangunan AMPL-BM Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(5) Kelompok Kerja Pembangunan AMPL-BM Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.
(6) Lembaga Mitra berkewajiban memberikan dukungan dan berkoordinasi
dengan Kelompok Kerja AMPL-BM Provinsi dan Kabupaten/Kota.

BAB VIII
PERENCANAAN

Pasal 11

(1) Rumusan perencanaan pembangunan AMPL-BM dikoordinasikan melalui


Bappeda Provinsi sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.

11
(2) Rumusan perencanaan pembangunan AMPL-BM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun dalam bentuk dokumen Rencana Strategis
Pembangunan AMPL-BM dan/atau rencana aksi tahunan pada masing-
masing pelaku pembangunan AMPLBM.
(3) Rencana Strategis Pembangunan AMPL-BM dan/atau rencana aksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman bagi pelaku
pembangunan AMPLBM dalam setiap penyusunan kegiatan.
(4) Fasilitasi pembuatan dokumen Perencanaan AMPLBM pada masing-
masing Kabupaten/Kota dalam menyusun Rencana Induk Sistem
Penyediaan AMPLBM dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten/Kota.

BAB IX
TANGGUNG JAWAB

Pasal 12

(1) Tanggung jawab Pemerintah Provinsi meliputi :


a. merumuskan, mengadvokasi dan mensosialisasikan kebijakan daerah
pembangunan AMPLBM lintas Kabupaten/Kota;
b. mengadvokasi peningkatan pengalokasian anggaran pembangunan
AMPLBM pada setiap tahun anggaran sesuai prosedur dan ketentuan
yang berlaku;
c. memfasilitasi sistem dan mekanisme pengelolaan AMPLBM lintas
kabupaten/kota;
d. memfasilitasi rencana pengelolaan AMPLBM lintas kabupaten/kota;
e. memfasilitasi dan memberikan rekomendasi teknis atas penyediaan,
peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan pengelolaan AMPLBM
lintas kabupaten/kota.
(2) Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/ Kota meliputi :
a. merumuskan, mengadvokasi dan mensosialisasikan kebijakan daerah
pembangunan AMPLBM pada Tingkat Kabupaten/Kota;
b. mengadvokasi peningkatan pengalokasian anggaran pembangunan
AMPLBM pada setiap tahun anggaran sesuai prosedur dan ketentuan
yang berlaku;
c. memfasilitasi sistem dan mekanisme pengelolaan AMPLBM di
kabupaten/ kota;
d. memfasilitasi rencana pengelolaan AMPLBM di kabupaten/kota;
e. memfasilitasi dan memberikan rekomendasi teknis atas penyediaan,
peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan pengelolaan AMPLBM di
desa/ kelurahan.

BAB X
PELAKSANAAN

Pasal 13

Pelaksanaan Pembangunan AMPLBM oleh berbagai pelaku pembangunan


disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kearifan lokal.

12
Pasal 14

Dalam pelaksanaan Pembangunan AMPLBM sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13, Pokja AMPLBM Provinsi menetapkan pedoman pelaksanaan sebagai
referensi pembangunan AMPLBM.

BAB XI
PEMBIAYAAN

Pasal 15

(1) Pembiayaan pembangunan AMPLBM ditetapkan berdasarkan kebutuhan


sesuai Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) yang berlaku.
(2) Jenis pembiayaan pembangunan AMPLBM meliputi :
a. biaya perencanaan;
b. biaya pelaksanaan konstruksi dan non konstruksi;
c. biaya operasional;
d. biaya pemeliharaan dan pemulihan (cost re-covery);
e. biaya penelitian dan pengembangan;
f. biaya pemantauan, evaluasi dan pemberdayaan masyarakat.
(3) Sumber dana untuk setiap jenis pembiayaan dapat berupa:
a. anggaran Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota;
b. sumbangan pihak lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB XII
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

Pasal 16

(1) Gubernur melalui Pokja AMPLBM Provinsi melakukan pengendalian dan


evaluasi pelaksanaan pembangunan AMPLBM di Kabupaten/ Kota.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan minimal
satu kali dalam setahun.
(3) Bupati/ Walikota melalui Pokja AMPLBM Kabupaten/ Kota melakukan
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan AMPLBM di Desa/
Kelurahan.
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan minimal dua
kali dalam setahun.
(5) Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Kelompok Kerja AMPL-BM wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan Pembangunan AMPL-BM kepada
Pemerintah Provinsi melalui Kelompok Kerja AMPL-BM Provinsi.
(6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan minimal dua
kali dalam setahun.

13
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

Ditetapkan di Kupang
pada tanggal 5 Maret 2012

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,

FRANS LEBU RAYA

Diundangkan di Kupang
pada tanggal 5 Maret 2012

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


NUSA TENGGARA TIMUR,

FRANSISKUS SALEM

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012 NOMOR 010

14

Anda mungkin juga menyukai