Anda di halaman 1dari 4

BAHAYA PENYAKIT DIARE

ATAU GASTRO-ENTERITIS YANG BERASAL DARI INFEKSI

Oleh
Vicky Fauziah Sakinah
152702010224

ABSTRAK

Dalam penulisan ini, penulis membuat iklan layanan masyarakat tentang


bahayanya penyakit GASTOENTERITIS, dengan tujuan agar masyarakat , khususnya
pada orang tua agar tahu bahwa penyakit gastoenteritis itu sangat berbahaya. penyakit
diare (Gastroenteritis) hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai
upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan
pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil
yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini menduduki peringkat atas,khususnya di
daerah-daerah miskin . Diare menyerang siapa raja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala
buang air terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan
sendirinya, tanpa perlu pertolongan media. Memang diare jarang sekali yang berakibat
kematian, tapi bukan berarti bisa dianggap remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama
muntah berak, alias muntaber ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya
terjadi secara terus menerusdi semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya
di daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut umumya penyakit diare pahami bukan
sebagai penyakit klinis, sehingga cara penyembuhannya tidak melalui pengobatan medik ,
Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan salah satu penyebab penting yang berakibat
pada lambatnya penurunan angka kematian akibat diare. Untuk memperjelas Pembahasan,
penulis akan menjelaskan penyakit gastoenteritis, gejala dan pengobatannya.

GASTOENTERITIS

Penyakit ini sering disebut diare atau mencret. Padahal mencret hanyalah salah
satu dari kumpulan gejala gastroenteritis. Jika dilihat dari golongan umur dan
frekuensinya, belum tentu juga semua mencret bisa disebut diare. Yang dimaksud diare
menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) adalah kejadian
buang air besar dengan bentuk tinja yang lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi
lebih sering dari biasanya, selama satu hari atau lebih. Jadi, konsistensi tinja atau
kotoran yang ditekankan. Penyebutan diare pada bayi menyusui akan berbeda dengan
dewasa. Bayi yang memperoleh air susu ibu (ASI) eksklusif biasanya mengeluarkan
tinja yang agak cair, di mana frekuensinya bisa 5 kali sehari. Hal ini juga belum bisa
disebut diare.

Gastroenteritis sering disingkat dengan GE. Kasus GE masih menjadi perhatian


karena sering menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak, golongan
lanjut usia, serta orang yang memiliki masalah dengan daya tahan tubuh rendah. Lebih
banyak kematian terjadi di negara yang sedang berkembang dengan tingkat kebersihan
yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), WHO
menyebutkan angka kematian karena diare di Indonesia sudah menurun, tapi angka
penderitanya tetap tinggi, terutama di negara berkembang. Kasus rawat inap karena
diare pun masih menempati urutan atas di setiap rumah sakit di Indonesia pada tahun
2008.
GEJALA

Penyakit yang melibatkan saluran cerna ini umumnya memunculkan gejala mual,
muntah, buang air besar yang encer atau mencret beberapa kali/diare, kadang demam
ringan atau meriang, dan yang lebih jarang yaitu kejang perut. Dari kondisi kekurangan
cairan atau dehidrasinya, penderita bisa disebut termasuk diare tanpa dehidrasi, diare
dehidrasi ringan/sedang, atau diare dehidrasi berat.

Pada kasus tanpa dehidrasi, setidaknya memenuhi 2 atau lebih tanda berikut,
yaitu keadaan umum penderita baik, mata tidak tampak cekung, minum seperti
biasa, dan kulit perut saat dicubit atau dijepit (disebut pemeriksaan turgor)
kembali dengan cepat.
Untuk dehidrasi ringan/sedang, penderita biasanya gelisah atau rewel, mata
tampak cekung, haus dan ingin minum banyak, serta turgor kembali lambat.
Jika sudah dehidrasi berat, penderita tampak sangat lesu hingga tidak sadar,
mata tampak cekung, malas atau tidak bisa minum, dan turgor kembali sangat
lambat lebih dari 2 detik.

Perlu juga diketahui ada atau tidaknya darah di muntahan serta tinja. Ini menentukan
tindakan perawatan dan pengobatan selanjutnya. Sebaiknya, penderita
mengkonsultasikan dengan dokter bila ada keluhan mual, muntah, diare yang masih
berlangsung hingga lebih dari dua hari. Waspadai juga jika keluhan bertambah parah
menjadi muntah dan diare yang disertai darah, demam tinggi, dan tanda-tanda
kekurangan cairan. Tanda-tanda dehidrasi lain yang mungkin ditemukan yaitu rasa
pusing yang berat, kulit bibir jadi kering, urin atau kencing tampak kuning pekat,
kencing atau berkemih yang jarang, bahkan hingga tidak kencing dalam waktu yang
lama. Pada bayi bisa terlihat ubun-ubun cekung.

PENYEBAB

Gastroenteritis bisa disebabkan karena infeksi dan non-infeksi. Penyebab GE terbesar


adalah karena infeksi. Gastroenteritis infeksi bisa disebabkan oleh organisme virus,
bakteri, dan atau parasit. Tersering disebabkan oleh virus, yaitu rotavirus, yang terkait
dengan diare akut.

Sedangkan penyebab non-infeksi bisa terjadi karena alergi makanan, minuman, obat-
obatan, dan keracunan, misalnya pada bayi menyusui karena ibunya mengalami
perubahan pola diet. Efek samping makanan, minuman, dan obat yang dikonsumsi juta
turut punya andil sebagai penyebab keluhan di perut ini.

Menurut perjalanan penyakitnya, gastroenteritis dibedakan menjadi gastroenteritis akut,


akut berdarah, dan persisten. Viruslah yang paling sering dikaitkan dengan kasus
gastroenteritis akut. GE jenis ini disebut akut karena sifat pemunculan gejalanya yang
tiba-tiba, tapi cepat membaik dalam hitungan hari hingga 2 mingguan sesuai perjalanan
alamiah penyakitnya. Gastroenteritis akut berdarah sering disebut disentri. Ada
keterlibatan organisme yang merusak usus dan ditemukannya darah dalam tinja. Jika
gastroenteritis berlanjut hingga lebih dari 14 hari, maka disebut persisten. Seringpula
terjadi pada penderita dengan status gizi buruk, mengalami masalah dengan sistem
kekebalan tubuh, dan sedang dalam keadaan infeksi.
Virus, bakteri, atau parasit penyebab bisa masuk ke saluran cerna melalui mulut atau
melalui perantara makanan dan minuman tercemar yang dikonsumsi, sehingga penyakit
ini disebut food borne disease. Bahkan rotavirus diduga dapat menular lewat udara.
Setelah masuk ke saluran cerna melewati hadangan asam lambung, organisme menuju
ke usus. Di usus ini organisme penyebab diare berkembang biak. Mereka mampu
mengubah struktur dinding usus, menimbulkan peradangan, mengeluarkan toksin, dan
mengganggu kerja sel usus dalam proses pencernaan dan penyerapan
makanan/minuman. Hal ini menyebabkan gerak khas kontraksi atau peristalsis dinding
usus meningkat. Gelombang kembung kempis ini memaksa isi usus yang belum
tercerna dan terserap dengan baik terus maju dan meluncur makin ke bawah menuju
pembuangannya, sehingga terjadilah mencret.

PENGOBATAN

Penanggulangan utama diare disusun oleh Depkes RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare). Langkah-langkah
tersebut yaitu (1) oralit formula baru, (2) pemberian zinc selama 10 hari, (3)
melanjutkan pemberian ASI dan makanan, (4) pemberian antibiotika tertentu sesuai
indikasi, dan (5) konseling/nasihati ibu. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan jika
terserang gastroenteritis antara lain hindari kontak dengan terduga penyebab,
pencegahan kekurangan cairan atau jangan sampai dehidrasi, dan istirahat yang cukup.

Cairan tubuh yang hilang karena muntah, buang air, dan demam, harus segera diganti
untuk mencegah dehidrasi. Juga selalu ingat untuk selalu mencuci tangan. Jika tersedia
oralit, berikan segera. Oralit adalah campuran garam elektrolit. Oralit berosmolaritas
rendah seperti yang telah beredar di pasaran saat ini sangat direkomendasikan karena
dapat mengurangi sensasi mual dan muntah. Campurkan satu bungkus oralit ke dalam
satu gelas air minum, lalu diaduk rata, dan pastikan penderita meminumnya.

Jika belum tersedia oralit, bisa berikan cairan rumah tangga (CRT) seperti air tajin,
kuah sayur, atau cukup air matang. Sesuaikan dosis oralit dengan status dehidrasi dan
umur penderita. Penderita sebaiknya segera dibawa ke sarana kesehatan jika tidak
mampu minum yang cukup untuk dipertimbangkan pemberian cairan melalui pembuluh
darah atau infus.

Untuk diare tanpa dehidrasi bisa diberikan oralit sebanyak gelas (umur <
1 tahun), 1 gelas (1 4 tahun), dan 1 1 gelas (> 5 tahun) tiap kali
mencret.
Pada diare derajat ringan/sedang, oralit 3 jam pertama diberikan sebanyak 75
ml/kg berat badan. Pemberian selanjutnya sesuai dengan diare tanpa dehidrasi.
Penderita diare dengan dehidrasi berat sebaiknya dibawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat infus.

Pemberian suplemen mikronutrien zinc atau seng segera setelah mengalami diare
dianjurkan karena terbukti bisa mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi
seringnya mencret, mengurangi banyaknya kotoran, dan mengurangi risiko kekambuhan
3 bulan kemudian. Dianjurkan untuk tetap minum zinc hingga 10 hari setelah diare
berhenti.

Jika masih bisa makan dan minum, berikan makanan dan minuman dalam porsi yang
lebih sedikit, tapi lebih sering. Prinsipnya adalah memberikan suatu yang mudah
dicerna seperti bubur dan berkuah, rendah serat, sehingga tidak membuat saluran cerna
bekerja terlalu keras memprosesnya, dan tidak mengiritasi saluran cerna. Untuk bayi
dan anak, kalau tidak bermasalah dengan diet ibunya, boleh melanjutkan air susu ibu
seperti biasa. Hal yang sama berlaku untuk bayi dan anak yang mendapat susu formula,
bahkan pemberiannya harus lebih sering dari biasanya untuk mencegah penurunan berat
badan. Setelah penyembuhan pun makanan ekstra harus tetap diberikan untuk
menunjang perbaikan berat badan.

Konsumsi obat-obatan seperti antimual, antimuntah, antidiare, dan terutama antibiotika


harus benar-benar selektif menurut pertimbangan dokter, apalagi jika penderita adalah
bayi dan anak-anak. Perlu diingat bahwa muntah dan diare dalam batas tertentu bisa
dianggap sebagai respon alami tubuh untuk mengeluarkan benda asing, racun/toksin,
dan organisme penyebab. Kembali ke pertimbangan rasionalitas, efektivitas, dan efek
samping obat.

Pemerintah juga menekankan pemberian konseling dan nasihat jika terjadi hal-hal yang
lebih berat. Kalau diare menjadi lebih sering, muntah berulang yang menghambat
rehidrasi oral, sangat haus, sedikit makan dan minum, disertai demam, tinja berdarah,
dan tidak ada perbaikan dalam 3 hari, periksakan kembali penderita ke sarana
kesehatan.

Pencegahan lebih baik dibanding pengobatan. Kebiasaan menjaga dan memperbaiki


kondisi kesehatan atau higiene dan sanitasi tetap menjadi upaya ampuh yang sederhana
untuk mengurangi risiko terkena penyakit, misalnya mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir sebelum kontak dengan mulut, sebelum menyiapkan makanan/minuman,
sebelum memegang bayi, dan sebelum menyuapi anak. Jangan lupa cuci tangan juga
setelah buang air besar dan kecil. Gunakan selalu jamban dengan benar dan pengelolaan
buang sampah yang baik.

( http://www.kerjanya.net/faq/6530-gastroenteritis.html/10-06-2017/21.30 )

Anda mungkin juga menyukai