Anda di halaman 1dari 52

Bangunan Atas Jembatan

BAB I
PERSYARATAN UMUM BAHAN JEMBATAN
Selesai mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta
mampu menerapkan persyaratan umum bahan jembatan

A. SIFAT, KARAKTERISTIK, KEKUATAN BETON DAN BAJA TULANGAN


a. Beton
1. Kekuatan Nominal
a) Kuat Tekan
Bila tidak disebutkan lain dalam spesifikasi teknik, kuat tekan harus
diartikan sebagai kuat tekan beton pada umur 28 hari, fc, dengan
berdasarkan suatu kriteria perancangan dan keberhasilan sebagai
berikut :
Ditetapkan berdasarkan prosedur probabilitas statistik dari hasil
pengujian tekan pada sekelompok benda uji silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dinyatakan dalam satuan
MPa, dengan kemungkinan kegagalan sebesar 5%.
Sama dengan mutu kekuatan tekan beton yang ditentukan
dalam kriteria perencanaan, dengan syarat perawatan beton
tersebut sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Mencapai tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan,
berdasarkan hasil pengujian pada benda uji silinder, dinyatakan
dalam satuan MPa, yang memenuhi kriteria keberhasilan
sebagaimana disyaratkan.
Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder)
yang kurang dari 20 MPa tidak dibenarkan untuk digunakan
dalam
pekerjaan struktur beton untuk jembatan, kecuali untuk
pembetonan yang tidak dituntut persyaratan kekuatan. Dalam
hal komponen struktur beton prategang, sehubungan dengan
pengaruh gaya prategang pada tegangan dan regangan beton,

Perencanaan Teknik Jembatan 1 1


Bangunan Atas Jembatan

baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang,


maka kuat tekan
beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah dari 30 MPa.

b) Kuat tarik
Kuat tarik langsung dari beton, fct, bisa diambil dari ketentuan :
0,33 fc MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar;
atau
Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.

c) Kuat tarik lentur


Kuat tarik lentur beton, fcf, bisa diambil sebesar:
0,6 fc MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar;
atau
Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.

2. Tegangan ijin
a) Tegangan ijin tekan pada kondisi batas layan
Tegangan tekan dalam penampang beton, akibat semua
kombinasi beban tetap pada kondisi batas layan lentur dan/atau
aksial tekan, tidak boleh melampaui nilai 0,45 fc, di mana fc
adalah kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari,
dinyatakan dalam satuan MPa.

b) Tegangan ijin tekan pada kondisi beban sementara atau


kondisi transfer gaya prategang untuk komponen beton
prategang
Untuk kondisi beban sementara, atau untuk komponen beton
prategang pada saat transfer gaya prategang, tegangan tekan
dalam
penampang beton tidak boleh melampaui nilai 0,60 fci, di mana
fci adalah kuat tekan beton yang direncanakan pada umur saat

Perencanaan Teknik Jembatan 1 2


Bangunan Atas Jembatan

dibebani atau dilakukan transfer gaya prategang, dinyatakan


dalam satuan MPa.

c) Tegangan ijin tarik pada kondisi batas layan


Tegangan tarik yang diijinkan terjadi pada penampang beton,
boleh diambil untuk:
beton tanpa tulangan : 0,15 fc
beton prategang penuh : 0,5 fc
Tegangan ijin tarik dinyatakan dalam satuan MPa.

d) Tegangan ijin tarik pada kondisi transfer gaya prategang


untuk komponen beton prategang
Tegangan tarik yang diijinkan terjadi pada penampang beton
untuk kondisi transfer gaya prategang, diambil dari nilai-nilai:
Serat terluar mengalami tegangan tarik, tidak boleh melebihi
nilai 0,25 fci, kecuali untuk kondisi di bawah ini.
Serat terluar pada ujung komponen struktur yang didukung
sederhana dan mengalami tegangan tarik, tidak boleh melebihi
nilai 0,5 fci.
Tegangan ijin tarik dinyatakan dalam satuan MPa.

3. Massa jenis
Massa jenis beton, wc, ditentukan dari nilai-nilai:
Untuk beton dengan berat normal, diambil tidak kurang dari 2400
kg/m3; atau
Ditentukan dari hasil pengujian

4. Lengkung tegangan-regangan
Lengkung tegangan-regangan beton bisa digambarkan sebagai:
Dianggap kurva bilinier atau trilinier berdasarkan persamaan
matematik yang disederhanakan.
Dianggap linier, berdasarkan tegangan kerja.
Ditentukan dari hasil pengujian.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 3


Bangunan Atas Jembatan

5. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas beton, Ec , nilainya tergantung pada mutu beton,
yang terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran
beton. Namun untuk analisis perencanaan struktur beton yang
menggunakan beton normal dengan kuat tekan yang tidak melampaui
60 MPa, atau beton ringan dengan berat jenis yang tidak kurang dari
2000 kg/m3 dan kuat tekan yang tidak melampaui 40 MPa, nilai Ec
bisa diambil sebagai :
- 1,5 (0,043 ' ) c c c E = w f , dengan pertimbangan bahwa
kenyataannya harga ini bisa bervariasi 20%. wc menyatakan berat
jenis beton dalam satuan kg/m3, fc menyatakan kuat tekan beton
dalam satuan MPa, dan Ec dinyatakan dalam satuan MPa. Untuk
beton normal dengan massa jenis sekitar 2400 kg/m3, Ec boleh
diambil sebesar 4700fc, dinyatakan dalam MPa; atau
Ditentukan dari hasil pengujian.

6. Angka poisson
Angka Poisson untuk beton, , bisa diambil sebesar:
0,2 atau
Ditentukan dari hasil pengujian.

7. Koefisien muai panas


Koefisien muai panjang beton akibat panas, bisa diambil sebesar:
10 x 10-6 per C, dengan pertimbangan bisa bervariasi 20%;
atau
Ditentukan dari hasil pengujian.

8. Susut beton
Tabel 2.1 Koefisien standar susut beton sebagai tambahan
regangan jangka panjang

Perencanaan Teknik Jembatan 1 4


Bangunan Atas Jembatan

9. Rangkak pada beton


Tabel 2.2 Koefisien standar rangkak beton sebagai tambahan
regangan jangka panjang

b. Baja Tulangan Non Pra Tegang


1. Kekuatan nominal
a) Kuat tarik putus
Ditentukan dari hasil pengujian
b) Kuat tarik leleh
Kuat tarik leleh, fy, ditentukan dari hasil pengujian, tetapi
perencanaan tulangan tidak boleh didasarkan pada kuat leleh fy
yang melebihi 550 MPa, kecuali untuk tendon prategang.

2. Tegangan ijin
a) Tegangan ijin pada pembebanan tetap
Tegangan ijin tarik pada tulangan non-prategang boleh diambil dari
ketentuan di bawah ini:
Tulangan dengan fy = 300 MPa, tidak boleh diambil melebihi 140
MPa.
Tulangan dengan fy = 400 MPa, atau lebih, dan anyaman kawat
las (polos atau ulir), tidak boleh diambil melebihi 170 MPa. Untuk
tulangan lentur pada pelat satu arah yang bentangnya tidak lebih
dari 4 m, tidak boleh diambil melebihi 0,50 fy namun tidak lebih
dari 200 MPa.

b) Tegangan ijin pada pembebanan sementara


Boleh ditingkatkan 30 % dari nilai tegangan ijin pada pembebanan
tetap.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 5


Bangunan Atas Jembatan

3. Lengkung Tegangan Regangan


Lengkung tegangan-regangan untuk baja tulangan non-prategang
diambil berdasarkan ketentuan:
Dianggap mempunyai bentuk seperti yang diperoleh berdasarkan
persamaanpersamaan yang disederhanakan dari hasil pengujian
dalam bentuk bilinier.
Dianggap linier pada kondisi tegangan kerja, dengan nilai modulus
elastisitas seperti yang diberikan dibawah ini.
Ditentukan dari data pengujian yang memadai.

4. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas baja tulangan, Es, untuk semua harga tegangan
yang tidak lebih besar dari kuat leleh fy, bisa diambil sebesar:
Diambil sama dengan 200.000 MPa; atau
Ditentukan dari hasil pengujian.

5. Koefisien muai panas


Diambil sama dengan 12 x 10-6 per C; atau
Ditentukan dari hasil pengujian.

c. Baja Tulangan Pra Tegang


1. Kekuatan nominal
a) Kuat tarik putus
Kuat tarik baja prategang, fpu, harus ditentukan dari hasil
pengujian, atau diambil sebesar mutu baja yang disebutkan oleh
fabrikator berdasarkan sertifikat fabrikasi yang resmi.

b) Kuat tarik leleh ekivalen


Kuat leleh baja prategang, fpy, harus ditentukan dari hasil
pengujian atau dianggap sebagai berikut:
untuk kawat baja prategang : 0,75 fpu
untuk semua kelas strand dan tendon baja bulat : 0,85 fpu.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 6


Bangunan Atas Jembatan

2. Tegangan ijin
a) Tegangan ijin pada kondisi batas layan
Tegangan tarik baja prategang pada kondisi batas layan tidak
boleh melampaui nilai berikut:
Tendon pasca tarik, pada daerah jangkar dan sambungan,
sesaat setelah penjangkaran tendon, sebesar 0,70 fpu.
Untuk kondisi layan, sebesar 0,60 fpu.
b) Tegangan ijin pada kondisi transfer gaya prategang
Akibat gaya penjangkaran tendon, sebesar 0,94 fpy tetapi tidak
lebih besar dari 0,85 fpu atau nilai maksimum yang
direkomendasikan oleh fabrikator pembuat tendon prategang
atau jangkar.
Sesaat setelah transfer gaya prategang, boleh diambil sebesar
0,82 fpy, tetapi tidak lebih besar dari 0,74 fpu.

c) Modulus elastisitas
Modulus elastisitas baja prategang, Ep, bisa diambil sebesar:
untuk kawat tegang-lepas : 200 x 103 MPa;
untuk strand tegang-lepas : 195 x 103 MPa;
untuk baja ditarik dingin dengan kuat tarik tinggi : 170 x 103
MPa;
ditentukan dari hasil pengujian.

d) Lengkung tegangan regangan


Lengkung tegangan-regangan baja prategang ditentukan dari hasil
pengujian.

e) Relaksasi baja prategang


Relaksasi baja prategang harus diperhitungkan pada tiap umur
dan tahapan penegangan, dari kondisi kawat baja, strand, dan
batang -
batang baja prategang yang berprilaku relaksasi rendah, sesuai
dengan hasil pengujian.
Perencanaan Teknik Jembatan 1 7
Bangunan Atas Jembatan

d. Faktor Beban dan Faktorr Reduksi Kekuatan


1. Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Untuk besaran beban dan kombinasi pembebanan, diambil mengacu
kepada Standar Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya.
2. Faktor reduksi kekuatan
Faktor reduksi kekuatan diambil dari nilai-nilai berikut:
- Lentur 0,80
- Geser dan Torsi 0,70
- Aksial tekan
* dengan tulangan spiral 0,70
* dengan sengkang biasa 0,65
- Tumpuan beton 0,70
3. Kekuatan rencana penampang struktur beton
Perencanaan kekuatan pada penampang struktur beton terhadap
semua pembebanan dan
gaya dalam, yaitu momen lentur, geser, aksial, dan torsi, harus
berdasarkan pada kekuatan
rencana penampang, yang bisa dihitung dari kekuatan nominal dikalikan
dengan faktor
reduksi kekuatan.

e. Korosi Pada Struktur Beton


1. Korosi Pada Beton
Daya tahan terhadap korosi dapat ditingkatkan sesuai dengan
keperluan, dengan cara meningkatkan mutu beton, dan menambah
kepadatan serta kerapatan dan kekedapannya terhadap air, dengan
cara mengurangi nilai rasio air-semen yang digunakan. Bila dianggap
perlu, aditif bisa ditambahkan dalam campuran beton.

2. Perencanaan untuk keawetan jangka panjang


Persyaratan pada standar ini berlaku untuk struktur dan komponen
beton bertulang dan beton prategang dengan umur rencana 50 tahun
atau lebih. Persyaratan ini diberlakukan sehubungan dengan kondisi

Perencanaan Teknik Jembatan 1 8


Bangunan Atas Jembatan

dan klasifikasi lingkungan. Klasifikasi lingkungan yang berpengaruh


terhadap struktur beton adalah seperti diberikan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Klasifikasi lingkungan

a). Persyaratan struktur klasifikasi tidak terlindung (terhadap


lingkungan)
Klasifikasi tidak terlindung untuk permukaan struktur ditentukan
seperti diberikan pada Tabel 2.3
Mutu beton yang digunakan dalam evaluasi adalah mutu beton
pada permukaan struktur yang paling tidak terlidung.
Khusus untuk klasifikasi lingkungan U, mutu dan karakteristik
beton harus ditentukan secara khusus agar dapat menjamin
keawetan jangka panjang komponen struktur dalam lingkungan
tidak terlindung yang khusus.

b). Persyaratan kekuatan beton untuk abrasi


Untuk bagian beton yang diperkirakan akan mengalami abrasi
(keausan) akibat lalu lintas disyaratkan harus memiliki kekuatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 9


Bangunan Atas Jembatan

tekan fc yang tidak kurang dari nilai yang sebagaimana


disyaratkan dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4 Persyaratan kekuatan beton untuk abrasi

c). Persyaratan batas kadar kimia


Berat ion klor terlarut per satuan volume beton tidak melebihi nilai
yang disyaratkan dalam Tabel 2.5. Garam2 klorida atau campuran
kimia yang mengandung klorida dalam jumlah cukup banyak tidak
boleh digunakan pada komponen beton prategang. Kadar sulfat
pada beton, dinyatakan sebagai persentase berat SO3 terlarut
terhadap semen, tidak boleh lebih dari 5%. Garam ion kuat seperti
nitrat tidak boleh ditambahkan pada beton kecuali terbukti tidak
mengurangi keawetan jangka panjangnya.

Tabel 2.5 Kadar maksimum ion klorida terlarut asam

3. Persyaratan selimut beton


Tebal selimut beton untuk tulangan dan tendon harus diambil nilai tebal
selimut beton yang terbesar sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan
untuk keperluan pengecoran dan untuk perlindungan terhadap karat.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 10


Bangunan Atas Jembatan

Tebal selimut beton untuk keperluan pengecoran tidak boleh kurang


dari nilai yang terbesar dari ketentuan berikut :
1,5 kali ukuran agregat terbesar.
Setebal diameter tulangan yang dilindungi atau 2 kali diameter
tulangan terbesar bila dipakai berkas tulangan.
Tebal selimut bersih untuk tendon dengan sistem pra tarik harus
minimum 2 kali diameter tendon, namun tidak harus lebih besar dari
40 mm. Jika tendon dikelompokkan, terutama pada bidang horisontal,
tebal
selimut beton harus dipertebal untuk keperluan pengecoran dan
pemadatan
Tebal selimut beton untuk selongsong sistem pasca tarik harus
diambil minimum 50 mm dari permukaan selongsong ke bagian
bawah komponen dan 40 mm pada bagian lain.
Persyaratan tebal selimut beton minimum untuk tendon eksternal
sama dengan untuk tendon yang ditanam dalam komponen beton.
Selimut beton harus dipertebal bila tendon dikelompokkan dalam
bidang horisontal atau bila digunakan selongsong dalam beton.
Tebal selimut beton minimum untuk ujung tendon pasca tarik atau
perlengkapan angkur harus diambil 50 mm.

Untuk perlindungan terhadap karat harus diambil tebal selimut beton


sebagai berikut:
Bila beton dicor di dalam acuan sesuai dengan spesifikasi yang
berwenang dan dipadatkan sesuai standar, selimut beton harus
diambil tidak kurang dari ketentuan yang diberikan pada Tabel 2.6
untuk klasifikasi tidak terlindung.
bila beton dicor di dalam tanah, tebal selimut ke permukaan yang
berhubungan dengan tanah diambil seperti yang disyaratkan dalam
Tabel 2.6 namun harganya dinaikkan 30 mm atau 10 mm jika
permukaan beton dilindungi lapisan yang kedap terhadap
kelembaban.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 11


Bangunan Atas Jembatan

bila beton dicor di dalam acuan kaku dan pemadatannya intensif,


seperti yang dicapai dari hasil meja getar, digunakan selimut beton
minimum seperti disyaratkan pada Tabel 2.7.
bila komponen struktur beton dibuat dengan cara diputar, dengan
rasio air-semen kurang dari 0,35 dan tidak ada toleransi negatif
pada pemasangan tulangannya, selimut ditentukan sesuai Tabel
2.8.
Ujung tendon pada sistem pratarik tidak memerlukan selimut beton,
namun harus diberi lapisan anti karat.

Tabel 2.6 Selimut beton untuk acuan dan pemadatan standar

Tabel 2.7 Selimut beton untuk acuan kaku dan pemadatan intensif

Tabel 2.8 Selimut beton untuk komponen yang dibuat dengan cara diputar

Tebal selimut beton untuk klasifikasi lingkungan tertentu yang nilai


nominalnya berada di dalam kurung merupakan suatu angka yang tidak
Perencanaan Teknik Jembatan 1 12
Bangunan Atas Jembatan

dianjurkan untuk digunakan, tetapi apabila tidak ada alternatif lain dalam
penggunaan mutu beton dan struktur berada dalam klasifikasi lingkungan
tersebut, maka nilai selimut beton tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan.

Tabel 2.9 Selimut beton berdasarkan diameter tulangan pada beton prategang

Cara lain dari perlindungan korosi boleh dilakukan dengan tulangan yang
dlindungi epoxy (epoxy-coated), pelapisan ulang beton, atau membran rapat,
atau kombinasi dari cara-cara tersebut di atas.

B. Sifat, Karakteristik dan Kekuatan Baja


a. Sifat mekanis baja
Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus
memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada tabel 2.10.

Tabel 2.10 Sifat mekanis baja struktural

Perencanaan Teknik Jembatan 1 13


Bangunan Atas Jembatan

Sifat-sifat mekanis baja struktural lainnya untuk maksud perencanaan


ditetapkan sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser : G = 80.000 MPa
Angka poisson : = 0,3
Koefisien pemuaian : = 12 10-6 per C

b. Baja struktural
1. Syarat penerimaan baja
Laporan uji material baja dari pabrik yang disahkan oleh lembaga yang
berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar ini.

2. Baja yang tidak teridentifikasi


Baja yang tidak teridentifikasi boleh digunakan selama memenuhi
ketentuan berikut ini:
a). bebas dari cacat permukaan;
b). sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak mengurangi
kekuatan dan kemampuan layan strukturnya;
c). diuji sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tegangan leleh (fy)
untuk perencanaan tidak boleh diambil lebih dari 170 MPa
sedangkan tegangan putusnya (fu) tidak boleh diambil lebih dari
300 MPa.

3. Kurva tegangan-regangan
Kurva tegangan-regangan untuk baja tulangan diambil berdasarkan
ketentuan:
a). dianggap mempunyai bentuk seperti yang diperoleh dari persamaan-
persamaan yang disederhanakan dari hasil pengujian dalam bentuk
bilinier
b). ditentukan dari data pengujian yang memadai
c). dianggap linier, dengan harga modulus elastisitas seperti yang
diberikan pada tersebut diatas

Perencanaan Teknik Jembatan 1 14


Bangunan Atas Jembatan

b. Alat sambung
1. Baut, mur dan ring
Alat sambung yang umum digunakan untuk struktur baja adalah baut,
mur dan ring.

2. Alat sambung mutu tinggi


Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan
berikut:
a). komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
b). diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya,
harus lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku. Ukuran lainnya boleh berbeda;
c). persyaratan gaya tarik minimum alat sambung ditentukan pada tabel
2.11 di bawah ini:
Tabel 2.11 Gaya tarik baut minimum

d. Las
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

1. Penghubung geser jenis paku yang dilas


Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

2. Baut angkur
Baut angkur yang memenuhi ketentuan-ketentuan akan disampaikan
lengkap pada penyusunan standar rinci.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 15


Bangunan Atas Jembatan

e. Faktor beban dan kekuatan


1. Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Untuk besaran beban dan kombinasi pembebanan, diambil mengacu
kepada Standar Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya.

2. Faktor reduksi kekuatan


Faktor reduksi kekuatan, diambil dari nilai-nilai yang dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 2.12. Faktor reduksi kekuatan untuk keadaan batas ultimit

3. Kekuatan rencana penampang struktur baja


Perencanaan kekuatan pada penampang terhadap semua pembebanan
dan gaya dalam, yaitu momen lentur, geser, aksial, dan torsi, harus
didasarkan pada kekuatan nominal yang dikalikan dengan faktor reduksi
kekuatan.

f. Korosi pada struktur baja


Dalam hal suatu struktur baja pada jembatan harus menghadapi lingkungan
yang korosif, maka struktur baja tersebut harus diberi perlindungan terhadap
korosi. Tingkat perlindungan yang digunakan harus ditentukan berdasarkan
pertimbangan atas fungsi jembatan, pemeliharaan dan kondisi iklim/cuaca
serta kondisi setempat lainnya.

g. Persyaratan dan pembatasan lendutan pada balok


1. Beban

Perencanaan Teknik Jembatan 1 16


Bangunan Atas Jembatan

Persyaratan dan pembatasan lendutan pada balok adalah dihitung


akibat beban layan yaitu beban hidup yang ditambah dengan beban
kejut.

2. Balok
Balok di atas dua tumpuan atau gelagar menerus, lendutan
maksimumnya adalah 1/800 bentang. Kecuali pada jembatan di
daerah perkotaan yang sebagian jalur digunakan pejalan kaki, batasan
tersebut adalah 1/1.000 bentang.

3. Kantilever
Lendutan di ujung kantilever tidak boleh melampaui 1/300 panjang
kantilever. Kecuali pada jembatan di daerah sebagian jalur digunakan
pejalan kaki, batasan tersebut adalah 1/375 bentang.

4. Kerjasama antara gelagar


Jika di dalam bentang ada rangka melintang atau diafragma antara
gelagar-gelagar yang cukup kaku untuk menjamin distribusi lateral dari
beban, maka masing-masing gelagar dianggap memikul bagian yang
sama dari beban dan lendutan yang timbul sama untuk semua gelagar.

5. Momen inersia penampang


Momen inersia bruto dipakai untuk menghitung lendutan. Jika gelagar
merupakan bagian dari penampang komposit, maka beban layan
dianggap dipikul oleh penampang komposit.

6. Rangka batang
Penampang bruto dari tiap anggota rangka dipakai untuk menghitung
lendutan dari gelagar rangka batang. Jika batang terbuat dari susunan
pelat-pelat berlubang (perforated-plate), maka luas penampang efektif
harus diambil dengan menghitung volume bersih (volume bruto dikurang
volume lubang) dibagi jarak sumbu ke sumbu lubang.

7. Penyimpangan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 17


Bangunan Atas Jembatan

Persyaratan pembatasan lendutan untuk balok atau gelagar di atas boleh


dilampaui atas pertimbangan yang seksama oleh perencana.

8. Ketahanan api
Pasal ini berlaku untuk komponen struktur baja yang disyaratkan
mempunyai Tingkat Ketahanan Api (TKA). Untuk komponen struktur dan
sambungan yang dilindungi terhadap api, tebal bahan pelindung harus
lebih besar atau minimal sama dengan tebal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu Periode Kelayakan Struktural (PKS) yang sama
dengan TKA yang diperlukan. Untuk komponen struktur dan sambungan
yang tidak dilindungi terhadap api, maka rasio luas permukaan terekspos
berbanding massa (ksm ) harus tidak lebih besar dari rasio yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu PKS yang sama dengan TKA yang
diperlukan.

C. RANGKUMAN
Kekuatan nominal beton meliputi, kuat tekan, kuat tarik, kuat tarik lentur, yang
mana untuk kuat tekan, bila tidak disebutkan lain dalam spesifikasi teknik, kuat
tekan harus diartikan sebagai kuat tekan beton pada umur 28 hari, fc, dengan
berdasarkan suatu kriteria perancangan dan keberhasilan. Sedangkan kuat tarik
langsung dari beton, fct, bisa diambil dari ketentuan 0,33 fc MPa pada umur 28
hari, dengan perawatan standar; atau dihitung secara probabilitas statistik dari
hasil pengujian.

Tegangan tekan dalam penampang beton, akibat semua kombinasi beban tetap
pada kondisi batas layan lentur dan/atau aksial tekan, tidak boleh melampaui
nilai 0,45 fc, di mana fc adalah kuat tekan beton yang direncanakan pada umur
28 hari, dinyatakan dalam satuan MPa. Tegangan tarik yang diijinkan terjadi
pada

penampang beton, boleh diambil untuk; beton tanpa tulangan : 0,15 fc dan
beton prategang penuh : 0,5 fc, Tegangan ijin tarik dinyatakan dalam satuan
MPa.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 18


Bangunan Atas Jembatan

Untuk besaran beban dan kombinasi pembebanan, diambil mengacu kepada


Standar Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya.

D. LATIHAN
1. Jelaskan tentang kekutan nominal beton
2. Jelaskan tentang kekuatan nominal baja.
3. Uraikan hal hal yang harus diperhatikan pada baja struktural
4. Uraikan mengenai alat sambung pada baja struktural
5. Ceritakan bagaimana persyaratan dan pembatasan lendutan pada balok
jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 19


Bangunan Atas Jembatan

BAB II
BANGUNAN ATAS JEMBATAN
Selesai mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta mampu
menerapkan perencanaan bangunan atas jembatan

A. TYPE DAN BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN


a. Bentuk bangunan atas jembatan

a arch with splander b beam arch

c. Stayed cable d. Suspension

Perencanaan Teknik Jembatan 1 20


Bangunan Atas Jembatan

e. Bailley

f. Prestressed beam g. Austraiia Truss

Gambar 3.1. Jenis- jenis jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 21


Bangunan Atas Jembatan

PELAT BETON BERTULANG

PELAT FLAT SLAB

VOIDED SLAB B
E
T
GELAGAR BETON BERTULANG O
N
GELAGAR BETON PRATEKAN
GELAGAR
GELAGAR BETON

PELENGKUNG

BANGUNAN GELAGAR BAJA


ATAS
GELAGAR KOMPOSIT
RANGKA BAJA

RANGKA BAJA PELENGKUNG


RANGKA
RANGKA BAJA KHUSUS
B
A
J
JEMBATAN KABEL CANCANG A
(CABLESTAYED)

KHUSUS JEMBATAN GANTUNG


(SUSPENSION)

PELENGKUNG
(ARCH)

Gambar 3.2. Jenis-jenis bangunan atas jembatan

b. Sistem lantai jembatan


Lantai kendaraan terdiri dari elemen struktur sebagai berikut :
1. Pelat lantai kendaraan
2. Gelagar memanjang
3. Gelagar melintang

Perencanaan Teknik Jembatan 1 22


Bangunan Atas Jembatan

Gambar 3.3 Tampak atas lantai jembatan

Gambar 3.4 Potongan melintang jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 23


Bangunan Atas Jembatan

c. Sistem struktur pemikul utama


Struktur pemikul utama, antara lain:
1. Gelagar (gelagar), struktur pemikul utama jembatan yang dimaksud
adalah gelagar/gelagar sedangkan komponen struktur yang lain
merupakan elemen pendukung
2. Struktur rangka utama, rangka batang merupakan struktur pemikul
utama jembatan

Gambar 3.5 Jembatan dengan gelagar sebagai struktur pemikul utama

Gambar 3.6 Jembatan dengan rangka batang sebagai struktur pemikul utama

d. Sistem ikatan ikatan.


Ikatan-ikatan, terdiri dari:
1. Ikatan angin, terletak. di bagian bawah lantai kendaraan atau dipasang
di kedua tempat yaitu di bagian bawah lantai kendaraan dan bagian
rangka jembatan untuk jernbatan rangka tertutup.
2. Ikatan rem, ditempatkan pada bagian bawah lantai kendaraan dengan
posisi di salah satu ujung, kedua ujung atau di tengah-tengah (Gambar
3.8).

Perencanaan Teknik Jembatan 1 24


Bangunan Atas Jembatan

Penjelasan visual mengenai ikatan angin dan rem disajikan pada Gambar
3.7.

Gambar 3.7 Letak Ikatan angin dan rem

Gambar 3.8 Penempatan ikatan rem

e. Sistem perletakan
Perletakan jembatan terdiri dari:
1. Sendi
2. Rol
3. Landasan karet

Landasan karet dapat berfungsi sebagai setengah Sendi dan setengah


Rol, sehingga dapat menampung pergerakan struktur baik translasi
maupun rotasi.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 25


Bangunan Atas Jembatan

Gambar 3.9 Tipe-tipe perletakan

B. KONSEP PERENCANAAN BANGUNAN ATAS


Filosofi disain yang sering digunakan dalarn perencanaan struktur baja
maupun beton adalah perencanaan berdasarkan tegangan kerja/working
stress design (Allowable Stress Design/ASD) dan perencanaan kondisi
batas/llimit states design (Load Resistance Factor Design / LRFD)

a. Perencanaan dengan tegangan ijin (ASD/Allowable Stress Design)


Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan kepada
tegangan kerja atau yang diijinkan dari material pembentuk struktur
tersebut. Kuat ijin komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang
dibutuhkan:

Dimana :

Perencanaan Teknik Jembatan 1 26


Bangunan Atas Jembatan

ASD memperhitungkan keamanan hanya dari didasarkan pada tinjauan


kekuatan/tahanan sedangkan kombinasi pembebanan tidak menggunakan
factor pengali.

b. Perencanaan beban dengan kondisi kekuatan batas


Perencanaan beban dengan kondisi kekuatan batas (PBKT) disebut juga
dengan perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor.
Kuat rencana komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang
dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan LRFD.

PBKT memperhitungkan keamanan terdiri dari 2 tinjauan, yaitu efek beban


dan kekuatan/tahanannya. Setiap kondisi beban mempunyai faktor beban
yang berbeda beda sehingga dimungkinkan mendapatkan reliabilitas
seragam.

C. DASAR - DASAR PERHITUNGAN BANGUNAN ATAS

a. Perhitungan plat lantai


Bahan yang dapat digunakan untuk struktur lantai jembatan antara lain:
pelat baja beton komposit (steel deck composite),beton bertulang, plat baja
dan lain lain

Perencanaan Teknik Jembatan 1 27


Bangunan Atas Jembatan

Gambar 3.10 Steel deck composit

1. Sistem Lantai
Lantai jembatan mempunyai ketebalan sebesar 220 mm
dipinggir jalur lalu lintas dan 270 mm pada bagian tengah jalur
lalu lintas untuk kelas B atau 280 mm untuk kelas A, dengan
ketebalan totoar 520 mm, Beton lantai dengan mutu fc 30 MPa
(K-350) dan tulangan ulir dengan mutu minimal BJTD 39 (U-39).
Pada permukaan beton harus ditutup waterproofing dan aspal
setinggi 5 cm ditambah 3 cm untuk overlay.
Lantai jembatan rnenggunakan pelat baja bergelombang (steel
deck) bergalvanis yang berfungsi sebagai perancah
(pengecoran beton) pada saat pelaksanaan, terpasang diantara
stringer (gelagar memanjang) dengan mutu baja minimal grade
36, dengan lebar minimal 1000 mm, panjang minimal l000 mm,
tebal pelat minimal 1.0 mm, tinggi gelombang 30 mm dan jarak
as antar gelombang maksimal 200 mm
Bentuk steel deck dan ketebalannya harus sama untuk semua
tipe jembatan. Sambungan antara steel deck dengan cross
girder (gelagar melintang) atau stringer (gelagar memanjang)
menggunakan baut (bukan las) dan antar steel deck overlapping
minimal 50rnm
Pada sistem lantai, jarak antar cross girder (gelagar melintang)
sebesar 5.0 m dan antar stringer (gelagar rnemanjang) sebesar
I141 mm dengan jumlah 9 buah setiap segmen (kelas A) atau
Perencanaan Teknik Jembatan 1 28
Bangunan Atas Jembatan

1100 mm dengan jumlah 7 buah setiap segmen (kelas B)


dengan sistem sambungan pada gelagar memanjang dengan
gelagar melintang menggunakan system end plate yang sesuai,
gelagar melintang dan gelagar memanjang dilengkapi shear
connector (penghubung geser) praktis yang dilas, masing-
masing dengan ukuran 2 buah
D16 dengan tinggi l25 mm jarak l50 mm dan ukuran 1 buah D16
dengan tinggi 125 mm jarak l00 mm (khusus gelagar
memanjang jarak dapat 2x lebih panjang pada sd
bentangnya).

2. Perencanaan pelat beton bertulang


a). Penentuan beban-beban yang bekerja, antara lain:
beban mati meliputi: berat sendiri beton dan aspal, yang
diperoleh dari perkalian berat jenis dengan ketebalannya.
beban lalu lintas yang diperhitungkan pada pelat lantai
adalah beban truk "T" sebesar 112,5 kN dikalikan dengan
factor beban

dan memperhitungkan faktor beban dinamis sebesar 30 %.

b). Analisis gaya dalam

Dalam penentuan gaya-gaya dalarn dapat menggunakan


bantuan program atau dengan rumus praktis. Gaya dalam yang
diperlukan adalah momen dan gaya geser.

c) Penulangan pelat

d) Kontrol geser pons

3. Aplikasi perencanaan
a) Soal Perancanaan tulangan pelat lantai jembatan menerus di
atas gelagar-gelagar

Perencanaan Teknik Jembatan 1 29


Bangunan Atas Jembatan

Gambar 3.11 Slab lantai kendaraan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 30


Bangunan Atas Jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 31


Bangunan Atas Jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 32


Bangunan Atas Jembatan

b. Perhitungan balok komposit


1. Sifat komposit
Struktur dikatakan komposit apabila tidak terjadi slip antara 2 rnaterial
yang dihubungkan
Aksi komposit antara profil baja dan lantai beton dibentuk oleh
pcnghubung geser (shear connector). Penghubung geser ini
direncanakan harus mampu menahan gaya geser yang terjadi di
lokasi transisi antara beton dengan baja (diantara rnaterial yang
berbeda).
Struktur kornposit pada dasarnya adalah menambah kuat struktur
dengan pcnambahan momen kopel.
Dilihat dari sifatnya, struktur gelagar kornposit dibedakan meqiadi 2
macam:

Perencanaan Teknik Jembatan 1 33


Bangunan Atas Jembatan

o Semi Komposit. Pada struktur semi komposit, elemen (Gelagar)


baja direncanakan kuat memikul beban beton cair di atasnya.
Untuk itu, tidak diperlukan perancah pada masa pengecoran.
o Komposit Penuh. Struktur komposit sempurna, Gelagar kuat
memikul beban setelah aksi komposit terjadi. Pada masa
pengecoran dibutuhkan perancah.
Momen nominal Gelagar/gelagar komposit
o Daerah momen negatif
Pada daerah ini aksi komposit tidak terjadi, sebab gaya yang
bekerja adalah gaya tarik padahal beton tidak rnampu menerima
gaya tarik sehingga momen nominal yang diperhitungkan hanya
yang disumbangkan oleh penampang profil baja saja, = 0,85 dan
Mn = Mp
o Daerah momen positif Momen nominal memperhitungkan kuat
tekan pelat beton dan kuat tarik dari penampang baja (terjadi aksi
k
o
m
p
o
s
i
t
)
.

Gambar 3.12 Type-type gelagar komposit

2. Rasio modulus elastisitas


Perbedaan kekuatan dan kekakuan antar material yang membentuk
struktur komposit mempengaruhi distribusi gaya.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 34


Bangunan Atas Jembatan

Semakin kuat dan kaku, material secara proposional akan menerima


beban yang lebih besar.
Pada perhitungan, untuk mengakomodir perbedaan kekuatan
material urnumnya dilakukan tranformasi properti sesuai ratio
modulus (modular
ratio). Pada kondisi elastis, ratio modulus adalah perbandingan
modulus elastis material.

Pada kondisi plastis, ratio modulus adalah perbandingan kuat ultimit


material

3. Koeffisien reduksi kuat lentur


Nilai koefisien ini ditentukan oleh kekompakan penampang pelat sayap,
untuk :

Dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang


komposit

ditentukan berdasarkan superposisi tegangan-tegangan elastis yang


memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara (perancah).

4. Penghubung geser
Penghubung geser (shear connector) adalah perangkat yang
rnenjamin terjadinya transfer gaya antara material kornposit (antara
beton dan baja) hingga tidak terjadi slip antara baja dan beton.

Penghubung geser dibedakan menjadi 2 macam:


o Penghubung geser fleksibel. Penghubung geser fleksibel
mernungkinkan terjadinya mekanisme slip pada keadaan ultimit
sehingga keruntuhan bersifat duktil.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 35


Bangunan Atas Jembatan

o Penghubung geser rigid. Penghubung geser rigid pada umumnya


berupa batangan fabrikasi. Keruntuhan bersifat getas baik
disebabkan oleh keruntuhan las maupun akibat keruntuhan
(crushing) beton

Gambar 3.13 Penghububg geser/shear connector

Kuat geser penghubung geser (shear connector)

5. Gaya geser horizontal

6. Lebar efektif
Bentang efektit morupakan penyederhanaan distribusi beban pada
serat atas gelagar komposit.
Besanrya nilai lebar efektif (beff) adalah nilai minirnum dari
-2 x l/8 bentangjembatan
- 2 x 0.5 jarak antar gelagar
-2 x 6 tebal pelat

Perencanaan Teknik Jembatan 1 36


Bangunan Atas Jembatan

Gambar 3.14 Lebar effektif (beff) penampang komposit

7. Analisis elastis

8. Analisis plastis

Perencanaan Teknik Jembatan 1 37


Bangunan Atas Jembatan

c. Aplikasi perencanaan
1. Data gelagar komposit
Diketahui data-data dan gambar seperti dibawah ini , selanjutnya
check kekuatan gelagar komposit tersebut:
Panjang bentang = 20,00 m
Lebar jalur lalu-lintas = 7,00 m
Jarak antar gelagar = 1,50 m
Tebal perkerasan lantai = 0,25 m

Gambar 3.15 Tampak samping dan melintang jembatan

2. Penentuan beban dan perhitungan gaya dalam

Perencanaan Teknik Jembatan 1 38


Bangunan Atas Jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 39


Bangunan Atas Jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 40


Bangunan Atas Jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 41


Bangunan Atas Jembatan

Gambar 3.16 Tampak atas, samping dan melintang jembatan gelagar komposit

d. Perhitungan balok beton bertulang


1. Gelagar beton bertulang dengan bentang ekonomis

Gambar 3.17 Tampak melintang jembatan gelagar beton bertulang

Perencanaan Teknik Jembatan 1 42


Bangunan Atas Jembatan

2. Gelagar beton bertulang tunggal


Karena tulangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, maka
secara teoritis disebut gelagar bertulangan tarik saja atau bertulangan
tunggal, meskipun pada bagian tekan dari penampang juga ditempatkan
tulangan guna membentuk suatu kerangka yang kokoh dan stabil.
Dengan menggunakan tegangan persegi ekivalen, kekuatan lentur Mn
dapat diperoleh berdasarkan keseimbangan statis dan kesesuaian
regangan-tegangan di dalam penampang kornponen sebagaimana
terlihat pada Gambar 3.18 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.18 Diagram regangan tegangan gelagar

Gaya tekan pada beton C adalah :

dan gaya tarik pada baja adalah :

dengan penggunaan tegangan fy memisalkan bahwa tulangan tarik


rneleleh sebelum kehancuran beton dan keseimbangan gaya horisontal
C-T menghasilkan kedalaman blok tekan sebesar,

Dan kedalaman garis sebesar :

Perencanaan Teknik Jembatan 1 43


Bangunan Atas Jembatan

Sehingga berdasarkan pasangan kopel antara gaya tarik tulangan tarik


dan gaya tekan beton diperoleh besar kapasitas gelagar menahan
momen lentur,

3. Gelagar bertulangan rangkap

Dapat diperlihatkan bahwa kriteria untuk menjamin keadaan leleh dari


tulangan tekan suatu penampang bertulangan rangkap pada saat
dicapainya kekuatan nominal adalah:

Dengan menggunakan Gambar 3.19, kriteria untuk rnelelehnya ulangan


tekan a

Gambar 3.19 Distribusi regangan dan tegangan gelagar bertulang

Perencanaan Teknik Jembatan 1 44


Bangunan Atas Jembatan

Setelah menentukan bahwa tulangan tekan harus digunakan, apakah


untuk syarat kekuatan atau untuk pengendalian lendutan, berikut

dibutuhkan pernilihan tulangan As, clan tulangan tekan As yang


mencukupi. Untuk maksud ini kedua persamaan keseimbangan dapat
digunakan, yaitu :

Jika tulangan tekan tidak leleh, maka persamaan keseirnbangan harus


disusun kembali dengan menggunakan suatu tegangan fs' ,di dalam
tulangan tekan yang sebanding dengan regangan yang bersangkutan.

4. Gelagar T
Apabila gelagar dicor monolit dengan plat lantai (mutu beton sarna
antara gelagar dan plat) dan terjadi interaksi antara gelagar dan plat
yang menjadi satu kesatuan dalam menahan momen yang terjadi.
Gelagar dernikian dikatakan sebagai gelagar T karena penampangnya
yang rnembentuk huruf T tipikal. Pada kondisi ini, sebagian plat beton
akan berfungsi sebagai sayap atas dari gelagar.

Gambar 3.20 Penampang gelagar T

Perencanaan Teknik Jembatan 1 45


Bangunan Atas Jembatan

Gambar 3.21 Diagram regangan-tegangan c < hf

Perencanaan Teknik Jembatan 1 46


Bangunan Atas Jembatan

Untuk control daktilitas tulangan, digunakan cara sama dengan


gelagar persegi bertulangan tunggal

G
a

Gambarr 3.21 Diagram regangan-tegangan c > hf

Perencanaan Teknik Jembatan 1 47


Bangunan Atas Jembatan

Geser Pada Gelagar


Tulangan geser pada dasarnya mempunyai empat fungsi yaitu:
1. Memikul sebagaian gaya geser rencana Vu
2. Membatasi bertambahnya retak diagonal
3. Memegang dan mengikat tulangan memanjang
4. Memberikan ikatan pada daerah beton yang tertekan
Perencanaan penampang akibat geser didasarkan pada persamaan :

Kekuatan geser nominal ditentukan dengan memperhitungkan kontribusi beton


maupun tulangan sengkang sehingga :

Untuk komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja, kekuatan
beton tanpa tulangan geser untuk menahan gaya geser

Atau dengan menggunakan persamaan yang lebih rinci adalah sebagai berikut
:

Perencanaan Teknik Jembatan 1 48


Bangunan Atas Jembatan

Sedangkan besarnya kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser


berdasarkan cara pemasangannya adalah sebagai berikut

Sengkang miring

Sengkang vertikal

Sengkang dipasang dengan jarak tidak lebih besar dari jarak yang telah
disyaratkan tidak boleh melebihi nilai nilai berikut :
Seperempat nilai tinggi efektif gelagar (d)
8 kali diameter tulangan memanjang terkecil
24 kali diameter tulangan sengkang
Tidak lebih dari 300 mm

D. RANGKUMAN
Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan kepada tegangan
kerja atau yang diijinkan dari material pembentuk struktur tersebut. ASD
memperhitungkan keamanan hanya dari didasarkan pada tinjauan
kekuatan/tahanan sedangkan kombinasi pembebanan tidak menggunakan
factor pengali.
Perencanaan beban dengan kondisi kekuatan batas (PBKT) disebut juga dengan
perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor.
Kuat rencana komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang
dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan LRFD.

Perencanaan Teknik Jembatan 1 49


Bangunan Atas Jembatan

PBKT memperhitungkan keamanan terdiri dari 2 tinjauan, yaitu efek beban dan
kekuatan/tahanannya. Setiap kondisi beban mempunyai faktor beban yang
berbeda beda sehingga dimungkinkan mendapatkan reliabilitas seragam.
Bahan yang dapat digunakan untuk struktur lantai jembatan antara lain: pelat
baja beton komposit (steel deck composite),beton bertulang, plat baja dan lain
lain.
Beban-beban yang bekerja pada lantai, antara lain:
beban mati meliputi: berat sendiri beton dan aspal, yang diperoleh dari
perkalian berat jenis dengan ketebalannya.
beban lalu lintas yang diperhitungkan pada pelat lantai adalah beban truk
"T" sebesar 112,5 kN dikalikan dengan factor beban

Struktur dikatakan komposit apabila tidak terjadi slip antara 2 rnaterial yang
dihubungkan, aksi komposit antara profil baja dan lantai beton dibentuk oleh
pcnghubung geser (shear connector). Penghubung geser ini direncanakan harus
mampu menahan gaya geser yang terjadi di lokasi transisi antara beton dengan
baja (diantara rnaterial yang berbeda). Struktur kornposit pada dasarnya adalah
menambah kuat struktur dengan pcnambahan momen kopel.

E. LATIHAN
1. Sebutkan jenis jenis bangunan atas jembatan dan bahannya
2. Jelaskan system yang bekerja pada jembatan.
3. Uraikan apa yang dimaksud dengan perencanaan berdasarkan tegangan kerja
4. Uraikan apa yang dimaksud dngan perencanaan berdasarkan kondisi batas
5. Jelaskan fungsi dari tulangan geser pada gelagar komposit jembatan

Perencanaan Teknik Jembatan 1 50


Bangunan Atas Jembatan

BAB III
PENUTUP

Salah satu aspek penting untuk menunjang keberhasialan pembinaan jalan dan jembatan adalah dengan
tersedianya Norma, Standar ,Pedoman dan Manual (NSPM), yang dapat diterapkan dilapangan dengan
mudah.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga Departmen
Pekerjaan Umum (sekarang Kementrian Pekerjaan Umum) telah menyusun beberapa NSPM antara lain
Manual Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan. Manual dengan No. 009/BM/2008 ini
disusun dengan memperhatikan masukan dari narasumber Berkompeten dan yang ahli dibidang
pekerjaan jalan dan jembatan.

Selain itu juga telah disusun standarisasi untuk jebatan gelagar beton balok T dan gelagar komposit yang
bertujuan mempermudah para perencana dan pelaksana jembatan sehingga tercapai effisiensi dan
penghematan waktu dalam pembangunan jembatan gelagar beton maupun gelagar komposit. Gelagar
jembatan gelagar beton dan gelagar komposit ini mampu menerima beban Bina Marga 100 %

Perencanaan Teknik Jembatan 1 51


Bangunan Atas Jembatan

DAFTAR PUSTAKA
1. Bridge Management System, Ditjen Bina Marga, 1992
2. Perencanaan Teknik Jembatan, Dit Bintek, Ditjen Bina Marga, 2010
3. Prinsip Dasar Teknik Jembatan dan Aplikasinya, Dit Bintek, Ditjen Bina Marga, 2008
4. Konsep dan Aplikasinya, Manajemen Aset, Perencanaan dan Pelaksanaan Jembatan, Dit Bintek,
Ditjen Bina Marga, 2009
5. Pembebanan Untuk Jembatan, RSNI-T-2-2005, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Dep PU, 2005
6. NSPM, Ditjen Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum

Perencanaan Teknik Jembatan 1 52

Anda mungkin juga menyukai