Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh :
Nyimas Eva Fitriani
G4A015064

Pembimbing Lapangan :
dr. Esti Haryanti

Pembimbing Program:
Wiwin Kurniasih

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

Disusun untuk memenuhi syarat ujian


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh :
Nyimas Eva Fitriani
G4A015064

Telah disetujui dan dipresentasikan


pada Tanggal September 2016

Perseptor lapangan,

dr. Esti Haryati


NIP. 19730301 2007012010
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan masalah yang terjadi dalam setiap siklus kehidupan,
mulai sejak dalam kandungan, bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.
Pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh asupan gizi terutama
pada periode dua tahun pertama bayi lahir. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
merupakan salah satu strategi pemerintah untuk memperbaiki pola gizi
masyarakat. ASI eksklusif merupakan bagian penting dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. Kandungan gizi yang lengkap dalam ASI,
sangat dianjurkan untuk diberikan pada bayi baru lahir. Sehingga pemerintah
mencanangkan pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif merupakan pemberian
ASI pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan, dengan tidak menambah
makanan lain seperti sari jus buah, air putih, air susu formula, pisang, pepaya
dan lain sebagainya baik yang bersifat lunak ataupun yang keras. Kesepakatan
pencapaian ASI ekslkusif sampai mencapai target 80% telah dibahas dalam
Innocenti di Roma pada tahun 1990, sehingga target Standar Pelayanan
Minimal (SPM) pada tahun 2003 ditetapkan harus mencapai 80% (Rumangun,
2013).
Buku pedoman pekan ASI sedunia dijelaskan bahwa ASI eksklusif
memiliki banyak kontribusi untuk tumbuh kembang dan pertahanan tubuh
bayi. Pentingnya ASI eksklusif untuk tumbuh kembang bayi dan pertahanan
tubuh bayi dikaji secara global dalam The Lancet Braestfeeding Series tahun
2016 menjelaskan tentang ASI eksklusif mampu menurunkan angka infeksi
pada bayi usia kurang dari 3 bulan sebanyak 88% (KEMENKES, 2016).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, capaian
ASI eksklusif di Indonesia hanya mencapai 15,3%, hal ini disebabkan karena
pengetahuan ibu hamil, keluarga serta masyarakat mengenai fungsi ASI
eksklusif yang masih sangat kurang, pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah
pada tahun 2009 hanya mencapai 40,21 % (Racmaniah, 2014). Data
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang pada tahun
2015 hanya mencapai 60,8% , desa dengan pemberian ASI eksklusif terendah
di kecamatan Jatilawang adalah desa Karanglewas yaitu hanya mencapai
25,0%. Berdasarkan data tersebut, dan dengan mempertimbangkan
pentingnya ASI eksklusif untuk bayi usia 0 6 bulan, maka pembahasan
mengenai evaluasi program ASI eksklusif sangat menarik untuk dibahas lebih
lanjut.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas
Jatilawang terkait pelaksanaan program pokok puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara umum program dan cakupan program ASI eksklusif
di Puskesmas Jatilawang
b. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program ASI eksklusif di
Puskesmas Jatilawang
c. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program ASI
eksklusif di Puskesmas Jatilawang

B. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir.
b. Menjadi dasar pertimbangan bagi pemegang program kerja ASI
eksklusif dalam melakukan evaluasi kinerja ASI eksklusif di
Puskesmas Jatilawang
c. Menjadi bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan
cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Jatilawang
3. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan pada program pokok puskesmas
II. ANALISIS SITUASI

A. DESKRIPSI SITUASI, KONDISI PUSKESMAS, DAN WILAYAH


KERJANYA
1. Keadaan Geografi
Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah
Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah sekitar 4.815,92 Ha/ 48,16 km 2
dan berada pada ketinggian 25-75 m dari permukaan lautdengan curah
hujan 2.650 mm/tahun. Kecamatan Jatilawang memiliki batas wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kecamatan Jatilawang
b. Sebelah selatan : Kabupaten Cilacap
c. Sebelah timur : Kecamatan Rawalo
d. Sebelah barat : Kecamatan Wangon
Kecamatan Jatilawang terdiri atas 11 desa, 32 dusun, 56 RW dan
351 RT. Desa terluas adalah Desa Tunjung yaitu 8,32 km 2, sedangkan desa
yang wilayahnya paling sempit adalah Margasana dengan luas 1,83 km 2.
Sebagian besar tanah pada Kecamatan Jatilawang dimanfaatkan sebagai
tanah sawah dengan rincian:
a. Tanah sawah : 1.637 Ha
b. Tanah pekarangan : 591.02 Ha
c. Tanah kebun : 1.565 Ha
d. Kolam : 9 Ha
e. Hutan negara : 433 Ha
f. Perkebunan rakyat : 227 Ha
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Jatilawang sesuai data pada
tahun 2015 adalah 69.177jiwa yang terdiri dari laki-laki 34.844jiwa
(50,37%) dan perempuan 34.333 jiwa (49,63%).Jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 16.173KKdan sex ratio sebesar 0,985. Jumlah
penduduk terbanyak yaitu di desa Tinggarjaya sebesar 11.189jiwa atau
sebesar 16,17% dari keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan
Jatilawang. Desa Margasana merupakan desa dengan jumlah penduduk
terkecil yaitu 2.334 atau hanya sebesar 3,37% dari keseluruhan jumlah
penduduk.
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Perbandingan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang antara
laki-laki dan perempuan hampir sama. Jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 34.844 orang (50,36%). Jumlah penduduk perempuan
sebanyak 34.333 orang (49,64%).
c. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan
Jatilawang dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang
tidak begitu besar. Penduduk terbanyak ada pada kelompok umur 10-
14 tahun yaitu sebesar6.117 jiwa atau 8,84% dari sebagian besar
penduduk yang berada pada usia produktif. Berikut rincian jumlah
penduduk menurut golongan umur:
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan
Jatilawang tahun 2015
Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
04 2.884 2.836 5.720
59 2.994 2.886 5.860
10 14 3.146 2.971 6.117
15 19 2.703 2.358 5.061
20 24 1.771 1.818 3.589
25 29 1.852 2.094 3.946
30 34 2.162 2.373 4.535
35 39 2.331 2.631 4.962
40 44 2.431 2.595 5.026
45 49 2.358 2.595 4.953
50 54 2.258 2.353 4.611
55 59 2.150 2.024 4.174
60 64 1.640 1.540 3.180
65 69 1.341 1.336 2.677
70 74 1.069 1.083 2.152
> 75 1.256 1.358 2.614
Jumlah 34.346 34.831 69.177
Sumber : KecamatanJatilawang dalam Angka Tahun 2015
d. Kepadatan Penduduk
Tabel 2.2 Gambaran Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang Tahun 2015
No Desa Luas Wilayah Kepadatan
2
(km ) Penduduk
(jiwa/km2)
1 Gunungwetan 7,18 953,73
2 Pekuncen 4,90 1.276,12
3 Karanglewas 5,15 524,39
4 Karanganyar 2,05 1.572,20
5 Margasana 1,83 1.278,69
6 Adisara 2,38 1.964,80
7 Kedungwringin 4,47 1.807,37
8 Bantar 3,13 2.227,37
9 Tinggarjaya 5,73 1.951,75
10 Tunjung 8,32 1.224,57
11 Gentawangi 3,02 2.221.30
Jumlah 48,16 1.436,00
Sumber : Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2015
Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun
2015yaitu sebesar 1.436,00 jiwa/km2. Desa terpadat adalah Desa
Bantar yaitu sebesar 2.227,37 jiwa/km2, sedangkanDesa Karanglewas
merupakan desa dengan kepadatan penduduk terendah yaitu 524,39
jiwa/km2.
3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Mata pencaharian penduduk
Sebagian besar penduduk kecamatan Jatilawang adalah bekerja
sebagai petani, baik petani mandiri maupun sebagai buruh tani yaitu
sebanyak 16.868 orang (39,47%). Mata pencaharian yang lain
diantaranya sebagai pengusaha, buruh industri, buruh bangunan,
pedagang, pengangkutan, PNS, dan ABRI.
b. Tingkat pendidikan penduduk
Data pendidikan penduduk berdasarkan data tahun 2015,
pendidikan di kecamatan Jatilawang terbanyak adalah tamat Sekolah
Dasar (SD). Rincian data pendidikan penduduk adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan
Jatilawang Tahun 2015
No. Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk
1 Tidak/Belum tamat SD 14.746
2 SD/MI 23.165
3 SLTP/MTS 6.964
4 SLTA/MA 7.842
5 Akademi/Universitas 652
Sumber: Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2015
c. Budaya
Masyarakat di wilayah Kecamatan Jatilawang masih ada unsur
budaya, dimana masih ditemui kelompok masyarakat yang memiliki
kepercayaan kejawen yaitu di Desa Pekuncen. Selain itu terdapat pula
masyarakat yang dalam pengambilan keputusan masih dipegang oleh
suami maupun hasil musyawarah keluarga besar, contoh pada kasus
rujukan gawat darurat, keluarga masih sulit memberikan keputusan
sebelum ada hasil musyawarah keluarga. Hal tersebut berpengaruh
pada terlambatnya proses rujukan pada kasus gawat darurat.
d. Agama
Sebagian besar masyarakat Jatilawang adalah penduduk
pemeluk agama Islam yaitu sebesar 67.049 orang (99,22%), sisanya
adalah pemeluk agama Katholik, Protestan, Budha dan Hindu. Rincian
jumlah pemeluk agama adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kecamatan
Jatilawang Tahun 2014
No Agama Jumlah Pemeluk
1 Islam 67.049
2 Katolik 279
3 Protestan 240
4 Budha 9
5 Hindu 0
Sumber :Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2015
e. Pencarian Pelayanan Kesehatan
Pola pencarian pelayanan kesehatan masyarakat dipengaruhi
oleh budaya setempat. Ktersediaan pelayanan kesehatan di setiap desa
sudah baik, terdapat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, yaitu
Poliklinik Kesehatan Desa yang di laksanakan oleh masing masing
bidan desa. Hal tersebut mempermudah masyarakat dalam mengakses
pelayanan kesehatan.

B. PROGRAM KESEHATAN PUSKESMAS JATILAWANG


1. Program kerja
Program kerja yang dilaksanakan di Puskesmas Jatilawang meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Program esensial
1) Pelayanan promosi kesehatan
2) Pelayanan kesehatan lingkungan
3) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
4) Pelayanan gizi
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
b. Program pengembangan
1) Konsultasi gizi
2) Laboratorium
3) Klinik sanitasi
4) PKPR
5) Posyandu lansia
c. Puskesmas dengan tempat perawatan (puskesmas DPT) rawat inap
dan persalinan
2. Sumber daya puskesmas
a. Sarana dan prasarana
1) Puskesmas pembantu : 2 buah
2) PKD : 16 buah
3) Posyandu : 94 buah
b. Sumber dana
1) Dana dari pemerintah pusat : Jamkesmas dan BOK
2) Dana dari pemerintah daerah : APBD I dan II
3) Dana dari masyarakat : Retribusi puskesmas
c. Ketenagaan
Berdasarkan data pada tahun 2015, jumlah tenaga puskesmas
Jatilawang berjumlah 53 orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.5 Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2015

No. Jenis Tenaga Jml


1. Dokter Umum 4
2. Dokter Gigi 1
3. Perawat 13
4. Perawat Gigi (SPRG) 1
5. Bidan 24
6. Apoteker 1
7. Pranata Lab 1
8. Sanitarian 1
9. Petugas Promkes 1
10. Nutrisionis 1
11. Analisis Kesehatan 1
12. Sopir 2
13. Penjaga Malam 2

JUMLAH 53
Sumber :Profil Puskesmas Jatilawang 2015
Tabel 2.4 menunjukkan bahwa ketenagaan yang terdapat di
puksesmas Jatilawang berjumlah 53 orang yang terdiri dari dokter umum 4
orang, dokter gigi 1 orang, perawat umum 13 orang, perawat gigi 1 orang,
bidan 24 orang, apoteker 1 orang, penata laboratorium 1 orang, sanitarian
2 orang, petugas promkes 1 orang, nutrisionis 1 orang, analisis kesehatan 1
orang, sopir 1 orang, dan penjaga malam 2 orang.

C. Capaian Program dan Derajat KesehatanMasyarakat


Permasalahan kesehatan yang ada di kecamatan Jatilawang dapat
dilihat dari terpenuhi atau tidaknya target dari setiap program yang telah
disepakati dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Terdapat beberapa masalah di puskesmas Jatilawang yang pencapaian
program kesehatan belum mencapai standar pelayanan minimal (SPM),
antara lain Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4, cakupan pertolongan
persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, Cakupan pelayanan ibu nifas, cakupan neonatal dengan
komplikasi yang ditangani, cakupan kunjungan bayi, cakupan Universal
Child Immunization (UCI), cakupan pelayanan anak balita, Cakupan
pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin, cakupan peserta KB aktif, Penemuan penderita pneumonia balita,
Penemuan pasien baru TB BTA positif, Penemuan penderita diare, cakupan
pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin, dan Cakupan pelayanan gawat
darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di
Kabupaten/Kota, serta pemberian ASI eksklusif.
Persentase angka cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 didapatkan
sebesar 48,6% dan target nilai SPM tahun 2016, yaitu sebesar 100%. Kriteria
tersebut termasuk dalam program pelayanan kesehatan dasar yang masih
belum mencapai target SPM. Angka cakupan pertolongan persalinan oleh
bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di wilayah
kerja Puskesmas Jatilawang baru mencapai 49,5% sedangkan target
pencapaian nya adalah 100%. Angka cakupan pelayanan ibu nifas termasuk
dalam pelayanan kesehatan dasar. Akan tetapi, cakupan pelayanan ibu nifas
di kecamatan Jatilawang masih belum memenuhi SPM tahun 2016 sebesar
100%, yaitu berkisar 49,5%.
Persentase cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani
adalah sebesar 53,6% sedangkan target Puskes Jatilawang untuk program
tersebut adalah sebesar 100%. Program cakupan Universal Child
Immunization (UCI) di Puskesmas Jatilawang baru mencapai 27%,
sedangkan target Puskesmas Jatilawang untuk program ini adalah sebesar
100%. Target cakupan pelayanan anak balita di Puskesmas Jatilawang
sebesar 90%, sedangkan Puskesmas Jatilawang baru mencapai 50,26%
sehingga puskesmas masih harus meningkatkan kualitas kerja.
Persentase angka cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada
anak usia 6-24 bulan keluarga miskin sebesar 12,8 % dan masih jauh dari
target SPM 2016 yaitu 100%. Angka cakupan peserta KB aktif di wilayah
kerja Puskesmas Jatilawang adalah sebesar 49,4%, masih jauh dari target
Puskesmas yaitu sebesar 70%.
Persentase angka penemuan penderita pneumonia balita sebesar
83,3% dan masih belum memenuhi SPM 2016 yaitu sebesar 100%.
Presentase angka penemuan pasien baru TB BTA positif sebesar 83,3% dan
masih belum memenuhi SPM 2016 100%. Presentasi angka penemuan
penderita diare sebesar 7,03 % dan masih belum memenuhi SPM 2016 100%.
Ketiga hal tersebut termasuk dalam program pelayanan kesehatan dasar.
Presentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
30,67% dan hal ini masih belum memenuhi target pemenuhan target SPM
2016 yaitu sebesar 100%. Presentasi angka cakupan pelayanan gawat darurat
level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota
sebesar 11%, masih tidak memenuhi target SPM 2016 sebesar 100%. Kedua
hal tersebut termasuk dalam Pelayanan kesehatan Rujukan. Program
Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Jatilawang masih belum memenuhi
target, target pemberian ASI eksklusif sebesar 80% dan persentase pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Jatilawang baru mencapai 67,3%, masih jauh
dari pencapaian target.

III.
IV. ANALISIS SISTEM PROGRAM KESEHATAN

A. Analisis Sistem
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
sehingga dapat dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)
mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab
masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.
Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money (sumber
dana), method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material (perlengkapan),
minute (waktu) dan market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi manajemen
yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (perencanaan), P2 (penyelenggaraan)
dan P3 (pengawasan, pemantauan, dan penilaian).
1. Input
a. Man (Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014 pasal 16 ayat 3 jenis tenaga
kesehatan di Puskesmas paling sedikit terdiri atas dokter atau dokter
layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium
medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas Jatilawang adalah sebagai berikut:
1) Dokter Umum
Dokter umum yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas Jatilawang 4 orang. Menurut standar Indikator Indonesia
Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga medis per 100.000 penduduk
adalah 40 tenaga dokter, sehingga untuk jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Jatilawang dibutuhkan 28 dokter umum.
2) Dokter Gigi
Dokter gigi yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas Jatilawang 1 orang. Menurut standar Indikator Indonesia
Sehat (IIS) tahun 2010 ratio dokter gigi per 100.000 penduduk
adalah 11, sehingga untuk jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Jatilawang dibutuhkan 8 dokter gigi.
3) Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi di Puskesmas Jatilawang berjumlah 1 orang.
Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio
apoteker per 100.000 penduduk adalah 10, sehingga untuk jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang dibutuhkan 7
apoteker.
4) Tenaga Bidan
Tenaga bidan di Puskesmas Jatilawang berjumlah 24 orang.
Menurut Standar IIS 2010, ratio bidan per 100.000 penduduk adalah
100, dengan demikian untuk jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Jatilawang dibutuhkan 70 bidan.
5) Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas Jatilawang
ada 13 orang. Standar IIS tahun 2010, ratio perawat per 100.000
penduduk adalah adalah 117,5, dengan demikian untuk jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang dibutuhkan 82
perawat.
6) Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas Jatilawang berjumlah 1 orang.
Standar IIS 2010, ratio petugas gizi per 100.000 penduduk adalah
22, dengan demikian untuk jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Jatilawang dibutuhkan 16 ahli gizi.
7) Tenaga Kesehatan Lingkungan dan promosi kesehatan
Tenaga Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Jatilawang
berjumlah 1 orang. Standar IIS tahun 2010, ratio petugas kesehatan
lingkungan dan promosi kesehatan per 100.000 penduduk adalah
adalah 40, dengan demikian untuk jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Jatilawang dibutuhkan 28 tenaga kesehatan lingkungan.
b. Money (Sumber Dana)
Sumber anggaran kesehatan Puskesmas Jatilawang tahun 2015
terdiri atas APBD Kabupaten Banyumas, APBN dan Dana BOK
(Bantuan Operasional Kesehatan). APBD terdiri atas Dana Belanja
Langsung dan Dana Belanja Tidak Langsung. APBN terdisi atas Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dana konsentrasi
dan Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota. Pada program di bidang
kesehatan lingkungan, pendanaan berasal dari dana BOK untuk
penyedian sarana dan prasarana.
c. Material (Sarana Kesehatan)
Di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang terdapat 11 Pusat
Kesehatan Desa (PKD) tersebar di 11 desa wilayah kerja Puskesmas
Jatilawang.
d. Method
Metode kegiatan program promosi ASI eksklusif di Puskesmas
Jatilawang meliputi kegiatan penyuluhan aktif yang dilakukan oleh
petugas gizi puskesmas yang bekerjasama dengan bagian KIA, bidan
puskesmas maupun bidan desa serta kader yang dilakukan di luar
puskesmas sesuai dengan jadwal perkumpulan masing-masing desa.
Selain itu metode yang dilakukan oleh Puskesmas Jatilawang dengan
melakukan gerakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada ibu yang baru
melahirkan.
e. Minute
Waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pencapaian
program tersebut yaitu saat pertemuan pertemuan seperti pertemuan
kader, pertemuan PKK, posyandu balita, pertemuan ibu hamil yang
dilakukan oleh Puskesmas Jatilawang. Sedangkan untuk waktu
pelaksaan kegiatan Inisiasi Menyusui Dini dilakukan saat bayi lahir di
Puskesmas Jatilawang.

f. Market
Sasaran kegiatan program Promosi ASI eksklusif adalah ibu usia
produktif, ibu hamil, dan ibu rumah tangga yang masih memiliki anak
balita.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Visi Puskesmas Jatilawang adalah Pelayanan kesehatan dasar paripurna
menuju masyarakat sehat dan mandiri. Misi Puskesmas Jatilawang
adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan
profesionalisme sumber daya manusia, meningkatkan kerjasama lintas
program dan linstas sektoral, meningkatkan tertib administrasi dan
keuangan.
b. Pengorganisasian (P2)
Promosi peningkatan cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Jatilawang diselenggarakan melalui kerja sama antara
program pokok puskesmas gizi dan KIA, dibantu dengan para bidan
desa dan kader kesehatan.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program
Tim Puskesmas Jatilawang khususnya bagian program gizi dan KIA
didampingi oleh bidan desa dan kader kesehatan Posyandu Balita
melakukan upaya guna meningkatkan pemberian ASI eksklusif
d. Pengawasan dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan
1) Kader kesehatan Posyandu atau perangkat desa setempat di
wilayah kerja Puskesmas Jatilawang
2) Bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang
3) Bagian program gizi dan KIA Puskesmas Jatilawang
4) Supervisi atau pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas

3. Output
Berdasarkan laporan program gizi semesteran pada tahun 2016 pada
semester pertama bulan Februari dari 420 bayi lahir hidup di wilayah
kerjanya, hanya 283 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif atau setara
dengan 67,38%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan belum baik.
4. Outcome
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat menyebabkan
berkurangnya fungsi imunitas tubuh bayi, hal ini dibuktikan dengan target
pencapaian bebas diare pada balita di Puskesmas Jatilawang tahun 2016
masih rendah yaitu hanya mencapai 7,03%. Meskipun penyebab diare pada
anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun pemberian ASI
eksklusif dapat menjadi salah satu penyebabnya.

B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat)


Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) untuk
menilai permasalahan pada proses tercapainya program pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang, maka didapatkan informasi
sebagai berikut :
1. Strength
a. Kerja sama antar penanggung jawab bidang program pokok puskesmas
bidang gizi dan KIA dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian
ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang
b. Pelatihan dan seminar mengenai pentingnya ASI eksklusif oleh
petugas kesehatan Puskesmas Jatilawang terhadap bidan desa dan
kader
c. Puskesmas Jatilawang terus mempromosikan kegiatan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Jatilawang
d. Puskesmas Jatilawang menganjurkan melakukan kegiatan Inisiasi
Menyeusui Dini (IMD) pada ibu yang baru melahirkan

2. Weakness
a. Tidak ada aturan yang mampu mengikat perilaku masyarakat terhadap
pemberian ASI eksklusif
b. Sumber daya tenaga kesehatan yang masih kurang dibandingkan
dengan target populasi di setiap desa wilayah kerja Puskesmas
Jatilawang
c. Minimnya kontrol dan evaluasi penyampaian promosi kesehatan
pemberian ASI eksklusif kepada masyarakat
d. Target penerima informasi hanya berkisar pada ibu hamil dan atau ibu
dengan bayi baru lahir saja.
3. Opportunity
a. Terdapat berbagai peraturan perundangan maupun keputusan menteri
kesehatan tentang ASI eksklusif, sehingga dapat dikatakan pemerintah
pusat dan daerah sangat mendukung program peningkatan cakupan
ASI eksklusif
b. Terdapat beberapa program pemerintah salah satunya berupa (Keluarga
sadar gizi) Kadarzi yang didalamnya mengandung unsur pemberian
ASI eksklusif
c. Terdapat warga masyarakat yang sukarela bersedia menjadi kader
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang untuk memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif
d. Terdapat pelatihan-pelatihan atau seminar kesehatan tentang ASI
eksklusif yang dilaksanakan dinas kesehatan kabupaten maupun
organisasi kesehatan untuk memperbarui ilmu di bidang tersebut.
4. Threat
a. Latar belakang pendidikan masyarakat target yang beragam sehingga
mempengaruhi kemampuan menyerap informasi penting tentang ASI
eksklusif
b. Pada beberapa ibu, ASI tidak keluar dengan lancar sehingga pemberian
ASI eksklusif terhambat
c. Ibu yang kembali bekerja setelah melahirkan sehingga menyebabkan
pemberian susu formula sebagai pengganti ASI karena tidak sempat
menyusui
d. Anggapan masyarakat yang kuat mengenai tidak cukup membuat anak
menjadi tidak lapar apabila hanya diberikan ASI saja
III. PEMBAHASAN

A. Pembahasan Masalah
Program ASI eksklusif merupakan salah satu program yang masih
belum tercapai di Puskesmas Jatilawang. Dari total 420 bayi usia 0 6 bulan
yang masih membutuhkan ASI Eksklusif, hanya 283 bayi yang terpenuhi
diberikan ASI Eksklusif, sisanya tidak sepenuhnya mendapatkan ASI
eksklusif. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dikhawatirkan
akan menyebabkan hambatan tumbuh kembang balita, selain itu rendahnya
cakupan pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh balita, di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang ini, jumlah kejadian diare
masih sangat tinggi pencapaian target baru mencapai 7,03% dari 100% dan
kasusnya didominasi oleh anak anak dan balita. Walaupun penyebab diare
terdiri dari multifaktorial, namun kurangnya pemeberian ASI eksklusif dapat
menjadi penyebab angka kejadian diare masih tinggi.
Data bulan Februari 2016 dari 11 desa di Kecamatan Jatilawang hanya
1 desa yang sudah mencapai target pemberian ASI eksklusif yaitu desa
Kedungweringin, sedangkan 10 desa lainnya belum dapat mencapai target,
terutama desa Karanglewas hanya mencapai 25% dari target 80%.
Berdasarkan hasil analisa SWOT yang dilakukan, terdapat beberapa
masalah yang telah teridentifikasi sebagai kemungkinan penyebab cakupan
pemberian ASI eksklusif yang masih rendah. Kurangnya pengetahuan ibu, dan
keluarga menjadi salah satu faktor penyebab masih rendahnya cakupan ASI
eksklusif. Selain itu pengaruh orang tua atau anggota keluarga lain yang masih
memiliki stigma bahwa bayi baru lahir harus mendapatkan makanan lain
selain dari ASI agar nutrisinya tercukupi, sehingga sebelum bayi berusia 6
bulan sudah diberikan makanan lain selain ASI. Masalah lain yang tidak kalah
pentingnya adalah ibu lebih memilih kembali bekerja setelah melahirkan
menyebabkan ASI tidak bisa diberikan setiap saat sehingga penggunaan susu
formula secara dini untuk mengganti ASI menjadi pilihan karena tidak sempat
menyusui, ditambah lagi dengan saat ibu sudah memiliki waktu untuk
menyusui, ASI tidak kunjung keluar.
Pemahaman yang salah pada masyarakat desa di wilayah Puskesmas
Jatilawang perlu diubah dan diluruskan. Hingga saat ini cara yang masih dapat
dilakukan untuk meluruskan stigma yang salah di dalam masyarakat adalah
melalui penyuluhan atau pemberian informasi mengenai pentingnya ASI
eksklusif pada kehidupan awal bayi baru lahir, namun dalam rangka
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif penyuluhan seharusnya tidak
hanya dilakukan pada saat perkumpulan rutin saja melainkan kunjungan
rumah ke rumah untuk memberikan pemahaman ini kepada anggota keluarga
lain, selain itu penyuluhan juga dapat dilaksanakan pada kelompok posyandu
lanjut usia karena stigma yang salah pada masyarakat ini teridentifikasi
kemungkinan berasal dari mitos yang sudah berkembang lama di dalam
masyarakat. Penyuluhan juga dapat disertai dengan penempelan poster atau
pembagian leaflet yang berhubungan dengan promosi kesehatan tersebut.
Isi dari penyuluhan maupun alat peraga lain seperti poster atau leaflet
yang diberikan harus mengandung bahasa yang mudah dipahami dan dicerna
oleh masyarakat awam. Bahasan yang harus ada dalam metode promosi
kesehatan tersebut minimal terdiri atas definisi, manfaat bagi bayi dan ibu,
waktu pemberian ASI eksklusif, kelebihan ASI dibandingkan dengan susu
formula dan juga waktu yang tepat untuk pemberian makanan pendamping
ASI. Selain itu, memberikan informasi mengenai ASI tabung untuk ibu yang
mash aktif bekerja dan praktik melakukan pijat payudara untuk ibu yang
ASInya sulit keluar dapat dilakukan, harapannya agar bayi bisa mendapatkan
ASI eksklusif sampai 6 bulan.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Strategi alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan
adalah sebagai berikut
1. Promosi pemberian ASI eksklusif dimulai sesaat setelah melahirkan di
hadapan Ibu, suami, dan keluarga agar stigma lama yang tidak mendukung
pemberian ASI eksklusif dapat dihilangkan
2. Melakukan penyuluhan bertingkat dari tenaga puskesmas ke bidan desa,
kemudian kepada kader-kader kesehatan dan selanjutnya kepada
masyarakat umum di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang secara rutin dan
terjadwal.
3. Penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif, tunda kembali
bekerja setelah melahirkan hingga bayi berusia 6 bulan atau jika terpaksa
harus kembali bekerja sebelumnya ibu harus menyediakan ASI dalam
botol dengan penyimpanan yang benar, sehingga sewaktu ibu sedang
bekerja bayi masih bisa mendapatkan ASI.
4. Memberikan edukasi, konseling serta pelatihan kepada ibu yang memiliki
bayi usia 0-6 bulan dengan ASI yang tidak keluar karena stres maupun hal
lain
5. Pemberian leaflet atau penempelan poster ASI eksklusif yang menarik di
tempat umum maupun setiap pusat kesehatan desa sehingga tidak kalah
menarik dengan iklan susu formula
6. Menjadikan kader kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam
pencapaian cakupan ASI eksklusif, dengan cara :
a. Meminta tolong kader kesehatan untuk melakukan pendataan rutin ibu
yang sedang hamil dan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan,
b. Meminta tolong kader kesehatan untuk melakukan kunjungan rumah
ke rumah untuk menyampaikan promosi ASI eksklusif
c. Mengusahakan bantuan intensif dana pengganti kunjungan rumah ke
rumah oleh kader-kader kesehatan
7. Mengadakan pelatihan pijat payudara kepada ibu ibu yang sedang
menyusui namun ASI tidak keluar
1.
IV. KESIMPULAN

1. ASI eksklusif merupakan hal terpenting bagi status gizi bayi usia 0-6 bulan,
karena dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi tersebut
2. Standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk cakupan ASI eksklusif di
Indonesia adalah 80% dari bayi lahir hidup
3. Cakupan ASI eksklusif wilayah kerja Puskesmas Jatilawang semester
pertama bulan Februari 2016 sebesar 67,36%, dengan 1 desa angka cakupan
ASI eksklusifnya masih 25,0%
4. Masalah yang paling sering muncul sebagai hambatan untuk mencapai
cakupan ASI eksklusif yang tinggi adalah adanya stigma masyarakat yang
salah terhadap bayi baru lahir dimana terdapat pengaruh orang tua atau
anggota keluarga lain yang masih memiliki stigma bahwa bayi baru lahir
harus mendapatkan makanan lain selain dari ASI agar nutrisinya tercukupi,
selain itu karena ibu kembali bekerja setelah melahirkan serta ASI sulit dan
tidak keluar
5. Promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang ASI eksklusif, dan pelatihan
memijat payudara agar ASI keluar dinilai sebagai teknik yang baik untuk
membantu meningkatkan cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Jatilawang, diasmping itu bisa disertai dengan pembagian poster dan leaflet
6. Perlu dikembangkan mengenai sasaran penyuluhan ASI eksklusif selain
kepada keluarga inti
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan (KEMENKES). 2016. Pedoman Pekan ASI Sedunia


(PAS) tahun 2016. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Gizi Masyarakat

Puskesmas Jatilawang 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Jatilawang Kabupaten


Banyumas Tahun 2015. Purwokerto : Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas.

Rachmaniah N. 2014. Skripsi: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI


dengan tindakan ASI Eksklusif. Fakultas Kedokteran: Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Rumangun D., Nugraheni S A., Kartasurya M I. 2013. Analisis Implementasi


Program Pemberian ASI Eksklusif DI Wilayah Kerja Puskesmas Remu Kota
Sorong. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. Vol 1. No 3

Anda mungkin juga menyukai