Anda di halaman 1dari 2

DARURAT TUBERKULOSIS

INDONESIA DARURAT TUBERKULOSIS

BERITA PERS
Jakarta, 7 April 2016.
Berdasarkan Survei Pravelensi TB oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI Tahun 2013-2014 angka insidence
(kasus baru) tuberkulosis ( TB ) Paru di Indonesia sebesar 403/100.000 penduduk, sedangkan angka prevalence
(kasus baru dan lama) 660/100.000 penduduk.
Berdasarkan perkiraan jumlah penduduk Indonesia + 250 juta, setiap tahun ditemukan 1 juta lebih kasus TB
Paru baru dengan angka kematian sebesar 100.000 orang/tahun atau 273 orang per hari.
Dengan hasil survei tersebut, menempatkan Indonesia pada peringkat kedua dengan kasus TB terbanyak di
dunia setelah India. Dengan data ini berarti Indonesia saat ini dalam kondisi darurat TB Paru.
Sayangnya, besarnya masalah TB Paru di Indonesia belum diimbangi dengan dana yang cukup, sehingga
Indonesia masih dibantu dana hibah dari Global Fund (GF). Padahal bantuan GF pada suatu saat dapat
dihentikan sejalan dengan kemampuan negara kita. Hal ini dapat dipahami karena GF akan memfokuskan
bantuannya kepada negara-negara yang belum mampu.
Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI) berkolaborasi dengan Lembaga Kesehatan Nahdatul Ulama
(LKNU) dan CCPHI menyelenggarakan Diskusi Best Praktices Program Kemitraan Stop TB tanggal 7 April
2016 bertempat di Griya Jenggala I No. 2, Jakarta. Diskusi diikuti 200 peserta dari kalangan dunia usaha/swasta,
CSO (Civil Society Organization), pemerintah, mahasiswa, pemerhati masalah TB yang umumnya tergabung
dalam Forum Stop TB Partnership Indonesia dengan tujuan untuk memberi ruang yang lebih luas bagi sektor
swasta/dunia usaha apapun kegiatan bisnisnya untuk berpartisipasi dalam program pengendalian TB di
Indonesia.
Selama ini sejumlah korporasi sudah berkontribusi dalam program pengendalian TB, dan yang diundang saat ini
untuk berbagi pengalaman dalam diskusi yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Tiga Raksa Satria Tbk, PT
Unilever Indonesia dan PT Freeport Indonesia. Pengalaman mereka dapat menginspirasi perusahaan lain untuk
ikut berpartisipasi dan berkontribusi tanpa memandang latar belakang perusahaan atau ruang lingkup usahanya
dan tidak harus berkaitan dengan urusan kesehatan.
Penyakit TB dapat menjangkiti setiap orang, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Walaupun TB dapat
menjangkiti berbagai organ tubuh manusia, namun yang paling mudah terkena dan menularkan kepada orang
lain adalah TB Paru.
TB berkaitan erat dengan kemiskinan. Kemiskinan berkaitan erat dengan gizi buruk, tempat tinggal yang tidak
sehat (kumuh, padat, tidak terpapar sinar matahari dan tidak ada ventilasi udara). Kondisi ini memudahkan
penyebaran penyakit TB paru terutama kepada kelompok rentan yaitu anak-anak dan orang tua.
Oleh karena itu, selain dunia usaha/sektor swasta, seluruh komponen masyarakat diharapkan berkontribusi
sesuai ruang lingkupnya masing-masing dan sebatas kemampuannya, agar TB (khususnya paru) tidak menular
ke lebih banyak orang lagi. Laporan resmi WHO Tahun 2015 menyebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 9,6
juta orang di dunia sakit karena TB dan sebanyak 1,5 juta orang diantaranya meninggal karena TB.
Pada Program TB Nasional Obat anti TB (OAT) disediakan oleh pemerintah secara gratis.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Drg. Mariani Reksoprodjo dan Dr. Henry Diatmo, Kantor Skretariat PPTI Pusat/FSTPI Jl. Sultan Iskandar Muda
No. 66 A, Kebayoran Lama Utara, Jaksel. Telp. 021-7397494; email : ppti66@yahoo.com dan
admin@stoptbindonesia.org.
Hartono Rakiman (CEPAT LKNU ), Grha Tirtadi 5th floor, Room 501, Jl. Raden Saleh No. 20 Jakarta Pusat.
Telp. 021-39837388; email : hartono@cepat-lknu.org.

Forum Stop TB Partnership Indonesia


Drg. Mariani Reksoprodjo
Secretary Executive

Sumber : http://www.stoptbindonesia.org/2016/04/darurat-tuberkulosis.html

Anda mungkin juga menyukai