Refarat Mata CRAO
Refarat Mata CRAO
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam dan sensitif terhadap
cahaya namun tidak terhadap panjang gelombang cahaya (tidak
membedakan warna). Sel batang menyususn sebagian besar fotoreseptor di
retina bagian lainnya.
j. Epitel Pigmen Retina (EPR), merupakan bagian perbatasan anatara retina
dengan koroid.
3
4
2. Oklusi Arteri Sentralis Retina
2.1. Epidemiologi
Data pada studi di Amerika, menunjukkan bahwa CRAO ditemukan tiap
1:10.000. Bahkan pada 1-2% penderita, ditemukan ganguan mata bilateral.
Umumnya penderita laki-laki lebih tinggi dari pada wanita. Kebanyakan penderita
berusia sekitar 60 tahun, namun pada beberapa kasus dijumpai mengenai
penderita yang lebih muda hingga usia 30 tahun. Umumnya insiden pada
kelompok usia yang berbeda disebakan penyebab yang berbeda pula.
Insidensi dijumpai meningkat pada penderita hipertensi, diabetes, systemic
heart disease, penyakit kardiovaskular, perokok, obesitas, subakut bacterial
endocarditis, tumor, leukemia, pengguna kortikosteroid suntikan, polyarteritis
nodosa, syphilis, trauma tumpul, paparan radiasi, dan pengguna kokkain.
2.2. Etiologi
CRAO bukan suatu penyakit yang berdiri sendiri. Penyebab dari CRAO
dianggap sebagai proses multifaktorial, yang disebabkan oleh kelainan-kelainan
sistemik yang lain. CRAO dapat diakibatkan oleh:
Proses aterosklerosis dan trombosis yang terjadi pada lamina cribosa.
Emboli yang berasal dari arteri karotis atau proses lain di jantung. Emboli
dianggap sebagai penyebab CRAO yang tersering.
Emboli dapat terbentuk dari berbacam sumber di tubuh. Jenis emboli yang
dapat menyebkan obstruksi pada arteri retina adalah:
Jenis Emboli Sumber
Calcium emboli Plak atheromatous yang berasal dari
arteri karotis ataupun katup jantung
Cholesterol emboli Plak atheromatous yang berasal dari
arteri carotid
Thrombocyte-fibrin Pada atrial fibrillation, myocardial
5
emboli (gray) infarction, ataupun pada operasi jantung
Myxoma emboli Pada atrialmyxoma (umumnya usia
muda)
Bacterial ataupun Pada endocarditis dan septicemia
mycotic emboli (Roth
spots)
2.3. Patofisiologi
Central Retinal Artery Occlusion (CRAO) akan mengakibatkan kebutaan
yang disebabkan kurangnya asupan darah pada lapisan retina bagian dalam.
Secara akut, obstruksi, yang diakibatkan emboli misalnya, akan membuat
terjadinya edema lapisan dalam retina dan pyknosis sel ganglion nukleus. Iskemik
yang diikuti nekrosis akan terjadi, sehingga retina memberikan gambaran opak
dan warna putih kekuningan. Opasitas akan bertambah pada bagian posterior
dikarenakan bertambahnya ketebalan lapisannya, dan sebaliknya pada fovea yang
memberikan gambaran cherry-red spot.
6
90% penderita, kemampuan visus menurun hingga menghitung jari, persepsi
cahaya, bahkan kebutaan.
Keluhan nyeri pada pesien lebih mengarahkan pada proses iskemik okular
yang sedang berlangsung. Hal ini umumnya disebabkan oleh gangguan sirkuasi
pada arteri karotis dan bukan disebabkan suatu oklusi arteri retina.
Pada beberapa pasien dapat dijumpai amaurosis fugax, merupakan proses
penurunan penglihatan secara transien yang dapat terjadi selama beberapa detik
hingga beberapa menit, namun dapat pula bertahan hingga 2 jam. Umumnya
penglihatan dapat kembali seperti sebelumnya setelah serangan amaurosis fugax
berakhir.
Monokular amaurosis fugax dapat pula terjadi akibat hipotensi ortostatik,
spasme pembuluh darah, aritmia, migren retina, anemia, arteritis dan koagulopati.
Hilangnya penglihatan jarang mencapai total dan dapat merupakan gejala awal
dari obstruksi dini arteri sentral. Amaurosis fugax merupakan tanda yang paling
sering dijumpai pada insufisiensi arteri karotis atau terdapatnya emboli pada arteri
oftalmika retina.
Pada ameurosis fugax umumnya tidak dijumpai kelainan fundus karena
pendeknya serangan. Kadang-kadang terlihat adanya plaque putih atau cerah atau
suatu embolus di dalam arteriol.
Penting untuk menanyakan riwayat penyakit penderita yang dapat menjadi
predisposisi pembentukan trombus, seperti atrial fibrilasi, endokarditis, penyakit-
penyakit atherosklerosis, keadaan koagulopati ataupun hiperkogulasi. Begitu pula
dengan riwayat pengobatan.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada penderita yang diduga mengami
CRAO meliputi:
Penilaian visus, umumnya menurun hingga menghintung jari, lambaian
tangan ataupun tanpa persepsi cahaya.
Pemeriksaan reaksi pupil, menjadi lambat atau menghilang dan dapat
anisokor.
Permeriksaan defek pada pembuluh retina dengan funduskopi, dapat
memberikan gambaran:
- Seluruh retina menjadi pucat akibat edema dan gangguan nutrisi.
7
- Gambaran cherry-red spot pada makula lutea. Hal ini muncul setelah
terjadi infark pada lapisan retina yang menyebabkan terjadi edema.
Akibatnya lapisan retina akan tampak pucat kecuali pada daerah
makula yang tetap berwarna merah karena lapisannya yang tipis.
- Tanda Boxcar dapat terlihat pada arteri maupun vena, dimana hal ini
menunjukkan adanya obstruksi yang berat.
- Emboli dapat terlihat pada 20% kasus.
(Ophthalmology at a Glance)
8
Pemeriksaan menyeluruh untuk menilai kelemahan otot, demam, nyeri
tekan pada temporal ataupun adanya arteri yang teraba, jaw claudication,
untuk menyingkirkan adanya arteritis temporal.
2.5. Diagnosis
Dari uraian diatas, pada pasien CRAO umumnya pasien datang dengan
keluhan utama penurunan penglihatan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa disertai
nyeri, dan umumnya unilateral. Pada pemeriksaan, dijumpai penurunan visus
hingga menghitung jari ataupun persepsi cahaya maupun kebutaan. Pada
funduskopi dapat ditemui: gambaran fundus menjadi pucat akibat edema retina,
fovea tidak terlihat edema, dapat terlihat gamabaran cherry-red spot, arteriol
menjadi dangkal dan irreguler, serta tanda boxcar pada bagian vena.
Pemeriksaan EKG dapat dilakukan untuk menilai adanya kemungkan atrial
fibrilasi. Pasien yang dicurigai aritmia yang tak didapati pada EKG serial dapat
dilakukan EKG-holter (monitor 24 jam).
Proses pencitraan sangat membantu dalam menentukan proses primer yang
menyebabkan CRAO. Ultrasoud pada karotis dapat mendeteksi penyakit
atherosklerosis yang lebih sensitif dari pemeriksaan Dopler yang hanya menilai
aliran. Pemeriksaan MRA dapat memberikan gambaran yang lebih jelas pada
obstruksi yang terjadi.
2.7. Penatalaksanaan
9
Sebagai suatu keadaan emergensi, penanganan yang segera untuk
mengembalikan aliran darah pada retina kemungkinan akan sangat bermanfaat
bila dilakukan sedini mungkin. Penanganan awal sebagai tindakan emergensi
yang dapat dilakukan adalah:
2. Ocular massage.
Dilakukan dengan gerakan berputar selama 10 detik pada bola mata dan
dilepas kemudian dilakukan berulang-ulang.
Cara tradisional tersebut bertujuan meningkatkan tekanan introkular di dalam
mata akibat tekanan yang terputus dan merangsang mekanisme autoregulator.
Saat pemijatan dengan jari, tenaga yang diberikan akan membuat retina
menganggap adanya hipoxia sehingga terjadi dilatasi vaskular retina sehingga
aliran darah meningkat. Ketika pemijatan dihentikan, cairan akan mengalir
dan terjadi penurunan resistensi dari aliran darah. Harapannya adalah terjadi
perpindahan emboli menjadi lebih dalam dan menyelamatkan sebagian daerah
retina.
10
Tujuan dari pengobatan yang diberikan pada kasus CRAO adalah untuk:
Menurunkan TIO, hal ini dapat dicapai dengan pemberian obat-obatan
golongan karbonik anhidrase inhibitor, diuretik hiperosmolar,
simpatomimetik dan timoptik, seperti yang diberikan pada penderita
glaukoma. Penurunan TIO dapat pula dicapai dengan parasintesis camera
okuli anterior, seperti yang dijelaskan di atas.
Menambah perfusi pada retina, diperoleh melalui pemberian obat
vasodilator, peningkatan pCO2, atau dengan pemberian agen trombolitik
perifer untuk memindahkan trombus. Pendapat lain mengatakan
pemberian aspirin pada fase akut dapat beranfaat.
Meningkatkan oxygen delivery pada daerah yang hipoxia, dicapai dengan
memberikan oxygen konsentrasi tinggi maupun dengan Terapi Oxygen
Hiperbarik. Hal ini hanya dapat bermanfaat bila diberikan dalam 2-12 jam
setelah onset.
Pemberian oxygen dan peningkatan pCO2 umumnya dilakukan dengan
pemberian bantuan nafas dengan campuran 5% CO2 dan 95% O2 selama
10 menit yang dilakukan setiap 2 jam selama 2 hari.
2.8. Komplikasi
Komplikasi oklusi arteri retina sentral adalah rubeosis iridis dan
11
retina sentral. Onset eovaskularisasi iris biasanya 1 bulan setelah oklusi
arteri retina sentral. Oklusi yang berat atau total mempunyai kemungkinan
lebih besar terbentuknya neovaskularisasi di iris.
Penelitian lain oleh Duker dkk mendapatkan insiden neovaskularisasi
diskus optik sebagai komplikasi oklusi arteri retina sentral sebesar 1,8%
(3 dari168). Angka ini merupakan estimasi terendah karena tidak semua
pasien mengikuti follow up lengkap. Penelitian ini juga menemukan adanya
neovaskularisasi iris pada 2 dari 3 pasien tersebut.
Selain komplikasi okular, pasien dengan kelainan oklusi pembuluh
darah retina mempunyai resiko 10% terkena stroke pada tahun pertama
penyakit dan resiko meningkat sebesar 6% setiap tahunnya.
2.9. Prognosis
Umumnya pasien dengan CRAO akan mengalami penurunan tajam
penglihatan hingga menghitung jari maupun lambaian tangan. Namun pada 10%
pasien dengan variasi pembuluh silioretinal tajam penglihatan meningkat menjadi
sekitar 20/50.
Dari data didapati bahwa pasien dengan emboli yang terlihat pada
retinanya, baik menimbulkan obstruksi atau tidak memiliki mortality rate sebesar
56% dalam 9 tahun, dan 27% pada populasi seusia yang tidak memiliki gambaran
emboli pada retinanya. Sedangkan pada pasien yang menderita CRAO, harapan
hidup pasien adalah sekitar 5.5 tahun, dibandingkan 15,4 tahun pada penderita
tanpa CRAO pada kelompok usia yang sama.
BAB III
KESIMPULAN
Oklusi arteri retina sentral merupakan sumbatan yang terjadi pada arteri
retina sentral. Kejadian pada pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan,
12
dapat dijumpai pada berbagai usia, dan diperberat oleh beberapa penyakit
misalnya hipertensi, diabetes, penyakit kardivaskular, dan lain-lain. Etiologi
tersering adalah emboli. Gejala klinis CRAO adalah penurunan penglihatan yang
terjadi tiba-tiba, tanpa rasa nyeri, dan menetap pada mata. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah visus sampai menghitung jari, lambai tangan, atau cahaya, lalu
reaksi pupil berkurang atau menghilang, serta funduskopi yaitu gambaran cherry
red spot. Tatalaksana pada kasus emergency CRAO adalah menurunkan tekanan
intraocular dengan obat-obatan atau dengan parasintesis. Prognosis pada CRAO
penurunan tajam penglihatan yang menetap dan memburuk apabila tidak ditangani
dengan tepat.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. James, B., Chew, Chris. and Bron Anthony. Lecture Note Oftamologi. 2006.
Jakarta: Erlangga. 7-8; 129-139.
2. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit - FKUI.
2012;9-10,198
14