Penyebab Trias Pada DM1
Penyebab Trias Pada DM1
Tujuan pemeriksaan fruktose dan fungsi hati, serta hubungan DM dengan sistem koagulasi
darah
Jawaban :
HbA1c dan Fructosamine
Glikosilasi non enzimatik setelah translasi protein dipengaruhi langsung oleh kadar
gluksa darah. Reaksi glikosilasi berlangsung lebih mudah dengan kadar glukosa yang tinggi
(hiperglikemia).Pada pasien DM, terjadi hiperglikemia kronik, sehingga protein yang
diglikosilasi akan meningkat, dan kadar HbA1c dan Fructosamine akan meningkat.HbA1C
adalah hemoglobin yang terglikosilasi, sedangkan fruktosamin adalah protein yang
terglikosilasi.Fructosamine menandakan kadar glukosa darah pada 2-4 minggu terakhir. Nilai
normalnya yakni <285 mmol/L. Sementara HbA1c menandakan glukosa darah 6-8 minggu
terakhir.Nilai normal yakni 4.4-6% dri Hb total
Hati merupakan salah satu jaringan yang sensitif terhadap insulin. Pada keadaan normal, insulin
dan gukosa akan menghambat pemecahan glikogen dan menurunkan glukosa produk hati. Pada
penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi peningkatan glukosa produk hati yang tampak pada
tingginya kadar glukosa darah puasa (BSN). Mekanisme gangguan produksi glukosa hati belum
sepenuhnya jelas
Studi epidemiologi menunjukkan peningkatan resiko payah jantung pada pasien DM,
disebabkan karena kontrol glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama. Berbagai faktor
memperberat resiko terjadinya payah jantung dan stroke pada pasien DM, diantaranya
hipertensi, resistensi insulin, hiperinsulinemia, dislipidemia, dan gangguan sistem koagulasi
serta hiperhomosisteinemia. Semua faktor resiko tersebut bisa terjadi pada satu individu dan
merupakan suatu kumpulan gejala, dikenal dengan istilah sindrom resistensi insulin atau
sindrom metabolik.
Peningkatan aktivitas sistem koagulasi yang disertai dengan peningkatan aktivitas PAI-1
meningkatkan risiko terjadinya trombosis. Trombosis dapat terjadi akibat terganggunya
keseimbangan antara faktor prokoagulan dan antikoagulan salah satunya karena defek koagulan
alamiah.
SUMBER : Sudoyo, Aru et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2006. Jakarta: FKUI.
PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe-2 di
Indonesia. 2006. Jakarta: PERKENI.
d) Golongan Incretin :
Terdapat 2 hormon incretin yang dikeluarkan oleh saluran cerna yaitu glucose
dependent polypeptide (GIP) dan glucagon like peptide I (GLP-1). Kedua hormone ini
dikeluarkan sebagai respon terhadap asupan makanan sehingga meningkatkan sekresi
insulin. GLP-1 menekan sel alfa pancreas dalam mensekresi glucagon, memperlaambat
pengosongan lambung dan memiliki efek anoreksia sentral sehingga menurunkan
giperglikemia. Obat obat yang berpengaruh pada GLP-I adalah penghambat Dipeptidyl
peptidase IV ( Penghambat DPP-IV). Pengambatan enzin DPP IV diharapkan dapat
memperpanjang masa kerja GLP-I sehingga membantu menurunkan hiperglikemia.
Contoh golongan obat ini adalah sitagliptin dan vildagliptin
B. PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
Dengan mengetahui berbagai factor resiko terkait terjadinya komplikasi kronik
DM secara umum maupun factor resiko khusus ,kemudian dapat segera dilakukan
berbagai usaha umum untuk pencegahan kemungkinan terjadinya komplikasi kronik
DM. :
Pengendalian konsentrasi Glukosa
Tekanan Darah
Pengendalian Lipid
Faktor lain : Pola hidup sehat, perencanaan makan.
Sumber : Sudoyo,W.A.dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid 3 : Interna
publishing : Jakarta
Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi ekstra sel. Dehindrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yag
hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan
menimbulkan rasa haus.
Sumber : Corwin, Elizabeth, 2009, Buku Saku Patofisiologi, Ed 3, penerbit buku EGC,
Jakarta
S tarvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena
glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Ada banyak bahan
makanan tapi tidak bisa dibawa untuk diolah. sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang
memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin. Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses
kompensasi selluler untuk tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :
b. Starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein dan asam
amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk glukoneogenesis dalam hati.
Hasil dari glukoneogenesis akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh. Protein dan asam
amino yang melalui proses glukoneogenesis akan dirubah menjadi CO2 dan H2O serta
glukosa. Perubahan ini berdampak juga pada penurunan sintesis protein. Proses
glukoneogenesis yang menggunakan asam amino menyebabkan penipisan
simpanan protein tubuh karena unsur nitrogen sebagai unsur pemecah protein tidak
digunakan kembali untuk semua bagian tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan
dieksresikan dalam urine. ekskresi nitrogen yang banyak akan berakibat pada keseimbangan
negative nitrogen. Depresi protein akan berakibat tubuh menjadi kurus, penurunan
resistensi terhadap infeksi dan sulitnya pengembalian jaringan yang rusak sulit sembuh
kalau cidera.
c. Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak lipolisis asam
lemak bebas, trigliserida, dan gliserol yang akan meningkat bersirkulasi dan menyediakan
substrat bagi hati untuk proses ketogenesis yang digunakan sel untuk melakukan aktivitas
sel. Ketogenesis mengakibatkan peningkatan kadar asam organik keton, sementara keton
menggunakan Cadangan alkali tubuh untuk buffer darah menurun. Pernafasan kusmaull
dirangsang untuk mengkompensasi keadaan asidosis metabolik. Diuresis osmotik menjadi
bertambah buruk dengan adanya ketoanemis dan dari katabolisme protein yang
meningkatkan asupan protein ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan protein.
Sumber : Endro AN, 2006, Hewan Percobaan Diabetes Melitus : Patologi Dan Mekanisme Aksi
Diabetogenik, BIODIVERSITAS vol 7 no 4 pg 378-382, oktober 2006, lab farmakologi dan
toksikologi UGM, yogyakarta.
Sumber : Engram B, 1998, Rencana Asuhan keperawatan Medikal Bedah vol 3, penerbit buku
EGC, jakarta.
BMI
Jawaban
Tabel 1. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT
menurut WHO :
Tabel 2 klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar perut menurut
kiteria Asia pasifik
Klasifikasi IMT (kg/m2)
4. Contoh Obat hipertensi dan jantung yang dapat memicu peningkatan Glukosa
Jawaban :
- Obat jantung dan hipertensi yang menyebabkan DM a.diuretika Diuretika adalah zat-zat
yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap
ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara
tak langsung. Efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretika adalah satunya
hiperglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat
dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida
terkenal menyebabkan efek ini dan melemahkan efek antidiabetika oral. Misalnya :
furosemid, asam ektarinat, hidroklorothiazida, Klortalidon, Spironolakton, Amilorida,
Triamteren, Asetazolamida.
Sumber : Hoan Tjay, 2010, Obat-Obat penting, Elex Media Komputindo, Jakarta
- Golongan obat antihipertensi yang banyak di gunakan adalah diuretik tiazid ( misalnya
bendroflumetiazid), beta blocker (misalnya propanolol, atenolol), penghambat
angiotensin II (misalnya losartan, candesartan), calcium channel blocker (misalnya
amlodipin, nifedipin), dan alpha- blocker (misalnya doksasozin). Diuretik tiazid juga dapat
mengganggu toleransi glukosa (resisten terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan
resiko diabetes militus tipe 2. Efek smping yang umum lainnya adalah hiperlipidemia,
menyebabkan peningkatan LDL dan trigliserida dan penurunan HDL (Lyrawati,2008).
Sumber : https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/hypertensionhosppharm.pdf
B. Farmakologi
Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani.
(sumber: http://eprints.undip.ac.id/32797/1/Acmad_Yoga.pdf)