Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia, termasuk dalam negara yang memiliki sumber daya energi

melimpah, dimana terdapat banyak macam sumber energi primer yang

tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah menganggap serius pentingnya

pemanfaatan energi untuk menghindari krisis energi di masa depan dimana

permintaan energi diperkirakan naik 2 kali lipat dan kebutuhan listrik naik 3.5

kali lipat akibat pertumbuhan populasi penduduk, naiknya pertumbuhan

ekonomi dan naiknya standar hidup. Perlunya jaminan keamanan pasokan

dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan maka

diperlukan Kebijakan Energi Nasional sebagai pedoman dalam pengelolaan

energi nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun

2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Gambar 1.1 National Energy Plan 2000-2025 1

1
Kadiman, Kusmayanto. 2006. CBM : What Research, Technology & Policy Make Economic Success?.
Jakarta : Indo CBM Conference.

1
Perlunya pemanfaatan energi alternatif yang dapat terus dikembangkan

sebagai pengganti energi primer di masa depan membuat pemerintah saat ini

mengintensifkan sumber-sumber energi baru. Pemerintah sendiri melalui

Kementrian ESDM memprioritaskan Gas Metana Batubara (GMB) atau sering

dikenal dengan Coal Bed Methane (CBM) yang termasuk kategori clean energy

sebagai energi alternatif masa depan untuk mengantisipasi kelangkaan gas

pada 2025. GMB juga sesuai dengan isu lingkungan dunia yang mengutamakan

energi ramah lingkungan seperti Selain itu, potensi serta cadangan sumber

daya energi gas metana batubara yang melimpah tersebar di Indonesia

sehingga GMB diproyeksikan oleh Kementrian ESDM dapat menjadi sumber

energi yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang.

Tabel 1.1 Sumber cadangan GMB di Indonesia 2

Basin Province CBM Resources Overall


Completable Concentration Rank
(Tcf) (Bcf/mi)
South South Sumatera 183.0 24.9 3.7 High
Sumatera
Barito South Kalimantan 101.6 16.0 3.1
Kutai East Kalimantan 80.4 13.2 3.1
Central Jambi 52.5 10.2 3.0
Sumatera
North East Kalimantan 17.5 6.4 2.3 Moderate
Tarakan
Berau East Kalimantan 8.4 10.8 2.2
Ombilin West Sumatera 0.5 10.7 2.0
Pasir/Asem South Kalimantan 3.0 7.9 2.0
NW Java West Java 0.8 7.6 2.0
Sulawesi Southwest 2.0 4.0 1.5 Low
Sulawesi
Bengkulu Bengkulu 3.6 4.7 1.1
Total 453.3 15.0

2
Stevens, Scott.2003. Location of 11 Indonesian CBM Basins Preliminarily Assessed for MIGAS and ADB.
Jakarta: Advanced Resources International,Inc. (ARI)

2
Berdasarkan data Bank Dunia dan Kementrian ESDM, potensi cadangan

GMB di Indonesia setara dengan 453,3 TCF. GMB di masa yang akan datang

merupakan salah satu sumber energi alternatif pilihan untuk program

diversifikasi energi dan diharapkan mampu mengatasi ketersediaan kebutuhan

gas secara nasional. Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada,

China dan Australia lebih dari 20% kebutuhan energi dalam negerinya sudah

dipasok oleh gas metana batubara.

Adanya perbedaan antara gas konvensional dan gas metana batubara ini

membuat model kontrak pengembangan dan pengelolaan GMB tidak dapat

disamakan. Saat ini, Indonesia menggunakan model Production Sharing Contract

(PSC) untuk kontrak GMB yang sampai Januari 2010 telah ditandatangani

sebanyak 20 wilayah kerja GMB di seluruh Indonesia. Perubahan regulasi dari

pemerintah lewat BP Migas bagi kontraktor untuk mengubah model

kontraknya per Januari 2010 membuat investasi bisnis GMB semakin menarik

dan aktraktif. Adanya opsi bagi kontraktor untuk memilih model bisnis yang

menguntungkan dengan dikeluarkannya skema kontrak baru yaitu Gross

Production Sharing Contract (GPSC) akan membuat investasi pengembangan

GMB di Indonesia makin diminati. Potensi yang tinggi, belum tergarapnya

lahan-lahan potensial serta pemanfaatannya yang masih 0% apabila

dibandingkan dengan negara-negara lain dan adanya dukungan dari

pemerintah menjadikan bisnis GMB sangat prospektif untuk dikembangkan.

PT. Pertamina (Persero) sebagai perusahaan migas dan BUMN terbesar

di Indonesia turut bermain dalam bisnis energi alternatif gas metana batubara

ini melalui anak perusahaannya dari direktorat usaha hulu yaitu PT. Pertamina

Hulu Energi (PHE). PHE turut aktif memburu cadangan GMB dikarenakan

memiliki 2 makna strategis yaitu untuk mengamankan konsumsi energi

nasional yang berdasarkan kalkulasi akan mengalami kelangkaan pada tahun

3
2025 serta untuk mengamankan aset perusahaan dari intervensi dan

penguasaaan pihak lain. Saat ini PHE mengelola 4 wilayah kerja GMB dimana

wilayah Sangatta 1 di Kalimantan Timur menjadi pilot project bagi PHE karena

wilayah ini merupakan wilayah pertama GMB yang ditandatangani dan

dikelola oleh PHE.

1.2 Profil Perusahaan

PT Pertamina (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak

di bidang energi, petrokimia dan usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina,

baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar.

Perubahan mendasar pada tahun 2003 menjadi persero adalah pada peran

regulator menjadi pemain, dimana pengembangan bisnis menjadi tolak ukur

kemajuan perusahaan. Bisnis gas metana batubara yang tergolong baru ini

diambil oleh PT Pertamina (Persero) dengan tujuan untuk mendukung

program pemerintah dalam pengembangan energi alternatif. Pertamina

mempertimbangkan GMB sebagai energi alternatif yang prospektif untuk

mengganti minyak dan gas, dan ingin menjadi pionir dan leader dalam bisnis

GMB, terutama dalam lingkup domestik.

Dalam pengelolaannya setelah tanda tangan kontrak dan joint evaluation

antara pemerintah dan PT Pertamina (Persero) selaku kontraktor, pengelolaan

bisnis CBM ini dilimpahkan kepada Pertamina Hulu Energi (PHE). PHE adalah

salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang

pengelolaan portofolio usaha sektor hulu minyak dan gas bumi serta energi

lainnya. Kegiatan PHE kedepan dirancang sesuai visi 2014 yaitu: Menjadi

perusahaan multinasional yang terpandang di bidang energi di sektor hulu

migas dan energi (Respectable Multinational Upstream Energy Company).

4
PT. Pertamina Hulu Energi mengelola dan mengembangkan portofolio-

portofolio usaha hulu migas yang telah dan/atau akan dijalankan dari berbagai

bentuk kerjasama seperti JOB-PSC, IP/PPI, BOB dan sebagainya, baik di dalam

maupun luar negeri. Tugas ini tercermin di dalam mission statement perusahaan

sebagai berikut: Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha

sektor hulu minyak dan gas bumi serta energi lainnya yang fleksibel, lincah dan

berdaya laba tinggi yang memberikan nilai tambah bagi stakeholders.

1.2.1 Sejarah Perusahaan

PT Pertamina Hulu Energi merupakan salah satu Anak Perusahaan PT.

Pertamina (Persero) yang bergerak dibidang pengelolaan portofolio usaha

sektor hulu minyak dan gas bumi serta energi lainnya. Pada awal berdirinya

tahun 1989, perusahaan ini bernama PT. Aroma Operation Services, bergerak

di bidang pengadaan jasa untuk mendukung operasi kilang petrokimia di

Cilacap.

Berdasarkan RUPS tanggal 29 Juni 2007, telah disetujui perubahan nama

perusahaan menjadi PT Pertamina Hulu Energi, dan telah mendapatkan

pengesahan Departemen Kehakiman dan HAM No. C-00839 HT.01.04-TH2007

tanggal 11 Oktober 2007. Sampai dengan Agustus 2009, Pertamina Hulu Energi

telah Mendirikan 26 (dua puluh enam) anak perusahaan dan mengakuisisi 1

(satu) perusahaaan pemegang participating interest sesuai dengan tuntutan UU

Migas no 22 tahun 2001.

Terhitung Mulai 1 Januari 2008, Pertamina Hulu Energi Mulai beroperasi

mengelola anak anak perusahaan pemegang participating interest yang telah

dialihkan oleh PT Pertamina (Persero) dan kegiatan usaha luar negeri sambil

5
menunggu pengalihan saham dan participating interest dari Pertamina sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

1.2.2 Visi dan Misi

Visi dari PT Pertamina Hulu Energi yaitu:

Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia.

Sedangkan, Misi PT Pertamina Hulu Energi adalah :

Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sektor hulu

minyak dan gas bumi secara profesional dan berdaya laba tinggi yang

memberikan nilai tambah bagi stakeholders

1.2.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Pertamina Hulu Energi sendiri termasuk efektif dan

sederhana yang dipimpin oleh 1 direktur utama dan dibawahnya ada beberapa

direktur, vice president dan manajer. Khusus untuk pengelolaan bisnis gas

metana batubara terdapat 1 orang Vice President Gas Metana Batubara dibawah

Direktur Operasi. Berikut ini adalah struktur organisasi PT Pertamina Hulu

Energi :

6
Direktur Utama

KA Satuan Pengawas Sekretaris Perusahaan


Internal

Manajer HSE Vice President Bisnis


Korporasi

Direktur Operasi Direktur Usaha Direktur Keuangan


Internasional

Vice President Asia Vice President


Vice President Operasi Pendanaan
Amerika Selatan
Kerjasama Perbendaharaan

Vice President Vice President Timur Vice President


Tengah Afrika Kontroller
Penyertaan

Vice President GMB Manajer Tech Support Vice President SDM &
Adm

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT Pertamina Hulu Energi 3

1.2.4 Budaya Perusahaan

Dalam mencapai visi dan misinya, PT Pertamina Hulu Energi sebagai

anak perusahaan PT Pertamina yang bergerak di sektor hulu berkomitmen

untuk menerapkan tata nilai perusahaan 6Csebagai berikut :

Clean (Bersih)

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak

menoleransi suap, menunjung tinggi kepercayaan dan integritas,

berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

Competitive (Kompetitif)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,

mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar

biaya dan menghargai kinerja.

3
Sumber : Data internal PT Pertamina Hulu Energi, 2009.

7
Confident (Percaya Diri)

Berperan dalam permbangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor

dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggan bangsa.

Customer Focused (Fokus pada pelanggan)

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Commercial (Komersial)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil

keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

Capable (Berkemampuan)

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki

talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun

kemampuan riset dan pengembangan.

1.2.5 Strategi & Sasaran

PHE membagi strategi menjadi 2 bagian yaitu strategi korporasi dan

strategi bisnis. Strategi Korporasi adalah garis besar cara PHE dalam mengelola

portofolio wilayah kerja migas eksisting yang optimal. Pertumbuhan yang

Fokus pada Bisnis Migas di Dalam Negeri dan Selektif di Luar Negeri

Strategi bisnis adalah garis besar cara PHE agar setiap wilayah kerja migas

yang dikelola dapat memenangkan persaingan (profitable).

Sasaran jangka panjang PT. PHE 2009-2013 merupakan konsolidasi dari

rencana jangka panjang pada setiap portofolio wilayah kerjasama eksisting

maupun rencana akuisisi tahun 2009-2013 oleh PT. Pertamina (Persero)

Direktorat Hulu diantaranya adalah :

8
Meningkatkan jumlah pengembangan lapangan migas baru di dalam

dan luar negeri.

Meningkatkan pengelolaan portofolio manajemen baru dengan

langkah akuisisi dan memanfaatkan ladang migas potensial lainnya

di luar dan dalam negeri.

Peningkatan laba dan produksi harian serta kepastian sisa cadangan

pasti.

1.2.6 Lingkup Bidang Usaha

PT PERTAMINA (PERSERO) DIT HULU


HOLDING

Status:
PT PERTAMINA HULU ENERGI (PHE) 4 Agustus 2009

ANAK PERUSAHAAN (AP) PT. PHE JUMLAH PORTOFOLIO PT. PHE: 34 WKP/BLOK
(SPECIAL PURPOSE VEHICLE)

DOMESTIC (25 WKP/BLOK) OVERSEAS (9 WKP/BLOK)

PT PHE Gebang PT PHE Keterangan :


PT PHE West WD 3 IRAK
50% North Sumatra 50% PT PHE Tengah 100%
Simenggaris 37,5% Madura Offshore 55% (Eksplorasi)
(Produksi) (Produksi) PERTAMINA
(Development) (Produksi)
Participating
Interest, JOB
PT PHE Ogan PT PHE PT PHE PT PHE SK 305 30% as Operator
50% 15%
Komering Pasiriaman 40% Donggala Corridor MALAYSIA
10%
(Produksi) (Eksplorasi) (Eksplorasi) (Produksi) (Development)
PERTAMINA as
Operator
PT PHE Tuban PT PHE Raja PT PHE PT PHE Jabung LIBYA (2 Blok)
50% 49% 100%
East Java *) Tempirai 50% Karama (Produksi) 14,28% PERTAMINA
(Eksplorasi)
(Produksi) (Produksi) (Eksplorasi) Overseas (PI
sudah
PT PHE PT PHE Tomori PT PHE South PT PHE SUDAN dialihkan)
50% 25% 10% 15%
Salawati Sulawesi 50% Jambi Salawati Basin (Eksplorasi) PERTAMINA
(Produksi) (Produksi) (Produksi) (Produksi) Overseas (PI
belum
PT PHE Jambi QATAR 25% dialihkan)
PT PHE CPP PT PHE Kakap 10% PT PHE
50% Merang 50% (Eksplorasi)
(Produksi) (Produksi) Makassar Strait 10%
(Produksi) (Produksi)
PERTAMINA
VIETNAM 10% Participating
PT PHE Metana (2 Blok)
PT PHE ONWJ Mountain Front PT PHE Tuban *) 25% Interest, Non
46% 10% Kalimantan B 40% (Eksplorasi)
(Produksi) Kuantan (Produksi) Operator
(Produksi) (Eksplorasi)
PHE Australia Pty 10%
PT PHE Metana PT PHE Metana Ltd, Blok BMG
52% 27.5% (Produksi)
Kalimantan A Sumatera Enim
(Eksplorasi) (Eksplorasi)

*) PT PHE Tuban East Java dan PT PHE Tuban merupakan AP PT PHE pada Blok Tuban East Java.

Gambar 1.3 Portfolio Bisnis PT Pertamina Hulu Energi 4

4
Sumber : Data internal PT Pertamina Hulu Energi, 2009.

9
PT Pertamina Hulu Energi memiliki portofolio wilayah kerja domestik

sebanyak 26 buah anak perusahaan yang terbagi kedalam Pertamina Joint

Operating Body-Production Sharing Contract (JOB-PSC) dan Pertamina Participating

Interest (PPI), serta 9 blok atau wilayah kerja internasional di 7 negara yaitu

Irak, Qatar, Libya (2 blok), Sudan, Vietnam, Malaysia dan Australia.PHE saat

ini mengelola 4 Production Sharing Contract (PSC) bisnis gas metana batubara

dari 15 Kontrak Kerja Sama (KKS) GMB yang telah ditandatangani oleh

pemerintah, yaitu :

1. PT PHE Metana Kalimantan A bekerjasama dengan PT. Energi Pasir

Hitam Indonesia (Ephindo) dalam mengelola Blok Sangatta I,

Kalimantan Timur.

2. PT PHE Metana Kalimantan B bekerjasama dengan PT Visi Multi

Artha (anak perusahaan dari KPC) di wilayah kerja Blok Sangatta II,

Kalimantan Timur.

3. PT PHE dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, (PTBA)

bekerjasama dengan Arrow Energi International di wilayah Kerja

Tanjung Enim Sumatera Selatan.

4. Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera 2 dengan

PT Trisula CBM Energi mengelola GMB Muara Enim, di Sumatera

Selatan.

10
WK CBM Sumatera 1
WK CBM PHE Metana Sumatera 2,
Sumatera 2 PT Trisula CBM Energi
PHE Metra
Enim, PTBA,
PT Arrow
Energi

Gambar 1.4 Lokasi CBM yang dikelola oleh Pertamina Hulu Energi 5

1.3 Unit Analisa

Pada penelitian ini unit analisa yang digunakan adalah:

1. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini dititikberatkan pada 3 aspek yaitu

Finansial, evaluasi keekonomian CBM berdasarkan profil reservoir

gas metana batubara di salah satu lokasi wilayah kerja GMB milik

PHE. Dengan mengkalkulasikan data finansial seperti NPV, IRR,

PI, POT, dan cashflow lewat analisa capital budgeting (metode

deterministik) serta simulasi montecarlo (metode stokastik)

Fiskal, Analisa perbandingan pengelolaan dan kesuksesan GMB

di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia dan China,

5
Sumber : Data internal PT Pertamina Hulu Energi, 2009.

11
analisa model kontrak serta regulasi dari opsi yang ditawarkan

pemerintah Indonesia kepada kontraktor seperti Production

Sharing Contract (PSC), dan Gross Profit Sharing Contract (GPSC).

Resiko, Analisa Value at Risk (VAR) dari pemilihan opsi model

kontrak PSC dan GPSC dari bisnis GMB menggunakan simulasi

montecarlo.

2. Batasan & Tujuan Penelitian

Penelitian hanya membahas mengenai proyek gas metana batubara

(GMB) terutama yang dikelola oleh Pertamina Hulu Energi di salah satu

lokasi, dengan tujuan dapat memberikan rekomendasi pemilihan skema

bisnis GMB terbaik di masa depan bagi proyek-proyek GMByang

dikelola Pertamina Hulu Energi.

1.4 Isu Bisnis

Untuk mengembangkan proyek GMB sampai pada tahapan produksi,

terdapat beberapa isu bisnis yang harus dihadapi oleh PHE diantaranya adalah:

1. Belum adanya pengalaman bagi perusahaan untuk terjun dalam bisnis

GMB sehingga memerlukan data-data yang akurat dari sisi teknis dan

keekonomian. Industri GMB yang baru berjalan di Indonesia sejak 2006

memiliki resiko yang tinggi bagi perusahaan.

2. Pemilihan opsi model kontrak yang sesuai dengan karakteristik proyek

sehingga dapat dilihat opsi yang paling menguntungkan bagi

perusahaan. Opsi pemilihan model kontrak sendiri baru terjadi per

Januari 2010, setelah sebelumnya pemerintah hanya menetapkan model

kontrak untuk bisnis GMB hanya Production Sharing Contract (PSC). Saat

ini pemerintah memberikan opsi model kontrak Gross Production Sharing

12
Contract (GPSC). Peraturan yang masih berubah-ubah dari regulator

dalam hal ini pemerintah yang diwakili BP Migas mempengaruhi

kalkulasi perhitungan bisnis GMB.

3. Belum jelasnya regulasi mengenai GMB dari pemerintah Indonesia yang

membahas industri ini dari hulu sampai ke hilir. Saat ini regulasi yang

membahas GMB hanyalah satu yaitu Peraturan Menteri ESDM No.36

Tahun 2008. Ketidakjelasan dan perubahan yang tiba-tiba mengenai

regulasi bisnis dapat membuat GMB tidak dapat berkembang secara

cepat di Indonesia.

4. Krisis energi yang diperkirakan akan terjadi dalam 20 tahun yang akan

datang, akan membuat kalkulasi penghitungan biaya terutama dalam

pengembangan sumur GMB akan membengkak pada biaya modal

(capital expenditure). Selain itu waktu pengelolaan sumur GMB untuk

masa produksi yang singkat (kurang lebih 20 tahun sampai 30 tahun)

membuat proyek hanya dibatasi untuk proyeksi 30 tahun sehingga perlu

dicari wilayah-wilayah GMB baru dengan skema bisnis yang

menguntungkan dari segi keekonomian dan resiko agar Pertamina

mampu menjadi market leader di bisnis GMB.

5. Dukungan pemerintah untuk proyek GMB sebagai energi alternatif

belum didukung dengan insentif fiskal bagi kontraktor untuk

mempermudah pengelolaan bisnis GMB di Indonesia, promosi GMB

untuk memudahkan investor masuk, serta dukungan dari segi

infrastruktur di wilayah-wilayah potensial gas metana batubara.

13
1.5 Sistematika Penulisan

Sistematik penulisan proyek akhir ini dapat dilihat lewat pendekatan


pemecahan masalah yang disajikan sebagai berikut :

Bab I - Pendahuluan : Meliputi latar belakang


penelitian, profil perusahaan, ruang lingkup analisa
dan batasan permasalahan, pemaparan isu bisnis
dan sistematika penulisan

Tujuan Penelitian :
Memberikan rekomendasi
Bab II Eksplorasi Isu Bisnis : Mengemukakan pemilihan skema bisnis GMB
tentang kerangka konseptual, benchmarking GMB yang terbaik bagi PT PHE
dengan negara lain, penjelasan situasi bisnis
internal dan eksternal, aspek operasional, aspek
finansial dan aspek resiko serta pembahasan akar
permasalahan

Bab III Solusi Bisnis : Pada bab ini disampaikan


mengenai teori, pendekatan dan metode yang
dijadikan instrumen perhitungan, pengolahan data
dan pembahasan yang fokus kepada analisa
keekonomian proyek, analisa resiko serta simulasi
montecarlo atas keempat opsi skenario bisnis GMB

Bab IV - Rekomendasi &


Rencana Implementasi

Bab IV ini menyajikan rekomendasi keputusan


atas analisa yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya serta memberikan saran untuk
implementasi yang berguna bagi semua pihak
terkait

Gambar 1.5 Diagram Alir Sistematika Penulisan

14

Anda mungkin juga menyukai