Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memiliki peran dalam mewujudkan peningkatam derajat kesehatan masyarakat
adalah Rumah Sakit.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor .. tahun 2009,
Rumah sakit harus memenuhi persyaratan loksi, bangunan, prasarana, peralatan,
sumber daya manusia, dan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian harus menjamin
ketersedian sedian farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, aman, bermanfaat
dan terjangkau. Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti
standar pelayanan kefarmasian. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 tahun 01 dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelayanan
kefarmasian. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk
meningkatkan mutu dari pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan juga masyarakat dari penggunaan
obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien.
Fokus pelayanan kefarmasian, pada dewasa ini bergeser dari kepedulian
terhadap obat (Drug Oriented) menuju pelayanan optimal setiap individu pasien
tentang penggunaan obat (Patient oriented) dengan tujuan mewujudkan
pharmaceutical care dengan risiko yang minimal dan menjamin keamanan
penggunaan obat pada pasien. Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit dituntut
untuk merealisasikan pergeseran paradigm tersebut. Berdasarkan hal tersebut
kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara terus-menerus agar perubahan
paradigm tersebut dapat diimplemetasikan. Perkembangan tersebut dapat menjadi
peluang sekaligus menjadi tantangan bagi apoteker untuk maju meningkatkan
kompetensinya sehingga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian secara
komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun farmasi klinik.
Untuk memberikan gambaran dunia kerja, meningkatkan wawasan, pengetahuan
keterampilan, serta kemampuan kepada calon apoteker di bidang pelayanan
kefarmasian khususnya di Rumah Sakit, maka Program Studi Apoteker Fakultas
Farmasi, Institut Sains dan tekhnologi Nasional menyelenggarakan Praktik Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) yang bertempat di RSUD Indramayu, yang dilaksanakan
mulai tanggal 5 Juni sampai 20 Juni 2017.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit yaitu agar:
1. Dapat mempersiapkan mahasiswa menjadi apoteker yang bertindak sesuai
kode etik profesi, peraturan perundang-undangan serta sesuai ketetapan
standar profesi.
2. Dapat memberi pengalaman kepada calon apoteker tentang bagaimana
cara berinteraksi secara langsung kepada masyarakat dan bagaimana
bekerjasama serta berkomunikasi kepada sesama praktisi kesehatan.
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
2) Tenaga Administrasi
3) Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya.
2. Persyaratan SDM
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan
Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker. Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian harus memenuhi persyaratan administrasi seperti yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Instalasi Farmasi harus dikepalai oleh seorang Apoteker yang merupakan
Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Kepala Instalasi Farmasi diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di
Instalasi Farmasi minimal 3 (tiga) tahun.
3. Beban Kerja dan Kebutuhan
a. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1) kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate (BOR);
3) jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) perhari; dan
2.4.1 Pemilihan
Merupakan kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
pada standar yang telah ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga, dan ketersediaan di pasaran.
2.4.2 Perencanaan
Merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu dan efisien.
2.4.3 Pengadaan
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan
waktu yang tepat dengan harga yang terjangkaudan sesuai standar mutu.
2.4.4 Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
2.4.5 Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan perbekalan
farmasi sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang
dimaksud meliputi persyaratan cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan
jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
2.4.6 Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi dari tempat
penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu,
stabilitas, jenis, jumlah, dan ketetapan waktu.
2.4.7 Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan perbakalan farmasi yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.8 Pengendalian
Pengendalian penggunaan perbekalan farmasi dapat dilakukan oleh
Instalasi Farmasi harus bersama Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan Pengendalian yaitu memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan
kehilangan.
2.4.9 Administrasi
Dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlaku. Kegiatan administrasi terdiri dari
pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan, dan administasi penghapusan.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
c. Struktur Organisasi
RSUD Kabupaten Indramayu dipimpin oleh satu orang Direktur
yang dibantu dua orang Wakil Direktur, 6 Kepala Bidang dan dua belas
Kepala Sub Bagian/ Seksi dengan Susunan :
a. Direktur
b. Wakil Direktur Pelayanan, membawahi:
Seksi Pengembangan Mutu Pelayanan Medik
Seksi Pengembangan Fasilitas Pelayanan Medik
c. Bidang Penunjang Medik :
Seksi Pengembangan Mutu Pelayanan Penunjang Medik
Seksi Pengembangan Fasilitas Pelayanan Penunjang Medik
d. Bidang Keperawatan, membawahi:
Seksi Etik, Mutu dan SDM Keperawatan
Seksi Asuhan Keperawatan dan Pengelolaan Fasilitas
Keperawatan
e. Wakil Direktur Umum dan keuangan, membawahi :
Bagian Umum, Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan,
membawahi :
o Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
o Sub Bagian Pendidikan, Penelitian, Penilitian dan
Pengembangan
Bagian Program, Rekam Medik, Hukum dan Humas,
membawahi :
o Sub Bagian Rekam Medik, Hukum dan Humas
o Sub Bagian Penyusunan Program, Laporan dan Sistem
Informasi dan Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
Bagian Keuangan, membawahi :
o Sub Bagian Penyusunan Anggaran, Verifikasi dan
Akuntansi
o Sub Bagian Perbendaharan dan Mobilisasi Dana
Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi RSUD Kabupaten Indramayu menurut
Peraturan Bupati Indramayu nomor 26 tahun 2011 tanggal 1
Desember 2011 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit
umum daerah Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut :
b. Penyimpanan
Penyimpanan obat di depo farmasi rawat jalan dipengaruhi oleh suhu dan
lokasi. Untuk obat yang membutuhkan suhu dingin dalam penyimpanannya untuk
menjaga kestabilan obat, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu yang
terkontrol dan selalu dilakukan pengecekan suhu setiap hari. Untuk obat yang
stabil dalam suhu ruang maka disimpan dalam rak-rak di depo farmasi rawat jalan.
Untuk obat Narkotika dan Psikotropika, disimpan dalam lemari khusus yang
sesuai dengan standar dan ketentuan. Obat dengan tujuan pemakaian luar
dipisahkan dengan obat dalam.
c. Alur Pelayanan
1. Pasien yang akan berobat mendaftar di bagian pendaftaran
2. Petugas akan mencatat data penderita pada kartu rekam medik. Setelah
selesai di bagian pendaftaran dilanjutkan dengan pemeriksaan anamnesis
oleh perawat bagian rawat jalan, kemudian pasien diantarkan ke praktek
dokter sesuai dengan keluhannya.
3. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang bersangkutan, maka
dokter akan menulis resep untuk pasien.
4. Pasien datang dan memberikan resep kepada petugas depo farmasi rawat
jalan. Serta Pasien diminta untuk memberikan alamat
5. Obat yang diresepkan dimasukkan ke dalam komputer, untuk dibuat slip
transaksi obat. Kemudian pasien dianjurkan untuk membayar tagihan
resep dikasir agar mendapat obat-obatnya.
6. Petugas farmasi menyiapkan perbekalan farmasi.
7. Petugas membuat etiket
8. Setiap pengambilan obat harus selalu mencatat jumlah obat yang diambil
dalam kartu stok.
9. Setelah semua obat diambil, kemudian segera dikemas sesuai etiket serta
label intsruksi tambahan dan membuat copy resep bila diminta, kemudian
petugas memberi paraf pada kolom.
10. Kemudian segera dilakukan penyerahan obat. Sebelum memberi
Pelayanan Informasi Obat dilakukan konfirmasi nama serta alamat.
Setelah petugas memberikan informasi obat mengenai indikasi dan aturan
pemakaian obat (frekuensi, jam minum obat, sebelum/sesaat/sesudah
makan). Setelah itu petugas meminta paraf pasien yang mengambil obat,
dan petugas pemberi Informasi Obat memberi paraf kemudain disimpan
sebagai arsip.
3.8.2 Depo Farmasi Rawat Inap
Depo Farmasi Rawat Inap adalah depo farmasi yang melayani resep pasien
rawat inap, yaitu resep inap RSUD Indramayu dan resep obat untuk pasien
pulang. Resep inap dibagi menjadi resep untuk pasien umum (pasien yang
membayar pelayanan medis dan obat rumah sakit dari biaya sendiri), pasien
kontraktor (pasien yang pelayanan medis dan obatnya dibayarkan melalui
perusahaan atau asuransi), dan resep untuk pasien BPJS. Pada Depo Farmasi
Rawat Inap dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian obat dan bagian alkes.
Pengadaan di depo farmasi rawat inap sama seperti depo farmasi rawat
jalan. Untuk pasien rawat inap, obat diambil oleh petugas yang ditunjuk
(pembantu orang sakit yang bertugas diruang tertentu). Untuk pasien pulang
(home medicine), obat diambil oleh keluarga pasien untuk selanjutnya diberikan
PIO oleh apoteker.
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Rumah Sakit merupakan salah satu tempat pengabdian profesi apoteker dalam
melaksanakan pekerjaan kefarmasian, meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, dan
pelayanan informasi obat. RSUD Indramayu merupakan salah satu sarana kesehatan
tingkat lanjut yang berperan penting dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, melalui pelayanan kefarmasian yang mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
Berdasarkan Hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di RSUD
Indramayu, dapat disimpulkan bahwa:
1. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker memahami tentang peran, fungsi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
2. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan kegiatan kefarmasian di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
3. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker berkesempatan untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
4. Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker mendapat gambaran nyata tentang
permasalahan pekerjaan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga
siap dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional
5.2 Saran