Anda di halaman 1dari 3

Imunitas Aktif Didapat Natural (Naturally acquired active immunity)

Pajanan ke berbagai pathogen memicu infeksi sub-klinis atau klinis yang memberikan hasil
berupa respon imun protektif terhadap pathogen.

Imunitas Aktif Didapat Buatan (Artificially acquired active immunity)


Imunisasi dapat diperoleh dengan memasukan pathogen atau komponennya dalam keadaan
hidup atau mati. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif dapat berasal dari organisme
hidup, organisme mati, dan komponen microbial atau toxin yang dihasilkan namun telah
didetoksifikasi.

Vaksin adalah sediaan yang dimaksudkan untuk membangkitkan imunitas atau proteksi aktif
terhadap suatu penyakit dengan cara merangsang produksi antibodi oleh tubuh.1Vaksin dapat
dikombinasikan dengan ajuvan, yaitu bahan yang dapat meningkatkan proteksi yang
dihasilkan suatu vaksin.3
Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup
berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan
virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana
terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di
bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas
konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk
pertumbuhannya. Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang
tidak sesuai untuk tumbuhnya Cara etenuasi yang umum adalah dengan memperpanjang
masa pembiakannya di jaringan pembiak.
Baik vaksin hidup maupun vaksin mati memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kelebihan vaksin hidup antara lain adalah kekebalan yang dihasilkan sama dengan kekebalan
yang diperoleh karena infeksi alami. Merangsang pembentukan antibodi yang lebih tahan
lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu masuk antigen dan tidak perlu
adjuvan. Kekurangan vaksin hidup, antara lain adalah adanya bahaya pembalikan menjadi
lebih virulen selama multiplikasi antigen dalam tubuh yang divaksin. Penyimpanan dan masa
berlaku vaksin yang terbatas, diperlukan stabilisator dalam penyimpanan. Tingginya resiko
tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan.
Kelebihan vaksin mati dibandingkan vaksin hidup antara lain adalah tidak menyebabkan
penyakit akibat pembalikan virulensi dan mudah dalam penyimpanan. Kekurangan vaksin
mati, antara lain adalah perlu perhatian yang luar biasa pada saat pembuatan guna
memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin. Kekebalan berlangsung
singkat, sehingga harus ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi yang mungkin
menimbulkan reaksi-reaksi hipersensitifitas.
Pada prakteknya, penggunaan istilah imunisasi dan vaksinasi sering disamakan. Tetapi,
seperti yang tertera pada tabel, imunisasi merujuk pada segala upaya untuk memberikan
kekebalan tubuh baik aktif maupun pasif; sedangkan vaksinasi merujuk pada pemberian
kekebalan aktif secara sengaja dengan pemajanan antigen pada seseorang.
Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu
kekebalan aktif dan pasif.

1) Kekebalan Antibodi Aktif

Kekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu penyakit setelah diberikan vaksinasi
dengan suatu bibit penyakit. Perhatikan Gambar 11.4. Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang
mengalami sakit karena infeksi suatu kuman penyakit maka disebut kekebalan aktif alami.
Sebagai contohnya adalah seseorang yang pernah sakit campak maka seumur hidupnya orang
tersebut tidak akan sakit campak lagi.

Apakah Anda ingat bahwa pada saat masih kecil mendapatkan imunisasi polio? Sekarang ini di
Indonesia sudah dilaksanakan imunisasi polio untuk anak-anak balita. Hal ini dilakukan agar
Indonesia terbebas dari virus polio. Apa sebenarnya yang terkandung di dalam vaksin?

Vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit
penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun
dengan cara membentuk antibodi.

Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit)
membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang
berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta
berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus,
virus campak, dan Poliomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan
melumpuhkannya.

Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk
membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang
sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi
dan membentuk sel plasma dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu
menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa.

Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker,
serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara
fagositosis. Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat
menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B.

Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Perhatikan
Gambar 11.5 Sel limfosit yang melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi
sel B.

Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya.
Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik
untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T
mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun
tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi
dan merespon antigen.

Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan
aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata
melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen
yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi
antibodi untuk membantu mengurangi antigen.

2) Kekebalan Antibodi Pasif

Setiap antigen memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi pembentukan
berbagai tipe antibodi. Sistem imun dapat merespon berjuta-juta jenis dari mikroorganisme atau
benda asing. Bayi dapat memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada
di dalam kandungan. Sehingga bayi tersebut memiliki sistem kekebalan terhadap penyakit
seperti kekebalan yang dimiliki ibunya.

Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari penyakit setelah dilakukan suntikan
dengan serum yang mengandung antibodi, misanya ATS (Anti Tetanus Serum). Sistem
kekebalan tubuh yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara penuh, tetapi
tubuh masih bergantung pada sistem kekebalan pada ibunya. Imunitas pasif hanya berlangsung
beberapa hari atau beberapa minggu saja.

Read more: http://www.artikelbagus.com/2011/11/macam-struktur-pembentukan-cara-kerja-


antibodi.html#ixzz3ngZIPsJH

Anda mungkin juga menyukai