Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DUPLEK TIPE BENIGNA

OLEH
Arsy Cahya Ramadhani
H1A 012 008

Pembimbing : dr. I Gusti Ayu Trisna, Sp.THT-KL

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

Struktur telinga tengah salah satunya terdiri dari tuba Eustachius, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring. Saluran ini berfungsi dalam
ventilasi, drainase sekret sekaligus proteksi telinga tengah. Jika terjadi kelainan di
antara nasofaring ataupun telinga tengah, keduanya akan saling mempengaruhi,
salah satunya adalah timbul otitis media. 1
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Kelainan ini dibagi
menjadi otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, yang masing-masing
golongan tersebut memiliki bentuk akut (Otitis Media Akut = OMA) dan kronis
(Otitis Media Supuratif Kronis = OMSK). Otitis media yang disertai dengan
perforasi yang menetap dan sekret yang tetap keluar lebih dari satu setengah bulan
atau dua bulan disebut otitis media supuratif kronis (OMSK), dimana sekret
mungkin berupa sekret yang encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis
media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan
istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK
menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan
sembuh sendiri. 1
Dari sebaran datanya diketahui bahwa otitis media paling banyak ditemukan
pada siswa dengan orang tua dalam golongan sosial ekonomi rendah, tinggal di
daerah pinggiran serta higienitas yang kurang.2 Penderita OMSK merupakan 25%
dari penderita yang datang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia
dengan prevalensi adalah 3,8 %.3
OMA dapat berkembang menjadi OMSK akibat pengobatan yang tidak
adekuat, keterlambatan atau tidak dilakukannya pengobatan, virulensi kuman
yang tinggi, daya tahan tubuh, status gizi dan higienitas yang buruk. OMSK itu
sendiri memiliki berbagai komplikasi, baik di telinga tengah, telinga dalam,
ekstradural dan pada sistem saraf pusat.1

1
Pada laporan kasus ini penulis akan menjabarkan mengenai kasus Otitis
media supuratif kronik yang ditemukan di Poliklinik THT RSU NTB.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Struktur telinga terbagi menjadi bagian luar, tengah, dalam. Telinga bagian
luar dan tengah hanya berperan dalam proses pendengaran, sedangkan telinga
bagian dalam berperan dalam pendengaran dan keseimbangan. Telinga bagian luar
terdiri dari aurikula dan meatus akustikus eksternus dan berakhir pada sisi medial
di membran timpani. Telinga bagian tengah terletak di rongga berisi udara dalam
bagian petrosus os temporal, dan terdiri dari osikel auditori (malleus, inkus,
stapes), dan di telinga bagian dalam, terdapat organ sensori untuk pendengaran
dan keseimbangan.4

1) Telinga Luar

Aurikula atau Pinna merupakan daun telinga yang terdiri dari kartilago elastis
yang ditutupi oleh kulit berfungsi menangkap gelombang bunyi dan
menjalankannya ke meatus akustikus eksternus. Meatus akustikus eksternus
dilapisi oleh rambut dan ceruminous glands yang menghasilkan serumen,
keduanya berfungsi mencegah agen asing mencapai membran timpani. Membran
timpani merupakan membran semi transparan tipis dan hampir berbentuk oval.
Membran timpani terdiri dari tiga lapisan, paling medial atau dalam terdiri dari
simple cuboidal epithelium, lapisan paling luarnya stratified squamous epithelium,
dan di ikat oleh jaringan ikat.4

2) Telinga Tengah

3
Gambar 2.a Struktur Penyusun Telinga.4
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
-
Batas luar : membran timpani
-
Batas depan : tuba Eustachius
-
Batas bawah : vena jugularis
-
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
-
Batas atas : tegmen timpani
-
Batas dalam : kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong, tingkap bundar, promontorium.1

Termasuk dalam telinga tengah adalah tulang-tulang pendengaran, yaitu


maleus, inkus dan stapes, yang saling berhubungan dengan struktur lainnya.
Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea.1

4
Gambar 2.b. Struktur Telinga Tengah.1
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga, yang terbagi menjadi pars flaksida di bagian atas (membrane Sharpnell)
dan pars tensa di bagian bawah (membrane propria). Pars flaksida hanya memiliki
dua lapisan, yaitu bagian luar yang merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga
dan bagian dalam yang dilapisi oleh epitel kubus bersilia. Sedangkan pars tensa
memiliki satu lapisan tambahan di bagian tengah, yang terdiri dari serat kolagen
dan sedikit serat elastin yang berjalan sirkuler dan radier.1

Gambar 2.c Struktur dan Kuadran Membran Timpani.1

3) Telinga Dalam

Telinga bagian dalam berisi cairan dan terletak dalam os temporal di sisi
medial telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian labirin (labirin
vestibula dan labirin membranosa). Labirin vestibula merupakan ruang berliku

5
berisi perilimfe (menyerupai cairan serebrospinal) dan di labirin membranosa
yang mengandung cairan endolimfe (menyerupai cairan intraselular). Bagian ini
melubangi bagian petrosus os temporal dan terbagi menjadi tiga bagian: vestibula,
kanalis semisirkular, dan koklea (seperti siput). Bagian dari telinga dalam yang
berkaitan dengan proses pendengaran adalah koklea.4

2.2 Otitis Media Supuratif Kronis


2.2.1 Definisi

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga


tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar terus menerus
atau hilang timbul selama lebih dari 2 bulan. Sekret yang keluar mungkin encer
atau kental, bening ataupun berupa nanah.1

2.2.2 Klasifikasi 1
OMSK dibagi menjadi:
-
Tipe aman / tipe mukosa / tipe benigna, yang termasuk di dalamnya adalah
OMSK dengan perforasi tipe sentral, dan jarang berkomplikasi.
-
Tipe bahaya / tipe tulang / tipe maligna, yaitu OMSK dengan perforasi tipe
marginal atau atik, dapat ditemukan kolesteatoma dan biasanya akan
mengalami komplikasi berbahaya.
Berdasarkan aktifitas sekretnya, OMSK dibagi menjadi:
-
OMSK aktif, yaitu nampak sekret yang keluar secara aktif dari membrane
timpani.
-
OMSK tenang, yaitu pada keadaan membrane timpani nampak basah atau
kering.

2.2.3 Jenis Perforasi


Lokasi peforasi membran timpani pada OMSK dibagi menjadi:
-
Perforasi sentral, yaitu perforasi pada pars tensa, sedangkan di seluruh tepi
perforasi masih terdapat sisa membran timpani.
-
Perforasi marginal, yaitu sebagian tepi perforasi langsung berhubungan
dengan anulus atau sulkus timpanikum.
-
Perforasi atik, yaitu perforasi pada pars flaksida.1

6
Gambar 2.2.3. Perforasi Membran Timpani (A. Peforasi tipe tuba, B. Perforasi tipe sentral, C.
Perforasi tipe marginal, D. Perforasi tipe atik) 5
2.2.4 Epidemiologi
Otitis media merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering
terjadi pada anak-anak, ditunjukkan dengan beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa 25% penderita otitis media adalah anak-anak. Umumnya
infeksi terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan insidens puncak keduanya
adalah pada usia sekolah.5 Pada sebuah penelitian didapatkan bahwa 2,5% siswa
SD di Makassar menderita otitis media. Dari sebaran datanya diketahui bahwa
otitis media paling banyak ditemukan pada siswa dengan orang tua dalam
golongan sosial ekonomi rendah, tinggal di daerah pinggiran serta higienitas yang
kurang.2
OMA dapat berkembang menjadi suatu OMSK akibat pengobatan yang
tidak adekuat, keterlambatan atau tidak dilakukannya pengobatan, virulensi
kuman yang tinggi serta daya tahan tubuh, status gizi dan higienitas yang buruk.1
Penderita OMSK merupakan 25% dari penderita yang datang berobat di
poliklinik THT rumah sakit di Indonesia dengan prevalensi adalah 3,8 %. 3 World
Health Organization (WHO) mengelompokkan negara-negara di dunia dalam
suatu klasifikasi berdasarkan prevalensi OMSK di negara tersebut, sebagai
berikut:
Tabel 2.2. Klasifikasi Negara Berdasarkan Prevalensi OMSK 5

7
Kelompok Populasi
Highest (> 4%) membutuhkan perhatian Tanzania, India, Kep. Solomon, Guam,
ekstra karena berkaitan dengan masalah suku Aborigin Australia, Greenland.
kesehatan masayarakat yang serius.
High (2 4%) harus menghindari beban Nigeria, Angola, Mozambik, Rep.
penyakit pada masyarakat. Korea, Thailand, Filipina, Malaysia,
Vietnam, Mikronesia, Cina, Eskimo.
Low (1 2%) Brazil, Kenya.
Lowest (< 1%) Gambia, Arab Saudi, Israel, Australia,
Inggris, Denmark, Finlandia, suku
Indian Amerika.

Otitis media dapat meningkatkan beban penyakit suatu wilayah karena


berkaitan dengan kejadian gangguan pendengaran dan juga kecacatan atau
kematian. Umumnya OMSK akan menyebabkan terjadinya tuli konduksi derajat
ringan (sekitar 86%) hingga sedang, akibat perforasi membran timpani. Suatu
penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa dari 3.772 pasien otitis media
memiliki ambang pendengaran 40 60 dB. Bahkan dari hasil penelitian lainnya
menunjukkan proporsi OMSK dengan gangguan pendengaran berkisar dari 52
100%. Pada tahun 1990, sekitar 28.000 kematian penduduk berkaitan dengan
otitis media, terutama akibat komplikasi abses otak. Kejadian tersebut lebih
banyak ditemukan di negara berkembang. 5

2.2.5 Patogenesis
Pada keadaan normal, telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat
mikroba di nasofaring dan faring. Hal tersebut diperankan oleh silia tuba
Eustachius, enzim dan antibody. Otitis media terjadi akibat gangguan dari
mekanisme pertahanan tersebut, terutama jika adanya oklusi tuba, dan dapat
dicetuskan oleh adanya infeksi saluran napas atas. Pada anak-anak, kondisi ini
dipermudah dengan struktur tuba yang relative lebih besar, pendek dan posisinya
lebih horizontal.1
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan

8
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga
tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel
imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga
tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.1,5

2.2.6 Manifestasi Klinis


-
Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.
Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau
busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh
perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang
timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas
atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,
berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan
granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah
kemungkinan tuberkulosis.5
-
Gangguan pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Tuli mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah
yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke
fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan

9
fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran
lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.5
Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui foramen rotundum atau
fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis
supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan
sisa fungsi koklea.5
-
Otalgia
Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna
sekunder. Nyeri dapat merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK
keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus atau adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Selain itu dapat
pula akibat komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.5
-
Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya, yang
menunjukkan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin
oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udara yang mendadak atau pada penderita yang sensitif. Keluhan vertigo
hanya dapat terjadi pada perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Dapat dilakukan
pemeriksaan vertigo dengan memberikan tekanan positif dan negatif pada
membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.5
Beberapa tanda klinis OMSK tipe maligna antara lain:

10
-
Adanya Abses atau fistel retroaurikular
-
Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
-
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
-
Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.1

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut:
-
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas.1,5,6
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran 1 :
Normal : 0 25 db
Tuli ringan : > 25 40 dB
Tuli sedang : > 40 55 dB
Tuli sedang berat : > 55 70 dB
Tuli berat : > 70 90 dB
Tuli sangat berat : > 90 db

- Pemeriksaan Radiologi 5
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi
sinus lateral dan tegmen.
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-
struktur.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang
lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam
potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran
akibat.
4. Proyeksi Chause III

11
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom.
- Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada
OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan
bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.5
2.2.8 Tatalaksana
Terapi OMSK memerlukan waktu lama dan harus berulang. Pengobatan
penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Sekret telinga tidak cepat kering dan
dapat keluar terus menerus, dapat disebabkan oleh:
- Perforasi membrane timpani yang menetap, sehingga telinga berhubungan
dengan dunia luar
- Terdapat sumber infeksi lainnya di nasofaring, hidung dan sinus paranasal
- Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel di rongga mastoid
- Gizi dan higienitas yang buruk.1
Prinsip terapi OMSK tergantung dari tipe OMSK itu sendiri, yaitu:
- OMSK tipe jinak
o Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)
Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai
untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga
merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.
Pembersihan kavum timpani dengan menggunakan cairan pencuci
telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.1
o Pemberian antibiotik topikal
Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan memberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid, hal ini
dikarenakan biasanya ada gangguan vaskularisasi ditelinga tengah
sehingga antibiotika oral sulit mencapai sasaran optimal. Cara
pemilihan antibiotika yang paling baik adalah berdasarkan kultur
kuman penyebab dan uji resistensi.1

12
Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam
bentuk tetes telinga dan mengandung antibiotika tunggal atau
kombinasi, jika perlu ditambahkan kortikosteroid untuk mengatasi
manifestasi alergi lokal. Obat tetes yang dijual di pasaran saat ini
banyak mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab
itu, jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1-2 minggu atau
pada OMSK yang sudah tenang.1
o Antibiotik oral
Dapat pula diberikan antibiotic oral golongan ampisilin atau
eritromisin. Bila dicurigai adanya resistensi, ampisilin dapat
dikombinasikan dengan asamn klavulanat.1
o Timpanoplasti
Bila sekret telah kering namun perforasi menetap selama 2 bulan,
maka perlu dipikirkan untuk dilakukan timpanoplasti guna mencegah
komplikasi yang lebih berat.1
- OMSK tipe bahaya
Prinsip terapi pada OMSK tipe ini adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi medikamentosa
hanya merupakan terapi sementara sebelum pembedahan, bila didapatkan
adanya abses subperiosteal retroaurikuler, maka harus dilakukan insisi
abses terlebih dahulu.1
Beberapa jenis pembedahan pada OMSK adalah:
o Mastoidektomi sederhana
o Mastoidektomi radikal
o Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
o Miringoplasti
o Timpanoplasti
o Pendekatan ganda timpanoplasti.1

2.2.9 Komplikasi
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi
untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan
dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun dapat menyebabkan suatu
komplikasi bila terinfeksi kuman yang virulen.7

13
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah
yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di
sekitarnya. Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti
mukosa saluran nafas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, maka
struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan
menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suat komplikasi yang relatif tidak
berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal, maka akan
menyebabkan paresis n. fasialis atau labirinitis. Bila kearah kranial akan
menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan
abses otak. 7
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu
jaringan granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu
eksaserbasi akut penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen).
Sedangkan pada kasus yang kronis, penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara
penyebaran lainnya adalah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya
melalui fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan
duktus endolimfatik. 7
Penyebaran secara hematogen dapat diketahui dengan adanya : 7
- Komplikasi terjadi pada awal infeksi atau eksaserbasi akut.
- Gejala prodromal tidak jelas.
- ada operasi, didapatkan dinding tulang teling tengah utuh, dan tulang serta
lapisan muko periosteal meradang dan mudah berdarah.

Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila : 7


- Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit.
- Gejala prodromal mendahului gejala infeksi.
- Pada operasi ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara fokus supurasi
dengan struktur sekitarnya.

Penyebaran melalui jalan yang sudah ada dapat diketahui bila : 7


- Komplikasi terjadi pada awal penyakit.
- Serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin juga dapat
ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang, atau riwayat otitis media
yang sudah sembuh.

14
- Pada operasi ditemukan jalan penjalaran sawar tulang yang bukan karena
erosi.

Komplikasi otitis media supuratif kronis menurut adams dkk (1989) 7


- Komplikasi di telinga tengah
1. Perforasi membran timpani persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasialis
- Komplikasi di telinga dalam
1. Fistula labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf
- Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
- Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus

15
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama pasien : Tn. MA


Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : petani
Alamat : Wawo, Bima
Tanggal Pemeriksaan : 15 Mei 2017

3.2 Anamnesis
- Keluhan utama : keluar cairan dari telinga
- Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluhan
keluar cairan kental bewarna kekuningan melalui telinga kanan pada 1
minggu lalu, cairan agak berbau, dan tidak disertai keluarnya darah.
Awalnya keluhan keluar keluar cairan dirasakan sejak 10 tahun lalu,
biasanya pada kedua telinga, yang hilang timbul. Pasien juga merasa
didalam telinganya seperti tersumbat dan tertekan, dan sedikit nyeri.
Sebelum keluar cairan pasien mengaku demam, serta riwayat batuk, pilek
dan demam kurang lebih 2 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga
mengeluhkan pendengaranya menurun pada kedua telinga sejak 7 bulan
lalu. Pasien juga mengeluhkan telinga berdengung pada kedua telinga
terutama telinga kanan yang dirasakan sejak 7 bulan lalu. Keluhan demam,
mual, nyeri kepala disangkal.

- Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengaku sering keluar cairan dari kedua telinganya. pasien
mengaku pertama kali keluar cairan dari telinganya adalah saat ia

16
berusia 20 tahun. Os tidak pernah pergi berobat karena cairan di
telinganya menghilang dengan sendirinya.
Riwayat batuk pilek (+).

- Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada keluarga os yang mengalami keluhan serupa
- Riwayat alergi
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan atau obat-obatan
tertentu.
- Riwayat pengobatan
Pasien sebelumya berobat di RS Bima dan dianjurkan oleh dokter untuk
melakukan operasi/pembedahan terkait keluhan. Pasien pernah mengobati
keluhannya menggunakan obat herbal (ramuan dari daun) yang
dimasukkan ke liang telinga 8 bulan lalu. Saat ini pasien dalam
pengobatan penyakit tuberkulosa paru sejak 2 bulan lalu.
- Riwayat pribadi dan sosial
Pasien memiliki kebiasaan sering mengorek telinga menggunakan cotton
bud atau lidi kecil. Pasien mengaku bahwa telinga pasien sering
kemasukan air.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Temperatur : 36,4 oC

- Status Lokalis

Pemeriksaan telinga
No. Area Telinga kanan Telinga kiri
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas Bentuk dan ukuran dalam batas

17
normal, hematoma (-), nyeri normal, hematoma (-), nyeri
tarik aurikula (-) tarik aurikula (-)
3. Liang telinga Serumen ( - ), hiperemis (+), Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), liang furunkel (-), edema (-), sekret
telinga basah. (-) berwarna putih

4. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
hiperemi (+), edema (+), hiperemi (-), edema (-),
perforasi (+), kolesteatom (-), perforasi (+), kolesteatom (-),
cone of light (-) cone of light (-)

Perforasi sentral
40-50% Perforasi
sentral
(+ 20-
30%)

Pemeriksaan hidung

hiperemis (-), edema (-)

Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri


Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi (-), Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-) nyeri tekan (-), deformitas (-)
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), mukosa pucat Bentuk (normal), mukosa pucat
Konka nasi inferior Mukosa normal, sekret (-), Mukosa normal, sekret (-),
dan media massa berwara putih mengkilat massa berwara putih mengkilat

18
(-) (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing(-), Deviasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-), ulkus (-) perdarahan (-), ulkus (-)

Pemeriksaan Tenggorokan

T1 T1
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)
Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda
Geligi Normal
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-),
lender (-)
Tonsila palatine Kanan Kiri
T1 T1
Fossa Tonsillaris hiperemi (-), detritus (-), hiperemi (-),detritus (-), kripte
dan Arkus Faringeus kripte melebar (-) melebar (-)

Pemeriksaan Penunjang
- Darah Lengkap

Parameter Hasil Normal


HGB 15.7 L : 13,0-18,0 g/dL
RBC 6.13 L : 4,5 5,5 [10^6/L]
WBC 6.14 4,0 11,0 [10^3/ L]
HCT 48.5 L : 40-50 [%]
MCV 79.1 82,0 92,0 [fL]
MCH 27.2 27,0-31,0 [pg]
MCHC 34.4 32,0-37,0 [g/dL]
PLT 262 150-400 [10^3/ L]

19
- Audiometri
Hasil : Dextra 52,5 dB
Sinistra 52,5 dB
Kesimpulan : Telinga kanan tuli konduksi derajat sedang
Telinga kiri tuli konduksi derajat sedang
3.4 Assessment
- OMSK Otitis media supuratif kronis aurikula dextra tipe aman fase aktif
- OMSK Otitis media supuratif kronis aurikula sinistra tipe aman fase tenang

3.5 Planning
3.5.1 Penunjang diagnostik
- Kultur sekret telinga dan uji sensitivitas antibakteri
3.5.2 Terapi
- Pro Timpanoplasti
- Ciprofloxacin 500 mg, 2 x 1 tablet per hari, selama 7 hari.
- Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet per hari jika demam atau nyeri
3.5.3 Edukasi
- . Menjaga kebersihan telinga.
- Tidak mengorek telinga terlalu sering dan terlalu dalam.
- Menjaga agar air tidak masuk ke telinga saat mandi dan hindari
berenang atau minimal usahakan menggunakan penutup telinga.
- Segera berobat bila mengalami batuk pilek.
- Menjelaskan rencana dan manfaat pemeriksaan kultur sekret telinga
dan uji sensitivitas antibiotic.
- Menjelaskan kepada pasien agar menggunakan alat bantu dengar
setelah luka operasi kering
- Pasien diedukasi akan dilakukan timpanoplasti pada telinga kiri, lalu 6
bulan kemudian akan dilakukan timpanoplasti telinga kanan.

3.6 Prognosis
Dubia ad bonam.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis otitis media supartif kronis (OMSK) dibuat dari hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
Dari hasil laporan kasus didapatkan pasien, laki-laki 31 thn, bekerja sebagai
petani datang dengan keluhan keluar cairan kental bewarna kekuningan melalui
telinga kanan pada 1 minggu lalu, cairan agak berbau. Keluhan keluar cairan telah
sering dirasakan sejak sekitar 10 tahun lalu yang hilang timbul pada kedua telinga.
Pasien belum pernah berobat ke dokter terkait keluhan tersebut karena keluhan
hilang dengan sendirinya. Namun, keluhan bertambah berat sejak 7 bulan lalu
setelah pasien memasukkan ramuan daun pada telinganya. Berdasarkan onset
keluhan, penyakit pasien tergolong kronis. Sejak saat itu pasien mengeluh telinga
berdengung dan pendengaran menurun. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
infeksi pada telinga tengah. Pasien memiliki kebiasaan sering mengorek kuping
menggunakan cotton bud atau lidi yang dilakukan 3-5 kali seminggu, hal ini
merupakan faktor risiko untuk terjadi infeksi di telinga.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik. Status lokalis
telinga kanan membran timpani tampak hiperemis, edema, perforasi (+) sentral
40-50%, pada membran timpani kiri perforasi sentral (20-30)%. Pada pasien ini
kemungkinan telah terjadi perforasi dari membran timpani yang persisten
mengingat adanya riwayat mengalami keluhan serupa dahulu, sehingga
mempengaruhi perjalan penyakitnya menjadi kronis. Hasil audiometri : tuli
konduksi billateral derajat sedang. keluhan penurunan pendengaran yang
dikeluhkan pasien dapat merupakan akibat dari perforasi membran timpani yang
persisten atau putusnya rangkaian tulang pendengaran pada telinga tengah karena
proses osteomielitis sehingga suara yang masuk ke telinga tengah langsung
menuju tingkap oval (foramen ovale). Pada pemeriksaan hidung tenggorokan
yang dilakukan tidak didapatkan adanya suatu kelainan. Diagnosis OMSK dekstra

21
tipe aman fase aktif dikarenakan keluarnya sekret yang aktif pada perforasi
membran timpani kanan + OMSK sinistra tipe aman fase tenang.
Rencana terapi yang diberikan pada pasien ditujukan untuk mengeradikasi
kuman penyebab infeksi serta terapi simtomatis untuk mengurangi gejala yang
dikeluhkan pasien. Terapi yang diberikan untuk eradikasi kuman penyebab adalah
antibiotik bersifat broad spectrum dan tidak bersifat ototoksik sehingga dapat
diberikan kepada pasien yang belum melakukan kultur kuman dari sekret telinga.
Sedangkan untuk terapi simtomatis, pasien diberikan antipiretik paracetamol
dimana sebelumnya pasien ada riwayat demam dan paracetamol juga dapat
mengurangi nyeri. Selain itu, untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran diusulkan terapi pembedahan berupa timpanoplasti aurikula sinistra,
lalu enam bulan kemudian akan dilakukan timpanoplasti pada aurikula dekstra.
Prognosis pada pasien ini umumnya baik, karena belum terjadi komplikasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
2. Muhammad, Faridah. Otitis Media Prevalence in Primary School Children in
Makassar. Dalam: The Indonesian Journal of Medical Science vol. 1 no. 7.
Makassar, 2010. h. 385 391
3. Djaafar ZA. Penatalaksanaan Baku Otitis Media Supuratif Kronik. Dalam:
Simposium Otitis Media dan Penatalaksanaan Baku OMSK (guideline),
Surabaya, 2002.
4. Seeley, Stephen, Tate. The Special Sense. Anatomy and Physiology. The
McGraw-Hill Companies, 2004: p. 528-540.
5. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan
mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT.
Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118
6. WHO. Chronic Suppurative Otitis Media: Burden Illness and Management
Options. Geneva, 2004. h. 14 28.
7. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73

23

Anda mungkin juga menyukai