TUGAS INDIVIDU
M.K. ORGANISASI TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI
DOSEN : Dr. Dahrul Syah, MSc.Agr
DISUSUN OLEH :
YULIA DWI INDRIANI
NRP : P056163433.22EK
MMPT SB IPB
PENDAHULUAN
Tata kelola yang baik menurut Good Governance Guide adalah sebuah proses
untuk melaksanakan dan menerapkan sebuah keputusan. Namun bukan tentang
keputusan yang benar tapi keputusan yang terbaik yang paling mungkin dapat
diterapkan. ([http://www.goodgovernance.org.au/about-good-governance/what-is-
good-governance/. Online. Diakses tanggal 23 Januari 2016]). Ada setidaknya 7
karakteristik terkait dengan tata kelola yang baik yaitu :
1. Akuntabel; tata kelola yang baik wajib melaporkan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Transparan; tata kelola yang baik harus dapat dilihat dengan jelas bagaimana
sebuah keputusan ditetapkan.
3. Mengikuti aturan hukum yang berlaku; tata kelola yang baik harus relevan
dan ssuai dengan hukum yang berlaku.
4. Responsif; tata kelola yang baik harus selalu berusaha untuk melayani
kebutuhan seluruh masyarakat dan mampu menyeimbangkan kepentingan
bersaing secara tepat waktu, tepat sasaran dan responsif.
5. Adil dan inklusif; tata kelola yang baik harus mempertimbangkan
kepentingan seluruh pihak dan memberikan kesempatan yang sama.
6. Efektif dan efisien; tata kelola yang baik harus dapat memenafaatkan sumber
daya dan waktu dengan baik secara tetap guna, tepat waktu dan tepat sasaran.
7. Partisipatif; tata kelolayang baik harus dapat memberikan kesempatan kepada
seluruh pihak untuk berpartisipasi dalam pengemabilan keputusan, sehingga
dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang sebenarnya
Dari prinsip dasar diatas maka tata kelola yang baik di perguruan tinggi
setidaknya dapat memenuhi 7 karakteristik tersebut. Untuk mengulas informasi
yang komprehensif tentang tata kelola yang baik di perguruan tinggi dapat
menerapkan metode 5W1H (Kipling Method) yaitu What, Where, When, Why,
Who dan 1H yaitu How. Identifikasi dapat diawali dengan beberapa pertanyaan
berikut ini :
1. Apa yang dimaksud dengan Good University Governance?
2. Dimana Good University Governance ini dapat diterapkan?
3. Kapan penerapan Good University Governmance diterapkan?
4. Mengapa Good University Governance perlu diterapkan ?
5. Siapa yang berkaitan erat dengan Good University Governance?
6. Bagaimana penerapan Good University Governance di Perguruan Tinggi?
PEMBAHASAN
Hal yang paling prinsip mengapa penerapan GUG menjadi penting adalah
UUD Tahun 1945 Pasal 31 tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara yang
berbunyi sebagai berikut :
Ayat 1 : Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang.
Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk memampukan setiap insan
untuk mengembangkan potensi dirinya agar tumbuh menjadi manusia yang
tangguh dan berkarakter serta berkehidupan sosial yang sehat. UUD 1945
menegaskan hanya ada satu sistim pendidikan nasional untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Satu sistim pendidikan nasional diperlukan agar bangsa
Indonesia yang amat majemuk itu dapat terus mengembangkan persatuan
kebangsaan yang menghormati kemajemukan dan kesetaraan sesuai dengan
bhinneka tunggal ika.
Untuk itu penerapan tata kelola perguruan tinggi yang baik terdiri dari
beberapa tahapan yaitu tahapan pemahaman secara mendalam terhadap konsep
GUG, tahapan konsulidasi antara manusia, sistem dan indikator keberhasilan serta
tahapan perbaikan kualitas secara terus menerus. Tahapan terhadap pemahaman
mendalam terhadap prinsip/karakteristik perguruan tinggi yang mendasarinya
sebagimana disampaikan dalam makalah Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama
Ditjen DIKTI sebagai berikut :
1. Transparansi, diterapkan melalui mekanisme checks & balances dan upaya
menghindari conflict of interest dan jabatan rangkap serta adanya fungsi
kontrol dari Senat Akademik Perguruan Tinggi & Fakultas terhadap
Rektor & Dekan.
2. Akuntabilitas, kejelasan visi, misi dan tujuan Perguruan Tinggi yang
sejalan dengan mandat pemerintah (masyarakat) dan badan penyelenggara,
adanya izin pendirian perguruan tinggi dan penyelenggaraan program
studi, berfungsinya SPM, tercapainya indikator kinerja yang dijanjikan
dalam Renstra & RKA, adanya satuan audit (SPI) di bawah Rektor,
diterapkannya sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan yang dapat
diaudit, adanya laporan tahunan akademik, dan laporan tahunan keuangan
yang diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan kepada masyarakat.
3. Responsibility (tanggung-jawab), melalui statuta perguruan tinggi,
penjabaran kedudukan, tupoksi dan kewenangan setiap unsur organisasi,
adanya job description personel dan standard operating procedure (SOP)
yang jelas, berfungsinya SPM, tercapainya indikator kinerja yang
dijanjikan dalam Renstra & RKA, adanya satuan audit (SPI) di bawah
Rektor, diterapkannya sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan yang
dapat diaudit, adanya laporan tahunan akademik, dan laporan tahunan
keuangan yang diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan kepada
masyarakat.
4. Independensi (dalam pengambilan keputusan), penerapannya melalui
pengambilan keputusan perguruan tinggi perlu terpisah dari pemerintah
atau badan hukum nirlaba yang memilikinya, perguruan tinggi bukan
kepanjangan tangan birokrasi.
5. Fairness (adil), pengangkatan pegawai dan pejabat berdasarkan
kompetensi dan track record, penerapan merit system (insentif dan
disinsentif) yang tepat dalam pengelolaan pegawai.
6. Penjaminan mutu & relevansi, penerapannya melalui sistem penjaminan
mutu internal (SPM) dan eksternal (akreditasi program studi), sertifikasi
profesi dosen, feed back mahasiswa, tracer study (lulusan), survei
pengguna.
7. Efektifitas & efisiensi, penerapannya melalui sistem perencanaan jangka
panjang, menengah (Renstra) dan tahunan (RKAT).
8. Nirlaba, diterapkan kepada seluruh anggaran sisa kegiatan tidak boleh
dibagikan, harus diinvestasikan kembali untuk peningkatan mutu dan
pengembangan perguruan tinggi.
KESIMPULAN