Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GLAUKOMA

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Glaukoma merupakan kumpulan beberapa penyakit dengan tanda utama
tekanan intraokuler yang meningkat dengan segala akibatnya yaitu
penggaunagn dan atrofi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas
( Ilmu Penyakit Mata; 219). Istilah glaukoma merujuk pada kelompok
penyakit yang berbeda dalam hal patofisiologi, presentasi klinis, dan
penanganannya. Biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang
akibat kerusakan saraf optikus (Brunner dan Suddart; 2005). Glaukoma
adalah sekelompk kelainan mata yang ditandai dengan adanya
peningkatan Tekanan Intraokuler (Barbara C. Long ; 262). Dari ketiga
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa glaukoma adalah sekelompok
kelainan mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler dan
ditandai oleh berkurangnya lapang pandang.
1.2 Etiologi
Glaukoma disebabkan peningkatan tahanan aliran keluar humor aqueous
melalui jaring-jaring trabekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena
episkleral. Pori-pori trabekula dapat tersumbat oleh setiap jenis debris,
darah, pus, atau bahan lainnya. Peningkatan tahanan tersebut dapat
disebabkan oleh penggunaan kortikostroid jangka lama, tumor
intraokuler, uveitis akibat penyakit seperti herpes simplex atau herpes
zoster, atau penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh material lensa,
bahan viskoelastik (digunakan pada pembedahan katarak), darah atau
pigmen. Peningkatan tekanan episkleral akibat keadaan seperti luka bakar
kimia, tumor retrobulbar, penyakit tiroid, fistula ateiovenosa, jugularis
superior vena kava atau sumbatan vena pulmonal juga dapat
mengakibatkan peningkatan TIO. Selain itu, glaukoma sudut terbuka
dapat terjadi setelah ekstraksi katarak, implantasi TIO ( khususnya lensa
kamera anterior), penguncian sklera, vitrektomi, kapsulotomi posterior,
atau trauma.

1
2

Selain itu, TIO dapat meningkat karena adanya hambatan oleh akar iris
pada sudut bilik mata depan, yang membendung semua aliran keluar.
Faktor resiko terjadinya glaukoma diantaranya riwayat penyakit diabetes,
hipertensi, arteriosklerosis.
1.3 Tanda dan Gejala
Glukoma sudut terbuka tidak menunjukan gejala sampai pada perjalanan
penyakit yang sudah lanjut. Awitannya insidius, progresif lambat, dan
kehilangan lapang pandang perifer kecil tidak dirasakan. Ketika
kehilangan lapang pandang menjadi lebih jelas bagi pasien, kerusakan
ireversibel, ekstensi saraf optikus biasanya sudah terjadi. Gejala glukoma
sudut tertutup meliputi nyeri, pandangan halo (melihat halo disekitar
benda), pandangan kabur, mata merah, dan perubahah bentuk mata. Nyeri
okuler mungin disebabkan oleh peningkatan TIO cepat, implamasi atau
akibat efek samping yang ditimbulkan oleh obat (misalnya spasme otot
silier). Nyeri okuler berat dapat disertai mual, muntah, berkeringat, atau
bradikardia. Mata merah mungkin berhubungan dengan iritis akut, reaksi
obat, glukoma neovaskuler, hivema, perdarahan subkonjungtia atau
tekanan vena episkleral yang meningkat. Edema kornea akibat peningkata
TIO dan dekompesasi epitel kornea dapat mengakibatakn pandangan
halo. Pandangan kabur episodik juga sering dijumpai. Beberapa pasien
merasa ada perubahan penampilan mata, termasuk kornea memburam,
pergeseran okuler, dan perubahan posisi, ukuran atau bentuk pupil.
1.4 Patofisiologi
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor
aqueous yang menyebabkan peningkatan IOP. Bila tekanan terus
meningkat dapat terjadi kerusakan mata. Perubahan pertama sebelum
sampai hilangnya penglihatan adalah perubahan perifer, bila hal ini tidak
segera ditangani bisa timbul kebutaan. Glukoma sudut tertutup terjadi bila
tekanan intraokuler mendadak naik karena adanya hambatan oleh akar iris
pada sudut bilik mata depan yang membendung semua aliran keluar.
Glukoma sudut tertutup trabekelnya baik, hambatan pengaliran humor
aquoeus terjadi karena sudut balik depan yang sempit, kemudian karena
keadaan tertentu yang menyebabkan sudut balik depan tertutup sehingga
hambatan menjadi total, dengan akibat terjadi peninggian TIO. Bila
hambatan total terjadi secara mendadak maka akan terjadi serangan
glukoma akut.
3

1.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Tonometri
Tonometri adalah alat untuk mengukur tekanan intra okular (TIO).
TIO digolongkan sebagai normal apabila nilainya antara 10-21 mmHg.
TIO yang tinggi (>21 mmHg) adalah salah satu faktor risiko
glaukoma. Mekanisme TIO tinggi adalah gangguan aliran keluar
cairan akuous akibat disfungsi system drainase di bilik mata depan
(sudut terbuka) maupun karena penutupan sudut bilik mata itu sendiri
(sudut tertutup). Salah satu pemeriksaan tonometri sederhana
menggunakan Schitz tonometer. Angka yang didapatkan dari skala
dirujuk ke tabel konversi untuk mendapatkan nilai TIO dalam mmHg.
b. Oftalmoskopi
Bila ada kecurigaan glaukoma berdasarkan keluhan atau faktor risiko
pada pasien, pemeriksaan oftalmoskopi dilakukan untuk memastikan
diagnosis. Kelainan dikatakan bermakna bila ada pembesaran cup-to-
disc ratio (CDR) lebih besar dari 0.5, dan asimetri CDR antara dua
mata 0.2 atau lebih.yang lebih berisiko :
1. Tekanan bola mata tinggi >21mmHg (risiko meningkat 5x)
2. Usia di atas 40 tahun
3. Rabun dekat yang ekstrim
4. Tekanan darah tinggi (peningkatan risiko 80%)
5. Kencing manis/ diabetes melitus (risiko meningkat 2x)
6. Cedera mata sebelumnya
7. Glaukoma pada keluarga (risiko meningkat 3x)
8. Penggunaan steroid jangka panjang(risiko meningkat 3x)
9. Asimetri TIO & CDR antara 2 mata
c. Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan
yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.

Alat diagnostik mutakhir untuk deteksi dini glaukoma: Tekanan bola


mata dengan non contact tonometry, tonometer aplanasi dan tonopen.
Perimeter komputer Humphrey, Pengukuran ketebalan lapisan saraf
mata dengan Optical Coherence Tomography (OCT) dan Heidelberg
4

Retinal Tomography (HRT). Pengukuran kedalaman bilik depan bola


mata dengan anterior OCT.
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang munculpada glaukoma yang tidak ditangani adalah
kebutaan, namun komplikasi juga dapatmuncul pada pasien yang
dilakukan tindakan operasi. Komplikasi ini dapat dibagimenjadi dua:
a. Early Complications
Early complicationsmerupakan komplikasi yang terjadi pada waktu
dua minggu setelah operasi.b.
b. Delayed Complications
Delayed complications merupakan komplikasi yang terjadi pada
beberapa bulan hingga tahun setelahoperasi.
1.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat
yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan.
a. Farmakoterapi
1) Antagonis Beta-adrenergik
Antagonis Beta-adrenergik menurunkan TIO dengan mengurangi
pembentukan umur aqueous. Obat yang bisa digunakan adalah
timolol, levobimolol (betagen), optipranolol (metipranolol).
Dengan menggunakan obat ini dapat mengurangi efek samping
kardiopulmonal yang sering dijumpai pada obat non selektef
beta, seperti distress pernapasan, blok jantung dan hipotensi.
2) Bahan kolinergik
Obat kolinergik topikal digunakan dala penanganan glukoma
jangka pendek dengan penyumbatan pupil akibat efek
langsungnya pada reseptor parasimpatis iris dan badan silier.
Sebagai akibatnnya, spingter pupil akan berkontriksi, iris
mengencang, volume jaringan iris pada sudut akan berkurang.
Dan iris perifer tertarik menjauhi jaring-jaring trabekula.
Perubahan ini memungkinkan humor aqueous mencapai saluran
keluar dan akibatnya terjadi penurunan TIO.
3) Agonis adrenergic
Agonis adrenergik digunakan bersama dengan bahan
penghambat beta adrenergik berfungsi saling sinergi dan bukan
berlawanan. Menurunkan TIO dengan meningkatkan aliran ke
5

luar humor aqueous, memperkuat dilatasi pupil, menurunkan


produksi humor aqueous dan menyebabkan kontriksi pembuluh
darah konjungtiva. Contohnya adalah epinefrin dan fenilefrin
hidroklorida. Tetes mata epinefrin digunakan dalam menangani
glukoma sudut terbuka. Sedangkan fenilefrin sering digunakan
untuk mendilatai mata sebelum pemeriksaan fundus okuli dan
menangani uveitis.
4) Inhibitor anhidrase karbonat
Inhibitor anhidrase, misal asetazolamid (diamox), diberikan
secara sistemik untuk menurunkan TIO dengan menurunkan
pembuatan humor aqueous. Digunakan untuk menangani
glukoma sudut terbuka (jangka panjang) dan menangani
glukoma penutupan sudut (jangka pendek).
5) Diuretika osmotic
Bahan hiperosmotik oral (gliserol atau intra vena (manitol))
dapat menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolalitas
plasmadan menarik air dari mata kedalam peredaran darah.
b. Pembedahan
1) Iridektomi perifer atau sektoral
Dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan
aliran humor aqueous dari kamera posterior ke kamera anterior.
Diindikasikan pada penanganan glukoma dengan penyumbatan
pupil bila pembedahan laser tidak berhasil atau tidak tersedia.
2) Trabekulektomi (prosedur filtrasi)
Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui
sklera. Trabekulektomi meningkatkan aliran humor aqueous
dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah. Ketika
cairan mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk blab
atau gelembung yang dapat diobservasi pada pemeriksaan
konjungtiva. Komplikasi setelah prosedur filtrasi meliputi
hipotoni (TIO rendah yang tidak normal), hivema atau darah di
kamera anterior mata.
3) Prosedur seton
Alat ini paling sering digunakan pada pasien dnegan TIO tinggi,
pada mereka yang beresiko tinggi terhadap pembedahan, atau
mereka yang prosedur filtrasi awalnya gagal.
6

1.8 Pathway
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan


Cairan humor aqueous

Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Gangguan Kurang
Perubahan penglihatan Anxietas
persepsi pengetahuan
Perifer
sensori
penglihatan

Kebutaan
7

II. Rencana Asuhan klien dengan Glaukoma


Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
gangguan sistem penglihatan dengan glaukoma perlu menggunakan proses
keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Adapaun proses
keperawatan terdiri dari : pengkalian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan
perawatan pada klien.
2.1.1 Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama masuk RS : Pada umumnya klien dengan
glaukoma mengeluh penglihatan kabur yang mendadak,
diikuti rasa nyeri hebat, dan penampakan lingkaran berwarna
pelangi di sekitar lampu. Sering mual dan muntah-muntah.
Biasanya terasa nyeri pada dan di sekitar mata. Keluhan
lainnya yang sering ada adalah mata merah sekali dan
palpebra membengkak, serta tajam penglihatan menurun
(kadang-kadang lainnya hanya sampai persepsi cahaya).
Keluhan saat pengkajian : Menjelaskan keluhan yang
dirasakan klien saat dikaji oleh perawat yang kemudian
dikembangkan lebih lanjut dengan memakai metoda PQRST.
Untuk pengembangan PQRST ini, tentu saja tergantung dari
keluhan yang klien keluhkan dan perlu diingat bahwa poin-
point PQRST ini kadang tidak secara keseluruhan keluhan
klien dapat dikembangkan, tapi setidaknya memberikan
kejelasan untuk ketepatan intervensi pada saat itu.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan klien dalam hal aktivitas,
seperti membaca. Tanyakan apakah klien pernah mengalami
trauma atau pembedahan mata. Apakah klien pernah
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, atau pernah
mendapat terapi miosis. Kaji adanya penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus. Tanayakan pula penggunaan berbagai obat
8

topikal atau sistemik (Vasokonstriktor, bronkodilator,


penenang, dan anti parkinson)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga klien ada yang mempunyai
penyakit glaukoma, karena menurut pendapat beberapa pakar
galukoma diturunkan. Dan kaji pula apakah dalam keluarga
klien ada yang menderita penyakit diabetes mellitus atau
hipertensi.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada sistem penglihatan mengkaji struktur
eksterna dan interna. Selain itu pemeriksaan itu dilakukan secara
head to toe.
1) Pola aktivitas sehari-hari
Dengan membandingkan kebiasaan sehari-hari klien sebelum
dan sesudah dapat diketahui perrubahan yang terjadi pada
klien dan membantu memudahkan untuk mengetahui
kebutuhan klien
2) Data psikologis
Kaji gambaran emosi dan status sosial klien serta identifikasi
kebutuhan-kebutuhan khusus persepsi klien sebelum
didiagnosa.
Kaji bagaimana perasaan klien setelah mempunyai penyakit
galukoma, apakah harga diri klien terganggu. Jangan biarkan
klien merasa stress dengan keadaannya karena stress dapat
menyebabkan peningkatan TIO.
3) Data sosial
Sering ditemukan masalah sosial yang dapat menimbulkan
stress pada klien.
4) Data spiritual
Kaji pandangan klien tentang penyakit dan harapan klien
tentang penyakitnya.
9

2.1.3 Pemeriksaan diagnostic


1) Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara
yang khusus untuk glaukoma, tetapi tetap penting karena pada
klien yang menderita glaukoma ketajaman penglihatannya
menurun
2) Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur besarnya tekanan intra
okuler. Tonomeri ini ada 3 macam yaitu :
a. Cara digital : paling mudah tapi tidak cermat, sebab
pengukurannya berdasarkan perasaan kedua jari telunjuk
kita. Dengan menyuruh penderita melihat ke bawah tanpa
menutup matanya, kemudian kita letakan kedua jari
telunjuk diatasnya, dengan satu jari menekan sedangkan
jari yang lain menahan secara bergantian. Tinggi
rendahnya dicatat sebagai berikut: TIO : Tensi intra okuler
= N (normal), TIO : N + 1 (agak tinggi); TIO = N 1
(agak tinggi), TIO : N + 2 (tinggi), dsb. Bila penderita
menutup matanya pada waktu melihat ke bawah, maka
tarsus palpebra yang keras pindah ke depan mata, sehingga
pada palpasi yang teraba tarsusnya dan memberi kesan
keras.
b. Cara mekanis, dengan tonometri schiotz
Tidak begitu mahal, dapat dibawa kemana-mana, mudah
mengerjakannya. Hanya bila skleranya terlalu lembek
seperti pada penderita miopia, maka hasil pembacaanya
menjadi terlalu rendah. Penderita berbaring tanpa bantal,
matanya ditetesi pantocain 1-2 % satu kali. Suruh penderita
melihat lurus ke atas dan letakan tonometer dipuncak
kornea. Jarum tonometer akan bergerak di atas skala dan
menunjuk pada satu angka diatas skala tersebut.

Tonometer ini mencatat tekanan terhadap timbangan


tertentu, yang menimbulkan tekanan pada kornea. Anak
timbangan yang dipakai bermacam-macam diantaranya
5,5g, 7,5g, 10g, dan 15g. Umpamanya angka gesekan di
10

skala 5, timbangan yang dipakai 5,5g maka TIO = 5/5,5


yang menurut tabel menunjukan 17,3 mmHg.
c. Tonometer dengan tonometer aplanasi dari goldman
Alat ini cukup mahal kira-kira 10 kali harga tonometer dari
schiotz juga memerlukan slitlamp yang juga cukup mahal,
pula tidak praktis. Tetapi meskipun demikian, did alam
komunikasi internasional secara tidakresmi, hanya
tonometri dengan aplanasi tonometer yang diakui. Di
Indonesia hanya pusat-pusat oftalmologi dan beberapa
dokter ahli mata yang mempunyainya. Dengan alat ini
kekakuan sklera dapat diabaikan, sehingga hasil
pengukuran menjadi lebih cermat. Tekanan intraokuler
yang normal berkisar antara 15-20 mmHg. Ini sangat
individual, sebab mungkin ada mata dengan tensi dalam
batas-batas normal, tetapi menunjukan tanda glukoma.
Karena itu lebih baik disebut tekanan normatif, yaitu
tekanan intraokuler, dimana tidak menimbulkan akibat
buruk. Umumnya tekanan 24,4 mmHg, masih dianggap
sebagai batas tertinggi. Tekanan 22 mmHg dianggap high
normal dan kita harus waspada.

Tekanan bola mata ini, untuk satu mata tak selalu tetap,
tetapi pada bernapas ada fluktuasi 1-2 mmHg dan pada jam
5-7 pagi paling tinggi, siang hari menurun malam hari
menaik lagi. Hal ini dinamakan variasi di urnal; dengan
flutuasi 3 mmHg. Bila pada pemakaian tonometer schiotz,
terdapat tekanan intraokuler yang selalu tinggi, tanpa
tanda-tanda klinik dari glukoma, maka ada 2 kemungkinan
yaitu kekakuan okuler yang tinggi (ocular rigidity) dan
tensi normatif yang tinggi.

Untuk membedakannya, pakailah 2 anak timbangan 5,5g


dan 10g. bila dengan anak timbangan 10g tensinya lebih
tinggi, daripada dengan anak timbangan 5,5g, hal ini
menunjukan kekakuan okulernya yang tinggi sedang jika
11

tekanannya pada kedua anak timbangan ini sama, maka


menunjukan bahwa tensi normatifnya yang tinggi.
4) Genioskopi
Merupakan suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut
bilik mata depan. Dengan alat ini dapat pula diramalkan
apakah suatu sudut akan mudah atertutup dikemudian hari.
Cara yang sederhana untuk menentukan lebar sempitnya
sudut bilik mata depan, dengan menyinari bilik mata depan,
dari samping memakai sebuah senter. Iris yang datar akan
disinari secara merata, ini berarti bilik mata depannya terbuka.
Tetapi bila yang disinari pada sisi lampu senter, sedang pada
sisi yang lain terbentuk bayangan, maka kemungkinan sudut
bilik mata depannya sempit atau tertutup,
5) Lapang pandang
Akibat yang ditimbulkan oleh glaukoma dapat dinilai dari
kerusakan lapang pandang, oleh karena itu pemeriksaan
lapang pandang sangat penting. Dua cara pemeriksaan lapang
pandang yang umumnya dikenal adalah :
1. Pemeriksaan lapang pandang perifer : lebih berarti jika
glaukoma lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan
lapang pandang akan ditemukan didaerah tepi, yang
kemudian meluas ke tengah.
2. Pemeriksaan lapang pandang sentral
Pemeriksaan ini menggunakan tabir bjerrum, yang meliputi
daerah luas 30O. justru skotoma skotoma parasentral
dalam tahap dini ditemukan dengan cara ini. Kerusakan
kerusakan dini lapang pandang ditemukan parasentral yang
dinamakan skotoma bjerrum. Skotoma ini setengah
melingkari titik filsasi. Biasanya penderita tidak sadar akan
kerusakan ini karena tidak mempengaruhi tajam
penglihatan sentral. Apabila gloukoma kronik sudah lebih
lanjut, kerusakan kerusakan lapang pandang terjadi di
perifer terutama dibagian nasal atas dulu. Kerusakan ini
kemudian meluas ke tengah dan akan bergabung dengan
skotoma parasentral. Dalam tahap seperti ini tajam
penglihatan sentral masih tetap normal. Kemudian
12

kerusakan lapang pandang akan meluas ke seluruh jurusan


dan disekitar titik fiksasi yang tadinya masih terhindar,
kerusakan akan meluas ke tengah. Pada suatu ketika
keadaan menjadi demikian rupa, sehingga seluruh lapang
pandangan habis, kecualoi suatu pulau kecil (kurang lebih
50) yang tersisa disekitar titik fiksasi. Dalam tahap lanjut
seperti inipun, tajam penglihatan masih normal. Keadaan
ini dinamakan tunnel vision atau penglihatan terowong.
Akhirnya titik fikasa itupun akan hilang dan tersisa pulau
kecil dibagian temporal. Ini dapat bertahan lama sekali,
sebelum mata itu menjadi buta total.

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa I : Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan
kerusakan sensori dan kekurangan pemahaman mengenai perawatan
pascaoperatif, pemberian obat.
Diagnosa II : Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan
kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.
Diagnosa III : Infeksi luka operasi atau struktur okuler lain; ablasio
retina, peninggian TIO, perporasi luka operasi.
Diagnosa IV : Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan
TIO, inflamasi intervensi bedah, atau pemberian tetes mata dilator.
Diagnosa V : Potensial terhadap kurang perawatan diri yang
berhubungan dengan kerusakan penglihatan.

2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, merumuskan intervensi
dan rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi,
situasi dan lingkungan klien itu sendiri. Dalam rencana ini perlu pula
diperhatikan adanya kerjasama yang baik antara keuarga klien dengan
tim kesehatan lainnya agar tujuan dapat dicapai dengan baik.
Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas dapat ditetapkan tujuan,
kriteria evaluasi, intervensi dan rasional menurut Barbara Engram
(1999), Marilyne E Doenges (1993) dan Burner dan Suddarth (2001)
sebagai berikut:
13

Diagnosa I : Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori


dan kekurangan pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif,
pemberian obat.
Tujuan : Menurunkan stress emosional, kerakutan dan depresi; penerimaan
pembedahan dan pemahaman instruksi.

No Intervensi Rasional
1 Kaji derajat dan durasi gangguan Informasi dapat menghilangkan
visual. Dorong percakapan untuk ketakutan yang tak diketahui.
mengetahui keprihatinan pasien, Mekanisme koping dapat membantu
perasaan, dan itngkat pemahaman. pasien berkompromi dengan
Jawab pertanyaan, memberi dukungan, kegusaran, ketakutan, depresi,
membantu pasien melengkapi dengan tegang, keputusasaan, kemarahan,
metode koping dan penolakan

2 Orientasikan pasien pada lingkungan Pengenalan terhadap lingkungan


yang baru membantu mengurangi ansietas dan
meningkatkan keamanan.

3 Jelaskan rutinitas perioperatif Pasien yang telah mendapat banyak


Preoperatif : Tingkat aktivitas, informasi lebih mudah menerima
pembatsan diet, obat-obatan. penanganan dan mematuhi instruksi
Intra operatif : pentingnya berbaring
diam selama pembedahan atau
memberi peringatan kepada ahli bedah
ketika terasa akan batuk atau akan
berganti posisi. Muka ditutup dengan
kain, dan diberiakn O2. Suara bising
dari peralatan yang tak biasa.
Pemantauan, termasuk pengukuran
tekanan darah yang sering.
Pascaoperatif : Pemberian posisi,
pembalutan, tingkat aktivitas,
pentingnya bantuan untuk ambulasi
sampai stabil dan adekuat secara
visual.

4 Jelaskan intervensi sedetil-detilnya; Pasien yang mengalami gangguan


perkenalkan diri anda pada setiap visual bergantung pad amasukan
interaksi; terjemahkan setiap suara indera yang lain untuk mendapatkan
asing; pergunakan sentuhan untuk informasi
membantu komunikasi verbal.

5 Dorong untuk menjalankan kebiasaan Perawatan diri dan kemandirian akan


hidup sehari-hari bila mampu. Pesan meningkatkan rasa sehat
makanan yang bisa dimakan dengna
tangan bagi mereka yang tak dapat
melihat dengan baik atau tak
mempunyai keterampilan koping
untuk mempergunakan peralatan
makan.
14

6 Dorong partisipasi keluarga atau orang Pasien mungkin tak mampu


yang berarti dalam perawatan pasien melakukan semua tugas sehubungan
dengan penanganan dan perawatan
diri.

7 Dorong partisipasi dalam aktivitas Isolasi sosial dan waktu luang yang
sosial dan pengalihan bila terlalu lama dapat menimbulkan
memungkinkan (pengunjung, radio, perasaan negatif
rekaman radio

Diagnosa II : Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan


penglihatan atau kurang pengetahuan.
Tujuan : Pencegahan cedera
No Intervensi Rasional
1 Bantu pasien ketika mampu Menurunkan risiko jatuh atau cedera
melakukan ambulasi pascaoperasi ketika langkah sempoyongan atau
sampai stabil dan mencapai tidak mempunyai keterampilan
penglihatan dan keterampilan koping koping untuk kerusakan penglihatan
yang memadai. Ingat bahwa balutan
bilateral menjadikan pasien tak dapat
(melihat), menggunakan teknik
bimbingan penglihatan.

2 Bantu pasien menata Memfasilitasi kemandirian dan


lingkungan.jangan mengubah penataan menurunkan risiko cedera
meja, kursi tanpa pasien diorientasi
dahulu

3 Orientasikan pasien pada ruangan Meningkatkan keamanan mobilitas


dalam lingkungan

4 Bahas perlunya pengguanaan perisai Tameng logam atau kaca mata


metal atau kacamata bila melindungi mata terhadap cedera
diperintahkan

5 Jangan memberikan tekanan pada Tekanan pada mata dapat


mata yang terkena trauma mengakibatkan kerusakan seritis
lebih lanjut

6 Gunakan prosedur yang memadai Cedera dapat terjadi bila wadah obat
keika memberiakn obat mata menyentuh mata

Diagnosa III : Infeksi luka operasi atau struktur okuler lain; ablasio retina, peninggian
TIO, perporasi luka operasi.
Tujuan : Komplikasi dapat dihindari
No Intervensi Rasional
1 Jaga teknik aseptik ketat, lakukan cuci Akan meminimalkan infeksi
tangan sesering mungkin
15

2 Awasi dan laporkan segera adanya Penemuan awal komplikasi dapat


tanda dan gejala komplikasi; misal mengurangi risiko kehilangan
perdarahan, peningkatan TIO (nyeri penglihatan permanen
dahi mendadak), infeksi
(merah,edema,cairan purulen), nyeri
tak berkurang dengan obat yang
diresepkan; kilatan cahaya, perubahan
atau penurunan fungsi visual,
perubahan struktur mata (prolaps iris,
pupil berbentuk pir, dehisensi luka),
reaksi samping obat

3 Jelaskan posisi yang dianjurkan Peninggian kepala dan menghindari


berbaring pada sisi yang dioperasi
dapat mengurangi edema.
Mempertahankan posisi yang
diresepkan bilagelembung udara
telah diletakan dalam badan vitreus
dapat memperbaiki pelengketan
kembali retina dan mengurangi risiko
pembentukan katarak atau kerusakan
endotel kornea

4 Instrusikan pasien mengenai Pembatasan aktivitas diresepkan


pembatasan aktivitas tirah baring, untuk mempercepat penyembuhan
dengan keleluasaan ke kamar mandi; dan menghindari kerusakan lebih
peningkatan aktivitas bertahap sesuai lanjut pda mata yang cedera
toleransi

5 Jelaskan tindakan yang harus Dapat mengakibatkan komplikasi


dihindari, seperti yang diresepkan; seperti prolaps vitreus atau dehisensi
batuk, bersin, muntah (minta obat luka akibat peningkatan tegangna
untuk itu), membungkuk, mengejan luka pada jahitan yang sangat halus
berlebihan saat berak, mengangkat
benda berat (lebih dari 9 kg), menutup
mata dengan keras, menggosok mata,
menggerakan kepala dengan cepat dan
kasar

6 Berikan obat sesuai resep, sesuai Obat yang diberikan dengan cara
teknik yang diresepkan yang tidak sesuai dengan resep dapat
mengganggu penyembuhan atau
menyebabkan komplikasi. Bila
wadah sampai mengenai mata, akan
terjadi peningkatan risiko infeksi dari
obat yang terkontaminasi

Diagnosa IV : Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi


intervensi bedah, atau pemberian tetes mata dilator.
Tujuan : Pengurangan nyeri dan TIO
16

No Intervensi Rasional
1 Berikan obat untuk mengontrol nyeri Pemakaina obat sesuai resep akan
dan TIO sesuai resep mengurangi nyeri dan TIO dan
meningkatkan rasa nyaman

2 Diberikan kompres dingin sesuai Mengurangi edema akan mengurangi


permintaan untuk trauma tumpul nyeri

3 Kurangi tingkat pencahayaan; cahaya Tingkat pencahayaan yang lebih


diredupkan, diberi tirai/kain rendah lebih nyaman setelah
pembedahan

4 Dorong penggunaan kaca mata hitam Cahaya yang kuat menyebabkan rasa
pada cahaya kuat tak nyaman setelah pengguanaan
tetes mata dilator

Diagnosa V : Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan


kerusakan penglihatan.
Tujuan : Mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri

No Intervensi Rasional
1 Beri instruksi pada pasien atau orang Penemuan dan penanganan awal
terdekat mengenai tanda dan gejala komplikasi dapat mengurangi risiko
komplikasi yang harus dilaporkan kerusakan lebih lanjut
segera kepada dokter

2 Berikan instruksi lisan dan tertulis Pemakaian teknik yang benar akan
untuk pasien dan orang yang berarti mengurangi risiko infeksi dan cedera
mengenai teknik yang benar mata.
memberikan obat.

3 Diskusikan indikasi penggunaan obat Pengetahuan mengenai respons


begitu pula respons normal dan normal obat dapat meningkatkan
abnormalnya. Sarankan metode kepatuhan. Pengetahuan mengenai
identifikasi wadah (tutup merah, label respons abnormal dapat membantu
hijau) dalam memutuskan mengenai
perubahan yang perlu dilaporkan.
4 Evaluasi bantuan setelah pemulangan. Instruksi tertulis dipakai untuk
memperkuat setelah pemulangan

5 Yakinkan tersedianya bantuan dari Sumber daya harus tersedia untuk


orang terdekat atau merancang untuk layanan kesehatan, pendampingan
rujukan yang perlu dan teman di rumah

6 Ajari pasien dan keluarga teknik Memungkinkan tindakan yang aman


panduan penglihatan dalam lingkungan
17

III. Daftar Pustaka


Nanda International . 2015-2017.EGC ; Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC.

Banjarmasin, Maret 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Roly Marwan. Ns, M.kep Riannor, S.Kep., Ns

Anda mungkin juga menyukai