Anda di halaman 1dari 7

ADAB BERPAKAIAN

Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi 2 bentuk pertama pakaian untuk menutupi aurat
tubuh sebagai realisasi dari perintah Allah bagi wanita seluruh tubuhnya kecuali tangan dan wajah, dan
bagi pria menutup aurat dibawah lutut dan diatas pusar. Batasan pakaian yang telah ditetapkan oleh
Allah ini melahirkan kebudayaan yang sopan dan enak dilihat oleh kita dan kita pun merasa aman dan
tenang karena pakaian kita yang memenuhi kewajaran pikiran manusia. Sedangkan yang kedua, pakaian
merupakan perhiasan yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkembangan peradaban
manusia.

Apabila berpakaian dalam tujuan menutup aurat dalam Islam, memiliki ketentuan ketentuan yang
jelas, baik dalam hal ukuran pakaian maupun jenis pakaian yang akan dipakai. Maka dari itu, sebagai
muslim kita harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan menyatakan identitas diri, sesuai dengan adat dan tradisi
dalam berpakaian, yang menjadi kebutuhan untuk menjaga dan mengaktualisasi dirinya dalam
perkembangan zaman. Setiap manusia berhak mengekspresikan dirinya lewat pakaian yang dipakainya,
tetapi tidaklah sembarangan. Tetap harus mengikuti syariat Islam.

Didalam Islam, kita mengenal salah satu jenis pakaian yang dapat menutup salah satu aurat wanita yaitu
Jilbab. Jilbab mempunyai berbagai ragam jenisnya, tetapi walaupun banyak ragamnya Jilbab boleh
dikatakan Jilbab apabila dapat menutup aurat, dari atas kepala manusia sampai dengan dada
manusia,menutupi bagian bagian yang harus ditutupi terkecuali muka.

Bagi wanita, aurat adalah seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak tangan, yang lainnya haram
untuk diperlihatkan kepada masyarakat umum. Kecuali bagi mahram atau maharimnya. Bagi suaminya,
wanita tidak mempunyai batasan aurat. Sedangkan batasan aurat bagi laki-laki dari pusar sampai lutut.

Busana Muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Menutupi aurat.
2. Tidak menyerupai laki laki
3. Tidak menyerupai busana khusus non-muslim
4. Pantas dan sederhana
5. Tidak jarang/ transparan dan Ketat

HIKMAH MENGUNAKAN PAKAIAN SESUAI AJARAN AGAMA ISLAM


a. Mendatangkan rasa aman dan tenang
b. Menumbuhkan sikap tawaddhu dan rendah hati
c. Terlindung dari sengatan panas dan dinginnya cuaca
d. Terhindar dari ganguan pandangan yang berlebihan
e. Mencerminkan kepribadian seseorang

ADAB BERHIAS

1. PENGERTIAN AKHLAK BERHIAS


Berhias dalam bahasa arab tazaiyana-yataziyanu, dalam kamus bahasa Indonesia berhias diartikan
usaha memperelok diri dengan pakaian ataupun lainya yang indah-indah, berdandan dengan dadanan
indah dan menarik.
Secara istilah, berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk memperindah diri dengan
berbagai busana, aksesoris, atau make-up yang dapat memperelok diri bagi pemakainya sehingga
memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk
tujuan tertentu.

Berhias adalah naluri yang dimiliki oleh manusia. Berhias sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar
manusia, agara dapat memperindah diri baik di lingkungan sekitar maupun diluar. Berhias adalah salah
satu alat untuk mengekspresikan diri, yang menunjukkan identitas serta jati diri seseorang. Berhias
dapat memberikan kesan indah tersendiri bagi orang lain yang melihatnya, baik dari segi pakaian,
maupun make up wajah mereka. Maka dari itu berhias dikategorikan sebagai akhlak terpuji. Tetapi
berhias juga terdapat aturannya agar tidak melanggar syariay Islam. Dalam sebuah hadits Nabi SAW
bersabda:
ADAB PERJALANAN (SAFAR)

1. PENGERTIAN AKHLAK PERJALANAN

Perjalanan dalam bahasa Arab disebut dengan kata Rihlah atau Safar dalam kamus besar Bahasa
Indonesia perjalanan diartikan ; perihal (cara, gerakan, dsb) Berjalan atau berpergian dari suatu
tempat menuju tempat untuk suatu tujuan. Secara istilah, perjalanan sebagai aktifitas seseorang untuk
keluar ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana
transportasi yang mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan maksud ataupun tujuan tertentu.
Pada zaman Rasulullah, melakukan perjalanan telah menjadi tradisi masyarakat Arab. Dalam Al Quran
Surah Al Quraisy yang disebut diatas, Allah mengabadikan tradisi masyarakat Arab yang suka melakukan
perjalananpada musim tertentu untuk berbagai keperluan. Karena itu tidak heran jika Islam sebagai satu
satunya agama yang mengatur kegiatan manusia dalam melakukan perjalanan, mulai dari masa
persiapan perjalanan, ketika masih berada dirumah, selanjutnya pada saat dalam perjalanan dan ketika
sudah kembali pulang dari suatu perjalanan.

2. BENTUK AKHLAK PERJALANAN

Islam mengajarkan agar setiap perjalanan yang dilakukan bertujuan untuk mencari Ridho Allah. Diantara
jenis perjalanan (Safar) yang dianjurkan dalam Islam yaitu pergi Haji, Umroh, menyambung silaturahmi ,
menuntut Ilmu, berdakwah, berperan di jalan Allah, mencari karunia Allah dll. Perjalanan (Safar) juga
berfungsi untuk menyehatkan dan merefreshing kondisi jasmani dan rohani dari kelelahan dan
kepenatan dalam menjalani suatu aktifitas.

Sebagai pedoman Islam mengajarkan adab dalam melakukan perjalanan yaitu :

1. Bermusyawarah dan shalat Istikharah


2. Mengembalikan hak dan amanat kepada pemiliknya
3. Membawa 6 benda : gunting, siwak, tempat celak, tempat air minum, cebok dan wudhu. Hal tersebut
disunnahkan Rasulullah
4. Menyertakan Istri ataupun anggota keluarga
5. Wanita menyertakan teman atau muhrimnya
6. Memiliki kawan pendamping yang shalih dan shalihah
7. Mengangkat pemimpin atau ketua rombongan
8. Mohon pamitan pada keluarga dan handai taolan serta mohon doa
3. NILAI POSITIF AKHLAK PERJALANAN
Keuntungan melakukan perjalanan diantaranya yaitu:
1. Safar dapat menghibur diri dari kesedihan
2. Safar menjadi sarana bagi sesorang untuk memperoleh tambahan pengalaman
3. Safar dapat mengantarkan seseorang untuk memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan
4. Dengan Safar maka seseorang akan lebih banyak mengenal adapt kesopanan yang berkembang pada
suatu komunitas masyarakat.
5. Perjalanan akan dapat menambah wawasan dan bahkan kawan yang baik dan mulia.

4. MEMBIASAKAN AKHLAK PERJALANAN

Sebaiknya setiap orang memikirkan terlebih dahulu secara matang terhadap semua perjalanan. Niat kita
harus lah baik, ingin beribadah kepada Allah SWT. Apabila melakukan safar atau Rihlah dengan
perhitungan jadwal yang matang, akurat , rinci dan jelas agendanya. Sebaiknya jika suatu perjalanan
tanpa adanya agenda yang jelas, maka akan cenderung menyia nyiakan waktu, biaya ataupun Energi,
dan bahkan akan membuka celah bagi syaitan untuk menyesatkan dan akhirnya tujuan Safar tak
tercapai. Dan kita harusnya bersyukur jika kita sudah berhasil melakukan perjalanan

ADAB BERTAMU

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan bertemu. Adakalanya
kita yang datang mengunjungi anak saudara, teman-teman atau para kenalan, namun kesempatan lain
berganti kita yang dikunjungi. Supaya kegiatan saling berkunjung tetap berdampak positif bagi kedua
belah pihak, maka islam memberikan tuntunan begaimana sebaiknya bertamu dan menerima tamu
dilakukan.
1. PENGERTIAN AKHLAK BERTAMU

Bertamu dalam bahasa arab ata liziyarati-istadafa-yastadifu, dalam kamus bahasa Indonesia bertamu
diartikan dating berkunjung ke rumah seorang teman ataupun kerabat untuk satu tujuan atapun maksud
(melawat dan sebagainya).
Secara istilah, bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah sahabat kerabat ataupun orang lain
dengan tujuan untuk menjalin persaudaraan ataupun untuk keperluan lain dalam rangka menciptakan
kebersamaan dan kemaslahatan bersama

Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan bertamu seorang bias menjalin
persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja ama untuk meringankan berbagai maalah yang dihadapi
dalam kehidupan.adakalanya seorang bertamu karena adanya urusan yang serius, mialnya untuk
mencari solusi terhadap problema masyarakat actual, sekedar bertandang, karena lama tidak ketemu
(berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertangang ke rumah kerabat atau sahabat,
maka kerinduan terhadap kerabat ataupun ahabat dapat tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan
menjadi kokoh.

Bertamu dalam bahaa Arab disebut dengankata ( ) Ataa liziyaroti, atau ( - ) Iatadloofa-Yastadliifu.
Menurut kamus bahasa Indonesia, bertamu diartikan ; dating berkunjung kerumah seorang teman
atupun kerabat untuk suatu tujuan ataupun maksud (melawat dan sebagainya). Ecara istilah bertamu
merupakan kegiatan mengunjungi rumah ahabat, kerabat atau[un orang lain, dalam rangka
menciptakan kebersamaan dan kemalahatan bersama.

Tujuan bertamu sudah barang udah barang tentu untuk menjalin persaudaraan ataupun perahabatan.
Sedangkan bertamu kepadea orang yang belum dikenal, memiliki tujuan untuk saling memperkenalkan
diri ataupun bermaksud lain yang belu diketahui kedua belah pihak.
Bertamu merupakan kebiaaan poitif dalam kehidupan bermasyarakat dari zaman tradisional sampai
zaman modern. Dengan melestarikan kebiaaan kunjung mengunjungi, maka segala persoalan mudah
dilestarikan, segala urusan mudah diberskan dan segala maalah mudah diatasi.

1. Jangan bertamu sembarangan waktu.


2. Kalau diteima bertamu, jangan selalu lama sehingga merepotkan tuan rumah. Setelah urusan seleai
segeralah pulang.
3. Jangan melakukan kegiatang yang membuat tuan rumah terganggu.
4. Kalau diuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu. Bahkan Rasulullah saw. Menganjurkan
kepada orang yang berpuasa sunnah sebaiknya berbuka puasanya untuk menghormati jamuan.
5. Hendaklah pamit pada waktu mau pulang.
3. NILAI POSITIF AKHLAK BERTAMU

Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap oaring lain dan menjauhkan sikap
pakaan, tekanan, dan intimidasi. Islam tidak mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja dalam usaha
meyakinkan orang lain terhadap tujuan dan maksud beik kedatangan, tetapi juga dalam tindak laku dan
pergaulan dengan sesame manuia harus terhindar cara-cara pakaan dan kekerasan.

Dengan bertamu ataupun bertangang, seorang akan mempertemukan persamaan ataupun kesesuaian
sehingga akan terjalin persahabatan dan kerjasama dalam menjalin kehidupan.
Dengan bertamu, seorang akan melakukan diskui yang baik, sikap yang sportif, dan elegan terhadap
seamanya.
Bertamu dianggap sebagai sarana yang efektif untuk berdakwah dan menciptakan kehidupan
mesyarakat yang bermartabat.

4. MEMBIASAKAN AKHLAK BERTAMU


Sesungguhnya bertamu itu sebagai kegiatan yang cukup mengasyikan. Dengan tujuan bertamu
seseorang dapat menemukan berbagai manfaat, baik berupa wawasan, pengalaman berharga ataupun
dapat menikmati segala bentuk penyambutan tuan rumah. Menurut ungkapan Al-Quan, sebaiknya
orang bertamu tidak memaksa untuk pada saat tidak ada orang yang di rumah.
Allah berfirman:
Artinya: Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu
mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu
bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. an-Nur/24:28).
Al-Qur-an memberikan isyarat yang tegas, betapa pentingnya setiap orang yang bertemu dapat nejaga
diri agar tetap menghormati tuan rumah. Setiap tamu haru berusaha menahan segala keinginan dan
kehendaknya baiknya sekalipun, jika tuan rumah tidak berkenan menerimanya. Demikin pula apabila
kegiatan bertamu telah uai, maka seorang yang bertamu telah usai, maka seorang yang bertamu harus
meninggalkan kesan yang beik dan menyenagkan bagi tuan rumah. Karena itu haram hukumnya orang
yang bertamu meninggalkan kekecewaan ataupun kesusahan bagi tuan rumah.
HIKMAH AKHLAK BERTAMU SESUAI AJARAN AGAMA ISLAM
a. mempererat hubungan tali silaturahim antar sesama
b. melatih kesabaran, kearifan dan kebijaksanaan
c. belajar menghargai, memuliakan orang lain.

ADAB MENERIMA TAMU

Islam memberikan aturan yang jelas agar setiap muslim memuliakan etiap tamu yang dating, kerena
memuliakan tamu sebagai perwujudan keimanan kepada Allah dan hari akhir.

1. PENGERTIAN AKHLAH MENERIMA TAMU

Menurut kamus bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan) diartikan; kedatangan orang yang
bertamu, melawat atau berkunjung. Secara istilah menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan
berbagai cara penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan menurut adapt ataupun agama dengan
meksud yang menyenagkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmad
dan rida dari Allah.

2. BENTUK AKHLAK MENERIMA TAMU

Islam sebagai agama yang sangat serius dalam memberikan perhatian orang yang sedang bertamu.
Sesungguhnya orang yang bertau telah dijamun hak-haknya dalam islam.karena itu menghormati tamu
merupakan perhatian yang mendatangkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Setiap muslim wajib
memuliakan tamu, tanpa membeda-bedakan statu social ataupun maksud dan tujuan bertamu.
Memuliakan tamu dilakukan antara lain dengan menyambut kedatangannya dengan muka menis dan
tutur kata yang lemah lembut, mempersilahkan duduk ditempat yang baik. Kalau perlu, disediakan
ruangan khusus untuk menerima tamu yang selau dijaga kerapian dan kelestariannya.
Kalau tamu dating dari tempat yang jauh dan ingin menginap, tuan rumah wajib menerima dan
menjamunya mekimal tiga hari tiga malam. Lebih dari tiga hari terserah kepada tuan rumah untuk tetap
menjamunyaatau tidak. Menurut Rasulullah saw menjamu tamu lebih dari tiga hari nilainya sedekah,
bukan lagi kewajiban.

3. NILAI POSITIF AKHLAK MENERIMA TAMU

Setiap oaring islam telah diikat oleh suetu tata aturan supaya hidup bertetangga dan bersahabat dengan
orang lain, sekalipun berbeda agama atau suku. Hak-hak mereka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh
dilanggar undang-undang perjanjian yang mengikat di antara sesame manusia.
Menerima tamu sebagai perwujudan keimanan, artinya semakin kuat iman seseorang, maka semakin
ramah dan antun dalam menyambut tamunya karena orang yang beriman meyakini bahwa menyambut
tamu bagian dari perintah Allah.

Menyambut tamu dapat meningkatkan akhlak, mengembangkan kepribadian, dan tamu juga dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mendpatkan kemashalatan dunia ataupun akhirat.

Anda mungkin juga menyukai