Anda di halaman 1dari 17

PKMRS

TONSILOFARINGITIS

DISUSUN OLEH :
A.ARI TRISNAWATI
C111 11 322

PEMBIMBING :
dr. Andi Handriyati
dr. Andi Enda Yuliastini

SUPERVISOR :
dr. Amiruddin L, Sp.A(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : A. Ari Trisnawati
NIM : C111 11 322
Judul PKMRS : Tonsilofaringitis
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juli 2015

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II Coass

dr. Andi Handriyati dr. Andi Enda Yuliastini A. Ari Trisnawati

Menyetujui,

Supervisor

dr. Amiruddin L, Sp.A(K

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I ......................................................................................................... 1
A. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................ 2
A. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI ........................................................... 2
B. ETIOLOGI .............................................................................................. 2
C. ANATOMI ............................................................................................... 3
D. PATOGENESIS ..................................................................................... 6
E. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................... 7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG .............................................................. 10
G. PENATALAKSANAAN ........................................................................... 11
BAB III ............................................................................................................... 13
A. PROGNOSIS ......................................................................................... 13
B. KESIMPULAN ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

1
BAB I

I.1 PENDAHULUAN

Tonsilofaringitis adalah kondisi peradangan pada orofaring dan tonsil.


Tonsilofaringitis merupakan Infeksi yang paling umum yang dihadapi oleh dokter
anak. Kebanyakan anak dengan tonsilofaringitis memiliki gejala yang dapat dikaitkan
dengan infeksi pernapasan karena virus, seperti adenovirus, virus influenza, para
influenza virus, rhinovirus.Dalam beberapa kasus, etiologi tonsilofaringitis idiopatik.
Namun, sekitar 30% sampai 40% kasus tonsilofaringitis disebabkan oleh bakteri
Grup A -streptokokus hemolitik (GABHS). Meskipun patogen lainnya, seperti
Neisseria gonorrhoeae, Haemolyticum Arcanobacterium, Mycoplasma pneumoniae,
dan Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi agen penyebab tonsilofaringitis.

Akurat dalam menegakan penyebab tonsilofaringitis penting untuk pemilihan


antibiotik yang tepat dalam terapi tonsilofaringitis. Terapi antibiotic yang tepat dapat
memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah timbulnya komplikasi seperti
abses peritonsilar, demam rematik akut atau glomerulonefritis akut pasca infeksi.1

2
BAB II

II.1 INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data medical record di Indonesia tahun 2010 di RSUP dr. M.


Djamil kunjungan anak ke rumah sakit ditemukkan menderita tonsilofaringitis
sebanyak 465 dari 1110 kunjungan. sedangkan di RS. Dr. Kariadi Semarang
Insidennya sekitar 23,26%. Jumlah kunjungan baru penderita tonsilofaringitis di RS
Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juni 2008 - Mei 2009 sebanyak 63 orang.
Dibandingkan dengan jumlah kunjungan baru pada periode yang sama, maka angka
ini merupakan 4,7% dari seluruh jumlah kunjungan baru. 1,2

II.2 ETIOLOGI

Bakteri patogen utama yang dapat ditemukan pada kasus faringitis pada anak-anak
.Ini meliputi : 1,2

Streptococcus -hemolyticus
Staphylococcus aureus

Kemungkinan penyebab lainnya pada anak-anak antara lain sebagai berikut :


Neisseria gonorrhoeae
Chlamydia pneumoniae
Haemolyticum Arcanobacterium
Mycoplasma pneumonia

Virus yang dapat menyebabkan faringitis virus akut meliputi:


EBV (Epstein-Barr Virus)
Enterovirus
Adenovirus

3
II.3 ANATOMI

II..3.1 Faring

Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring
adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di
bagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak
terus menyambung ke esophagus setinggivertebra servikalis ke enam. Ke atas,
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah
berhubungan melalui aditus laring dan kebawah berhubungan dengan

4
esophagus.Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih empat
belas centimeter; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.
Dinding faring dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot
dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan
laringofaring (hipofaring).

Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior,
kemudianbagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain.
Nasofaring membuka kearah depan hidung melalui koana posterior. Superior,
adenoid terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba eustachius
kartilaginosa terdapat didepan lekukan yangdisebut fosa rosenmuller. Otot tensor
velipalatini, merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba
eustachius masuk ke faring melalui ruangan ini.

Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal


dalamkapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan
tonsila, arcus faring anterior disusun oleh otot palatoglossus, dan dibelakang dari
arkus faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus, otot-otot ini membantu
menutupnya orofaring bagian posterior. Semua dipersarafi oleh pleksus faringeus.

II.3.2 Tonsil

Tonsilla lingualis, tonsilla palatina, tonsilla faringeal dan tonsilla tubaria


membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran
pencernaan. Cincin ini dikenal dengan nama cincin Waldeyer. Kumpulan jaringan ini
melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan makanan. Jaringan limfe pada
cincin Waldeyer menjadi hipertrofi fisiologis pada masa kanak-kanak, adenoid pada
umur 3 tahun dan tonsil pada usia 5 tahun, dan kemudian menjadi atrofi pada masa
pubertas.

5
Tonsil palatina dan adenoid (tonsil faringeal) merupakan bagian terpenting
dari cincin waldeyer.

Gambar 2 : Cincin Waldeyer

Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-
kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa
dinding faring posterior faring dan dekat orificium tuba eustachius (tonsil Gerlachs)

Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah


yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga
meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit,
epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.

Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut
kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah
dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor,
a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan
a.lingualis dorsal.

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini

6
kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik
merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista
duktus tiroglosus.4

II.4 PATOGENESIS

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung, mulut dan melekat pada
mukosa tonsil atau faring. Amandel atau tonsil yang berperan sebagai filter untuk
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut, sehingga memicu tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datan. Akan tetapi kadang-kadang
antibodi sudah kelelahan menahan infeksi atau virus tersebut. Kemudian kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, Bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini menimbulkan gambaran klinis seperti kemerahan pada
daerah faring dan tampak bercak kuning pada korpus tonsil yang disebut detritus.
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas.

Tonsilitis dan faringitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga
berhenti makan. Tonsilitis dan faringitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,
panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub
mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala
dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh
sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Pada anak proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.5

II.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa
menganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu
menelan, bau mulut, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di

7
sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di
telinga ini dirasakan karena nyeri alih (referred pain) melalui N.Glossopharingeus
(N.IX).

Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil yang mungkin tampak,
yakni:

1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke


jaringan sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulent atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta yang
melebar dan tutupi eksudat yang purulent.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur
jarak Antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan
medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
T0 : Tonsil masuk di dalam fosa
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

8
Skor Centor merupakan cara untuk memperkirakan pemberian antibiotiK yang
tepat. Skor centor menggunakan empat tanda dan gejala untuk memperkirakan
probabilitas faringitis streptokokus.skor ini dimodifikasi dengan menambahkan usia
dan divalidasi di 600 orang dewasa dan anak-anak.7,8% data kumulatif menentukan
kemungkinan faringitis streptokokus dan kebutuhan untuk menggunakan antibiotik

Pasien dengan skor nol atau 1 adalah berisiko sangat rendah untuk faringitis
streptokokus dan tidak memerlukan pengujian ( yaitu , kultur tenggorokan atau tes
deteksi antigen cepat [ RADT ] ) atau menggunakan terapi antibiotik . Pasien dengan
skor 2 atau 3 harus diuji menggunakan RADT atau kultur tenggorokan ; hasil positif
menjamin terapi antibiotik . pasien dengan skor 4 atau lebih tinggi beresiko tinggi
streptokokus faringitis , dan pengobatan terapi empiris dapat digunakan.6

9
10
II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakan diagnosis Tonsilofaringitis, cukup dengan Anamnesis dan


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu : 7

II.6.1 Pemeriksaan Darah

Untuk mengkonfirmasi penyebab infeksi lain yang dapat menyebabkan


radang tenggorokan.
II.6.2 Pemeriksaan Kultur tenggorokan atau Rapid Antigen Detection Tes

Merupakan tes gold standar yang dilakukan untuk mendeteksi


Adanya infeksi GABHS.

II.7 DIAGNOSIS

Diagnosis GABHS tonsilofaringitis mungkin di tegak kan atas dasar anamnesis,


temuan klinis, dan diagnosis harus dikonfirmasi oleh pengujian laboratorium.7

II.7.1 Anamnesis :
Nyeri menelan
Demam
Tenggorokan kering
Nafsu makan menurun
Bau mulut

II.7.2 Pemeriksaan fisik:


inspeksi ke dalam hidung , telinga , dan mulut untuk melihat adakah
kemerahan, atau pembesaran tonsil
palpasi kelenjar getah bening ( kelenjar ) di leher untuk memeriksa
pembengkakan

11
II.7.3 Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan Darah

Untuk mengkonfirmasi penyebab lain yang dapat menyebabkan


radang tenggorokan

Pemeriksaan Kultur tenggorokan atau Rapid Antigen Detection Tes

(RADT)

Merupakan tes gold standar yang dilakukan untuk mendeteksi


kehadiran GABHS di faring dan mengkonfirmasi diagnosis.

II.8 PENATALAKSANAAN

Regimen terapi empiris untuk tonsilitis dan faringitis adalah sebagai berikut,
dosis pediatrik untuk pasien baik penisilin-alergi dan non-alergi penisilin. Jika
hasilnya tidak tersedia untuk tes RADT.8

II.8.1 Dosis anak:

Penisilin V 25-50 mg / kg / hari dibagi setiap 6 jam untuk 10 hari


atau
Amoksisilin 50 mg / kg / hari PO dalam 2 atau 3 dosis terbagi untuk 10
hari

II.8.2 Dosis anak jika penisilin alergi:

Azitromisin 12 mg / kg PO sekali sehari selama 5 hari atau


Klaritromisin 250 mg PO 12 jam untuk 10 hari atau
Eritromisin suksinat 20 mg / kg PO untuk 10 hari atau
Clindamycin 20 mg / kg / hari PO dalam 3 dosis terbagi (maksimal 1,8
g / d) dalam 10 har

12
II.9 PROGNOSIS

Tonsilofaringitis yang disebabkan oleh streptokokus atau virus biasanya


dapat sembuh sendiri sepenuhnya. Pada beberapa kasus yang disebabkan GABHS
yang tidak mendapat terapi yang optimal akan menimbulkan komplikasi seperti
abses parapharyngeal, demam rematik akut atau glomerulonefritis akut pasca
infeksi.4

13
BAB III

III.1 KESIMPULAN

Tonsilofaringitis adalah kondisi peradangan pada orofaring dan tonsil.


Tonsilofaringitis merupakan Infeksi yang paling umum yang dihadapi oleh dokter
anak. Kebanyakan anak dengan tonsilofaringitis memiliki gejala yang dapat dikaitkan
dengan infeksi pernapasan karena virus, seperti adenovirus, virus influenza,
parainfluenzavvirus, rhinovirus.Namun, di sekitar 30% sampai 40% dari kasus
tonsilofaringitis disebabkan oleh bakteri Grup A -streptokokus hemolitik (GABHS).
Di Indonesia prevalensi tonsilofaringitis tertinggi (4,6%) setelah nasofaringitis akut
yaitu sebesar (3,8%)

GABHS adalah organisme utama yang menjadi perhatian dalam kasus


pediatrik yaitu faringitis karena terapi antibiotik yang tepat efektif dan dapat
menghilangkan komplikasi jantung demam rematik.GABHS faringitis menyebar
melalui droplet pernapasan melalui kontak dekat. Ini memiliki masa inkubasi 2-5
hari.Sebuah studi menemukan bahwa pada remaja dan dewasa muda, faringitis oleh
GABHS lebih umum dari jenis lainnya

Kultur tenggorokan adalah tes diagnostik "gold standar untuk membuktikan


kehadiran streptokokus. Regimen terapi empiris untuk tonsilitis dan faringitis adalah
Penisilin V 25-50 mg / kg / hari atau Amoksisilin 50 mg / kg / hari dan jika alergi
penisilin dapat menggunakan Azitromisin 12 mg / kg atau Klaritromisin 250 mg

Tonsilofaringitis yang disebabkan oleh streptokokus atau virus biasanya


dapat sembuh sendiri sepenuhnya dalam rentang waktu 5- 7 hari. Pada beberapa
kasus bila penanganan GABHS tidak cepat dan tepat maka akan menimbulkan
Komplikasi seperti abses parapharyngeal, demam rematik akut atau
glomerulonefritis akut pasca infeksi.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Brook, I MD. 2008. Diagnosis and Management of Pharyngotonsillitis.


Department of Pediatrics, Georgetown University School of Medicine,
Washington DC, USA. Vol. 8, No.2 June.

2. Sapitri, Vivit. 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis yang


Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi. Departement
Ilmu Kesehatan : Fakultas Kedokteran Universitas Jambi.

3. Boie. Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

4. Simon H. 2010. Pediatrics Pharyngitis , (Online),


(http://emedicine.medscape.com/article/803258-overview 2010, diakses pada
tanggal 12 juli 2015).

5. Aritomoyo, D. 2003. Patogenesis & Patofisiologi Tonsilitis.Departemen Ilmu


Kesehatan : Universitas Sumatera Utara.

6. Beth A. Choby, Md. 2009. Diagnosis and Treatmentof Streptococcal


Pharyngitis. University of Tennessee College of MedicineChattanooga,
Chattanooga, Tennessee.

7. Woods MD, Michael. 2014. Pharyngitis; Tonsillopharyngitis; Throat Infection,


(Online), (http://augustahealthspecialists.com/specialties/urology/health-
information.dot?id=100684&lang=English&db=hlt&ebscoType=static&widget
Title=Urology+Health+Content diakses pada tanggal 25 juli 2015).

8. Shah, U. 2013. Tonsiltis and faringitis empire therapy, (Online)


(file:///C:/Users/MICROSOFT/Desktop/FIX/REFERENSI/Tonsillitis%20and%2
0Pharyngitis%20Empiric%20Therapy%20%20Empiric%20Therapy%20Regi
mens.htm, diakses pada tanggal 25 juli 2015)

15

Anda mungkin juga menyukai