Oleh
Vicky Fauziah Sakinah
152702010224
ABSTRAK
GASTOENTERITIS
Penyakit ini sering disebut diare atau mencret. Padahal mencret hanyalah salah
satu dari kumpulan gejala gastroenteritis. Jika dilihat dari golongan umur dan
frekuensinya, belum tentu juga semua mencret bisa disebut diare. Yang dimaksud diare
menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) adalah kejadian
buang air besar dengan bentuk tinja yang lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi
lebih sering dari biasanya, selama satu hari atau lebih. Jadi, konsistensi tinja atau
kotoran yang ditekankan. Penyebutan diare pada bayi menyusui akan berbeda dengan
dewasa. Bayi yang memperoleh air susu ibu (ASI) eksklusif biasanya mengeluarkan
tinja yang agak cair, di mana frekuensinya bisa 5 kali sehari. Hal ini juga belum bisa
disebut diare.
Penyakit yang melibatkan saluran cerna ini umumnya memunculkan gejala mual,
muntah, buang air besar yang encer atau mencret beberapa kali/diare, kadang demam
ringan atau meriang, dan yang lebih jarang yaitu kejang perut. Dari kondisi kekurangan
cairan atau dehidrasinya, penderita bisa disebut termasuk diare tanpa dehidrasi, diare
dehidrasi ringan/sedang, atau diare dehidrasi berat.
Pada kasus tanpa dehidrasi, setidaknya memenuhi 2 atau lebih tanda berikut,
yaitu keadaan umum penderita baik, mata tidak tampak cekung, minum seperti
biasa, dan kulit perut saat dicubit atau dijepit (disebut pemeriksaan turgor)
kembali dengan cepat.
Untuk dehidrasi ringan/sedang, penderita biasanya gelisah atau rewel, mata
tampak cekung, haus dan ingin minum banyak, serta turgor kembali lambat.
Jika sudah dehidrasi berat, penderita tampak sangat lesu hingga tidak sadar,
mata tampak cekung, malas atau tidak bisa minum, dan turgor kembali sangat
lambat lebih dari 2 detik.
Perlu juga diketahui ada atau tidaknya darah di muntahan serta tinja. Ini menentukan
tindakan perawatan dan pengobatan selanjutnya. Sebaiknya, penderita
mengkonsultasikan dengan dokter bila ada keluhan mual, muntah, diare yang masih
berlangsung hingga lebih dari dua hari. Waspadai juga jika keluhan bertambah parah
menjadi muntah dan diare yang disertai darah, demam tinggi, dan tanda-tanda
kekurangan cairan. Tanda-tanda dehidrasi lain yang mungkin ditemukan yaitu rasa
pusing yang berat, kulit bibir jadi kering, urin atau kencing tampak kuning pekat,
kencing atau berkemih yang jarang, bahkan hingga tidak kencing dalam waktu yang
lama. Pada bayi bisa terlihat ubun-ubun cekung.
PENYEBAB
Sedangkan penyebab non-infeksi bisa terjadi karena alergi makanan, minuman, obat-
obatan, dan keracunan, misalnya pada bayi menyusui karena ibunya mengalami
perubahan pola diet. Efek samping makanan, minuman, dan obat yang dikonsumsi juta
turut punya andil sebagai penyebab keluhan di perut ini.
PENGOBATAN
Penanggulangan utama diare disusun oleh Depkes RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare). Langkah-langkah
tersebut yaitu (1) oralit formula baru, (2) pemberian zinc selama 10 hari, (3)
melanjutkan pemberian ASI dan makanan, (4) pemberian antibiotika tertentu sesuai
indikasi, dan (5) konseling/nasihati ibu. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan jika
terserang gastroenteritis antara lain hindari kontak dengan terduga penyebab,
pencegahan kekurangan cairan atau jangan sampai dehidrasi, dan istirahat yang cukup.
Cairan tubuh yang hilang karena muntah, buang air, dan demam, harus segera diganti
untuk mencegah dehidrasi. Juga selalu ingat untuk selalu mencuci tangan. Jika tersedia
oralit, berikan segera. Oralit adalah campuran garam elektrolit. Oralit berosmolaritas
rendah seperti yang telah beredar di pasaran saat ini sangat direkomendasikan karena
dapat mengurangi sensasi mual dan muntah. Campurkan satu bungkus oralit ke dalam
satu gelas air minum, lalu diaduk rata, dan pastikan penderita meminumnya.
Jika belum tersedia oralit, bisa berikan cairan rumah tangga (CRT) seperti air tajin,
kuah sayur, atau cukup air matang. Sesuaikan dosis oralit dengan status dehidrasi dan
umur penderita. Penderita sebaiknya segera dibawa ke sarana kesehatan jika tidak
mampu minum yang cukup untuk dipertimbangkan pemberian cairan melalui pembuluh
darah atau infus.
Untuk diare tanpa dehidrasi bisa diberikan oralit sebanyak gelas (umur <
1 tahun), 1 gelas (1 4 tahun), dan 1 1 gelas (> 5 tahun) tiap kali
mencret.
Pada diare derajat ringan/sedang, oralit 3 jam pertama diberikan sebanyak 75
ml/kg berat badan. Pemberian selanjutnya sesuai dengan diare tanpa dehidrasi.
Penderita diare dengan dehidrasi berat sebaiknya dibawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat infus.
Pemberian suplemen mikronutrien zinc atau seng segera setelah mengalami diare
dianjurkan karena terbukti bisa mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi
seringnya mencret, mengurangi banyaknya kotoran, dan mengurangi risiko kekambuhan
3 bulan kemudian. Dianjurkan untuk tetap minum zinc hingga 10 hari setelah diare
berhenti.
Jika masih bisa makan dan minum, berikan makanan dan minuman dalam porsi yang
lebih sedikit, tapi lebih sering. Prinsipnya adalah memberikan suatu yang mudah
dicerna seperti bubur dan berkuah, rendah serat, sehingga tidak membuat saluran cerna
bekerja terlalu keras memprosesnya, dan tidak mengiritasi saluran cerna. Untuk bayi
dan anak, kalau tidak bermasalah dengan diet ibunya, boleh melanjutkan air susu ibu
seperti biasa. Hal yang sama berlaku untuk bayi dan anak yang mendapat susu formula,
bahkan pemberiannya harus lebih sering dari biasanya untuk mencegah penurunan berat
badan. Setelah penyembuhan pun makanan ekstra harus tetap diberikan untuk
menunjang perbaikan berat badan.
Pemerintah juga menekankan pemberian konseling dan nasihat jika terjadi hal-hal yang
lebih berat. Kalau diare menjadi lebih sering, muntah berulang yang menghambat
rehidrasi oral, sangat haus, sedikit makan dan minum, disertai demam, tinja berdarah,
dan tidak ada perbaikan dalam 3 hari, periksakan kembali penderita ke sarana
kesehatan.
( http://www.kerjanya.net/faq/6530-gastroenteritis.html/10-06-2017/21.30 )