GLAUKOMA
I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Glaukoma merupakan kumpulan beberapa penyakit dengan tanda utama
tekanan intraokuler yang meningkat dengan segala akibatnya yaitu
penggaunagn dan atrofi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas
( Ilmu Penyakit Mata; 219). Istilah glaukoma merujuk pada kelompok
penyakit yang berbeda dalam hal patofisiologi, presentasi klinis, dan
penanganannya. Biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang
akibat kerusakan saraf optikus (Brunner dan Suddart; 2005). Glaukoma
adalah sekelompk kelainan mata yang ditandai dengan adanya
peningkatan Tekanan Intraokuler (Barbara C. Long ; 262). Dari ketiga
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa glaukoma adalah sekelompok
kelainan mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler dan
ditandai oleh berkurangnya lapang pandang.
1.2 Etiologi
Glaukoma disebabkan peningkatan tahanan aliran keluar humor aqueous
melalui jaring-jaring trabekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena
episkleral. Pori-pori trabekula dapat tersumbat oleh setiap jenis debris,
darah, pus, atau bahan lainnya. Peningkatan tahanan tersebut dapat
disebabkan oleh penggunaan kortikostroid jangka lama, tumor
intraokuler, uveitis akibat penyakit seperti herpes simplex atau herpes
zoster, atau penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh material lensa,
bahan viskoelastik (digunakan pada pembedahan katarak), darah atau
pigmen. Peningkatan tekanan episkleral akibat keadaan seperti luka bakar
kimia, tumor retrobulbar, penyakit tiroid, fistula ateiovenosa, jugularis
superior vena kava atau sumbatan vena pulmonal juga dapat
mengakibatkan peningkatan TIO. Selain itu, glaukoma sudut terbuka
dapat terjadi setelah ekstraksi katarak, implantasi TIO ( khususnya lensa
kamera anterior), penguncian sklera, vitrektomi, kapsulotomi posterior,
atau trauma.
1
2
Selain itu, TIO dapat meningkat karena adanya hambatan oleh akar iris
pada sudut bilik mata depan, yang membendung semua aliran keluar.
Faktor resiko terjadinya glaukoma diantaranya riwayat penyakit diabetes,
hipertensi, arteriosklerosis.
1.3 Tanda dan Gejala
Glukoma sudut terbuka tidak menunjukan gejala sampai pada perjalanan
penyakit yang sudah lanjut. Awitannya insidius, progresif lambat, dan
kehilangan lapang pandang perifer kecil tidak dirasakan. Ketika
kehilangan lapang pandang menjadi lebih jelas bagi pasien, kerusakan
ireversibel, ekstensi saraf optikus biasanya sudah terjadi. Gejala glukoma
sudut tertutup meliputi nyeri, pandangan halo (melihat halo disekitar
benda), pandangan kabur, mata merah, dan perubahah bentuk mata. Nyeri
okuler mungin disebabkan oleh peningkatan TIO cepat, implamasi atau
akibat efek samping yang ditimbulkan oleh obat (misalnya spasme otot
silier). Nyeri okuler berat dapat disertai mual, muntah, berkeringat, atau
bradikardia. Mata merah mungkin berhubungan dengan iritis akut, reaksi
obat, glukoma neovaskuler, hivema, perdarahan subkonjungtia atau
tekanan vena episkleral yang meningkat. Edema kornea akibat peningkata
TIO dan dekompesasi epitel kornea dapat mengakibatakn pandangan
halo. Pandangan kabur episodik juga sering dijumpai. Beberapa pasien
merasa ada perubahan penampilan mata, termasuk kornea memburam,
pergeseran okuler, dan perubahan posisi, ukuran atau bentuk pupil.
1.4 Patofisiologi
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor
aqueous yang menyebabkan peningkatan IOP. Bila tekanan terus
meningkat dapat terjadi kerusakan mata. Perubahan pertama sebelum
sampai hilangnya penglihatan adalah perubahan perifer, bila hal ini tidak
segera ditangani bisa timbul kebutaan. Glukoma sudut tertutup terjadi bila
tekanan intraokuler mendadak naik karena adanya hambatan oleh akar iris
pada sudut bilik mata depan yang membendung semua aliran keluar.
Glukoma sudut tertutup trabekelnya baik, hambatan pengaliran humor
aquoeus terjadi karena sudut balik depan yang sempit, kemudian karena
keadaan tertentu yang menyebabkan sudut balik depan tertutup sehingga
hambatan menjadi total, dengan akibat terjadi peninggian TIO. Bila
hambatan total terjadi secara mendadak maka akan terjadi serangan
glukoma akut.
3
1.8 Pathway
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Gangguan Kurang
Perubahan penglihatan Anxietas
persepsi pengetahuan
Perifer
sensori
penglihatan
Kebutaan
7
Tekanan bola mata ini, untuk satu mata tak selalu tetap,
tetapi pada bernapas ada fluktuasi 1-2 mmHg dan pada jam
5-7 pagi paling tinggi, siang hari menurun malam hari
menaik lagi. Hal ini dinamakan variasi di urnal; dengan
flutuasi 3 mmHg. Bila pada pemakaian tonometer schiotz,
terdapat tekanan intraokuler yang selalu tinggi, tanpa
tanda-tanda klinik dari glukoma, maka ada 2 kemungkinan
yaitu kekakuan okuler yang tinggi (ocular rigidity) dan
tensi normatif yang tinggi.
2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, merumuskan intervensi
dan rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi,
situasi dan lingkungan klien itu sendiri. Dalam rencana ini perlu pula
diperhatikan adanya kerjasama yang baik antara keuarga klien dengan
tim kesehatan lainnya agar tujuan dapat dicapai dengan baik.
Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas dapat ditetapkan tujuan,
kriteria evaluasi, intervensi dan rasional menurut Barbara Engram
(1999), Marilyne E Doenges (1993) dan Burner dan Suddarth (2001)
sebagai berikut:
13
No Intervensi Rasional
1 Kaji derajat dan durasi gangguan Informasi dapat menghilangkan
visual. Dorong percakapan untuk ketakutan yang tak diketahui.
mengetahui keprihatinan pasien, Mekanisme koping dapat membantu
perasaan, dan itngkat pemahaman. pasien berkompromi dengan
Jawab pertanyaan, memberi dukungan, kegusaran, ketakutan, depresi,
membantu pasien melengkapi dengan tegang, keputusasaan, kemarahan,
metode koping dan penolakan
7 Dorong partisipasi dalam aktivitas Isolasi sosial dan waktu luang yang
sosial dan pengalihan bila terlalu lama dapat menimbulkan
memungkinkan (pengunjung, radio, perasaan negatif
rekaman radio
6 Gunakan prosedur yang memadai Cedera dapat terjadi bila wadah obat
keika memberiakn obat mata menyentuh mata
Diagnosa III : Infeksi luka operasi atau struktur okuler lain; ablasio retina, peninggian
TIO, perporasi luka operasi.
Tujuan : Komplikasi dapat dihindari
No Intervensi Rasional
1 Jaga teknik aseptik ketat, lakukan cuci Akan meminimalkan infeksi
tangan sesering mungkin
15
6 Berikan obat sesuai resep, sesuai Obat yang diberikan dengan cara
teknik yang diresepkan yang tidak sesuai dengan resep dapat
mengganggu penyembuhan atau
menyebabkan komplikasi. Bila
wadah sampai mengenai mata, akan
terjadi peningkatan risiko infeksi dari
obat yang terkontaminasi
No Intervensi Rasional
1 Berikan obat untuk mengontrol nyeri Pemakaina obat sesuai resep akan
dan TIO sesuai resep mengurangi nyeri dan TIO dan
meningkatkan rasa nyaman
4 Dorong penggunaan kaca mata hitam Cahaya yang kuat menyebabkan rasa
pada cahaya kuat tak nyaman setelah pengguanaan
tetes mata dilator
No Intervensi Rasional
1 Beri instruksi pada pasien atau orang Penemuan dan penanganan awal
terdekat mengenai tanda dan gejala komplikasi dapat mengurangi risiko
komplikasi yang harus dilaporkan kerusakan lebih lanjut
segera kepada dokter
2 Berikan instruksi lisan dan tertulis Pemakaian teknik yang benar akan
untuk pasien dan orang yang berarti mengurangi risiko infeksi dan cedera
mengenai teknik yang benar mata.
memberikan obat.