Karsinoma laring merupakan keganasan pada laring, ditandai dengan sebuah tumor yang berasal dari struktur epitel laring dimana 95% kasus yang terjadi merupakan displasia sel menjadi squamous cell carcinoma. Karsinoma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan yang normal meskipun rangsangan yang memicu pertumbuhan telah berhenti (Kumar et al, 2007). Laring secara anatomi dapat dibagi menajadi tiga kompartemen yaitu; supraglotis, glotis, dan subglotis (Thomas R & Hinrich, 2006). Normalnya, supraglotis dan subglotis dilapisi oleh jaringan ciliated pseudostratified columnar epithelium dan glotis dilapisi oleh jaringan stratified squamous epithelium (Lee, 2012). Displasia adalah abnormalitas yang terjadi di morfologi sel yang menandakan terjadinya perubahan premalignant (Thomas R & Hinrich, 2006). Keluhan yang biasa ditemukan pada karsinoma laring yaitu; suara serak, disfagia, sensasi tersangkut di tenggorokan, gangguan pernafasan hingga obstruksi jalan nafas, batuk darah dan nyeri alih pada telingga (Dolly & Sukri, 2015). Pemeriksaan stadium pada penderita karsinoma laring harus dilakukan secara teliti, dikarenakan penentuan stadium akan menjadi indikator prognosis dan terapi yang akan dilakukan. Riwayat paparan faktor resiko harus dapat digali pada anamnesis. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan endoskopi kaku atau fleksibel untuk menilai permukaan tumor dan elasitas pita suara (Dolly & Sukri, 2015). Karsinoma terjadi akibat genetik dan epigenetik. Epigenetik yang biasa terjadi dikarenakan rokok, alkohol, virus, dan paparan substansi. Pria berisiko menderita karsinoma laring tujuh kali daripada wanita. Faktor- faktor pencentus karsinoma laring antara lain; gaya hidup, genetik, dan infeksi (B. Hermani, 2000; Cancer Research UK, 2013). Merokok dan
1 2
alkohol merupakan faktor tersering penyebab karsinoma laring maka dari
itu, seseorang yang terbiasa merokok dan meminum alkohol akan menaikan risiko terjadinya karsinoma laring. Perokok yang sudah 40 tahun atau terbiasa merokok 20 batang per hari juga dapat meningkatkan risiko terjadinya karsinoma laring. Seseorang yang berhenti merokok akan menurunkan faktor resiko terkenanya karsinoma laring (New Zealand, 2002). Insidensi kanker laring meningkat tiga kali di usia 45-65 tahun dan pada usia 65 tahun keatas tingkat mortalitas meningkat menjadi tujuh kali lipat (New Zealand, 2002). Indonesia belum memiliki angka pasti kejadian karsinoma laring. Kasus karsinoma laring di bagian THTKL RSCM periode 1980-1985 tercatat 144 kasus baru (B. Hermani, 2000). Kasus karsinoma laring di bagian THTKL Djamil Padang periode Januari 2011-Januari 2012 tercatat 13 kasus baru (Dolly & Sukri, 2015). Karsinoma laring menepati urutan ketiga (13,1%) kasus karsinoma yang tersering terjadi di Rumah Sakit Umum dr. Hasan Sadikin Bandung (Inez Aulia dkk, 2015). Angka kejadian kasus baru karsinoma laring di Inggris tahun 2013 sebesar 2.315 kasus dan angka kejadian mortalitas akibat karsinoma laring tahun 2012 sebesar 784 (Cancer Research UK, 2013). Angka kejadian kasus baru di Amerika Serikat dari periode tahun 2009-2013 didapatkan 3,2 per 100.000 populasi dengan estimasi di tahun 2013 terdapat 89.081 orang yang menderita kanker laring (National Cancer Institute in United States, 2013). Profil penderita karsinoma laring di Sumatera Selatan, terkhusunya di RSUP Mohamad Hoesin Palembang belum ada, maka dari itu peneliti ingin mengetahui profil penderita karsinoma laring di RSUP Mohamad Hoesin Palembang secara pasti.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana profil penderita karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015?. 3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui profil penderita karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi distribusi jenis kelamin pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 2. Mengidebtifikasi distribusi usia pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 3. Menganalisis faktor risiko tertinggi pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 4. Mengidentifikasi distribusi letak karsinoma pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 5. Mengidentifikasi distribusi gambaran tumor (T) pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 6. Mengidentifikasi distribusi gambaran nodul (N) pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 7. Mengidentifikasi distribusi gambaran metastis (M) pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 8. Mengidentifikasi distribusi stadium kanker pada pasien karsinoma laring di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang periode tahun 2013 sampai dengan 2015. 4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Penyusun Sebagai proses pembelajaran dan mengetahui angka profil karsinoma laring. 1.4.2. Bagi Institusi Sebagai bahan ajuan untuk kebijakan selanjutnya dikarenakan belum adanya data profil penderita karsinoma laring secara pasti di Indonesia. 1.4.3. Bagi Masyarakat Sebagai informasi, pembelajaran, dan himbauan mengenai karsinoma laring.