TONSILOFARINGITIS
DISUSUN OLEH :
A.ARI TRISNAWATI
C111 11 322
PEMBIMBING :
dr. Andi Handriyati
dr. Andi Enda Yuliastini
SUPERVISOR :
dr. Amiruddin L, Sp.A(K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II Coass
Menyetujui,
Supervisor
i
DAFTAR ISI
1
BAB I
I.1 PENDAHULUAN
2
BAB II
II.2 ETIOLOGI
Bakteri patogen utama yang dapat ditemukan pada kasus faringitis pada anak-anak
.Ini meliputi : 1,2
Streptococcus -hemolyticus
Staphylococcus aureus
3
II.3 ANATOMI
II..3.1 Faring
Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring
adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di
bagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak
terus menyambung ke esophagus setinggivertebra servikalis ke enam. Ke atas,
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah
berhubungan melalui aditus laring dan kebawah berhubungan dengan
4
esophagus.Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih empat
belas centimeter; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.
Dinding faring dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot
dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan
laringofaring (hipofaring).
Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior,
kemudianbagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain.
Nasofaring membuka kearah depan hidung melalui koana posterior. Superior,
adenoid terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba eustachius
kartilaginosa terdapat didepan lekukan yangdisebut fosa rosenmuller. Otot tensor
velipalatini, merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba
eustachius masuk ke faring melalui ruangan ini.
II.3.2 Tonsil
5
Tonsil palatina dan adenoid (tonsil faringeal) merupakan bagian terpenting
dari cincin waldeyer.
Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-
kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa
dinding faring posterior faring dan dekat orificium tuba eustachius (tonsil Gerlachs)
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut
kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah
dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor,
a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan
a.lingualis dorsal.
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini
6
kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik
merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista
duktus tiroglosus.4
II.4 PATOGENESIS
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung, mulut dan melekat pada
mukosa tonsil atau faring. Amandel atau tonsil yang berperan sebagai filter untuk
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut, sehingga memicu tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datan. Akan tetapi kadang-kadang
antibodi sudah kelelahan menahan infeksi atau virus tersebut. Kemudian kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, Bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini menimbulkan gambaran klinis seperti kemerahan pada
daerah faring dan tampak bercak kuning pada korpus tonsil yang disebut detritus.
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas.
Tonsilitis dan faringitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga
berhenti makan. Tonsilitis dan faringitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,
panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub
mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala
dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh
sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Pada anak proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.5
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa
menganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu
menelan, bau mulut, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di
7
sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di
telinga ini dirasakan karena nyeri alih (referred pain) melalui N.Glossopharingeus
(N.IX).
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil yang mungkin tampak,
yakni:
8
Skor Centor merupakan cara untuk memperkirakan pemberian antibiotiK yang
tepat. Skor centor menggunakan empat tanda dan gejala untuk memperkirakan
probabilitas faringitis streptokokus.skor ini dimodifikasi dengan menambahkan usia
dan divalidasi di 600 orang dewasa dan anak-anak.7,8% data kumulatif menentukan
kemungkinan faringitis streptokokus dan kebutuhan untuk menggunakan antibiotik
Pasien dengan skor nol atau 1 adalah berisiko sangat rendah untuk faringitis
streptokokus dan tidak memerlukan pengujian ( yaitu , kultur tenggorokan atau tes
deteksi antigen cepat [ RADT ] ) atau menggunakan terapi antibiotik . Pasien dengan
skor 2 atau 3 harus diuji menggunakan RADT atau kultur tenggorokan ; hasil positif
menjamin terapi antibiotik . pasien dengan skor 4 atau lebih tinggi beresiko tinggi
streptokokus faringitis , dan pengobatan terapi empiris dapat digunakan.6
9
10
II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
II.7 DIAGNOSIS
II.7.1 Anamnesis :
Nyeri menelan
Demam
Tenggorokan kering
Nafsu makan menurun
Bau mulut
11
II.7.3 Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Darah
(RADT)
II.8 PENATALAKSANAAN
Regimen terapi empiris untuk tonsilitis dan faringitis adalah sebagai berikut,
dosis pediatrik untuk pasien baik penisilin-alergi dan non-alergi penisilin. Jika
hasilnya tidak tersedia untuk tes RADT.8
12
II.9 PROGNOSIS
13
BAB III
III.1 KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
3. Boie. Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
15