Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien

rawat inap. Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Berdasarkan survei di

masyarakat AS % lansi usia lebih dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan

sekitar 1/40 memerlukan perawatan di rumah sakit (Kane, 1994). Dalam konteks

populasi atau masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya,

rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk

mengurangi risiko jatuh bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, Obat

dan telaah terhadap Obat dan konsumsi alkohol, penelitian terhadab gaya atau cara

berjalan, dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

Program ini memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak

sengaja terhadao langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya

penggunaan yang tidak benar dari alat pembatas atau pembatasan asupan cairan bisa

menyebabkan sirkulasi yang terganggu atau integritas kulit menurun. Program tersebut

harus diterapkan di rumah sakit. Pengurangan resiko jatuh juga perlu diperhatikan

kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit Bhayangkara Makassar, baik yang datang

untuk rawat jalan maupun rawat inap. Kualifikasi pasien yang beresiko jatuh terdiri

dari : pasien tua, pasien gelisah, pasien anak-anak, pasien yang tidak sadar. Dan apabila
pasien-pasien yang beresiko tersebut dirawat di rumah sakit Bhayangkara Makassar,

maka diidentifikasi sebagai pasien yang beresiko dan diberi tanda dengan gelang yang

berwarna kuning.

B. PENGERTIAN

1. Jatuh adalah peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa

disaksikan oleh orang lain, tidak sengaja atau tidak direncanakan, dengan arah jatuh

ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi

faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin)

2. Definisi resiko jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk

terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat

istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat

dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.

3. Mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh: jatuh menjadi salah satu bagian

besar dari penyebab cederanya pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.

4. Merupakan sistem dan proses yang menghasilkan pengkajian yang akurat dan

berulang den berkala pada setiap resiko jatuhnya pasien. Hal ini juga berhubungan

dengan pengkajian ulang pola pemberian Obat untuk pasien, dimana nomor dan

tipe Obat dapat menjadi penyebab langsung meningkatnya resiko pasien jatuh.

5. Menerapkan tindakan-tindakan preventif untuk mengurangi dan menghilangkan

segala resiko yang telah tendentifikasi.

6. Mengedukasi pasien, keluarga, dan staf menjadi bagian penting dalam upaya

menjaga tingkat kesadaran dan mengurangi resiko pasien jatuh.


C. TUJUAN

1. Identifikasi pasien yang mempunyai resiko jatuh.

2. Optimalisasi penggunaan asesmen jatuh untuk mentukan kategori resiko jatuh.

3. Membendingkan faktor resiko intrinsik dan ekstrinsik jatuh.

4. Mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor resiko jatuh,

pencegahan, dan penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien,

seda menurunkan biaya kesehatan.

5. Memahami kunci keberhasilan Program Faktor Resiko Jatuh, Pencegahan dan

Penanganannya

6. Memperoleh sumber daya dalam mengembangkan dan meningkatkan Program

Faktor Resiko Jatuh, Pencegahan dan Penanganannya

D. PRINSIP

Pengurangan resiko jatuh juga perlu diperhatikan kondisi pasien yang dirawat

di rumah sakit Bhayangkara Makassar, baik yang datang untuk rawat jalan maupun

rawat inap. Kualifikasi pasien yang beresiko jatuh terdiri dari : pasien tua, pasien

gelisah, pasien anak-anak, pasien yang tidak sadar. Dan apabila pasien-pasien yang

beresiko tersebut dirawat di rumah sakit Bhayangkara Makassar, maka diidentifikasi

sebagai pasien yang beresiko dan diberi tanda dengan gelang yang berwarna kuning.
BAB II

RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi

Gawat Darurat (IGD) dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur.Pelaksana

panduan ini adalah semua tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan, dan tenaga

kesehatan Iainnya), staf di ruang rawat, staf administrasi, dan staf pendukung yang

bekerja di rumah sakit.

A. Kewajiban dan Tanggung Jawab

1. Seluruh Staf Rumah Sakit

a. Memahami dan menerapkan prosedur pengurangan risiko jatuh

b. Melaporkan kejadian pasien berisiko jatuh tetapi tidak memakai gelang risiko

jatuh.

2. SDM yang bertugas (Staf Admission/Perawat Penanggung Jawab Pasien)

a. bertanggung jawab memberikan intervensi pasien yang teridentifikasi berisiko

jatuh.

b. Memastikan gelang risiko jatuh terpasang dengan baik.

3. Kepala Instalasi/Kepala Ruang)

a. Memastikan seluruh staf di instalasi memahami prosedur pemasangan gelang

identifikasi risiko jatuh dan manajemen pengurangan risiko jatuh.

b. Memastikan intervensi telah dilakukan pada pasien yang telah teridentifikasi

pasien jatuh.
4. Manajer

a. Memantau dan memastikan panduan manajemen risiko jatuh dikelola dengan

baik oleh Kepala Instalasi.

b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan manajemen risiko jatuh.


BAB III

TATA LAKSANA

A. Faktor Resiko Yang Sering Menyebabkan Pasien Jatuh adalah:

1. Riwayat jatuHi sebelumnya

2. Gangguan kognitif

3. Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, dan kekuatan

4. Gangguan moilitas

5. Penyakit neurologi seperti stroke dan parkinson

6. Gangguan muskuluskeletal seperti artritis, penggantian sendi, deformitas

7. Penyakit kronis seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskuler, penyakit paru,

dan diabetes

8. Masalah nutrisi

9. Medikamentosa (terutama konsumsi 4 jenis Obat)

B. Etiologi Jatuh

1. Ketidaksengajaan 31% (tiga puluh satu persen)

2. Gangguan gaya berjalan atau keseimbangan 17% (tijuh belas persen)

3. Vertigo 13% (tiga belas persen)

4. Serangan jatuh (drop attack) 10% (sepuluh persen)

5. Gangguan kognitif 4% (empat persen)

6. Hipotensi postural 3% (tiga persen)

7. Gangguan visus 3% (tiga persen)

8. Tidak diketahui 18%(delapan belas persen)


C. Tata Laksana Untuk Pengurangan Resiko Pasien Jatuh Di Rumah Sakit

Bhayangkara Kediri Dengan Menggunakan 3(Tiga) Pengkajian Yang

Diklasifikasikan Berdasarkan Tingkat Usia:

1. Usia anak-anak : kurang dari 3 tahun sampai 14 tahunmenggunakan scoring

HUMTY DUMPTY .

2. Dewasa mulai usia 14 tahun sampai 59 tahun menggunakan scoring MORSE.

3. Usia tua atau geriatri : lebih dari 59 tahun menggunakan ONTARIO/SYDNEY

D. Tata laksana pengkajian resiko jatuh

1. Pengkajian resiko jatuh pada anak-anak dongan scoring Humpty Dumpty

a. Pengkajian resiko jatuh merupakan asesmen awal yang harus dilengkapi

gaat pasien masuk rumah sakit,

b. Pengkajian resiko jatuh dilakukan pada pasien,

1) Saat berobat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) oleh perawat IGD

2) Berobat di poliklinik yang memerlukan rawat inap oleh perawat atau

bidan, asisten dokter,

3) Kiriman dokter/bidan luar rumah sakit Bhayangkara Makassar/datang

sendiri langsung dirawat oleh perawat atau bidan ruangan.

4) Yang akan dilakukan tindakan operasi dengan One Day Care oleh

perawat IBS instalasi Bedah Sentral )

5) Bayi baru lahir di rumah sakit Bhayangkara Makassar oleh bidan

ruangan,
c. Kriteria pelaksana pengkajian resiko jatuh dilakukan oleh perawat/bidan

dengan pendidikan SI/DIV/DIII keperawatan atau kebidanan yang

mempunyai STR dan bekerja minimal 6 bulan di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

d. Pengkajian awal dilakukan minimal 24jam setelah pasien masuk ruang

perawatan dan pengkajian ulang dilakukan setiap hari dengan mengisi

asesmen ulang.

e. Tingkat risiko

1) Skor 7-11 : risiko rendah

2) Skor 12 : risiko tinggi

3) Skor minimal : 7

4) Skor maksimal : 23

f. Intervensi

1) Bila pada standar resiko rendah (skor 7-11) maka intervensinya sebagai

berikut:

a) Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga

b) Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur rendah, dilengkapi

dengan penghalang, roda terkunci.

c) Ciptakan lingkungan atau kamar cukup penerangan dan

pencahayaan.

d) Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki atau sepatu yang

tidak licin.
e) Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan beri bantuan bila

dibutuhkan

f) Menempatkan pasien di dekat kantor perawatan dengan penerangan

yang cukup

g) Ciptakan lingkungan yang bebas dari peralatan yang mengandung

risiko

h) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga

2) Bila pada standar risiko tinggi (skor 2 12) maka intervensinya sebagai

berikut:

a) Pakaikan tanda risiko jatuh berupa gelang berwarna kuning

b) Lakukan intervensi jatuh sesuai dengan risiko jatuh rendah

c) Lakukan observasi pasien minimal 2 jam

d) Temani pasien pada saat mobilisasi

e) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang disesuaikan dengan

perkembangan pasien

f) Tempatkan pasien yang memerlukan perhatian di dekat kantor

perawat.

g) Pastikan pintu kamar tidak terkunci setiap saat

h) Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur rendah, dilengkapi

dengan penghalang tempat tidur, roda terkunci.

i) Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan pada pasien.

j) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga


Pemasangan gelang risiko jatuh berwarna kuning apabila pengkajian

standar resiko tinggi skor 12.

2. Pengkajian resiko jatuh pada dewasa dengan skoring Morse Fall Scale

a. Pengkajian resiko jatuh merupakan asesmen awal yang harus dilengkapi

saat pasien masuk rumah sakit.

b. Pengkajian resiko jatuh dilakukan pada pasien:

1) Saat sedang berobat di instalasi gawat darurat (IGD) oleh perawat IGD.

2) Berobat di piliklinik yang memerlukan rawat inap oleh perawat atau

bidan, asisten dokter.

3) Kiriman dokter/bidan luar rumah sakit Bhayangkara atau datang sendiri

yang langsung rawat inap oleh perawat atau bidan ruangan.

4) Yang akan dilakukan tindakan operasi dengan One Day Care oleh

perawat IBS (Instalasi Bedah Sentral).

5) Bayi baru lahir di Rumah Sakit Bhayangkara oleh bidan ruangan.

c. Pengkajian awal dilakukan maksimal 24jam setelah pasien masuk ruang

perawatan dan pengkajian ulang dilakukan setiap haridengan mengisi

asesmen ulang.

d. Tingkat risiko:

1) Skoring 0-24 (risiko rendah)

2) Skoring 25-44 (risiko sedang)

3) 45 (risiko tinggi)
e. Intervensi pencegahan risiko jatuh pada pasien dewasa, sebagai berikut

1) Dengan skoring 0-24 (resiko rendah):

a) Melaksanakan intervensi resiko rendah untuk semua pasien yang

masuk di rumah sakit.

b) Orientasikan pasien dengan lingkungan dan rutinitas rumah sakit,

menunjukkan lokasi kamar mandi, menunjukkan tentang lokasi dan

cara menggunakan bel dan cara memanggil perawat.

c) Anjurkan pasien untuk meminta bantuan sebelum pasien turun

d) Secara verbal menginformasikan kepada pasien dan keluarga

tentang intervensi pencegahan resiko jatuh.

e) Pada laporan pergantian sift mengkomunikasikan pasien yang

beresiko jatuh kepada perawat sift berikutnya.

f) Berkolaborasi dengan anggota tim multidisiplin dalam perencanaan

perawatan.

g) Tim kesehatan harus menyesuaikan pada pasien khusus, intervensi

tidaklah cukup untuk menulis "resiko jatuh" .

h) Membantu kebutuhan pasien dalam BAK dan BAB.

i) Diskusikan dengan pasien kebutuhan yang masih diperlukan.

j) Menyediakan tempat untuk BAK dan BAB di samping tempat tidur

pasien.
k) Pantau efek Obat yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran,

kemampuan berjalan dan pasien saat membuat rencana

keperawatan.

l) Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman yaitu memberikan

posisi bed yang rendah dengan rem dan roda terkunci serta ada pagar

disampingnya.

m) Naskas atau meja pasien diletakkan di dekat pasien agar barang-

barang yang dibutuhkan bisa terjangkau.

n) Peralatan dan furniture yang tidak perlu di dalam kamar pasien dan

sekitarnya harus disingkirkan.

o) Pastikan jalur ke kamar mandi pasien bebas dan terang.

p) Peftimbangkan untuk menempatkan pasien di tempat tidur yang

dekat dengan kamar mandi.

q) Gunakan cahaya malam yang sesuai.

r) Sediakan alas kaki pasien yang tidak slip dan tidak licin.

s) Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan pada saat menerima

pelayanan kesehatan.

2) Dengan skoring 25-44 (resiko sedang)

a) Orientasikan pasien dengan lingkungan dan rutinitas rumah sakit,

menunjukkan lokasi kamar mandi, menunjukkan tentang lokasi dan

cara menggunakan bel dan cara memanggil perawat.

b) Anjurkan pasien untuk meminta bantuan sebelum pasien turun.


c) Secara verbal menginformasikan kepada pasien dan keluarga

tentang intervensi pencegahan resiko jatuh.

d) Pada laporan pergantian sift mengkomunikasikan pasien yang

beresiko jatuh kepada perawat sift berikutnya.

e) Berkolaborasi dengan anggota tim multidisiplin dalam perencanaan

perawatan.

f) Tim kesehatan harus menyesuaikan pada pasien khusus, intervensi

tidaklah cukup untuk menulis "resiko jatuh"

g) Memberikan kenyamanan kepada pasien setiap 2 jam, meliputi

perubahan posisi, BAK atau BAB, kebutuhan makanan dan

minuman, serta memastikan kondisi pasien dalam keadaan hangat

dan kering.

h) Membantu kebutuhan pasien dalam BAK dan BAB.

i) Diskusikan dengan pasien kebutuhan yang masih diperlukan.

j) Mengevaluasi Obat yang bisa atau kemungkinan menimbulkan efek

samping.

k) Pantau efek Obat yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran,

kemampuan berjalan dan eliminasi pasien saat membuat rencanaan

keperawatan.

l) Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman yaitu memberikan

posisi bed yang rendah dengan rem pada roda terkunci, serta ada

disampingnya.
m) Naskas atau meja pasien diletakkan di dekat pasien agar barang-

barang yang dibutuhkan bisa terjangkau.

n) Peralatan dan furniture yang tidak perlu di dalam kamar pasien dan

sekitarnya harus disingkirkan.

o) Pastikan jalur ke kamar mandi bebas dan terang.

p) Pertimbangkan untuk menempatkan pasien di tempat tidur yang

dekat dengan kamar mandi.

q) Gunakan cahaya malam yang sesuai.

r) Sediakan alas kaki pasien yang anti slip atau tidak licin.

s) Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan pada saat menerima

pelayanan kesehatan.

3) Dengan skoring 45 (resiko tinggi)

a) Orientasikan pasien dengan lingkungan dan rutinitas rumah sakit,

menunjukkan lokasi kamar mandi, menunjukkan tentang lokasi dan

cara menggunakan bel dan cara memanggil perawat.

b) Anjurkan pasien untuk meminta bantuan sebelum pasien turun.

c) Secara verbal menginformasikan kepada pasien dan keluarga

tentang intervensi pencegahan resiko jatuh.

d) Pada laporan pergantian sift mengkomunikasikan pasien yang

beresiko jatuh kepada perawat sift berikutnya.

e) Berkolaborasi dengan anggota tim multidisiplin dalam perencanaan

perawatan.
f) Tim kesehatan harus menyesuaikan pada pasien khusus, intervensi

tidaklah cukup untuk menulis "resiko jatuh"

g) Memberikan kenyamanan kepada pasien setiap 2 jam, meliputi

perubahan posisi, BAK atau BAB, kebutuhan makanan dan

minuman, serta memastikan kondisi pasien dalam keadaan hangat

dan kering.

h) Membantu kebutuhan pasien dalam BAK dan BAB

i) Diskusikan dengan pasien kebutuhan yang masih diperlukan.

j) Menyediakan tempat untuk BAK dan BAB di samping tempat tidur

pasien dan mudah dijankau.

k) BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur pasien.

l) Mengevaluasi Obat yang bisa atau kemungkinan menimbulkan efek

samping.

m) Pantau efek Obat yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran,

kemampuan berjalan dan eliminasi pasien saat membuat rencanaan

keperawatan.

n) Adanya tinjauan farmasi klinik untuk mengevaluasi dan rejimen

atau penatalaksanaan Obat dalam membantu mengorangi .

o) Memberikan lingkungan yang nyaman darn amah yaitu posisi bed

yang rendah dengan rem pada roda terkunci, serta ada pagar

disampingnya.
p) Naskas atau meja pasien diletakkan di dekat pasien agar barang

yang dibutuhkan bisa terjangkau.

q) Peralatan dan furniture yang tidak perlu di dalam kamar pasien

sekitarnya harus disingkirkan.

r) Gunakan cahaya malam yang sesuai.

s) Sediakan alas kaki pasien yang tidak slip dan tidak licin.

t) Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan pada saat menerima

pelayanan kesehatan.

u) Pertimbangkan untuk menempatkan pasien di ruangan dekat kantor

perawat, untuk pengamatan dekat atau observasi ketat, terutama

pada 24-48 jam pertama masuk rumah sakit (MRS).

v) Pastikan bel pasien dalam kondisi baik dan selalu siap untuk

menginformasikan pada sift berikutnya bilamana pasien sering

menekan bel pada sift sebelumnya.

w) Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk menggunakan perangkat

perlindungan seperti : pelindung pinggul (korset), bantal atau guling

atau kasur di samping tempat tidur atau sebuah tempat tidur rendah.

x) Jika intervensi resiko pencegahan resiko jatuh telah dimulai dan

tidak berhasil, gunakan restrein.

Pemasangan tanda resiko jatuh berwarna kuning mulai dari pengkajian

standar resiko sedang skor 25-44 sampai dengan tinggi skor 45.
3. Pengkajian resiko jatuh pada geriatri dengan skoring Ontario atau

Sydney Skoring.

a. Pengkajian resiko jatuh merupakan asesmen awal yang harus dilengkapi

saat pasien masuk rumah sakit.

b. Pengkajian resiko jatuh dilakukan pada pasien:

1) Saat sedang berobat di instalasi gawat darurat (IGD) oleh perawat IGD.

2) Berobat di piliklinik yang memerlukan rawat inap oleh perawat atau

bidan, asisten dokter.

3) Kiriman dokter/bidan luar rumah sakit Bhayangkara atau datang sendiri

yang langsung rawat inap oleh perawat atau bidan ruangan.

4) Saat sedang berobat di instalasi gawat darurat (IGD) oleh perawat IGD.

5) Berabat di piliklinik yang memerlukan rawat inap oleh perawat atau

bidan, asisten dokter.

6) Kiriman dokter/bidan luar rumah sakit Bhayangkara atau datang sendiri

yang langsung rawat inap oleh perawat atau bidan ruangan.

7) Yang akan dilakukan tindakan operasi dengan One Day Care oleh

perawat IBS ( Instalasi Bedah Sentral )

8) Bayi baru lahir di Rumah Sakit Bhayangkara oleh bidan ruangan.

c. Kriteria pelaksana pengkajian risiko jatuh dilakukan oleh perawat/bidan

dengan pendidikan S I/D IV/D Ill keperawatan atau kebidanan yang

memiliki STR dan bekerja minimal 6 bulan di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.
d. Pengkajian awal dilakukan maksimal 24jam setelah pasien masuk ruang

perawatan dan pengkajian ulang dilakukan setiap haridengan mengisi

asesmen ulang.

e. Tingkat resiko:

1) Skoring 0-5 (resiko rendah)

2) Skoring 6-16 (resiko sedang)

3) Skoring 17-30 (resiko tinggi)

f. Intervensi resiko jatuh pada geriatri sebagai berikut:

1) Dengan skoring 0-5 resiko rendah

a) Melaksanakan intervensi resiko rendah untuk semua pasien yang

masuk di rumah sakit.

b) Orientasikan pasien dengan lingkungan dan rutinitas rumah sakit,

menunjukkan lokasi kamar mandi, menunjukkan tentang lokasi dan

cara menggunakan bel dan cara memanggil perawat.

c) Anjurkan pasien untuk meminta bantuan sebelum pasien turun.

d) Secara verbal menginformasikan kepada pasien dan keluarga

tentang intervensi pencegahan resiko jatuh.

e) Pada laporan pergantian sift mengkomunikasikan pasien yang

beresiko jatuh kepada perawat sift berikutnya.

f) Berkolaborasi dengan anggota tim multidisiplin dalam perencanaan

perawatan.
g) Tim kesehatan harus menyesuaikan pada pasien khusus, intervensi

tidaklah cukup untuk menulis "resiko jatuh".

h) Membantu kebutuhan pasien dalam BAK dan BAB.

i) Diskusikan dengan pasien kebutuhan yang masih diperlukan.

j) Pantau efek Obat yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran,

kemampuan berjalan dan eliminasj pasien saat membuat rencanaan

keperawatan.

k) Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman yaitu memberikan

posisi bed yang rendah dengan rem pada roda terkunci, serta ada

pagar disampingnya.

l) Naskas atau meja pasien diletakkan di dekat pasien agar barang-

barang yang dibutuhkan bisa terjangkau.

m) Peralatan dan furniture yang tidak perlu di' dalam kamar pasien dan

sekitarnya harus disingkirkan.

n) Pastikan jalur ke kamar mandi bebas dan terang.

o) Pertimbangkan untuk menempatkan pasien di tempat tidur yang

dekat dengan kamar mandi.

p) Sediakan alas kaki pasien yang tidak slip dan tidak licin.

2) Skoring 6-16 resiko sedang

a) Orientasikan pasien dengan lingkungan dan rutinitas rumah sakit,

menunjukkan lokasi kamar mandi, menunjukkan tentang lokasi dan

cara menggunakan bel dan cara memanggil perawat.


b) Anjurkan pasien untuk meminta bantuan sebelum pasien turun.

c) Secara verbal menginformasikan kepada pasien dan keluarga

tentang intervensi pencegahan resiko jatuh.

d) Pada laporan pergantian sift mengkomunikasikan pasien yang

beresiko jatuh kepada perawat sift berikutnya.

e) Berkolaborasi dengan anggota tim multidisiplin dalam perencanaan

perawatan.

f) Tim kesehatan harus menyesuaikan pada pasien khusus, intervensi

tidaklah cukup untuk menulis "resiko jatuh".

g) Memberikan kenyamanan kepada pasien setiap 2 jam, meliputi

perubahan posisi, BAK atau BABI kebutuhan makanan dan

minuman, serta memastikan kondisi pasien dalam keadaan hangat

dan kering.

h) Membantu kebutuhan pasien dalam BAK dan BAB.

i) Diskusikan dengan pasien kebutuhan yang masih diperlukan.

j) Mengevaluasi Obat yang bisa atau kemungkinan menimbulkan efek

samping.

k) Pantau efek Obat yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran,

kemampuan berjalan dan eliminasi pasien saat membuat rencanaan

keperawatan.
l) Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman yaitu memberikan

posisi bed yang rendah dengan rem pada roda terkunci, serta ada

pagar disampingnya.

m) Naskas atau meja pasien diletakkan di dekat pasien agar barang-

barang yang dibutuhkan bisa terjangkau.

n) Peralatan dan furniture yang tidak perlu di dalam kamar pasien dan

sekitarnya harus disingkirkan.

o) Pastikan jalur ke kamar mandi bebas dan terang.

p) Pertimbangkan untuk menempatkan pasien di tempat tidur yang

dekat dengan kamar mandi.

q) Gunakan cahaya malam yang sesuai.

r) Sediakan alas kaki pasien yang tidak slip dan tidak licin.

s) Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan pada saat menerima

pelayanan kesehatan.

3) Dengan skoring 17-30 resiko tinggi .

a) Orientasikan pasien dengan lingkungan dan rutinitas rumah sakit,

menunjukkan lokasi kamar mandi, menunjukkan tentang lokasi dan

cara menggunakan bel dan cara memanggil perawat.

b) Anjurkan pasien untuk meminta bantuan sebelum pasien turun.

c) Secara verbal menginformasikan kepada pasien dan keluarga

tentang intervensi pencegahan resiko jatuh.


d) Pada laporan pergantian sift mengkomunikasikan pasien yang

beresiko jatuh kepada perawat sift berikutnya.

e) Berkolaborasi dengan anggota tim multidisiplin dalam perencanaan

perawatan.

f) Tim kesehatan harus menyesuaikan pada pasien khusus, intervensi

tidaklah cukup untuk menulis "resiko jatuh".

g) Memberikan kenyamanan kepada pasien setiap 2 jam, meliputi

perubahan posisi, BAK atau BAB, kebutuhan makanan dan

minuman, serta memastikan kondisi pasien dalam keadaan hangat

dan kering.

h) Membantu kebutuhan pasien dalam BAK dan BAB.

i) Diskusikan dengan pasien kebutuhan yang masih diperlukan.

j) Menyediakan tempat untuk BAK dan BAB di samping tempat tidur

pasien dan mudah dijangkau.

k) Mengevaluasi Obat yang bisa atau kemungkinan menimbulkan efek

samping.

l) Pantau efek Obat yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran,

kemampuan berjalan dan eliminasi pasien saat membuat rencanaan

keperawatan.

m) Adanya tinjauan farmasi klinik untuk mengevaluasi rejimen atau

penatalaksanaan obat dalam membantu mengurangi resiko jatuh.


n) Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman yaitu memberikan

posisi bed yang rendah dengan rem pada roda terkunci, serta ada

pagar disampingnya.

o) Naskas atau meja pasien diletakkan di dekat pasien agar barang-

barang yang dibutuhkan bisa terjangkau.

p) Peralatan dan furniture yang tidak perlu di dalam kamar pasien dan

sekitarnya harus disingkirkan.

q) Gunakan cahaya malam yang sesuai.

r) Sediakan alas kaki pasien yang tidak slip dan tidak licin.

s) Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan pada saat menerima

pelayanan kesehatan.

t) Pertimbangkan untuk menempatkan pasien di ruangan dekat kantor

perawat, untuk pengamatan dekat atau observasi ketat, terutama

pada 24-48 jam pertama masuk rumah sakit (MRS).

u) Pastikan bel pasien dalam kondisi baik dan selalu siap untuk

menginformasikan pada sift berikutnya bilamana pasien sering

menekan bel pada sift sebelumnya.

v) Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk menggunakan perangkat

perlindungan seperti : pelindung pinggul (korset), bantal atau guling

atau kasur di samping tempat tidur atau sebuah tempat tidur rendah.

w) Jika intervensi resiko pencegahan resiko jatuh telah dimulai dan

tidak berhasil, gunakan restrein.


Pemasangan tanda resiko jatuh berwarna kuning mulai dari pengkajian

standar resiko sedang skor 6-16 sampai dengan tinggi skor 17-30.

E. Tatalaksana Pemasangan Tanda Resiko Jatuh adalah sebagai berikut:

1. Ketahui bahwa pasien mengalami resiko jatuh melalui pengkajian resiko jatuh

pada anak-anak dengan menggunakan Scoring Humpty Dumpty, gelang

betwarna kuning dipasang pada resiko tinggi.

2. Pada dewasa menggunakan Scoring Morse Fall Risk, gelang berwarna kuning

dipasang pada resiko sedang.

3. Pada geriatri menggunakan Scoring Ontario Sydney, gelang benwarna kuning

dipasang pada resiko sedang.

4. Pasang tanda resiko jatuh dengan gelang warna kuning pada pergelangan

tangan pasien.

5. Yang melakukan pengkajian adalah perawat di instalasi rawat inap setelah

pasien tiba di ruang perawatan rawat inap dengan batas waktu satu kali 24 jam.

6. Pemasangan gelang pasien resiko jatuh dipasang oleh perawat yang melakukan

pengkajian pada pasien tersebut.

Prosedur pemasangan tanda pasien resiko jatuh adalah sebagai berikut.

1. Perawat memberi salam sesuai dengan waktu pasien dikaji pertama kali

mengalami resiko jatuh (pagi atau siang atau malam).

2. Perawat memperkenalkan diri : nama, unit kerja.

3. Perawat menjelaskan maksud dan tujuan pemasangan tanda resiko jatuh sesuai

dengan standar prosedur operasional, misalnya; "untuk keselamatan saya akan


memasang tanda pengenal yang berupa bapak/ibu/anak, gelang berwarna

kuning ini pada pergelangan tangan dimana dipasang gelang identitas

bapak/ibu/anak. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa bapak/ibu/anak ini

benar memiliki resiko jatuh cukup tinggi, dan untuk mengingatkan kami selalu

waspada pada kondisi bapak/ibu/anak dalam memberikan pelayanan dan

pengobatan kepada bapak/ibu/anak selama berada di ruang rawat inap".

4. Prosedur konfirmasi: konfirmasi ulang kepada perawat, pasien dan keluarga

dilakukan pada setiap sift tentang kondisi pasien.

5. Ucapkan terimakasih atas pengertian dan kerjasamanya.

F. Upaya Pencegahan Pasien Jatuh Melalui Modifikasi Faktor Lingkungan

antara lain:

1. Pemasangan tanda peringatan lantai basah.

2. Pemasangan pegangan tangan pada dinding kamar mandi.


BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

Untuk monitoring dan evaluasi pada pasien yang dengan resiko jatuh tercatat pada:

1. Pengkajian pasien jatuh didokumentasikan pada lembar pengkajian asesmen pasien

sesuai dengan usia.

2. Bila pasien mengalami jatuh, pendokumentasiannya ada di catatan pelayanan dan

evaluasi dicatat di catatan perkembangan.

3. Format sensus harian patient safety.

4. Bila ada kejadian pasien jatuh dilaporkan dan didokumentasikan pada lembar

insiden dan dibuatkan investigasi.

Anda mungkin juga menyukai