Anda di halaman 1dari 2

Status sirkulasi Respons TTV

Pasien beresiko mengalami komplikasi kardiovaskular akiba


kehilangan darah secara actual atau resiko dari tempat pembedahan
efek samping anestesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan depres
mekanisme regulasi sirkulasi normal.
Pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang teliti sert
pengkajian tekanan darah menunjukkan status kardiovaskula
pasien.
Perawat membandingkan TTV praoperatif dengan pascaoperatif
dokter harus diberitahu jika tekanan darah pasien terus menuru
dengan cepat pada setiap pemeriksaan atau jika kecepatan denyu
jantung menjadi semakin tidak teratur.
Perawat mengkaji perfusi sirkulasi dengan melihat warna dasa
kuku dan mukosa.
Respons perdarahan pascaoperatif
Masalah sirkulasi yang sering terjadi adalah perdarahan.
Kehilangan darah terjadi secara eksternal melalui drain atau insis
atau secara internal pada luka bedah.
Perdarahan dapat mengakibatkan turunnya tekanan darah
meningkatnya kecepatan denyut jantung dan pernafasan, denyu
nadi lemah, kulit dingin, lembab, pucat, serta gelisah.
Apabila perdarahan terjadi secara eksternal, maka perawa
memperhatikan adanya peningkatan drainase yang mengandun
darah pada balutan atau melalui drain. Apabila balutan basah , mak
darah mengalir kesamping pasien dan berkumpul di bawah sepra
tempat tidur. Perawat yang waspada selalu memeriksa adany
drainase di bawah tubuh pasien, apabila perdarahan terjadi secar
internal , maka tempat pembedahan menjadi bengkak dan kencang.
Respons cedera sirkulasi
Pasien yang menjalani bedah pelvis atau pasien yang diposisika
litotomi selama pembedahan berlansung beresiko mengalam
thrombosis vena provunda. Dua komplikasi serius dari TVP adala
embolisme pulmonary, dan sindrom pascafibilitis.
Respons thrombosis vena profunda (TVP) secara patofisiolog
dimulai dengan adanya inflamasi ringan sampai berat dari vena yan
terjadi dalam kaitannya dengan pembekuan darah. Komplikasi dapa
terjadi dari sejumlah penyebab , termasuk cedera pada vena yan
disebabkan oleh pengikat yang terlalu ketat atau penahan tungka
pada waktu operasi, lebih umum lagi adalah melambatnya alira
darah dalam ekstremitas akibat metabolism yang melambat da
depresi sirkulasi setelah pembedahan. kemungkinan juga beberap
factor ini berinteraksi untuk menghasilkan thrombosis, tungkai ki
lebih sering terkena disbanding yang kanan.

KOMPLIKASI KARDIOVASKULAR
Hipertensi dapat disebabkan karena nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakea,
cairan infus berlebihan, buli-buli penuh atau aktivasi saraf simpatis karena
hipoksia, hiperkapnea dan asidosis. Hipertensi akut dan berat yang berlangsung
lama akan menyebabkan gagal ventrikel kiri, infark miokard, disritmia, edema
paru atau pendarahan otak. Terapi hipertensi ditujukan pada faktor penyebab dan
kalau perlu dapat diberikan klonidin (catapres) atau nitroprusid (niprus) 0,5 1,0
g/kg/ menit.

Hipotensi yang terjadi karena isian balik vena (venous return) menurun disebabkan
pendarahan, terapi cairan kurang adekuat, diuresis, kontraksi miokardium kurang
kuat atau tahanan veskuler perifer menurun. Hipotensi harus segera diatasi untuk
mencegah terjadi hipoperfusi organ vital yang dapat berlanjut dengan hipoksemia
dan kerusahan jaringan. Terapi hipotensi disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
Berikan O2 100%dan infus kristaloid RL atau Asering 300-500 ml.

Distritmia yang terjadi dapat disebabkan oleh hipokalemia, asidosis-


alkalosis,hipoksia, hiperkapnia atau penyakit jantung.

Hipertensi karena anestesi tidak adekuat dapat dihilangkan dengan menambah


dosis anestetika. Bila persisten dapat diberi obat penghambat beta adrenergik
seperti propanolol atau obat vasodilator seperti nitrogliserin yang juga bermanfaat
untuk memperbaiki perfusi miokard. Reaksi hipertensi pada waktu laringoskopi
dapat dicegah antara lain dengan terlabih dahulu memberi semprotan lidokain
topical kedalam faring dan laring, obat seperti opiat dan lain-lain.
Hipertensi karena kesakitan yang terjadi pada akhir anestesi dapat diobati
dengaan analgetika narkotik seperti pethidin 10 mg I.V atau morfin 2-3 mg I.V
dengan memperhatikan pernafasan (depresi).

Aritmia jantung pada anestesia, terjadi kira-kira 15-30 %. Etiologi aritmia selama
anestesia :

Tindakan bedah : Bedah mata, hidung, gigi, traksimesenterium, dilatasi


anus.
Pengaruh metabolisme : hipertiroid, hiperkalemi
Penyakit tertentu : penyakit jantung bawaan, penyakit
hiperkapnia,hipokelmia, jantung koroner
Pengaruh obat tertentu : atropine, halotan, adrenalin dll.

Mempertahakan sirkulasi darah


Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian cairan
plasma ekspander.

Anda mungkin juga menyukai