IV-1
Analisis Curah Hujan
IV-2
Citanduy dengan menggunakan metode Polygon Thiessen seperti disajikan
dibawah ini
1 .1 +2 .2 ++ .
= 1 +2 ++
dengan :
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)
R1, R2, ....,Rn = curah hujan pada stasiun 1,2, ...,n (mm)
A1, A2, ,An = luas daerah pada polygon 1,2,...,n (km2)
Dari analisis berupa pos curah hujan dan curah hujan bulanan wilayah untuk
DAS Sungai Citanduy dalam 10 tahun terakhir,yaitu tahun 2005-2014 seperti
terlihat pada tabel 4.1.s/d 4.16.
IV-3
Tabel 4.2.Pos Curah Hujan Pager Ageung
IV-4
Tabel 4.4. Pos Curah Hujan Cihonje
IV-5
Tabel 4.6 .Pos Curah Hujan Cikasasah
IV-6
Tabel 4.8. Pos Curah Hujan Panjalu
IV-7
Tabel 4.10. Pos Curah Hujan Sadanaya
IV-8
Tabel 4.12. Pos Curah Hujan Danasari
IV-9
Tabel 4.14. Pos Curah Hujan Kaso
IV-10
Tabel 4.16. Pos Curah Hujan Subang
IV-11
Tabel 4.18. Curah Hujan Bulanan Tahun 2005
IV-12
Tabel 4.20. Curah Hujan Bulanan Tahun 2007
IV-13
Tabel 4.22. Curah Hujan Bulanan Tahun 2009
IV-14
Tabel 4.24. Curah Hujan Bulanan Tahun 2011
IV-15
Tabel 4.26. Curah Hujan Bulanan Tahun 2013
Dari hasil analisis menggunakan metode Polygon Thiessen curah hujan maksimun
di wilayah DAS Sungai Citanduy adalah 2190.82 mm
IV-16
4.1.1.2. Evaportanspirasi
Pada penguapan yang terjadi dalam suatu wilayah, tidak hanya terjadi
pada permukaan saja tetapi juga pada tumbuhan-tumbuhan yang jatuh pada
pemukaan. Penguapan pada tumbuhan-tumbuhan ini berupa langsung, yaitu
penguapan yang jatuh pada permukaan daun, atau melalui jaringan, yaitu air yang
diserap oleh air yang diserap oleh akar akan dibawa keseluruh jaringan tanaman
yang termasuk daun-daunan. Sebagai dari air yang sampai kepermukaan daun ini
juga diupakan kembali.
Eto = c [ W . Rn + ( 1 W ) . (ea ed )
dengan :
W = faktor temperatur
(ea ed ) = perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata rata
dengan tekanan uap jenuh air (mbar)
Dimana :
IV-17
P
0,386 x
L
L = 595 - 0.51T
P = 1013 - 0.1055E
= 2(0.00738T+0.8072)T-0.00116
Rn = Rns - Rn1
Rns = (1 - ) Rs
Rs = (0.34+0.56 n/N ) Ra
ed = ea Rh
U 2 Ur
Ud =
43.21 Ur
Ud
Ur =
Un
dengan:
Ur = kecepatan rasio
Nilai fungsi-fungsi:
IV-18
f (ed) = 0.34 - 0.044 ed
T = ( X 0,006 H) C
dengan :
UI = Up * (L1/Lp)1/7
dengan :
dengan :
IV-19
a dan b = konstanta yang tergantung letak suatu tempat diatas bumi.
Parameter Iklim Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Temperatur C 22,84 20,31 22,89 22,36 23,65 23,27 21,86 22,22 22,62 23,43 22,94 22,08
Kelembaban Udara % 83,57 82,42 85,90 87,67 84,44 83,38 85,51 78,60 73,88 76,09 84,20 88,11
Kecepatan Angin km/hari 0,25 0,29 0,27 0,16 0,20 0,21 0,30 0,78 1,21 1,04 0,42 0,19
Penyinaran Matahari % 35,62 40,12 50,19 47,37 50,39 52,22 51,09 53,98 51,65 48,16 42,27 31,91
Evaporasi mm/hari 5,10 4,72 4,12 4,53 5,42 5,21 4,23 4,71 5,14 4,28 4,91 4,82
Salah satu metode yang sering digunakan dalam perhitungan debit andalan
adalah metode Neraca. Merupakan ini relatif sederhana dan dapat dilakukan
dengan menggunakan program spreadsheet, tentu saja untuk mendapatkan hasil
yang cukup akurat, hasil simulasi perlu dikalibrasi denga dengan data pengamatan
debit. Dengan menggunakan bagan alir perhitungan dengan model tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
IV-20
Evapotranspiration
Rainfall
Recharge to
Groundwater
Storage
Total Discharge
Data masukan yang diperlukan dari model hujanlimpasan Nreca adalah sebagai
berikut :
- Hujan rata-rata bulanan dari suatu DPS
- Evaportranspirasi potensial bulanan dari dari DPS (PET).
- Kapasitas tampungan kelengasan (NOMINAL) dapat diperkirakan sebagai
berikut:
IV-21
Perhitungan limpasan model Neraca dibagi menjadi 2 bagian, yaitu perhitungan
limpasan langsung (direct runoff) dan air tanah menuju sungai (graoundwater).
Total debit sungai dihitung sebagai berikut:
Q = (DRO + GF ) x A (m3/detik)
dengan :
A = luas DPS (km2)
DRO = limpasan langsung (mm)
= excm (1 PSUB), dengan excm = kelebihan kelengasan
GF = limpasan air tanah (mm)
= GWF x (PSUB x excm = GWSTOR)
excm = excess moisture (kelebihan kelengasan)
= exrat x (P AET)
exrat = excess moisture ratio (nilai banding kelebihan kelengasan)
= 0.5 x (1 + tgh ((Sr 1)/0.52)) bila Sr > 0
= 0 bila Sr < 0
Sr = angka tampungan
= SMSTOR/NOM
= tampungan kelengasan tanah /kapasitas tampungan kelengasan
IV-22
Gambar 4.3. Bagan Alir Analisis Aliran Kontinyu Model NRECA
IV-23
4.1.1.4 Kalibrasi
IV-24
Gambar 4.4. Kalibrasi Debit Perhitungan Dengan Debit Pengamatan
Limpasan Kalibrasi)
90
80
70
60
Limpasan (m3/det)
50 `
40
30
20
10
0
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
Perhitungan
IV-18
4.1.1.5Analisis Debit Andalan
Hasil perhitungan debit sungai untuk masing-masing water district adalah sesuai dengan data hujan yang digunakan. Hitungan
debit andalan 80% DAS Sungai Krukut adalah sbb:
Dari hasil perhitungan debit andalan 80% berada pada angka 4,694 m3/detik, dan debit andalan 90% adalah 3,127 m3/detik
IV-19
4.2 ANALISIS KEBUTUHAN AIR
4.2.1.1.Konsumsi Air
Dalam menentukan kebutuhan air baku untuk daerah studi perlu terlebih
dahulu ditinjau jumlah penduduk yang ada pada saat ini serta proyeksi jumlah
penduduk pada masa mendatang. Hasil dari analisa perkembangan penduduk akan
digunakan sebagai dasar dalam perhitungan perencanaan pengembangan sistem
penyediaan air baku. Beberapa faktor yang mempengaruhi proyeksi penduduk
adalah :
Namun karena studi ini dilaksanakan di Kota Jakarta Pusat, maka analisis hanya
berdasarkan pada wilayah di bagian hilir Kota Jakarta Pusat saja. Berdasarkan
catatan Badan Pusat Statistik masing-masing daerah, sampai tahun 2013 jumlah
IV-21
penduduk di Kota Jakarta Pusat bagian hulu hingga Kota Jakarta Pusat tercatat berjumlah 7.786.420 orang jiwa yang tersebar di 19
kecamatan pada 3 kabupaten/kota, 2 provinsi seperti terlihat pada Tabel 4.21 berikut ini.
IV-22
Metode ini adalah metode rumus bunga berganda, dimana pertumbuhan
rata-rata penduduk berkisar pada prosentase r yang konstan setiap tahun, dengan
rumus sebagai berikut (Muliakusuma, 2000 : 254)
Pn = Po (1 + r) n
Dengan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun awal dasar (jiwa)
r = angka pertumbuhan penduduk (%)
n = periode waktu (tahun)
IV-23
Berikut ini adalah rekapitulasi proyeksi jumlah penduduk dari 4 Kecamatan pada kota Banjar dari Tahun 2013 sampai Tahun 2040.
IV-24
4.2.1.3 Jumlah Kebutuhan Air
Q md = Pn x q x fmd
IV-25
4.3.1 Tahapan Proses Analisis Neraca Air
Analisis neraca air merupakan salah satu bentuk pengendalian sumber
daya air merupakan suatu proses umpan-balik berkelanjutan, yang terdiri atas
beberapa tahap sebagai berikut:
1. Tahap pengukuran status sistem: menghasilkan data tinggi muka air yang
selanjutnya dikonversikan menjadi besaran debit aliran di bendung dan pos
duga air, kondisi luas dan polatanam irigasi, dan kondisi tampungan air di
waduk.
2. Tahap peramalan: memperkirakan situasi tempa dimasa mendatang, yaitu
peramalan debit aliran sungai dan kebutuhan air irigasi dan non-irigasi
pada periode mendatang. Pada tahap ini dapat diterapkan model-model
prakiraan (forecasting model)
3. Penyusunan skematisasi sistem tata air, yaitu penentuan simpul-simpul
input suplesi ketersediaan air dan out put untuk kebutuhan air.
Tujuan yang diharapkan dari studi Analisis Potensi Sungai Citanduy untuk
kebutuhan Air Baku Kota Banjar adalah membantu para pengelola sumberdaya air
dalam memecahkan beberapa permasalahan dalam berbagai tingkat pengelolaan
air sebagai berikut:
1. Perencanaan strategis, membantu proses studi penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Sumberdaya Air (water resources master plan) dan studi
kelayakan (feasibility study), terutama dalam mengkaji dampak dari
berbagai skenario (misalnya kondisi kekurangan air baku) dan upaya
(misalnya upaya perubahan masyarakat untuk menggunakan air bersih dari
asalnya air tanah menjadi menggunakan PDAM). Penggunaan model
alokasi air untuk perencanaan strategis ini biasa menggunakan data
hidrologi yang cukup panjang (minimum 10 tahun), dengan asumsi bahwa
kondisi hidrologi pada masa silam tidak akan berubah pada masa
mendatang.
2. Perencanaan taktis, membantu memperkirakan dampak dari suatu peluang
atau permasalahan yang muncul secara mendadak. Contoh perencanaan
taktis ini antara lain adalah sebagai berikut:
IV-26
a. Kajian neraca air dalam rangka pemberian ijin pengambilan air sungai
untuk air baku.
b. Perencanaan penggunaan air tahunan.
3. Pengelolaan operasional, menyarankan bagaimana air harus dikelola secara
optimal, memberikan informasi mengenai dampak dari suatu penggunaan
jumlah air tertentu.
Dalam hasil analisis ini pemeriksaan dilakukan pada 1titik simpul yang
cukup krusial, yaitu :
1. Bendungan Hillir
Dimana dalam pengambilan air baku yang masuk ke PDAM Kota Banjar
berada di Bendungan Hillir. Harus digaris bawahi adalah kondisi ini akan terjadi
apabila tidak dilakukan treatment khusus untuk DAS Sungai Citanduy yang ada di
gambar 4.6
IV-27
Proyeksi (2013)
Untuk kondisi saat ini, kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air baku untuk kebutuhan sehari-hari penduduk,
Hasil pemeriksaan neraca air untuk kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24 Ringkasan Neraca Air Tahun 2013
.
Proyeksi 2015
Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan analisis neraca air Sungai Krukut yang masuk ke PDAM kota Jakarta Pusat
untuk tahun ke depannya adalah sebagai berikut:
1). Ketersediaan air dianggap sama dengan pada saat sekarang
IV-30
2). Kebutuhan air untuk domestik, perkotaan dan industri sesuai dengan proyeksi jumlah penduduk sesuai dengan angka
pertumbuhan penduduk.
IV-31
Proyeksi 2020
Untuk proyeksi Tahun 2020, kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air baku untuk kebutuhan sehari-hari
penduduk, Hasil pemeriksaan neraca air untuk kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.26.
Tabel 4.26. Ringkasan Neraca Air Tahun 2020
IV-32
Proyeksi 2025
Untuk proyeksi Tahun 2025, kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air baku untuk kebutuhan sehari-hari
penduduk, Hasil pemeriksaan neraca air untuk kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.27.
IV-33
Proyeksi 2030
Untuk proyeksi Tahun 2030, kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air baku untuk kebutuhan sehari-hari
penduduk, Hasil pemeriksaan neraca air untuk kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.28.
IV-34
Proyeksi 2035
Untuk proyeksi Tahun 2035, kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air baku untuk kebutuhan sehari-hari
penduduk, Hasil pemeriksaan neraca air untuk kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.29.
Dari hasil analisis neraca pada tahun 2035 ketersediaan air di DAS krurkut mengalami Surplus dari bulan Januari hingga awal Juli
namun pada awal Juli ketersediaan air baku di DAS Sungai Krukut mengalami Defisit hingga pertengahan Bulan September.
IV-35
Proyeksi 2040
Untuk proyeksi Tahun 2040, kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air baku untuk kebutuhan sehari-hari
penduduk, Hasil pemeriksaan neraca air untuk kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.30.
Jadi hasil Analisis Potensi sungai Krukut untuk Kebutuhan Air Baku di Kota Jakarta Pusat dengan menggunakan Metode
Neraca menunjukan bahwa kondisi Pada Tahun 2013 hingga Tahun 2040 mengalami surplus. Di mulai dari bulan
Januari,Februari,Maret April, Mei, Juni, Juli, Agustus, september, Oktober, November dan Desember, Terjadi surplus air baku untuk
kota Jakarta Pusat, Namun pada awal Tahun 2040 yaitu pada bulan Januari hingga Februari mengalami surplus Air baku dan masuk
ke bulan Maret hingga Desember mengalami Defisit untuk ketersediaan air baku di DAS Sungai Krukut.
IV-36