Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karsinoma laring merupakan keganasan pada laring, ditandai dengan
sebuah tumor yang berasal dari struktur epitel laring dimana 95% kasus
yang terjadi merupakan displasia sel menjadi squamous cell carcinoma.
Karsinoma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan yang
normal meskipun rangsangan yang memicu pertumbuhan telah berhenti
(Kumar et al, 2007). Laring secara anatomi dapat dibagi menajadi tiga
kompartemen yaitu; supraglotis, glotis, dan subglotis (Thomas R & Hinrich,
2006). Normalnya, supraglotis dan subglotis dilapisi oleh jaringan ciliated
pseudostratified columnar epithelium dan glotis dilapisi oleh jaringan
stratified squamous epithelium (Lee, 2012). Displasia adalah abnormalitas
yang terjadi di morfologi sel yang menandakan terjadinya perubahan
premalignant (Thomas R & Hinrich, 2006).
Keluhan yang biasa ditemukan pada karsinoma laring yaitu; suara
serak, disfagia, sensasi tersangkut di tenggorokan, gangguan pernafasan
hingga obstruksi jalan nafas, batuk darah dan nyeri alih pada telingga (Dolly
& Sukri, 2015). Pemeriksaan stadium pada penderita karsinoma laring harus
dilakukan secara teliti, dikarenakan penentuan stadium akan menjadi
indikator prognosis dan terapi yang akan dilakukan. Riwayat paparan faktor
resiko harus dapat digali pada anamnesis. Diagnosis ditegakkan melalui
pemeriksaan endoskopi kaku atau fleksibel untuk menilai permukaan tumor
dan elasitas pita suara (Dolly & Sukri, 2015).
Karsinoma terjadi akibat genetik dan epigenetik. Epigenetik yang
biasa terjadi dikarenakan rokok, alkohol, virus, dan paparan substansi. Pria
berisiko menderita karsinoma laring tujuh kali daripada wanita. Faktor-
faktor pencentus karsinoma laring antara lain; gaya hidup, genetik, dan
infeksi (B. Hermani, 2000; Cancer Research UK, 2013). Merokok dan

1
2

alkohol merupakan faktor tersering penyebab karsinoma laring maka dari


itu, seseorang yang terbiasa merokok dan meminum alkohol akan menaikan
risiko terjadinya karsinoma laring. Perokok yang sudah 40 tahun atau
terbiasa merokok 20 batang per hari juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya karsinoma laring. Seseorang yang berhenti merokok akan
menurunkan faktor resiko terkenanya karsinoma laring (New Zealand,
2002). Insidensi kanker laring meningkat tiga kali di usia 45-65 tahun dan
pada usia 65 tahun keatas tingkat mortalitas meningkat menjadi tujuh kali
lipat (New Zealand, 2002).
Indonesia belum memiliki angka pasti kejadian karsinoma laring.
Kasus karsinoma laring di bagian THTKL RSCM periode 1980-1985
tercatat 144 kasus baru (B. Hermani, 2000). Kasus karsinoma laring di
bagian THTKL Djamil Padang periode Januari 2011-Januari 2012 tercatat
13 kasus baru (Dolly & Sukri, 2015). Karsinoma laring menepati urutan
ketiga (13,1%) kasus karsinoma yang tersering terjadi di Rumah Sakit
Umum dr. Hasan Sadikin Bandung (Inez Aulia dkk, 2015). Angka kejadian
kasus baru karsinoma laring di Inggris tahun 2013 sebesar 2.315 kasus dan
angka kejadian mortalitas akibat karsinoma laring tahun 2012 sebesar 784
(Cancer Research UK, 2013). Angka kejadian kasus baru di Amerika Serikat
dari periode tahun 2009-2013 didapatkan 3,2 per 100.000 populasi dengan
estimasi di tahun 2013 terdapat 89.081 orang yang menderita kanker laring
(National Cancer Institute in United States, 2013).
Profil penderita karsinoma laring di Sumatera Selatan, terkhusunya di
RSUP Mohamad Hoesin Palembang belum ada, maka dari itu peneliti ingin
mengetahui profil penderita karsinoma laring di RSUP Mohamad Hoesin
Palembang secara pasti.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
Bagaimana profil penderita karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad
Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015?.
3

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui profil penderita karsinoma laring di RSUP dr.
Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan
2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi distribusi jenis kelamin pada pasien karsinoma
laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun
2013 sampai dengan 2015.
2. Mengidebtifikasi distribusi usia pada pasien karsinoma laring di
RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013
sampai dengan 2015.
3. Menganalisis faktor risiko tertinggi pada pasien karsinoma
laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun
2013 sampai dengan 2015.
4. Mengidentifikasi distribusi letak karsinoma pada pasien
karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang
periode tahun 2013 sampai dengan 2015.
5. Mengidentifikasi distribusi gambaran tumor (T) pada pasien
karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang
periode tahun 2013 sampai dengan 2015.
6. Mengidentifikasi distribusi gambaran nodul (N) pada pasien
karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang
periode tahun 2013 sampai dengan 2015.
7. Mengidentifikasi distribusi gambaran metastis (M) pada pasien
karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang
periode tahun 2013 sampai dengan 2015.
8. Mengidentifikasi distribusi stadium kanker pada pasien
karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang
periode tahun 2013 sampai dengan 2015.
4

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Penyusun
Sebagai proses pembelajaran dan mengetahui angka profil
karsinoma laring.
1.4.2. Bagi Institusi
Sebagai bahan ajuan untuk kebijakan selanjutnya dikarenakan
belum adanya data profil penderita karsinoma laring secara pasti di
Indonesia.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi, pembelajaran, dan himbauan mengenai
karsinoma laring.

Anda mungkin juga menyukai