Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit tiroid sering terjadi pada usia reproduktif termasuk saat kehamilan.
Kadar hormon tiroid abnormal, baik kurang maupun berlebih, dapat berdampak
buruk bagi ibu hamil dan juga janinnya.

Pada masa kehamilan terjadi perubahan struktur dan fungsi kelenjar tiroid.
Selain itu akan timbul keadaan klinik yang mirip dengan kelebihan hormon
tiroksin. Perubahan ini seringkali menyulitkan klinisi untuk dapat membedakan
apakah kondisi tersebut merupakan suatu keadaan fisiologis atau gangguan tiroid.
Selama kehamilan ukuran tiroid akan bertambah sekitar 10% pada penduduk yang
tinggi konsumsi yodium, sedangkan akan membesar sekitar 20-40% pada
penduduk yang kurang mengkonsumsi yodium, seperti di pegunungan. Insidensi
kehamilan dengan gejala klinik tirotoksikosis dan hipertiroid adalah 1:2000
kehamilan.

Hipertiroid adalah suatu gangguan yang terjadi karena kelenjar tiroid


memproduksi hormon tiroid lebih banyak dari yang tubuh butuhkan. Hipertiroid
dalam kehamilan disebabkan karena stimulasi hebat kelenjar tiroid oleh hCG dan
biasanya terbatas pada 12-16 minggu pertama kehamilan. Gestational
hyperthyroidism terjadi pada 1-3% kehamilan, terutama wanita dengan
hyperemesis gravidarum dan kehamilan multipel.

Tirotoksikosis adalah manifestasi kelebihan hormon tiroid yang beredar


dalam sirkulasi. Tirotoksikosis terjadi dalam 1-3,5% kehamilan dan penyebab
utamanya adalah hipertiroid pada kehamilan dan Graves disease. Graves disease
terjadi dalam 0,10,4% kehamilan. Sebuah penelitian di India pada tahun 2011
menemukan bahwa prevalensi Graves disease, gestational transient
thyrotoxicosis dan thyroid autoimmunity pada kelompok wanita hamil ras Asia-
India adalah 0,6%, 6,4%, dan 12,4%.6 Di Indonesia sendiri, didapatkan prevalensi

1
hipertiroid yang lebih tinggi pada wanita, dibandingkan pria. Namun belum
terdapat data pasti mengenai prevalensi hipertiroid pada kehamilan.
Hipertiroid dalam kehamilan dapat memberikan komplikasi serius, mulai
dari penyulit obstetrik seperti preeklamsia, komplikasi gagal jantung pada ibu,
hingga kelahiran prematur dan kematian janin. Hipertiroid dalam kehamilan
sering memberikan gejala tidak khas, pengobatannya harus mempertimbangkan
efek obat yang mungkin teratogenik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Tiroid


2.1.1. Anatomi Tiroid
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah
kartilago krikoid, anterior trakea. Pada orang dewasa beratnya lebih
kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri dan
kanan yang dipisahkan oleh isthmus.

Gambar Anatomi Kelenjar Tiroid

Tiap-tiap lobus terdiri dari lobuli yang memiliki folikel dan


parafolikel. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana
hormon disintesa. Kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri
tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior
merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior
merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid
mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri.
Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Saraf adrenergik berasal
dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus.

3
2.1.2. Fisiologi Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan


sedikit kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan
kalsitonin dihasilkan oleh parafolikel. Bahan dasar pembentukan hormon-
hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman.
Yodium yang dikonsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang
masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai
sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh
ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut
Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono
iodotironin (MIT) dan diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi
penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin
atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin atau
tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat
dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol.
Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI
(Protein binding Iodine). Fungsi hormon-hormon tiroid adalah mengatur
laju metabolisme tubuh, memegang peranan penting dalam pertumbuhan
fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang, mempertahankan sekresi
GH dan gonadotropin, menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah
irama jantung, merangsang pembentukan sel darah merah, dan metabolism
kalsium.
Ada 3 macam kontrol terhadap fisiologi kelenjar tiroid :

1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)


Hormon ini merupakan tripeptida yang disintesis di hipotalamus. Selain itu
TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, dan juga memberikan stimulasi
minimal atas Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH).

4
1. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)
TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel
tiroid (TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal yaitu
peningkatan trapping, iodinasi, coupling, dan proteolisis sehingga hasilnya
adalah produksi hormon meningkat.
2. Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3
selain berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4
akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.

Gambar Mekanisme Umpan Balik Fungsi Tiroid

2.1.3 Fisiologi Tiroid pada Kehamilan

Dampak kehamilan terhadap fisiologi tiroid maternal


sangat substansial. Konsentrasi Thyroid-binding globulin
(TBG) pada serum ibu meningkat setara dengan level
hormone tiroid total amaupun hormone tiroid terikat. TSH
serum pada masa awal kehamilan menurun karena adanya

5
stimulasi tiroid oleh hormon hCG yang secara lemah juga
memiliki efek agonis TSH. TSH tidak melewati plasenta.
Level TSH memegang peran utama dalam skrining dan
diagnosis gangguan tiroid.
HCG serum mencapai kadar maksimal pada 12 minggu.
Selama masa tersebut, hormon tiroid meningkat untuk
menekan sekresi tirotropin oleh kelenjar pituitary. Total
serum T3 dan T4 meningkat hingga 1,5 kali lipat
dibandingkan sebelum masa kehamilan. T4 bebas
meningkat pada trimester pertama hingga sebelum usia
gestasi 20 minggu, kemudian terus menurun hingga aterm.
Thyrotropin-releasing hormone (TRH) pada janin dapat
terdeteksi pada midpregnancy, tetapi tidak meningkat.
Pada masa kehamilan, dibutuhkan sekresi T4 yang tinggi
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, oleh karena
itu asupan iodium pada ibu hamil harus ditingkatkan. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka TSH akan meningkat
dan T4 akan menurun.
Selama masa kehamilan, tiroksin maternal ditransfer ke
janin. Tiroksin maternal sangat penting untuk
perkembangan otak janin, dan terutama untuk
perkembangan kelenjar tiroid janin. Dan meskipun kelenjar
tiroid janin mulai mengkonsentrasikan iodin dan
mensintesis hormon tiroid setelah 12 minggu, kontribusi
tiroksin maternal tetap penting. Pada kenyataannya,
tiroksin maternal merupakan 30% dari tiroksin janin saat
cukup bulan.

6
7
2.2 Hormon Tiroid Pada Kehamilan
Pada janin iodin disuplai melalui plasenta. Saat awal gestasi, janin
bergantung sepenuhnya pada hormon tiroid (tiroksin) ibu yang melewati plasenta
karena fungsi tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan.
Tiroksin dari ibu terikat pada reseptor sel-sel otak janin, kemudian diubah secara
intraseluler menjadi fT3 yang merupakan proses penting bagi perkembangan otak
janin bahkan setelah produksi hormon tiroid janin, janin masih bergantung pada
hormon-hormon tiroid ibu, asalkan asupan iodin ibu adekuat. Empat perubahan
penting selama kehamilan:
1. Waktu paruh tiroksin yang terikat globulin bertambah dari 15 menit menjadi 3
hari dan konsentrasinya menjadi 3 kali lipat saat usia gestasi 20 minggu akibat
glikosilasi estrogen.
2. Hormon hCG dan TSH memiliki reseptor dan subunit alpha yang sama. Pada
trimester pertama, sindrom kelebihan hormon bisa muncul, hCG menstimulasi
reseptor TSH dan memberi gambaran biomekanik hipertiroid. Hal ini sering
terjadi pada kehamilan multipel, penyakit trofoblastik dan hiperemesis
gravidarum, dimana konsentrasi hCG total dan subtipe tirotropik meningkat.
3. Peningkatan laju filtrasi glomerulus dan peningkatan uptake iodin ke dalam
kelenjar tiroid yang dikendalikan oleh peningkatan konsentrasi tiroksin total
dapat menyebabkan atau memperburuk keadaan defi siensi iodin.
4. Tiga hormon deiodinase mengontrol metabolisme T4 menjadi fT3 yang lebih
aktif dan pemecahannya menjadi komponen inaktif. Konsentrasi deiodinase III
meningkat di plasenta dengan adanya kehamilan, melepaskan iodin jika perlu
untuk transpor ke janin, dan jika mungkin berperan dalam penurunan transfer
tiroksin.
.
2.2.1 Fungsi Tiroid pada Janin
Metabolisme T4 pada janin berbeda dengan orang dewasa, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Secara keseluruhan, laju produksi dan
degradasi pada janin lebih cepat 10 kali lipat. Fungsi tiroid janin dimulai

8
sejak akhir trimester pertama kehamilan. Sejak saat itu, T3 dan T4 total,
serta TBG meningkat.
Selama masa kehamilan, TSH janin meningkat hingga lebih tinggi
dibandingkan TSH sirkulasi maternal. Hal ini seiring dengan
meningkatnya TRH. Sejak kehamilan usia 28 minggu, jumlah T4 bebas
pada janin diperkirakan setara dengan jumlah yang terdapat pada sirkulasi
maternal.

2.3 Hipertiroid pada Kehamilan


Hipertiroid adalah suatu gangguan yang terjadi karena kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid lebih banyak dari yang tubuh butuhkan. Hipertiroid
dalam kehamilan disebabkan karena stimulasi hebat kelenjar tiroid oleh hCG
dan biasanya terbatas pada 12-16 minggu pertama kehamilan.
Hipertiroid terjadi pada 0,1-0,4% kehamilan dan didefinisikan sebagai level
TSH serum dibawah angka normal di tiap trimester dengan peningkatan level T3
atau T4 atau keduanya. Penyebab tersering adalah Graves disease. Penyebab
lain meliputi gestational transient thyrotoxicosis, multinodular goiter, dan
thyroiditis.
Tanda dan gejala yang timbul akan sangat membantu klinisi dalam
menegakkan diagnosis. Goiter difusa, ophthalmopathy, dengan serum thyroid
hormone receptor antibody (TRAb) positif mengarahkan diagnosis ke Graves
disease. Transient gestational thyrotoxicosis lebih umum terjadi pada wanita
dengan morning sickness, terutama kelompok wanita dengan gejala yang lebih
hebat yaitu hyperemesis gravidarum.
2.4 Etiologi Hipertiroid
Beberapa penyebab terjadinya hipertiroid adalah:
1. Penyakit Grave
Pada penyakit grave sistem imun membuat antibodi yang disebut thyroid
stimulating immonoglubulin (TSI), dimana memiliki struktur yang
hampir sama dengan TSH dan menyebabkan peningkatan hormon rieoid
yang lebih banyak dalam tubuh.

9
2. Nodul Tiroid
Nodul tiroid yang dikenal juga sebagai adenoma adalah benjolan yang
terdapat pada tiroid. Nodul tiroid umumnya bukan suatu keganasan 3-
7% populasi memiliki resiko terjadinya nodul tiroid. Nodul dapat
menjadi hiperaktif dan menghasilkan banyak hormon tiroid. Suatu nodul
yang hiperaktif disebut adenoma toksik dan apabila melibatkan banyak
nodul yang mengalami hiperaktif disebut sebagai goiter multinodular
toksik. Meskipun jarang ditemukan pada orang dewasa goiter
multinodular toksik dapat memproduksi lebih banyak hormon tiroid.
3. Tiroiditis
Beberapa jenis tiroiditis dapat menyebabkan hipertiroidisme. Tiroiditis
tidak menyebabkan tiroid untuk menghasilkan hormon berlebihan.
Sebaliknya, hal itu menyebabkan hormon yang disimpan bocor keluar
dan kelenjar yang meradang dan meningkatkan kadar hormon dalam
darah.
4. Penggunaan Yodium
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon tiroid,
sehingga jumlah yodium yang dikomsumsi berpengaruh pada jumlah
hormon tiroid yang dihasilkan. Pada beberapa orang, mengkomsumsi
sejumlah besar yodium dapat menyebabkan tiroid untuk membuat
hormon tiroid berlebihan. Kadang-kadang jumlah yodium yang
berlebihan terkandung dalam obat, seperti amiodarone.
5. Medikasi berlebihan dengan hormon tiroid
Pada penderita hipotiroid akan mengkomsumsi hormon tiroid lebih
banyak, yang terkadang akan menyebabkan kelebihan hormon tiroid
dalam tubuh. Selain itu, beberapa obat juga dapat meningkatkan sekresi
hormon tiroid.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Takikardia melebihi peningkatan yang berkaitan dengan kehamilan normal
2. Denyut nadi saat tidur yang sangat meningkat
3. Eksoftalmus

10
4. Tiromegali
5. Kegagalan wanita yang tidak mengalami kegemukan untuk menambah
berat badan meskipun asupan makanan normal atau meningkat.
6. Mudah merasa lelah dan lemah
7. Berkeringat
8. Kulit hangat
2.6 Dampak Hipertiroid Dalam Kehamilan
Keadaan Hipertiroid dalam kehamilan dapat berdampak juga terhadap
kehamilan itu sendiri dan janin yang dikandung. Dampak yang dapat timbul
pada ibu antara lain:
1. Preeklampsia
2. Kematian
3. Gagal jantung kongestif
Dampak yang dapat terjadi pada janin antara lain:
1. Prematuritas
2. IUGR
3. Keguguran
4. Tirotoksikosis
5. Hipotiroid
6. Goiter
2.7 Diagnosis
1. Anamnesa
a. Keluhan utama/Gejala
Pada anamnesa hal yang perlu ditanyakan adalah gejala utama yang
dikeluhkan oleh pasien. Gejala yang sering dikeluhkan adalah gejala sering
letih, mual, muntah, kulit hangat, lembab dan berkeringat. Penggalian
informasi riwayat penyakit secara mendetail diperlukan untuk membantu
diagnosa apakah keadaan ini merupakan keadaan fisiologis ibu hamil atau
suatu hal patologis. Kedua hal ini terkadang sulit untuk dibedakan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Menggali informasi mengenai kapan pertama kali terjadinya keadaan
seperti yang dialami oleh pasien merupakan salah satu petunjuk yang

11
diperlukan. Apabila pasien sudah pernah mengalami gejala yang sama
sebelum kehamilan, maka kecurigaan dapat diarahkan kepada Hipertiroid.
Namun apabila pasien mengalami kejadian seperti yang dikeluhkan untuk
pertama kali, maka diperlukan informasi dan observasi lanjutan untuk dapat
menegakkan diagnosa.
c. Usia Kehamilan
Hal lain yang penting untuk diketahui adalah usia kehamilan ibu saat
keluhan muncul. Hal ini masih berhubungan dengan penentuan apakah
keadaan yang dialami oleh ibu hamil merupakan suatu keadaan fisiologis
(Hyperthyroid Gestasional) atau memang merupakan gejala tirotoksikosis
yang bersifat patologis. Apabila usia kehamilan pasien saat ini terdapat pada
trimester 1 maka kecurigaan akan lebih ditekankan kepada Hipertiroid
Gestasional. Jika waktu awal mula munculnya keluhan pada pasien terjadi
setelah trimester 1 maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan
salah satunya adalah keadaan tirotoksikosis dengan penyebab lain.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Salah satu informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan proses yang
sedang terjadi adalah riwayat penyakit dalam keluarga pasien. Apabila dalam
keluarga pasien juga ada anggota keluarga yang mengalami gangguan yang
sama selama diluar kehamilan, maka kecurigaan dapat diarahkan kepada
Hipertiroid. Namun riwayat keluarga yang diakui maupun disangkal
keduanya tetap membutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan
diagnosis.

2. Pemeriksaan Fisik

12
2. Pemeriksaan Penunjang
Salah satu pemeriksaan yang paling penting untuk dilakukan pada pasien
hamil yang diduga mengalami gangguan Tiroid adalah pemeriksaan kadar hormon
tiroid dan tirotropik dalam darah. Pada pemeriksaan darah beberapa hasil yang
dicari meliputi:
Pemeriksaan Laboratorium
1. TSH
Kadar TSH dalam darah merupakan salah satu faktor penting dalam
diagnosa dan tindak lanjut dari terapi yang dijalani oleh pasien. Pada keadaan
hamil, akan terjadi fluktuasi range nilai normal TSH setiap trimester
kehamilan. Secara umum wanita hamil mengalami penurunan kadar TSH
dalam darah dibandingkan dengan seseorang dalam keadaan tidak hamil.
Berikut ini adalah range kadar TSH normal tiap trimester kehamilan:
Range kadar TSH normal dalam kehamilan

13
Trimester 1 0.1 -2.5 mIU / L
Trimester 2 0.2 3.0 mIU / L
Trimester 3 0.3 3.0 mIU / L
Nilai normal TSH pada wanita tidak hamil adalah 0.4 4.0 mIU / L
Pada sebagian kecil wanita hamil, kadar TSH dapat menurun hingga pada
<0.01 mIU / L namun masih menunjukkan ciri kehamilan normal. Penelitian
tentang kadar TSH normal pada kehamilan menunjukkan hasil yang bervariasi
dari penelitian satu dan lainnya, namun variasi angka rata-rata tersebut bukan
variasi perbedaan jumlah dan gejala klinis yang signifikan. Perbedaan metode
penelitian dan ras sampel yang diambil juga merupakan salah satu faktor
penting. Pengukuran kadar TSH, terutama pada trimester ke 2 dan 3 penting
untuk dilakukan dalam upaya menegakkan diagnosis hipertiroid.
2. FT4
Pengukuran kadar FT4 menunjukkan kadar yang sangat bervariasi. FT4
merupakan hormon tiroid yang dapat masuk ke dalam sel dan menjalankan
fungsinya. Nilai normal dari FT4 adalah 12-30 pmol/L. Terjadinya peningkatan
jumlah FT4 yang dibarengi dengan penurunan jumlah TSH di bawah normal
adalah keadaan penting dalam mendiagnosis terjadinya hipertiroid.

3. TRab
Penghitungan kadar TSH Receptor Antibody adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk memastikan etiologi dari keadaan klinis yang dialami oleh
pasien. Dengan mendapatkan hasil positif disertai dengan gejala yang
mendukung, adanya TRab (+) menunjukkan proses autoimunitas yang menjadi
dasar keadaan hipertiroid (Graves Disease).
Pemeriksaan Sonografi
Peningkatan kadar TRab pada usia kehamilan minggu ke 22-26
meningkatan resiko terjadinya tirotoksikosis fetus. Untuk mengetahui keadaan
janin terkait tingginya kadar TRab, maka dibutuhkan pemeriksaan USG untuk
memeriksa keadaan janin yang beresiko mengalami tirotoksikosis.

14
2.8 Tatalaksana
Berikut jenis-jenis terapi yang digunakan untuk mengatasi hipertiroid dalam
kehamilan:
1. Adrenegic Beta Blocker
Penggunaan obat adrenergic beta blocker seperti propranolol dengan
dosis 20-40 mg setiap 6-8 jam ditujukan untuk menghilangkan gejala
adrenergik yang ditimbulkan akibat hipertiroid. Gejalanya berupa tremor,
takikardi, gelisah. Obat ini harus diturunkan penggunaannya seiring dengan
indikasi klinis. Penggunaan obat beta blocker jangka panjang berdampak pada
kejadian Kecil masa kehamilan, kelahiran prematur, dan kematian perinatal.
2. Obat A nti Tiroid
Untuk mengatasi hipertiroid dapat digunakan obat anti tiroid. Obat ini
bekerja dengan menghambat sintesis hormon tiroid. Obat golongan ini adalah
Propylthiouracil (PTU) dan Methimazole (MMI). Penggunaan obat anti-tiroid
Propylthiouracil (PTU) hanya terbatas pada trimester pertama, setelah itu
penggunaan Methimazole direkomendasikan. Pada umumnya, dosis awal
pada pemeberian obat anti-tiroid; MMI 5-15 mg per hari dan PTU 50-300 mg
per hari. Dalam memberikan pengobatan dengan obat anti tiroid, disarankan
untuk diberikan dosis terkecil dan efektif yang dapat diberikan.
3. Pembedahan
Pembedahan pada kehamilan lebih beresiko dibandingkan dengan terapi
obat. Hal ini berkaitan dengan abortus spontan atau persalinan prematur.
Tiroidektomi pada kehamilan jarang dilakukan dan bukan merupakan indikasi
untuk dilakukan. Namun Subtotal tiroidektomi pada pasien dengan efek yang
kurang baik dari penggunaan obat anti tiroid. Metode pembedahan juga
direkomendasikan bila terdapat efek hepatotoksik obat anti tiroid. Waktu yang
paling tepat melakukan operasi sub total tiroidektomi adalah saat trimester ke
2.
2.9 Pencegahan

15
Suplementasi iodin sebelum dan selama kehamilan dapat membantu
mencegah angka kejadian hipertiroid pada ibu hamil. Peningkatan kadar hormon
tiroid selama kehamilan menyebabkan peningkatan kebutuhan iodin. Dengan
pemberian suplementasi iodin pada ibu hamil baik sebelum dan saat hamil akan
membantu dalam menyediakan cadangan iodin. Hal ini menyebabkan ibu hamil
tidak akan mengalami kesulitan dalam adaptasi terhadap peningkatan kebutuhan
iodin untuk sintesis hormone tiroid.
Kebutuhan iodine pada ibu hamil dianjurkan minimal sebesar 250 ug per hari.
Jumlah ini dapat didapatkan dengan suplementasi iodin 150 ug dan sisanya dapat
didapat melalui makanan yang mengandung yodium.
2.10 Prognosis
Ibu hamil yang terdeteksi hipertiroid sebelum kehamilan memiliki prognosis
yang lebih baik dibandingkan terdeteksi saat kehamilan.

BAB III
STATUS GINEKOLOGI

16
I. IDENTITAS
Nama : Ny. F
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Aceh
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Nikah
Alamat : Jl. Syiah Kuala Lr. Tripida Tualang Teungoh
MRS : 19-12-2016 Pukul 12.30 Wib
RM : 530960
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Terasa mulas (+) , rasa ingin melahirkan (+)
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan mau melahirkan. Pasien mengeluhkan perut


terasa mules (+), lendir (+), darah (+) sejak tadi pagi. Pasien juga mengeluhkan
BAKnya sering, tidak ada nyeri saat/ sebelum/sesudah BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien memiliki riwayat pengobatan thyroid, selama kehamilan obat thyroid di
hentikan.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengaku tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga
pasien tidak ada yang mengidap asma, hipertensi, hipertiroid dan diabetes
mellitus.

Riwayat alergi :
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan
dan cuaca.

17
ANAMNESIS OBSTETRI

RIWAYAT MENSTRUASI :

Hari Pertama Haid Terakhir : 10/03/2016

Tafsiran Tanggal Persalinan : 17/12/2017

Riwayat Perkawinan : 1 x menikah

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

- Anak pertama lahir spontan di tolong


bidan
- Anak kedua melahirkan secara prematur
dan meninggal
- Anak ketiga lahir spontan di tolong
bidan (meninggal)

PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALISATA
- Keadaan Umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital Sign : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 23x/menit
Suhu : 36,7 oC
- Berat Badan sekarang : 62 kg
- Tinggi Badan : 165 cm
B. STATUS LOKALIS
- Kepala : DBN
- Mata : konjungtiva palpebral inferior Anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-), eksoftalmus (+)
- Telinga : DBN
- Hidung : DBN
- Leher :didapatkan massa tumor di regio colli anterior, ikut
gerakan menelan dengan resistensi padat kenyal, dan terjadi sedikit
pembesaran kelenjar, nyeri (-).
- Thoraks : Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+)

18
- Abdomen
Inspeksi : Simetris, linea alba (+), linea gravidarum (+)
Palpasi : Leopold I : 3 jari dibawah proc.xyphoideus
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Sudah masuk PAP
Auskultasi : DJJ (+) 133x/menit, setinggi umbilikus
- Ekstremitas Atas : Edem (-)
- Ekstremitas Bawah : Edem (-/-)
- Vulva Edem : (-)
C. PEMERIKSAAN OBSTETRI
- HPHT : 10/03/2016
- TFU : 3 jari dibawah proc.xyphoideus
- His : (+)
- VT : 3 cm tebal
- Ketuban : (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan Darah (tanggal 19 des 2016)


:Hemoglobin : 12,3 g/dL,

Hemotokrit : 36,8 %

Leokosit : 11.960 /UIx 1000

Trombosit : 220.000 /UIx 1000

Gol. Darah :O

DIAGNOSA BANDING

- Hipertiroid
- Gravess Disease

DIAGNOSA

G4 P3 A0 + LK + Hipertiroid

PENATALAKSANAAN

- IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i

19
- Inj. Oxytocin 10 IU IM
- Ciprofloxacin 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Sohobion 2x1
19 Desember 2016

- Bayi lahir spontan, jenis kelamin segera menangis, BB : 2700 gr, segera
menangis.(14.20 wib)
- Plasenta lahir lengkap
- Rupture perineum derajat 2 dilakukan episiotomi

S: nyeri di luka bekas hecting perineum

O:
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,7 0C
A: G4 P3 A0 + LK + Hipertiroid
P:- IVFD RL20 gtt/i
- Ciprofloxacin 2x1
- Asam mefenamat 3x 500 mg
- Sohobion 2x1

20 Desember 2016

S: Nyeri di luka bekas hecting perineum


O:
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,5 0C
A: G4 P3 A0 + LK + Hipertiroid
P : - Ciprofoxacin 2x1
- Asam mefenamat 3x 500 mg
Sohobion 2x1

20
Pasien PBJ (15.00 wib)

BAB IV

PEMBAHASAN

Hipertiroid adalah suatu gangguan yang terjadi karena kelenjar tiroid


memproduksi hormon tiroid lebih banyak dari yang tubuh butuhkan. Hipertiroid
dalam kehamilan disebabkan karena stimulasi hebat kelenjar tiroid oleh hCG dan
biasanya terbatas pada 12-16 minggu pertama kehamilan. Tanda dan gejala yang
timbul akan sangat membantu klinisi dalam menegakkan diagnosis.
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 30 tahun
dengan diagnosa hipertiroid. Penyakit ini terjadi pada segala umur dengan
insidensi puncak pada kelompok umur 20-40 tahun. Penyebab pada hipertiroid
dalam kehamilan ini adalah hormon tiroid yang berlebihan. Pada keadaan hamil
oleh karena pengaruh estrogen maka kadar TBG (thyroid binding globulin) akan
meningkat, yang akan diikuti oleh meningkatnya kadar TT4 (T4 total) dan TT3
(T3 total) dalam plasma. Dengan demikian apabila kita hanya mengukur kadar

21
TT4 dan TT3 sebagai parameter fungsi tiroid maka hasil fungsi tiroid akan
memberikan gambaran hiperfungsi.

Pada kasus ini di jumpai usia pasien 30 tahun dengan gejala klinis yang
mengarah ke diagnosa hipertirodi dengan di jumpainya eksoftalmus, tiromegali,
mudah merasa lelah, berkeringat, kulit hangat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
massa tumor di regio colli anterior, ikut gerakan menelan dengan resistensi padat
kenyal, dan terjadi sedikit pembesaran kelenjar, nyeri (-).

Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah hipertiroid pada


kehamilan, berdasarkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan. Pada anamnesis yang menunjang diagnosis hipertiroid kehamilan
adalah didapatkan keluhan eksoftalmus, tiromegali, mudah merasa lelah,
berkeringat, kulit hangat. Kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan massa
tumor di regio colli anterior, ikut gerakan menelan dengan resistensi padat kenyal,
dan terjadi sedikit pembesaran kelenjar, nyeri (-).

Penatalaksanaan Hipertiroid dengan pemberian PTU tetapi pada pasien ini


tidak diberikan karena pasien memasuki trimester 3 karena efek samping PTU
hepatotoksik.

Penatalaksaan pada pasien ini diberikan:


- IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i
- Inj. Oxytocin 10 IU IM
- Ciprofloxacin 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Sohobion 2x1

22
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:


1. Diagnosa G4 P3 A0 + LK + Hipertiroid ditegakkan berdasarkan gejala yang
timbul, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada
2. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i, Inj.
Oxytocin 10 IU IM, Ciprofloxacin 2x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg,
Sohobion 2x1 pada pasien ini tidak diberikan PTU karena pasien memasuki
trimester 3 karena efek samping PTU hepatotoksik.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Cetakan ke-4. 2014.

2. F.Azizi, Management of hyperthyroidism during pregnancy and lactation.

European Journal of Endocrinology.2011;164: 87176.

3. U.S. Department of Health and Service. Hyperthyroidism. National

Endocrine and metabolism Service. 2010.

4. Sudoyo, AW. Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing. 2009.

5. Nambiar V, Jagtap VS, Sarathi V, Lila AR, Kamalanathan S, Bandgar TR,

et al. Prevalence and Impact of Thyroid Disorders on Maternal Outcome

in Asian-Indian Pregnant Women. Department of Endocrinology, Seth G.

S. Medical College. Jun1 2011

6. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: 2013.

24
7. Kronenberg HM, Melmed S, olonsky KS, Larsen PR. Williams Textbook

of Endocrinology. 11th ed. Philadelphia: 2008.

8. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2001.

25

Anda mungkin juga menyukai