Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah dari saluran napas. Darah bervariasi
dari dahak disertai bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah saja.2
Hemoptisis atau batuk darah ialah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan,
berasal dari saluran pernapasan bagian bawah (mulai dari glottis kearah distal).1
B. Epidemiologi
Pada tahun 1930-1960 penyebab batuk darah tersering di Amerika adalah
bronkiektasis dan tuberculosis (TB) paru. Smiddy dan Elliot melakukan
pengamatan dengan pemeriksaan BSOL (Bronkoskop serat optic lentur) pada
tahun 1971-1972 menemukan penyebab tersering batuk darah adalah bronchitis
kronik atau bronkiektasis diikuti dengan karsinoma bronkus.
1. Bercak (Streaking)
Darah bercampur dengan sputum merupakan hal yang sering terjadi, paling
umum pada bronchitis. Volume darah kurang dari 15-20 mL/24 Jam.
2. Hemoptisis
Hemoptisis dipastikan ketika total volume darah dibatukkan 20-600 mL di
dalam 24 jam. Walaupun tidak spesifik untuk penyakit tertentu, hal ini berarti
perdarahan dari pembuluh darah lebih besar dan biasanya karena kanker paru,
pneumonia (necrotizing pneumonia), TB paru atau emboli paru.
3. Hemoptisis massif
Darah yang dibatukkan dalam waktu 24 jam lebih dari 600 mL- biasanya
karena kanker paru, kavitas pada TB paru atau bronkiektasis. Batuk darah massif
adalah batuk darah lebih dari 100 mL hingga lebih dari 600 mL darah dalam 24
jam.2
4. Pseudohemoptisis
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas
(diatas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal ini dapat
berupa perdarahan buatan (factitious). Perdarahan yang terakhir biasanya karena
luka disengaja di mulut, faring atau rongga hidung.
D. Etiologi
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, hemoptisis atau batuk darah
merupakan tanda dan gejala dan penyakit yang mendasarinya. Penyakit atau
keadaan yang menyebabkan batuk darah sangat beragam sehingga anamnesis,
pemeriksaan fisis serta berbagai pemeriksaan penunjang perlu dilakukan dengan
teliti agar dapat menentukan etiologinya. 6
Sebab Insidensi
Infeksi: 60%
Neoplasma: 20%
Lainnya: 5-10%
E. Patogenesis
Patogenesis terjadinya batuk darah yang disesabkan oleh berbagai
penyakit yang mendasarinya pada prinsipnya hampir sama, yaitu bila terjadi
penyakit/kelainan pada parenkim paru, system sirkulasi bronchial atau pulmoner,
maupun pleura sehingga terjadi perdarahan pada kedua sistem sirkulasi tersebut.6
Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi saluran nafas (dari
bronkus utama hingga bronkiolus terminalis), pleura, jaringan limfoid intra
pulmonalis yang pada dasarnya adalah membawa darah dari vena sistemik,
memperdarahi jaringan parenkim paru, termasuk brnkiolus respiratorius.
Anastomosis arteri dan vena bronkopulmoner, yang merupakan hubungan antara
ke-2 sumber perdarahan di atas, terjadi di dekat persambungan antara bronkiolus
respiratorius dan terminalis. Anastomosis ini memungkinkan ke-2 sumber darah
E.1. Tuberkulosis
E.2. Bronkiektasis
E.5. Neoplasma
F. Diagnosis
Hal pertama yang harus diketahui dalam mengevaluasi hemoptisis adalah
mengetahui apakah perdarahan berasal dari saluran napas bawah, dari saluran
napas atas (contoh epistaksis), atau dari saluran cerna (hematemesis). Penentuan
sumber perdarahan merupakan hal penting karena akan menentukan langkah
penatalaksanaan selanjutnya. Anamnesis dan pemeriksaan fisis sangat
menentukan di dalam menentukan apakah perdarahan yang terjadi merupakan
hemoptisis, epistaksis atau hematemesis.6
F.1. Anamnesis
a. Pemeriksaan nasofaring
Ditujukan untuk mencari sumber perdarahan dan pada hemoptisis massif
untuk memastikan bahwa saluran napas masih paten (terbuka).
b. Pemeriksaan jantung
Dibutuhkan untuk mengevaluasi kemungkinan adanya hipertensi paru akut
(terdapat peninggian komponen paru, suara jantung kedua), kegagalan ventrikel
kiri akut (summation gallop) atau penyakit katup jantung seperti stenosis mitral.
Endokarditis sebelah kanan dapat dideteksi dengan adanya bunyi desiran karena
insufisiensi tricuspid, sering pada penyalahgunaan obat intravena dan dapa
menyebabkan hemoptisis karena emboli septic.
G. Pemeriksaan Penunjang
G.1 Laboratorium
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah tepi lengkap. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit
menunjukkan adanya kehilangan darah yang akut. Jumlah sel darah putih yang
2. Kajian koagulasi
Kajian koagulasi, pemeriksaan hemostase berupa waktu protombin (PT) dan
waktu tromboplastin parsial (aPTT) dianjurkan apabila dicurigai adanya
koagulopati atau apabila pasien tersebut menerima warfarin/hepatin.
4. Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dahak pasien dengan darah bercampur dahak, pewarnaan gram,
BTA atau preparasi kalium hidroksida dapat mengungkapkan penyebab infeksi
dan pemeriksaan sitopatologik untuk kanker. 5
1. Radiografi
Radiografi dada akan menunjukkan adanya massa paru, kavitas atau
infiltrate yang mungkin menjadi sumber perdarahan. 5
2. Arteriografi
Arteriografi bronchial selektif dilakukan bila bronkoskopi tidak dapat
menunjukkan lokasi pedarahan massif. Embolisasi arteri bronchial selektif untuk
mengendalikan perdarahan dapat berfungsi sebagai terapi yang definitive atau
sebagai tindakan antara hingga torakotomi dapat dilakukan. 5
G.3 CT Scan
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi yang lebih jelas dari
foto thoraks, misalnya gambaran bronkiektasis atau karsinoma bronkus yang
berukuran kecil. Pemeriksaan ct-scan dengan resolusi tinggi merupakan metode
1. Bronkoskopi fiberoptik
Bronkoskopi fiberoptik dengan anastesia topical paling sering digunakan
karena instrument fleksibel ini dapat memvisualisasi bronkus subsegmental dan
saluran nafas sentral serta lebih nyaman bagi pasien. Satu kelemahan alat ini
adalah diameter tempat menghisap cairan perdarahan (suction port) yang kecil
(<2mm). Jika perdarahan itu besar, maka system ini tidak dapat mengevakuasi
darah dengan cepat untuk mempertahankan system lensa ini tetap bersih.
Kebanyakan benda asing tidak bisa dipindahkan dengan instrument ini.
2. Bronkoskopi kaku
Bronkoskopi kaku perlu bagi pasien dengan hemoptisis massif dan ketika
dicurigai terjadi aspirasi benda asing. Kekurangannya adalah biasanya dibutuhkan
anastesia umum dan hanya saluran napas sentral dapat divisualisasikan.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi dasar.
Pasien harus istirahat total, dengan posisi paru yang mengalami perdarahan
di bawah. Refleks batuk harus ditekan dengan kodein fosfat 30-60 mg
intramuskuler setiap 4-6 jam selama 24 jam.5
2. Terapi spesifik.
I. Prognosis
Hemoptisis merupakan suatu gejala dari suatu kelainan dasar. Kebanyakan
penderita memiliki prognosis yang baik. Namun penderita hemoptisis akibat
keganasan dan gangguan pembekuan darah memiliki prognosis yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA