Anda di halaman 1dari 17

KISTA OVARIUM/ KISTOMA OVARII

A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana
saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista adalah suatu bentukan yang kurang
lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006). Kista
ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk
dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel
yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005)

B. JENIS - JENIS KISTA OVARIUM

Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
i. Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel
yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak
terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
ii. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
iii. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola
hidatidosa.
iv. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan
hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu
teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis

C. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang
normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan
terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang
mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

D. PATHWAY DAN PATOFISIOLOGI


1. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma)
dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain
dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi
tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.

2. Pathway
E. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang
tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri
yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik
(di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila
anda mempunyai kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)

3. Haid tidak teratur

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah
dan paha.

5. Nyeri sanggama

6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:


1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam

3. Rasa ingin muntah


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan
menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian
panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini
dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu
mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi
cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada
pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah
dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

H. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang
lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi
jaringan.
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk
mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu
menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.
2. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai kolagen
serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat
kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan
baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya
bedah.
3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka
sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga
enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka,
walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat
persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis
putih.

I. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium
pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan
pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi,
lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

J. PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data
penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan
pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya
suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva : anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur,
baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai penghasil
ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium
yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin
hamil/punya keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena
merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Untuk mengetahui letak batas kista.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Preoperasi
a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
c. PK perdarahan
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

L. RENCANA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
KEPERAWATAN
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DAN
KOLABORASI
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management
injuri biologi keperawatan selama 3x24 jam
Lakukan pengkajian nyeri secara
diharapkan nyeri pasien
komprehensif termasuk lokasi,
berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC :
kualitas dan faktor presipitasi
Pain Level,
Observasi reaksi nonverbal dari
Pain control,
ketidaknyamanan
Comfort level
Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil :
terapeutik untuk mengetahui
Mampu mengontrol nyeri (tahu
pengalaman nyeri pasien
penyebab nyeri, mampu
Kaji kultur yang mempengaruhi
menggunakan tehnik
respon nyeri
nonfarmakologi untuk
Evaluasi pengalaman nyeri masa
mengurangi nyeri, mencari
lampau
bantuan)
Evaluasi bersama pasien dan tim
Melaporkan bahwa nyeri
kesehatan lain tentang
berkurang dengan
ketidakefektifan kontrol nyeri
menggunakan manajemen
masa lampau
nyeri
Bantu pasien dan keluarga untuk
Mampu mengenali nyeri
mencari dan menemukan
(skala, intensitas, frekuensi
dukungan
dan tanda nyeri)
Kontrol lingkungan yang dapat
Menyatakan rasa nyaman
mempengaruhi nyeri seperti suhu
setelah nyeri berkurang
ruangan, pencahayaan dan
Tanda vital dalam rentang kebisingan
normal Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :
diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 Anxiety Reduction (penurunan
pembedahan jam diharapakan cemasi kecemasan)
terkontrol Gunakan pendekatan yang
NOC : menenangkan
Anxiety control Nyatakan dengan jelas harapan
Coping terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil : Jelaskan semua prosedur dan apa
Klien mampu mengidentifikasi yang dirasakan selama prosedur
dan mengungkapkan gejala Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
Mengidentifikasi, mengurangi takut
mengungkapkan dan
Berikan informasi faktual
menunjukkan tehnik untuk mengenai diagnosis, tindakan
mengontol cemas prognosis
Vital sign dalam batas normal Dorong keluarga untuk
Postur tubuh, ekspresi wajah, menemani anak
bahasa tubuh dan tingkat
Lakukan back / neck rub
aktivitas menunjukkan
Dengarkan dengan penuh
berkurangnya kecemasan perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan
asuhan Monitor tanda-tanda perdarahan
keperawatan selama 3x24 jam gastrointestinal
diharapakan pasien
Awasi petheciae, ekimosis,
menunjukkan perdarahan perdarahan dari suatu tempat
dapat diminimalkan Monitor vital sign
Catat perubahan mental
Hindari aspirin
Awasi HB dan factor pembekuan
Berikan vitamin tambahan dan
pelunan feses

2. Post Operasi
RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
KEPERAWA
NO TAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORA
SI
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
agen injuri selama 3x24 jam diharapkan nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik pasien berkurang
komprehensif termasuk lokasi,
NOC :
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Pain Level,
dan faktor presipitasi
Pain control,
Observasi reaksi nonverbal dari
Comfort level
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Mampu mengontrol nyeri (tahu
untuk mengetahui pengalaman nyeri
penyebab nyeri, mampu menggunakan
pasien
tehnik nonfarmakologi untuk
Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dengan menggunakan manajemen
Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
Mampu mengenali nyeri (skala,
kontrol nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Bantu pasien dan keluarga untuk
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
mencari dan menemukan dukungan
berkurang
Kontrol lingkungan yang dapat
Tanda vital dalam rentang normal
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
b.d penurunan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pertahanan terkontrol pasien lain
primer NOC : Pertahankan teknik isolasi
Immune Status Batasi pengunjung bila perlu
Knowledge : Infection control Instruksikan pada pengunjung untuk
Risk control mencuci tangan saat berkunjung dan
Kriteria Hasil : setelah berkunjung meninggalkan pasien
Klien bebas dari tanda dan gejala Gunakan sabun antimikrobia untuk
infeksi cuci tangan
Mendeskripsikan proses penularan
Cuci tangan setiap sebelum dan
penyakit, factor yang mempengaruhi
sesudah tindakan kperawtan
penularan serta penatalaksanaannya,
Gunakan baju, sarung tangan sebagai
Menunjukkan kemampuan untuk
alat pelindung
mencegah timbulnya infeksi
Pertahankan lingkungan aseptik
Jumlah leukosit dalam batas normal
selama pemasangan alat
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
3. Deficit Setelah dilakukan asuhan keperawatan Personal hyegene managemen
personal selama 3x24 jam diharapakan pasien Kaji keterbatasan pasien dalam
hyegene b.d menunjukkan kebersihan diri perawatan diri
imobilitas NOC : Berikan kenyamanan pada pasien
(nyeri Kowlwdge : disease process dengan membersihkan tubuh pasien
pembedahan) Kowledge : health Behavior (oral,tubuh,genital)
Kriteria Hasil : Ajarkan kepada pasien pentingnya
Pasien bebas dari bau menjaga kebersihan diri
Pasien tampak menunjukkan Ajarkan kepada keluarga pasien
kebersihan dalam menjaga kebersihan pasien
Pasien nyaman

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and Gynecologists
( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

- See more at: http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-


ovarium.html#.WUp7Q1FLeM8

Anda mungkin juga menyukai