Disusun oleh :
Bakti Setio
Akhir-akhir ini tindakan bronkoskopi lebih sering dilakukan baik untuk diagnosis
maupun terapi. Hal ini terjadi karena pengetahuan tentang bronkologi dengan cepat
bronkoskopi dapat dilihat kelainan di dalam trakea dan bronkus secara langsung, dapat
Trakea
Trakea merupakan pipa yang terdiri dari tulang rawan dan otot yang dilapisi oleh
epitel torak berlapis semu bersilia, mulai dari kartilago krikoid sampai percabangan ke
bronkus utama kanan dan kiri, pada setinggi iga kedua pada orang dewasa dan setinggi
iga ketiga pada anak-anak. Trakea terletak di tengah-tengah leher dan makin ke distal
sterni. Trakea sangat ealstis, dan panjang serta letaknya berubah-ubah, tergantung pada
posisi kepala dan leher. Lumen trakea ditunjang oleh kira-kira 18 cincin tulang rawan
yang bagian posteriornya tidak bertemu. Dibagian posterior terdapat jaringan yang
merupakan batas dengan esofagus, yang disebut dinding bersama antara trakea dan
trakea yang paling bawah meluas ke inferior dan posterior di antara bronkus utama kanan
dan kiri, membentuk sekat yang lancip di sebelah dalam, yang disebut karina.
2
Mukosa di daerah subglotik merupakan jaringan ikat longgar, yang disebut konus
elastikus. Keistimewaan jaringan ini ialah, bila terangsang mudah terjadi edema dan akan
endoskopi tampak trakea merupakan tabung yang datar pada bagian posterior, sedangkan
di bagian antrior tampak cincin tulang rawan. Mukosa di atas cincin trakea berwarna
putih, dan diantara cincin itu berwarna merah muda. Pada bagian servikal dan torakal,
trakea berbentuk oval karena tertekan oleh kelenjar tiroid dan arkus aorta.
Bronkus
Trakea bercabang dua setinggi torakal 4 menjadi bronkus utama kanan dan kiri.
Sekat dari percabangan itu disebut karina. Karina letaknya lebih ke kiri dari garis median,
sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas daripada lumen bronkus utama kiri.
Lumen bronkus utama kanan pada potongan melintang tampak lebih luas dari bronkus
utama kiri. Bronkus utama kanan lebih pendek dari bronkus utama kiri, panjangnya pada
orang dewasa 2,5 cm dan mempunyai 6-8 cincin tulang rawan. Panjang bronkus utama
kiri kira-kira 5 cm dan mempunyai cincin tulang rawan sebanyak 9-12 buah.
Bronkus utama kanan membentuk sudut 25 derajat ke kanan dari garis tengah,
sedangkan bronkus bronkus utama kiri membuat sudut 45 derajat ke kiri dari garis
tengah. Dengan demikian bronkus utama kanan hampir membentuk garis lurus dengan
trakea, sehingga benda asing eksogen yang masuk ke bronkus akan lebih mudah masuk
ke lumen bronkus utama kanan (pada orang yang sedang posisi duduk atau berdiri).
3
Gambar 1. Anatomi Trakea dan Bronkus
Faktor lain yang mempermudah masuknya benda asing ke dalam bronkus utama
kanan ialah kerja otot trakea yang mendorong benda asing itu ke kanan. Selain itu udara
inspirasi ke dalam bronkus utama kanan lebih besar dibandingkan dengan udara inspirasi
Dinding bronkus terdiri dri cincin tulang rawan. Sebetulnya tidak semua cincin itu
merupakan cincin penuh, dibagian posterior pada umumnya terdiri dari membran. Oleh
karena itu pada waktu inspirasi lumen bronkus berbentuk bulat, sedangkan pada waktu
ekspirasi lumen berbentuk seperti ginjal. Makin ke distal, cincin tulang rawan bronkus
makin hilang, sehingga di bronkus makin hilang, sehingga di bronkus terminal dan
alveolus tidak ada cincin tulang rawan lagi dan otot dinding bronkus relatif makin lebih
penting.
4
Cabang Bronkus
utama kanan bercabang menjadi 3 buah lobus, superior, medius dan inferior, sedangkan
bronkus utama kiri bercabang menjadi 2 yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus
mempunyai bronkus sekunder (bronkus lobaris). Tiap lobus diliputi oleh pleura viseral
yang masuk ke fisura yang dalam di celah antara lobus dan hilus.
mempunyai bronkus tertier dan pembuluh darah tersendiri. Bronkus tertier dan segemen
bronkopulmoner ialah nama yang diberikan Jackson dan Huber, dan diberi nomor oleh
Boyden.
Lobus superior kanan mempunyai tiga buah segmen, apikal (B1), posterior (B2),
dan anterior (B3). Lobus medius kanan mempunyai segmen lateral (B4) dan segemn
medial (B5). Lobus inferior kanan mempunyai sebuah segmen apikal (B6) dan empat
buah segmen basal. Segmen-segmen basal itu ialah basal medial (B7), basal anterior
Lobus superior kiri mempunyai dua buah cabang yang sesuai dengan lobus
superior kanan dan lobus medius kanan. Cabang superior mempunyai 2 segmen, segemn
apikal posterior (B1-2) dan segmen anterior (B3). Cabang inferior atau disbut lingula
mempunyai segmen superior (B4) dan segmen inferior (B5). Lobus inferior kiri
bercabang menjadi segemn apikal (superior = B6) dan empat buah segmen basal, yaitu
segemn basal medial (B7), segmen basal anterior (B8) dan segmen basal lateral (B9) serta
5
Ukuran traktus trakeo-bronkial pada orang dewasa, pria dan wanita, serta pada
anak-anak dan bayi berlainan. Hal ini penting untuk tindakan bronkoskopi untuk
mengetahui jarak dari suatu lokasi yang diukur dari baris gigi depan atas. Ukuran traktus
trakeo-bronkial pada kadaver menurut Chevalier Jackson seperti terlihat pada tabel
dibawah ini.
Histologi
Pada potongan melintang trakea dan bronkus terdapat empat buah lapisan :
1. lapisan epitel
Lapisan ini merupakan lapisan sel thoraks bersilia yang mengandung sel goblet.
Pada cabang bronkus yang berdiameter 0,4 mm sel goblet ini menghilang. Guna
sel goblet ini ialah untuk menjaga supaya mukosa tetap basah. Di alveolus tidak
terdapat sel goblet, dan epitelnya gepeng. Di lapisan ini terdapat ujung saraf vagus
2. lapisan subepitel
Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat yang mengfandung kapiler yang berasal dari
pembuluh dari bronkus. Pada lapisan ini terdapat juga kelenjar limfe.
3. lapisan otot
6
Pada lapisan ini terdapat saraf, yang bila terangsang menyebabkan kontraksi
bronkus.
4. lapisan adventisia
Lapisan ini tipis dan merupakan lapisan yang terluar dari bronkus.
Saluran konduksi adalah trakea, bronkus sampai bronkus terminalis, selanjutnya bronkus
respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus yang pada orang dewasa sebanyak 300 juta
2. drainase paru yang diperankan oleh mekanisme gerakan silia, refleks batuk dan
hembusan mendehem.
Bronkoskopi
tindakan terapai atau kedua-keduanya. Saat ini terdapat 2 macam bronkoskop, yaitu :
7
1. Bronkoskop serat optik yang merupakan gabungan serat-optik (gelas) yang
2. Bronkoskop kaku, yaitu pipa dari metal dengan lampu. Terdapat dua macam
penyinaran, yaitu lampu yang diletakkan di distal (pada ujung bronkoskop), atau
Dengan kemajuan teknologi sekarang, dibuat lampu terang (150-400 Watt) yang
berisi halogen yang disalurkan dengan serat optik ke bagian distal bronkoskop.
Meskipun banyak kelebihan bronkoskop serat optik, tidak berarti bahwa alat ini
dapat menggantikan peran bronkoskop kaku. Kedua alat ini saling mengisi, sehingga
keduanya masih dapat dipergunakan sampai saat ini. Namun pada keadaan tertentu,
6. untuk mengeluarkan benda asing dari trakea dan bronkus, terutama pada anak-
anak,
7. pada keadaan trakea sempit, seperti pada striktur trakea, penekanan dari luar atau
tumor intraluminer,
8
8. fotografi pada trakea dan bronkus utama serta orifisiumnya engan memakai
Indikasi bronkoskopi
A. Untuk diagnosis
1. Hemoptisis
Hemoptisis yang darahnya banyak keluar, atau yang berulang meskipun tiap kali
darahnya sedikt, dengan atau tanpa kelainan pada pemeriksaan radiologis, serta
bronkiektasis paru.
2. Batuk kronis
Batuk iritatitif yang terus-menerus dan tidak diketahui penyebabnya, harus selalu
bronkitis kronis dan tumor bronkus, batuk berlangsung kronis dan kadang-kadang
Diagnosis banding pada batuk kronis adalah bronkitits kronis, tuberkulosis paru,
3. Mengi (wheezing)
9
Mengi dapat diketahui dari anamnesis atau ditemukan pada pemeriksaan, pada
keadaan yang baru didapat atau sudah sejak lama, perlu dilakukan bronkoskopi.
Bunyi mengi yang tidak hilang setelah pasien batuk atau setelah batuk hilang
mengi masih ada, atau kembali terdengar pada tempat yang sama maka hal ini
4. Kelainan radiologik
tindakan bronkoskopi. Pada gambaran abses paru dan tumor bronkus, diperlukan
Selain itu, pada keadaan seperti hemoptisis tetapi pada pemeriksaan radiologik
ditemukan sel ganas tetapi dari radiologik tidak terdapat kelainan, bronkoskopi
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan untuk melakukan biopsi pada paru.
5. Kelainan ekstratorakal
10
esofagus, untuk melihat apakah terdapat metastasis ke bronkus; g) penyakit dan
B. Untuk terapi
1. Benda asing
dengan bronkoskopi. Benda asing dapat berupa benda padat atau benda cair.
Benda asing ini mungkin berupa cairan yang teraspirasi, seperti minuman atau
muntah pada bayi. Mngkin juga cairan mekonium pada bayi baru lahir yang
menyumbat saluran trakea dan bronkus. Bila penghisapan cairan itu tidak cepat
dilakukan dapat terjadi komplikasi berupa abses paru, atau peradangan lain.
Komplikasi yang umum adalah terjadinya edema selaput lendir trakea dan
benda asing.
Sekret akibat peradangan pada bronkitis kronis, bronkiektasis dan abses paru
mungkin kental dan menyumbat saluran trakeo-bronkial. Sekret itu disebut benda
asing endogen, yaitu benda asing yang berasal dari dalam tubuh sendiri. Dengan
11
4. Menyemprotkan obat ke dalam lumen bronkus pada kasus bronkiektasis, setelah
Kontraindikasi Bronkoskopi
absolut.
1. Kontraindikasi relatif
keadaan seperti : a) kasus dengan prognosis buruk; b) pasien lemah dan tua; c)
bronkoskop kaku, tetapi bila dilkaukan dengan bronkoskop serat optik bisa lebih
servikal lebih aman dengan bronkoskop serat optik; g) trismus karena tidak dapat
12
Kondisi seperti : a) asma bronkial, bronkoskopi akan menambah sumbatan
abses paru, bahaya pecahnya abses sehingga seluruh traktus trakeo-bronkial terisi
3. Kontraindikasi absolut
penyakit perdarahan, karena pasien yang mudah terjadi perdarahan tidak boleh
hematom intraluminer atau perdarhan yang sukar diatasi. Pada pasien yang
radang akut saluran napas, sebab kemungkinan dapat mengganggu ventilasi. Pada
anak kecil yang tersangka aspirasi benda asing dan ,mederita radang akut saluran
bronkoskopi atau tidak. Akan tetapi dalam keadaan sumbatan saluran trakea dan
13
ditanggulangi keadaaan yang menyebabkan kontraindikasi ini. Keuntungan dan
Komplikasi Bronkoskopi
asing, penyikatan, biopsi) akan mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas, apabila
dikerjakan dengan baik. Komplikasi antara bronkoskopi kaku dan serat optik hampir
sama.
bronkoskop kaku dibandingkan serat optik, karena dengan bronkoskop kaku lebih mudah
terlihat tempat perdarahan serta dapat dilakukan aplikasi topikal untuk menghentikan
perdarahan. Komplikasi yang mungkin terjadi pada bronkoskopi, oleh obat premedikasi
dan anestesi (umum) ialah depresi pernapasan, apnea, hipotensi, sinkpe, reaksi alergi.
Pada analgesia lokal mungkin terjadi henti napas, spasme laring, spasme bronkus, reaksi
hiperkarbia, apasme bronkus. Gejala kardiovaskuler berupa aritmia atrial dan ventrikuler,
iskemia miokard, angina dan hemti jantung. Mungkin terjadi peradangan dengan
kenaikan suhu badan oleh bakteremia, pnuemonia, kontaminasi isi rongga abses
hipoksia dan perdarahan. Pada penyikatan bronkus dan biopsi bronkus atau paru, dapat
terjadi perdarahan, perforasi bronkus (paru, pneumotoraks, sikat patah atau cunam patah).
14
Pada aspirasi jarum, komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, perforasi
esofagus, bronkus atau paru, terbakar dan menyebabkan kematian. Pada pencucian
serta pneumotoraks.
Komplikasi tambahan pada bronkoskopi kaku adalah gigi goyah atau copot,
Pelaksanaan Bronkoskopi
a. Pasien.
pemeriksaan radiologis. Hal penting lainnya adalah informed consent kepada pasien
atau keluarga pasien agar mereka bisa memahami risiko dan keuntungan tindakan yang
kita lakukan.
15
Gambar 2. Posisi kepala pasien
b. Peralatan.
Dibagian THT RS DR Sarjdito hanya dilakukan bronkoskopi kaku, sehingga alat yang
disediakan hanya bronkoskopi kaku, ukurannya disesuaikan dengan usia pasien. Alat
lain yang harus disiapkan adalah penghisap, cunam biopsi, cunam evakuasi korpal, dan
aplikator.
16
Gambar 3. Alat Bronkoskop
17
Gambar 4. Alat emergensi bronkoskop dengan baterai tersendiri untuk sumber
penerangan
18
Gambar 5. Alat pendukung bronkoskopi (A. Rigid suction tube; B. Rigid suction tube
with rubber tip, straight; C. Rigid suction tube, curved; D. Cotton carier; E. Sponge
holder; F. Sponge and cotton carrier; G. Sponge holder for steril smear citology; H.
Bougie, Size 10, 12, 14, 18, 20 Fr)
Anestesi disini diperlukan teknik khusus karena pada pasien ini tidak dapat
darah maka teknik yang dapat dilakukan adalah teknik hiperventilasi. Perlu juga
19
diberikan obat-obatan yang dapat mengurangi sensitivas mukosa trakeo bronkial sehingga
Melakukan bronkoskopi
1. Melalui laringoskop dengan removable slide yang dipasang lebih dahulu. Pada
teknik ini, Laringoskop dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien yang sedang di
diekstensikan sambil dipegang oleh asisten. Posisi ini merupakan posisi sejajar
maksimal antara aksis mulut, faring dan trakea sehingga memudahkan masuknya
dimasukkan dengan posisi ujung lancip sejajar dengan celah glotis agar tidak
dimasukkan lebih dalam sampai menemukan trakea yang ditandai oleh adanya
20
Gambar 6. Teknik memasukkan laringoskop dilanjutkan bronkoskopi
21
2. Melalui langsung alat bronkoskop
Teknik ini prosedurnya sama dengan cara laringoskopi, kecuali bahwa alat
bronkoskopi dipegang tangan kanan dan tangan kiri yang membuka mulut
penderita.
(percabangan bronkus), bronkus utama kanan dan kiri. Tumpuan untuk mendorong
bronkoskop adalah pada tangan pemeriksa bukan pada gigi penderita. Pemasukan
bronkoskop ke dalam traktus trakeo-bronkial tidak boleh terlalu lama dan sebaiknya hal
22
ini dikoordinasikan dengan ahli anestesi sehingga pasien tidak sampai mengalami
Pada saat bronkoskop telah berada di dalam trakea dan atau bronkus, pemeriksaan
detail yang bersifat rutin terhadap organ tersebut harus dilakukan sambil mengasiprasi
setiap sekret yang ditemui. Amati trakea dan bronkus dalam hal patensi, konfigurasi, dan
deviasi. Amati karina dalam hal posisi, aksis, ketajamannya dan pulsasi.
dinding lateral dari bronkus kanan didapati lumen bronkus lobus atas kanan. Karinanya
sedikit lebih besar dari karina utama. Bila dimasukkan lebih dalam lagi, lumen lobus
Pemeriksaan bronkus kiri dilakukan dengan posis kepala dan leher dimiringkan ke
arah berlawanan. Beberapa senitmeter dari karina utama barulah ditemui orifisium lonus
Bila pada bronkoskopi dicurigai adanya keganasan tetapi tidak ada lesi yang jelas
terlihat, maka dilakukan gelfoam smear pada tempat yang dicurigai. Gelfoam ini
dioleskan diatas daerah yang dicurigai untuk kemudian dikeluarkan dan dihapuskan di
kondisi saluran napas dapat dipantau lebih baik. Oabt-obatan yang diberikan dapat berupa
23
antibiotika, analgetika dan anti inflamasi. Perawatan di ruang intensif sangat ditentukan
24