BAB I
PERSYARATAN UMUM BAHAN JEMBATAN
Selesai mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta
mampu menerapkan persyaratan umum bahan jembatan
b) Kuat tarik
Kuat tarik langsung dari beton, fct, bisa diambil dari ketentuan :
0,33 fc MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar;
atau
Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.
2. Tegangan ijin
a) Tegangan ijin tekan pada kondisi batas layan
Tegangan tekan dalam penampang beton, akibat semua
kombinasi beban tetap pada kondisi batas layan lentur dan/atau
aksial tekan, tidak boleh melampaui nilai 0,45 fc, di mana fc
adalah kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari,
dinyatakan dalam satuan MPa.
3. Massa jenis
Massa jenis beton, wc, ditentukan dari nilai-nilai:
Untuk beton dengan berat normal, diambil tidak kurang dari 2400
kg/m3; atau
Ditentukan dari hasil pengujian
4. Lengkung tegangan-regangan
Lengkung tegangan-regangan beton bisa digambarkan sebagai:
Dianggap kurva bilinier atau trilinier berdasarkan persamaan
matematik yang disederhanakan.
Dianggap linier, berdasarkan tegangan kerja.
Ditentukan dari hasil pengujian.
5. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas beton, Ec , nilainya tergantung pada mutu beton,
yang terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran
beton. Namun untuk analisis perencanaan struktur beton yang
menggunakan beton normal dengan kuat tekan yang tidak melampaui
60 MPa, atau beton ringan dengan berat jenis yang tidak kurang dari
2000 kg/m3 dan kuat tekan yang tidak melampaui 40 MPa, nilai Ec
bisa diambil sebagai :
- 1,5 (0,043 ' ) c c c E = w f , dengan pertimbangan bahwa
kenyataannya harga ini bisa bervariasi 20%. wc menyatakan berat
jenis beton dalam satuan kg/m3, fc menyatakan kuat tekan beton
dalam satuan MPa, dan Ec dinyatakan dalam satuan MPa. Untuk
beton normal dengan massa jenis sekitar 2400 kg/m3, Ec boleh
diambil sebesar 4700fc, dinyatakan dalam MPa; atau
Ditentukan dari hasil pengujian.
6. Angka poisson
Angka Poisson untuk beton, , bisa diambil sebesar:
0,2 atau
Ditentukan dari hasil pengujian.
8. Susut beton
Tabel 2.1 Koefisien standar susut beton sebagai tambahan
regangan jangka panjang
2. Tegangan ijin
a) Tegangan ijin pada pembebanan tetap
Tegangan ijin tarik pada tulangan non-prategang boleh diambil dari
ketentuan di bawah ini:
Tulangan dengan fy = 300 MPa, tidak boleh diambil melebihi 140
MPa.
Tulangan dengan fy = 400 MPa, atau lebih, dan anyaman kawat
las (polos atau ulir), tidak boleh diambil melebihi 170 MPa. Untuk
tulangan lentur pada pelat satu arah yang bentangnya tidak lebih
dari 4 m, tidak boleh diambil melebihi 0,50 fy namun tidak lebih
dari 200 MPa.
4. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas baja tulangan, Es, untuk semua harga tegangan
yang tidak lebih besar dari kuat leleh fy, bisa diambil sebesar:
Diambil sama dengan 200.000 MPa; atau
Ditentukan dari hasil pengujian.
2. Tegangan ijin
a) Tegangan ijin pada kondisi batas layan
Tegangan tarik baja prategang pada kondisi batas layan tidak
boleh melampaui nilai berikut:
Tendon pasca tarik, pada daerah jangkar dan sambungan,
sesaat setelah penjangkaran tendon, sebesar 0,70 fpu.
Untuk kondisi layan, sebesar 0,60 fpu.
b) Tegangan ijin pada kondisi transfer gaya prategang
Akibat gaya penjangkaran tendon, sebesar 0,94 fpy tetapi tidak
lebih besar dari 0,85 fpu atau nilai maksimum yang
direkomendasikan oleh fabrikator pembuat tendon prategang
atau jangkar.
Sesaat setelah transfer gaya prategang, boleh diambil sebesar
0,82 fpy, tetapi tidak lebih besar dari 0,74 fpu.
c) Modulus elastisitas
Modulus elastisitas baja prategang, Ep, bisa diambil sebesar:
untuk kawat tegang-lepas : 200 x 103 MPa;
untuk strand tegang-lepas : 195 x 103 MPa;
untuk baja ditarik dingin dengan kuat tarik tinggi : 170 x 103
MPa;
ditentukan dari hasil pengujian.
Tabel 2.7 Selimut beton untuk acuan kaku dan pemadatan intensif
Tabel 2.8 Selimut beton untuk komponen yang dibuat dengan cara diputar
dianjurkan untuk digunakan, tetapi apabila tidak ada alternatif lain dalam
penggunaan mutu beton dan struktur berada dalam klasifikasi lingkungan
tersebut, maka nilai selimut beton tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan.
Tabel 2.9 Selimut beton berdasarkan diameter tulangan pada beton prategang
Cara lain dari perlindungan korosi boleh dilakukan dengan tulangan yang
dlindungi epoxy (epoxy-coated), pelapisan ulang beton, atau membran rapat,
atau kombinasi dari cara-cara tersebut di atas.
b. Baja struktural
1. Syarat penerimaan baja
Laporan uji material baja dari pabrik yang disahkan oleh lembaga yang
berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar ini.
3. Kurva tegangan-regangan
Kurva tegangan-regangan untuk baja tulangan diambil berdasarkan
ketentuan:
a). dianggap mempunyai bentuk seperti yang diperoleh dari persamaan-
persamaan yang disederhanakan dari hasil pengujian dalam bentuk
bilinier
b). ditentukan dari data pengujian yang memadai
c). dianggap linier, dengan harga modulus elastisitas seperti yang
diberikan pada tersebut diatas
b. Alat sambung
1. Baut, mur dan ring
Alat sambung yang umum digunakan untuk struktur baja adalah baut,
mur dan ring.
d. Las
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Baut angkur
Baut angkur yang memenuhi ketentuan-ketentuan akan disampaikan
lengkap pada penyusunan standar rinci.
2. Balok
Balok di atas dua tumpuan atau gelagar menerus, lendutan
maksimumnya adalah 1/800 bentang. Kecuali pada jembatan di
daerah perkotaan yang sebagian jalur digunakan pejalan kaki, batasan
tersebut adalah 1/1.000 bentang.
3. Kantilever
Lendutan di ujung kantilever tidak boleh melampaui 1/300 panjang
kantilever. Kecuali pada jembatan di daerah sebagian jalur digunakan
pejalan kaki, batasan tersebut adalah 1/375 bentang.
6. Rangka batang
Penampang bruto dari tiap anggota rangka dipakai untuk menghitung
lendutan dari gelagar rangka batang. Jika batang terbuat dari susunan
pelat-pelat berlubang (perforated-plate), maka luas penampang efektif
harus diambil dengan menghitung volume bersih (volume bruto dikurang
volume lubang) dibagi jarak sumbu ke sumbu lubang.
7. Penyimpangan
8. Ketahanan api
Pasal ini berlaku untuk komponen struktur baja yang disyaratkan
mempunyai Tingkat Ketahanan Api (TKA). Untuk komponen struktur dan
sambungan yang dilindungi terhadap api, tebal bahan pelindung harus
lebih besar atau minimal sama dengan tebal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu Periode Kelayakan Struktural (PKS) yang sama
dengan TKA yang diperlukan. Untuk komponen struktur dan sambungan
yang tidak dilindungi terhadap api, maka rasio luas permukaan terekspos
berbanding massa (ksm ) harus tidak lebih besar dari rasio yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu PKS yang sama dengan TKA yang
diperlukan.
C. RANGKUMAN
Kekuatan nominal beton meliputi, kuat tekan, kuat tarik, kuat tarik lentur, yang
mana untuk kuat tekan, bila tidak disebutkan lain dalam spesifikasi teknik, kuat
tekan harus diartikan sebagai kuat tekan beton pada umur 28 hari, fc, dengan
berdasarkan suatu kriteria perancangan dan keberhasilan. Sedangkan kuat tarik
langsung dari beton, fct, bisa diambil dari ketentuan 0,33 fc MPa pada umur 28
hari, dengan perawatan standar; atau dihitung secara probabilitas statistik dari
hasil pengujian.
Tegangan tekan dalam penampang beton, akibat semua kombinasi beban tetap
pada kondisi batas layan lentur dan/atau aksial tekan, tidak boleh melampaui
nilai 0,45 fc, di mana fc adalah kuat tekan beton yang direncanakan pada umur
28 hari, dinyatakan dalam satuan MPa. Tegangan tarik yang diijinkan terjadi
pada
penampang beton, boleh diambil untuk; beton tanpa tulangan : 0,15 fc dan
beton prategang penuh : 0,5 fc, Tegangan ijin tarik dinyatakan dalam satuan
MPa.
D. LATIHAN
1. Jelaskan tentang kekutan nominal beton
2. Jelaskan tentang kekuatan nominal baja.
3. Uraikan hal hal yang harus diperhatikan pada baja struktural
4. Uraikan mengenai alat sambung pada baja struktural
5. Ceritakan bagaimana persyaratan dan pembatasan lendutan pada balok
jembatan
BAB II
BANGUNAN ATAS JEMBATAN
Selesai mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta mampu
menerapkan perencanaan bangunan atas jembatan
e. Bailley
VOIDED SLAB B
E
T
GELAGAR BETON BERTULANG O
N
GELAGAR BETON PRATEKAN
GELAGAR
GELAGAR BETON
PELENGKUNG
PELENGKUNG
(ARCH)
Gambar 3.6 Jembatan dengan rangka batang sebagai struktur pemikul utama
Penjelasan visual mengenai ikatan angin dan rem disajikan pada Gambar
3.7.
e. Sistem perletakan
Perletakan jembatan terdiri dari:
1. Sendi
2. Rol
3. Landasan karet
Dimana :
1. Sistem Lantai
Lantai jembatan mempunyai ketebalan sebesar 220 mm
dipinggir jalur lalu lintas dan 270 mm pada bagian tengah jalur
lalu lintas untuk kelas B atau 280 mm untuk kelas A, dengan
ketebalan totoar 520 mm, Beton lantai dengan mutu fc 30 MPa
(K-350) dan tulangan ulir dengan mutu minimal BJTD 39 (U-39).
Pada permukaan beton harus ditutup waterproofing dan aspal
setinggi 5 cm ditambah 3 cm untuk overlay.
Lantai jembatan rnenggunakan pelat baja bergelombang (steel
deck) bergalvanis yang berfungsi sebagai perancah
(pengecoran beton) pada saat pelaksanaan, terpasang diantara
stringer (gelagar memanjang) dengan mutu baja minimal grade
36, dengan lebar minimal 1000 mm, panjang minimal l000 mm,
tebal pelat minimal 1.0 mm, tinggi gelombang 30 mm dan jarak
as antar gelombang maksimal 200 mm
Bentuk steel deck dan ketebalannya harus sama untuk semua
tipe jembatan. Sambungan antara steel deck dengan cross
girder (gelagar melintang) atau stringer (gelagar memanjang)
menggunakan baut (bukan las) dan antar steel deck overlapping
minimal 50rnm
Pada sistem lantai, jarak antar cross girder (gelagar melintang)
sebesar 5.0 m dan antar stringer (gelagar rnemanjang) sebesar
I141 mm dengan jumlah 9 buah setiap segmen (kelas A) atau
Perencanaan Teknik Jembatan 1 28
Bangunan Atas Jembatan
c) Penulangan pelat
3. Aplikasi perencanaan
a) Soal Perancanaan tulangan pelat lantai jembatan menerus di
atas gelagar-gelagar
4. Penghubung geser
Penghubung geser (shear connector) adalah perangkat yang
rnenjamin terjadinya transfer gaya antara material kornposit (antara
beton dan baja) hingga tidak terjadi slip antara baja dan beton.
6. Lebar efektif
Bentang efektit morupakan penyederhanaan distribusi beban pada
serat atas gelagar komposit.
Besanrya nilai lebar efektif (beff) adalah nilai minirnum dari
-2 x l/8 bentangjembatan
- 2 x 0.5 jarak antar gelagar
-2 x 6 tebal pelat
7. Analisis elastis
8. Analisis plastis
c. Aplikasi perencanaan
1. Data gelagar komposit
Diketahui data-data dan gambar seperti dibawah ini , selanjutnya
check kekuatan gelagar komposit tersebut:
Panjang bentang = 20,00 m
Lebar jalur lalu-lintas = 7,00 m
Jarak antar gelagar = 1,50 m
Tebal perkerasan lantai = 0,25 m
Gambar 3.16 Tampak atas, samping dan melintang jembatan gelagar komposit
4. Gelagar T
Apabila gelagar dicor monolit dengan plat lantai (mutu beton sarna
antara gelagar dan plat) dan terjadi interaksi antara gelagar dan plat
yang menjadi satu kesatuan dalam menahan momen yang terjadi.
Gelagar dernikian dikatakan sebagai gelagar T karena penampangnya
yang rnembentuk huruf T tipikal. Pada kondisi ini, sebagian plat beton
akan berfungsi sebagai sayap atas dari gelagar.
G
a
Untuk komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja, kekuatan
beton tanpa tulangan geser untuk menahan gaya geser
Atau dengan menggunakan persamaan yang lebih rinci adalah sebagai berikut
:
Sengkang miring
Sengkang vertikal
Sengkang dipasang dengan jarak tidak lebih besar dari jarak yang telah
disyaratkan tidak boleh melebihi nilai nilai berikut :
Seperempat nilai tinggi efektif gelagar (d)
8 kali diameter tulangan memanjang terkecil
24 kali diameter tulangan sengkang
Tidak lebih dari 300 mm
D. RANGKUMAN
Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan kepada tegangan
kerja atau yang diijinkan dari material pembentuk struktur tersebut. ASD
memperhitungkan keamanan hanya dari didasarkan pada tinjauan
kekuatan/tahanan sedangkan kombinasi pembebanan tidak menggunakan
factor pengali.
Perencanaan beban dengan kondisi kekuatan batas (PBKT) disebut juga dengan
perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor.
Kuat rencana komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang
dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan LRFD.
PBKT memperhitungkan keamanan terdiri dari 2 tinjauan, yaitu efek beban dan
kekuatan/tahanannya. Setiap kondisi beban mempunyai faktor beban yang
berbeda beda sehingga dimungkinkan mendapatkan reliabilitas seragam.
Bahan yang dapat digunakan untuk struktur lantai jembatan antara lain: pelat
baja beton komposit (steel deck composite),beton bertulang, plat baja dan lain
lain.
Beban-beban yang bekerja pada lantai, antara lain:
beban mati meliputi: berat sendiri beton dan aspal, yang diperoleh dari
perkalian berat jenis dengan ketebalannya.
beban lalu lintas yang diperhitungkan pada pelat lantai adalah beban truk
"T" sebesar 112,5 kN dikalikan dengan factor beban
Struktur dikatakan komposit apabila tidak terjadi slip antara 2 rnaterial yang
dihubungkan, aksi komposit antara profil baja dan lantai beton dibentuk oleh
pcnghubung geser (shear connector). Penghubung geser ini direncanakan harus
mampu menahan gaya geser yang terjadi di lokasi transisi antara beton dengan
baja (diantara rnaterial yang berbeda). Struktur kornposit pada dasarnya adalah
menambah kuat struktur dengan pcnambahan momen kopel.
E. LATIHAN
1. Sebutkan jenis jenis bangunan atas jembatan dan bahannya
2. Jelaskan system yang bekerja pada jembatan.
3. Uraikan apa yang dimaksud dengan perencanaan berdasarkan tegangan kerja
4. Uraikan apa yang dimaksud dngan perencanaan berdasarkan kondisi batas
5. Jelaskan fungsi dari tulangan geser pada gelagar komposit jembatan
BAB III
PENUTUP
Salah satu aspek penting untuk menunjang keberhasialan pembinaan jalan dan jembatan adalah dengan
tersedianya Norma, Standar ,Pedoman dan Manual (NSPM), yang dapat diterapkan dilapangan dengan
mudah.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga Departmen
Pekerjaan Umum (sekarang Kementrian Pekerjaan Umum) telah menyusun beberapa NSPM antara lain
Manual Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan. Manual dengan No. 009/BM/2008 ini
disusun dengan memperhatikan masukan dari narasumber Berkompeten dan yang ahli dibidang
pekerjaan jalan dan jembatan.
Selain itu juga telah disusun standarisasi untuk jebatan gelagar beton balok T dan gelagar komposit yang
bertujuan mempermudah para perencana dan pelaksana jembatan sehingga tercapai effisiensi dan
penghematan waktu dalam pembangunan jembatan gelagar beton maupun gelagar komposit. Gelagar
jembatan gelagar beton dan gelagar komposit ini mampu menerima beban Bina Marga 100 %
DAFTAR PUSTAKA
1. Bridge Management System, Ditjen Bina Marga, 1992
2. Perencanaan Teknik Jembatan, Dit Bintek, Ditjen Bina Marga, 2010
3. Prinsip Dasar Teknik Jembatan dan Aplikasinya, Dit Bintek, Ditjen Bina Marga, 2008
4. Konsep dan Aplikasinya, Manajemen Aset, Perencanaan dan Pelaksanaan Jembatan, Dit Bintek,
Ditjen Bina Marga, 2009
5. Pembebanan Untuk Jembatan, RSNI-T-2-2005, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Dep PU, 2005
6. NSPM, Ditjen Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum