Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab kematian utama di

seluruh dunia. Menurut WHO, pada tahun 2011 terdapat 25 juta kasus kematian di

dunia dan sepertiganya disebabkan oleh infeksi. Di negara-negara yang sedang

berkembang urutan penyakit-penyakit utama nasional masih ditempati oleh

berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2014). Insidensi penyakit infeksi merupakan

pola yang selalu berubah. Beberapa penyakit dapat dikendalikan dengan sanitasi

yang baik, higiene personal, vaksin, dan obat-obatan, namun tidak sedikit

penyakit baru yang muncul dan diketahui memiliki dasar infeksi (Mandal dkk.,

2008).

Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri, fungi, virus, dan parasit.

Bakteri dan fungi yang merupakan bagian flora normal manusia namun dapat

menyebabkan infeksi diantaranya Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan

Candida albicans (Brooks dkk., 2007). E. coli adalah flora komensial di usus

manusia yang sering menjadi penyebab diare. Bakteri ini dapat menyebabkan

beragam infeksi penting, seperti infeksi gastrointestinal, traktus urinarius, saluran

empedu, traktus respiratorius bawah, septikemia, sindrom hemolitik-uremik,

colitis hemoragik, dan meningitis neonatal (Elliot, 2013). S. aureus merupakan

bakteri komensal yang relatif sering dijumpai pada manusia. Mikroba ini

ditemukan di hidung pada 30-50% orang dewasa sehat, di tinja sekitar 20%, dan

di kulit sekitar 5-10%, terutama di axilla dan di perineum. Hampir setiap orang

1
2

mengalami beberapa jenis infeksi S.aureus sepanjang hidup, dengan kisaran

keparahan dari keracunan makanan atau infeksi kulit minor hingga infeksi kulit

berat yang mengancam jiwa (Jawetz dkk., 2014). Selain infeksi yang disebabkan

oleh bakteri, infeksi akibat fungi juga sering terjadi, salah satunya adalah

kandidiasis. Infeksi ini sebagian besar bersifat superfisial yang melibatkan kulit

atau membran mukosa. Penyebabnya adalah C. albicans yang hidup komensal

pada mulut dan usus manusia. (Jawetz dkk., 2014).

Pengobatan penyakit infeksi oleh masyarakat sering dilakukan dengan

antibiotik (Tjay, 2007). Akibat pemakaian antibiotik secara berlebihan dan kurang

terarah menyebabkan terjadinya resistensi sehingga terjadi kegagalan dalam

pengobatan (Hadi, 2009). Hasil penelitian dari studi Antimicrobial Resistence in

Indonesia (AMRIN study) dari 3.275 strain E. coli, terbukti 1552 (47%) resisten

terhadap semua antibiotik yang diuji. Resistensi ampisilin terjadi sebanyak 851

isolat (34%), kemudian diikuti oleh resistensi trimetoprim-sulfametoksazol

sebanyak 716 isolat (29%), dan resistensi kloramfenikol sebanyak 369 isolat

(15%). Hasil penelitian dari studi Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN

study) dari 361 S. aureus, 245 (67,9%) resisten terhadap semua antibiotik yang

diuji. Tingkat resistensi terhadap tetrasiklin, gentamisin, eritromisin,

kloramfenikol, dan trimetoprim-sulfametoksazol antara lain 25,1%, 1,1%, 2,7%,

9,5%, dan 6,5%. Dengan demikian, resistensi antibiotik masih menjadi masalah

yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pengobatan alternatif yang

memiliki potensi sama besar dengan antibiotik yang telah digunakan sebelumnya.
3

Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang

telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun.

Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan saat ini sebagai obat tradisional

adalah buah pare (Santoso, 2008). Buah pare yang lazimnya digunakan sebagai

makanan, saat ini telah digunakan dalam berbagai pengobatan, seperti dismenore,

eksim, gout, hepatitis, nyeri perut, batu ginjal, lepra, keputihan, hemoroid,

pneumonia, psoriasis, rematik, demam, skabies, antimalaria, antelmintik, dan

antidiabetik (Grover, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, buah pare berpotensi sebagai alternatif dalam

penanganan infeksi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui aktivitas

antibakteri dan antifungi ekstrak etanol buah pare terhadap pertumbuhan beberapa

bakteri dan fungi penyebab infeksi yaitu E. coli, S. aureus, dan C. albicans.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini antara lain :

1. Apakah ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) mempunyai

aktivitas antibakteri dan antifungi terhadap pertumbuhan Escherichia coli,

Staphylococcus aureus, dan Candida albicans?

2. Berapa besar daya hambat ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia

L.) terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan

Candida albicans?
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas

antibakteri dan antifungi ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia

L.) terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan

Candida albicans.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa

besar daya hambat ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.)

terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan

Candida albicans.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini diantaranya :

1. Manfaat bagi peneliti

Memperluas wawasan dan pengalaman secara nyata dalam melakukan

riset kedokteran yang bersifat eksperimental khususnya yang berkaitan

dengan pemanfaatan obat-obatan yang berasal dari alam.

2. Manfaat bagi institusi

Menjadi bahan kajian penelitian di Fakultas Kedokteran khususnya di

bidang farmakologi dan sebagai referensi atau data tambahan bagi

penelitian berikutnya.

3. Manfaat terapan

Sebagai rekomendasi bahan pengobatan tradisional untuk masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai