Anda di halaman 1dari 7

1.

JURNAL 1

Ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan diabetes melitus. Hasil penelitian
menunjukan bahwa orang yang terkena hipertensi berisiko lebih besar untuk menderita diabetes,
dengan odds 6,85 kali lebih besar dibanding orang yang tidak hipertensi. Penelitian menurut Sunjaya
(2009) menemukan bahwa individu yang mengalami hipertensi mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar
untuk mengalami diabetes dibanding individu yang tidak hipertensi.

Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi insulin. Pengaruh hipertensi


terhadap kejadian diabetes melitus disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang
menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses
pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve, 2012).

2.KAITAN DM DAN HT

http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/metabolik-endokrin/kaitan-diabetes-mellitus-dengan-
hipertensi/

Tekanan darah rata-rata merupakan kekuatan utama untuk mendorong darah ke jaringan. Tekanan darah
tersebut harus diatur supaya tidak berlebih maupun kurang. Jika tekanan darah kurang, dikhawatirkan
darah tidak dapat menjangkau organ-organ yang membutuhkan terutama otak. Jika berlebih, jantung
akan bekerja terlalu keras juga terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun rupturnya
pembuluh darah kecil. 1

Meskipun terdapat kontrol tekanan darah, terutama yang dilakukan oleh baroreseptor di dalam sistem
sirkulasi, kadangkala mekanisme tersebut tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, seseorang dapat
mengalami hipotensi (tekanan darah di bawah 100/60mmHg) maupun hipertensi (tekanan darah di atas
140/90 mmHg).

Hipertensi dapat dibedakan menjadi primer dan sekunder berdasarkan penyebabnya.

1. Hipertensi primer

1. Hipertensi renal

2. Hipertensi endokrin

3. Hipertensi neurogenik

4. Hipertensi sekunder

1. Defek pengaturan garam oleh ginjal


2. Kelebihan intake garam

3. Diet rendah buah dan sayuran (rendah K + dan Ca2+)

4. Abnormalitas membran plasma (defek pompa Na +-K+)

5. Variasi gen yang mengkode angiotensinogen

6. Substansi mirip digitalis endogen

7. Abnormalitas NO, endotelin, atau senyawa kimia lain yang bekerja sebagai
vasoaktif lokal

8. h. Kelebihan vasopressin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada penderita diabetes adalah dua kali daripada mereka yang tidak
diabetes. Kaitan yang paling utama adalah pada penderita diabetes terjadi komplikasi yang progresif dan
akseleratif baik pada mikrovaskular (retinopati dan nefropati) serta makrovaskular (aterosklerosis).
Penyakit makrovaskular merupakan mayoritas kematian pada pasien dengan non-insulin-dependent
diabetes mellitus (NIDDM). 2

Nefropati diabetes merupakan faktor penting terjadinya hipertensi pada penderita diabetes, terutama
IDDM (diabetes mellitus tipe-1).2 Pasien dengan DM tipe-1 biasanya akan memiliki tekanan darah yang
normal sebelum terjadinya proteinuria yang persisten (ekskresi albumin lebih besar dari 300-500
mg/hari). Jika sudah terjadi protenuria, tekanan darah sistoliknya akan mulai naik sekitar 1 mmHg/bulan.
Pada diabetes nefropati, terjadi interelasi antara peningkatan tekanan darah, mikroalbuminuria,
penurunan creatinine clearence dan peningkatan resistensi vaskular renal. Meskipun begitu, etiologi
pada mayoritas penderita diabetes tidak bisa dijelaskan dengan dasar penyakit renal tersebut. Pada
pasien ini, hipertensinya adalah jenis hipertensi esensial. 3 Sementara pada NIDDM (diabetes mellitus
tipe-2), hipertensi tidak terlalu berkaitan dan sering terjadi sebelum diagnosis diabetes. 2 3

Tanda hipertensi pada penderita tipe-1 maupun tipe-2 adalah terjadinya peningkatan resistensi perifer
vaskular. Aterosklerosis prematur pada penderita diabetes dapat menyebabkan penuaan prematur juga
pada vaskularisasi. Hal tersebut nantinya berperan dalam prevalensi hipertensi sistolik terisolasi dan
penurunan sensitivitas baroreseptor pada penderita DM bahkan yang masih muda.Penurunan
sensitifitas refleks baroreseptor dapat menyebabkan perubahan inervasi kardiak sehingga mungkin
terjadi hipotensi ortostatik pada penderita DM dengan hipertensi.

Peningkatan Exchangeable Sodium

Peningkatan kadar sodium juga diperkirakan berperan pada hipertensi penderita DM. Sodium dapat
meningkat sekitar 10% bahkan pada penderita diabetes yang normotensif. Penderita diabetes memiliki
gangguan kemampuan untuk mengeksresikan intravenous saline load dan gagal untuk menambahkan
sodium ke dalam urin untuk ekskresikan. Mekanisme retensi sodium pada diabetes sebenarnya masih
kurang begitu diketahui. Namun, diperkirakan berkaitan dengan peningkatan reabsorpsi glukosa. Selain
itu, dipostulasikan juga bahwa retensi sodium pada diabetes berkaitan dengan penurunan kemampuan
untuk melepaskan faktor natriuretik seperti dopamin, prostaglandin dan kallikrein serta efek tubular
insulin. 3

Resistensi insulin dan hiperinsulinemia

Resistensi insulin serta insulinemia berperan dalam patogenesis hipertensi yang berkaitan dengan
metabolisme abnormal dari karbohidrat. Kadar insulin yang berlebih juga merupakan salah satu faktor
resiko penyakit kardiovaskular. Faktor resiko lainnya adalah terkait metabolisme abnormal lipid, fungsi
platelet dan faktor pembekuan. 3

Pada NIDDM, hipertensi juga umumnya ada sebagai bagian dari terjadinya resistensi insulin atau sindrom
metabolik. Meskipun sebenarnya mekanismenya belum begitu diketahui, disfungsi endotel merupakan
faktor penting pada tingginya insidensi penyaklit vaskular pada individu dengan kedua kondisi di atas. 2

Resistensi insulin dan hiperinsulinemia berkaitan erat dengan peningkatan kadar trigliserida plasma,
rendahnya HDL, dan peningkatan kadar LDL-kolesterol total. Hiperinsulinemia juga berkaitan dengan
aterosklerosis dengan mempengaruhi fibrinolisis. Efek dari insulin yang diduga berkaitan dengan
aterosklerosis adalah

menstimulasi proliferasi subintimal otot polos dan fibroblas,

meningkatkan uptake dan esterifikasi lipoprotein-kolesterol oleh otot polos

Meningkatkan pelepasan platelet-derived growth factor dan insulin-like growth factor

Meningkatkan sintesis jaringan ikat

Menurunkan deesterifikasi dan pembuangan kolesterol dari foam cells pada daerah subintimal
pembuluh darah. 3

Obesitas, salah satu faktor yang juga sering berkaitan dengan obesitas, memiliki keterkaitan dengan
peningkatan tekanan darah. Peningkatan berat badan dan adiposit dapat berkembang menjadi
hipertensi bahkan pada usia awal sekalipun. Obesitas sentral atau android lebih berkaitan dengan
resistensi insulin dan DM tipe-2, hipertensi, dan dislipidemia daripada obesitas perifer atau ginekoid.
Peningkatan Kontraktilitas Otot Polos Vaskular

Peningkatan resistensi vaskular perifer dan kontraktilitas otot polos vascular berespon terhadap agonist
seperti norepinefrin dan angiotensin II menjadi dasar terjadinya hipertensi pada kedua tipe diabetes.
Pada tikus yang mengalami resistensi insulin memberikan respon yang berlebihan terhadap agonis-
agonis tersebut. Namun, alasan secara detail mengapa terjadi respon berlebih tersebut masih belum
jelas. Kemungkinan mekanisme adalah kalsium bebas sitoplasma pada otot polos vaskular, yang
merupakan salah satu penentu kontraktilitas otot polos, mengalami peningkatan.

Insulin memiliki peranan dalam regulasi pompa Ca 2+-ATPase dan Na+, K+-ATPase. Defisiensi insulin atau
resistensi dapat mengganggu pompa tersebut. Akibatnya terjadi peningkatan Ca 2+. Pompa pertukaran
Na+-H+ yang distimulasi oleh kadar fisiologis insulin juga terpengaruh. Pada kasus resistensi, pompa
tersebut mengalami peningkatan. Antiporter Na +-H+ merupakan sistem transport yang berkaitan dengan
regulasi pH intraseluler, volume sel, dan pertumbuhan sel serta pertukaran Ca 2+. Peningkatan aktivitas
antiport tersebut berkaitan dengan peningkatan Ca 2+ sel.
Hiperglikemia

Pada hiperglikemia kronis, dapat terjadi peningkatan rigiditas vaskular dengan mempromosikan
perubahan struktural vaskular. Pada konsentrasi yang tinggi, glukosa memberikan efek toksik pada sel
endotelial sehingga terjadi penurunan relaksasi endothelial-mediated vascular, yang akan meningkatkan
konstriksi dan hiperplasia sel otot polos vaskular serta remodeling vaskular.

Kadar glukosa yang tinggi dapat menginduksi overekspresi fibronektin dan kolagen IV pada sel endotel
vaskular manusia yang dikultur. Peningkatan tersebut berpengaruh pada disfungsi endotel. Juga,
fibronektin merupakan glikoprotein yang jika terjadi overekspresi dapat berdampak pada penebalan
membran basal glomerulus dan mesangium.

Selain itu, terdapat bukti bahwa hiperglikemi dapat mempercepat pembentukan produk glikosilasi
nonenzimatik yang berkumpul pada protein dinding pembuluh. Glikosilasi merupakan ikatan kovalen
antara glukosa darah dengan sel darah merah, khususnya hemoglobin (HA1c). Normalnya, hanya ada
sekitar 4,5%-6% glukosa yang terikat. 4Pengikatan protein yang mengandung hasil akhir glikosilasi kepada
makrofag menginduksi sintesis dan sekresi tumor necrosis factors dan IL-1. Sitokin tersebut, akan
menstimulasi sel lain untuk meningkatkan sintesis protein dan berproliferasi. 3

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Human Physiology: The Blood Vessel and Blood Pressure, The Urinary System.
7thed. Philadelphia: Brooks/Cole Cengage Learning. p. 376, 381-2, 531.

2. Gilbert RE, dkk. Diabetes and Hypertension. MJA 1995; 163: 372-375. Dapat diunduh
darihttp://www.mja.com.au/public/misc/gilbert/gilbert.html. Diakses 6 Oktober 2011.
3. Epstein M, Sowers JR. Diabetes and Hypertension. Hypertension: Journal of The American Heart
Association. 1992. 19:403-18.

4. Jakes. Glycosylatio, What is it, how it affects patients with diabetes and what you c. Diunduh
darihttp://www.diabetesincontrol.com/component/content/article/64-feature-writer-
article/1695&Itemid=8. Diakses 7 Oktober 2011.

3. 7144

2.8.3 Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan
peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti
diabetes melitus (Bustan M. N, 2000:32).

Tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. The joint
National Committee on Prevention, Detection,Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNCVI)
dan 31 WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS &
keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi.

Hipertensi sistolodiastolik didiagnosis bila TDS _ 140 mmhg dan TDD _ 90 mmHg. Hipertensi sistolik
terisolasi (HST) adalah bila TDS _ 140 mmHg dengan TDD < 90 mmHg.3 Definisi hipertensi menurutWHO
dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1.

klasifikasi tingkat tekanan darah menurut WHO tahun 1999(mmHg). Jika tekanan darah sistolik dan
diastolik berbeda kategori, dipakai kategori yang lebih tinggi. Hipertensi dapat didiagnosa sebagai
penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain. Misalnya diabetes
melitus, obesitas, arteriosketoris (RA Tuty Kuswardhani, 2006: 136). Pengidap hipertensi seringkali
dikaitkan dengan mengidap diabetes. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan distribusi gula pada sel-
sel tidak berjalan optimal. Sehingga terjadi penumpukan gula dan kolesterol dalam darah.Intinya jika
tekanan darah baik, gula darah juga akan terjaga.

Dan Kategori Sistolik Diastolik Optimal Normal Normal-tinggi Hipertensi derajat 1 (ringan) Subkelompok :
boderline Hipertensi derajat 2 (sedang) Hipertensi derajat 3 (berat) Hipertensi sistolik terisolasi
Subkelompok : boderline < 130 130-139 140-159 140 - 149 160-179 180 140 140 149 < 85 85-89 90-
99 90 - 94 100-109 110 < 90 < 90 32 sebaliknya, insulin bersifat sebagai zat pengendali sistem renin-
angiotensin, sehingga kadar insulin yang cukup menyebabkan tekanan darah terjaga.

Jika tekanan darah sering diatas 120/90 mmgHg, risiko diabetes meningkat dua kali lipat. Ini kalau
dibandingkan dengan orang yang tekanan darahnya normal. Demikian menurut penelitian yang
dilakukan ilmuwan dari Brigham and Woman Hospital dan Harvard Medical School selama 10 tahun.
Tekanan darah tinggi adalah ukuran tekanan darah di atas batas normal, baik saat kita sedang santai,
terlebih saat kita sedang marah atau stres dalam jangka waktu tertentu. Diabetes meningkatkan risiko
darah tinggi sebab penumpukan gula dan kolesterol menyebabkan pengerasan pembuluh darah arteri.
Ujung-ujungnya darah tidak mengalir lancar, sehingga tekanannya menjadi naik. Selain menjadi pemicu
darah tinggi, penyakit diabetes juga bisa menjadi penyakit bayangan untuk gagal jantung dan gangguan
fungsi ginjal. (Azuan, 2009:16) Hubungan antara hipertensi dengan diabetes melitus sangat kuat karena
beberapa kriteria yang sering ada pada pasien hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas,
dislipidemia dan peningkatan glukosa darah. Hipertensi adalah suatu faktor resiko yang utama untuk
penyakit kardiovaskular dan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati. Prevalensi
populasi hipertensi pada diabetes adalah 1,5-3 kali lebih tinggi dari pada kelompok pada non diabetes.
Diagnosis dan terapi hipertensi sangat penting untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada individu
dengan diabetes (J Peny, 2009:152).

Anda mungkin juga menyukai