Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini istilah leukimia sangat populer di bahas dalam dunia medis. Penyakit
kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada manusia. Namun,
penanganan kanker di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita
kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow
ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih
(berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa
oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan
darah). Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, sumsum tulang
tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila
tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan
memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal)
akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi.
Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel
lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Leukemia sebenarnya adalah sebuah istilah medis yang luas. Leukemia kanker
dipisahkan menjadi dua, bentuk yang lebih didefinisikan bernama Leukemia kronis dan
leukemia akut. Kanker leukemia akut cenderung menimpa anak-anak dan dewasa muda.
Proliferasi sel-sel tulang sumsum menghambat Sumsum tulang untuk membuat sel benar sehat.
Ini adalah bentuk yang sangat berbahaya dari kanker karena sel-sel ganas yang tersedia
untuk aliran darah untuk transportasi ke organ lain.

1
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai darah putih pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel
induk hematopoetik. Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi
neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal
(stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukimia.

Leukimia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon


yang abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada
diferensiasi dan pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid. Diagnosa leukimia akut dapat
ditegakkan dari pemeriksaan hematologi Hb, leukosit, tulang, yaitu tipe leukemia akut
berdasarkan klasifikasi FAB.

Dari uraian diatas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai factor-faktor
pencetus penyakit leukemia serta bentuk patologi penyakit leukemia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apakah defenisi leukemia?


2. Bagaimana patofisiologi leukemia?
3. Apa Penyebab Leukemia ?
4. Bagaimana gejala kliniknya?
5. Apa sasaran dan strategi pengobatannya?
6. Bagaimana penatalaksanaannya?
7. Bagaimana evaluasi obat yang beredar di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi leukemia.
2. Untuk mengetahui patofisiologi leukemia.
3. Untuk mengetahui Penyebab Leukemia.
4. Untuk mengetahi gejala kliniknya.
5. Untuk mengetahi sasaran dan strategi pengobatannya.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaannya.
7. Untuk mengetahi evaluasi obat yang beredar di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Leukemia


Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai darah putih pada tahun
1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk
hematopoetik. Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada
satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan
pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik. Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan,
dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.

2.2 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Sedangkan pada leukemia terjadi peningkatkan produksi sel darah putih
pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah
normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemia memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap
infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk
sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

3
2.3 Klasifikasi Leukemia
2.3.1 Leukemia Akut

Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan
penyebaran ke organ-organ lain. Ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat,
mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan
kematian dalam hitungan minggu hingga hari.

a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi
sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-
alat dalam) dan kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada
umur dewasa (18%). Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah
terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang. Leukemia limfositik
akut(LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga
terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.

b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik. Jenis ini ditandai
dengan banyaknya leukosit yang berdiferensiasi ke sel mieloid. LMA atau Leukemia
Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan
anak-anak (15%). Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.

2.3.2 Leukemia Kronik

Leukemia kronik ditandai proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung
atau terjadi karena keganasan hematologi. Leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang
tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.

a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK ditandai dengan proliferasi dan keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit
T). LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50

4
sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki. Kadang-kadang juga diderita oleh
dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak

b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)

LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi


berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. LGK/LMK mencakup 20%
leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).
Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95%
penderita LGK/LMK. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.

Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang
disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat
kurang.

2.4 Penyebab Leukemia


Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia :
1. Radiasi
Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus Leukemia
bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan radioterapi
lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom
Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
2. Leukemogenik
Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia,
misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida, obat-obatan
yang digunakan untuk kemoterapi.
3. Herediter
Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang
normal.
4. Virus
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia feline,
HTLV-1 pada dewasa.

5
2.5 Gejala Klinik
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,
neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme (Guilhot dan
Roy, 2005).

1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah
merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita
bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena
didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan
kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh,
terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang
diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya.
Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan
sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung
(meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang
(bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana
sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan
pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat
berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami
pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan
lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini
dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan
bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan
pertolongan medis.

6
Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan umsum tulang.
Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada),
infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur (Sylvia,
2006)

Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom
kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia.
Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 3100 ribu/mm) biasanya
mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan ganggua n metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia (Robbins, 1999).

Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami
gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan.
Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.
Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya
(Baldy CM. 2005).

Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase
kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung.
Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai
infeksi (Baldy CM. 2005).

7
2.6 Sasaran dan Strategi Pengobatan
Pengobatan leukemia tergantung dari berbagai macam faktor, salah satu diantaranya
pengobatan leukemia berdasarkan jenis leukemianya, ada beberapa pilihan terapi untuk
leukemia yaitu: kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, pemberian obat-obatan
tablet dan suntik, dan transfusi sel darah merah atau platelet.

1.Kemoterapi

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan
untuk semua orang.

a. Tahap 1 (terapi induksi)


Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal
dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi
kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.

b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk
mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.

c. Tahap 3 ( profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan
dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan
obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat

d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya
memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat
dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh.

8
Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan
hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum
tulang dan SSP.

2. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.


Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat
menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton,
elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat
keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis
tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna
untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.49 Pada penderita LMK, hasil terbaik
(70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita
LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.

4. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit


leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia
dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi.

2.7 Penatalaksanaan
Penderita leukemia memiliki banyak pilihan pengobatan. Pilihannya adalah menanti
sambil waspada (watchful waiting), kemoterapi, targeted terapi, terapi biologi, terapi radiasi,
dan transplantasi sel induk. Jika pankreas Anda membengkak, dokter mungkin menyarankan
operasi pengangkatan limpa/pankreas. Terkadang kombinasi perawatan ini digunakan. Pilihan

9
pengobatan tergantung terutama pada 3 aspek, yaitu: jenis leukemia, usia dan apakah sel-sel
leukemia ditemukan dalam cairan cerebrospinal. Dokter juga mempertimbangkan gejala dan
kesehatan umum.

6.1.1 Pengobatan Leukemia Akut

Orang dengan leukemia akut perlu segera dirawat. Tujuan pengobatan adalah untuk
menghancurkan tanda-tanda leukemia dalam tubuh dan menghilangkan gejalanya. Ini disebut
masa remisi. Setelah orang mengalami remisi, terapi lebih mungkin diberikan untuk mencegah
kekambuhan. Jenis terapi ini disebut terapi konsolidasi atau terapi pemeliharaan. Banyak orang
dengan leukemia akut dapat disembuhkan.

Pengobatan awal AML biasanya dimulai dengan kemoterapi induksi, dengan


menggunakan kombinasi obat-obatan seperti daunorubisin (DNR), sitarabin (ara-C),
idarubicin, thioguanine, etoposide, atau mitoxantrone.

Untuk mengurangi efek samping pengobatan diatas, yang biasanya berbentuk


penurunan jumlah sel darah tertentu, maka dokter dapat memberikan terapi-terapi lanjutan
melalui antibiotic oral (misalnya, ofloxacin, rifampisin), injeksi dengan G-CSF (granulocyte-
colony stimulating factor), ataupun transfusi sel darah merah dan trombosit/platelet.

Jika sel kanker resistan/kambuh lagi, maka biasanya diberikan antara lain:

Kemoterapi induksi konvensional


Ara-C(HDAC) dosis tinggi, dengan/tanpa obat-obatan lain
Etoposide atau agen kemoterapi tunggal lainnya.

6.1.2 Pengobatan Leukemia Kronis

Jika Anda memiliki leukemia kronis tanpa gejala, Anda mungkin tidak perlu segera dirawat.
Dokter Anda akan melihat kesehatan Anda dengan cermat sehingga perawatan dapat dijalankan
saat Anda mulai mengalami gejala. Hal ini disebut watchful waiting (menanti sambil waspada).

Ketika pengobatan untuk leukemia kronis diperlukan, sering kali penyakit ini dan
gejalanya dapat terkontrol. Orang mungkin menerima terapi pemeliharaan untuk membantu

10
agar kankernya tetap dalam remisi, tetapi jarang leukemia kronis dapat disembuhkan dengan
kemoterapi. Namun, transplantasi sel induk dapat menjadi pilihan bagi beberapa orang dengan
leukemia kronis untuk sembuh. Minta Dokter untuk menjelaskan opsi pengobatan yang ada,
hasil yang diharapkan, dan serta kemungkinan efek samping bagi.

Kemoterapi

Kebanyakan orang dengan leukemia menjalani kemoterapi, untuk membunuh sel-sel leukemia.
Tergantung pada jenis leukemianya, ia dapat menerima obat tunggal atau kombinasi dari dua
atau lebih obat-obatan. Kemoterapi dapat diberikan dalam beberapa cara berbeda, yang
meliputi:

o melalui mulut

o melalui suntikan ke dalam pembuluh darah

o melalui kateter

o injeksi langsung ke cairan cerebrospinal

o injeksi ke dalam tulang belakang atau reservoir Ommaya

Akan tetapi seperti sudah diketahui secara umum, pengobatan leukemia dengan jalan
kemoterapi seringkali menjadi pilihan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh kebanyakan
pasien. Efek samping yang ditimbulkan pasca kemoterapi malah menjadi beban penderitaan
yang lain bagi si pasien.

Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Orang-
orang mendapatkan radioterapi di rumah sakit ataupun klinik. Beberapa orang menerima
radiasi dari sebuah mesin besar yang ditujukan ke pankreas, otak, atau bagian lain dari tubuh
di mana sel-sel leukemia menumpuk. Jenis terapi ada yang berlangsung selama 5 hari/minggu
selama beberapa minggu. Orang lain mungkin menerima radiasi yang diarahkan ke seluruh
tubuh. Radiasi biasanya diberikan sekali atau dua kali sehari selama beberapa hari, biasanya
sebelum transplantasi sel induk.

11
Efek samping dari terapi radiasi tergantung terutama pada dosis radiasi dan bagian
tubuh yang terpapar. Sebagai contoh, radiasi untuk perut Anda dapat menyebabkan mual,
muntah, dan diare. Selain itu, kulit Anda di daerah yang sedang diobati bisa menjadi merah,
kering, dan lunak. Anda juga dapat kehilangan rambut di daerah yang terpapar.

Anda mungkin akan sangat lelah selama radioterapi, terutama beberapa minggu setelah
pengobatan. Istirahat sangat penting, tetapi dokter biasanya menyarankan pasien untuk
mencoba sedapat mungkin tetap aktif.

Transplantasi Sel Induk

Beberapa orang dengan leukemia menerima transplantasi sel induk. Transplantasi sel induk
memungkinkan Anda untuk mendapat kemoterapi, radiasi atau keduanya untuk
menghancurkan sel-sel leukemianya. Setelah Anda menerima kemoterapi dosis tinggi, terapi
radiasi, atau keduanya, Anda akan menerima sel-sel induk yang sehat melalui pembuluh darah
besar. Sel darah baru berkembang dari sel induk yang ditransplantasikan. Sel-sel darah baru
menggantikan yang dihancurkan oleh pengobatan.

Transplantasi sel induk dilakukan di rumah sakit. Sel induk dapat berasal dari Anda,
dari kembar identik Anda ataupun dari seseorang yang menyumbangkan sel induk mereka
untuk Anda Sel induk berasal dari beberapa sumber: dari darah ataupun dari sumsum tulang
(transplantasi sumsum tulang). Sumber lain sel induk adalah darah tali pusat. Darah tali pusat
diambil dari bayi yang baru lahir dan disimpan dalam freezer.

Setelah transplantasi sel induk, Anda mungkin tinggal di rumah sakit selama beberapa
minggu atau bulan. Anda akan beresiko tinggi terkena infeksi dan perdarahan karena dosis
besar kemoterapi ataupun radiasi yang Anda terima. Dibutuhkan waktu bagi sel-sel induk yang
ditransplantasikan untuk mulai menghasilkan sel darah yang sehat.

Masalah lain dengan transplantasi sel induk adalah terjadinya penyakit graft-versus-
host (GVHD) dapat terjadi pada orang yang menerima menyumbangkan sel induk. Dalam
GVHD, sel-sel darah putih yang disumbangkan bereaksi terhadap jaringan normal pasien.
Paling sering, hati, kulit, atau saluran pencernaan terpengaruh. GVHD bisa ringan atau sangat
parah. Hal ini dapat terjadi setiap saat setelah transplantasi, bahkan bertahun-tahun kemudian.
Steroid atau obat lain dapat membantu.

12
Terapi Biologi : Interferon

Beberapa orang dengan leukemia disarankan untuk menjalani terapi biologi. Terapi biologi
untuk leukemia adalah terapi dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit.
Salah satu jenis terapi biologi adalah zat yang disebut antibodi monoklonal. Ini diberikan
melalui infus intravena. Zat ini berikatan dengan sel-sel leukemia. Salah satu jenis antibodi
monoklonal membawa racun yang membunuh sel-sel leukemia. Jenis lain membantu sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel leukemia. Untuk beberapa orang dengan CML
diberikan terapi biologi dengan obat Interferon. Interferon adalah sekumpulan protein yang
dilepaskan oleh sel yang terinfeksi virus. Mereka membantu sel-sel normal untuk membuat
protein antivirus. Interferon juga membantu tubuh untuk mengurangi proliferasi (pertumbuhan
dan reproduksi) sel leukemia, sementara memperkuat respons kekebalan tubuh.

Interferon-alfa (INFA) adalah jenis interferon yang sering digunakan untuk mengobati
leukemia. INFA biasanya ditawarkan kepada pasien yang baru terdiagnosa, yang bukan
kandidat untuk transplantasi sel induk. Efek samping yang mungkin ditimbulkan antara lain:
demam, menggigil, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, dan keluhan
seperti flu ketika memulai pengobatan. Gejala seperti itu biasanya berlangsung selama 1-2
minggu. Efek samping biasanya membaik setelah terapi dengan INFA selesai.

Targeted Terapi

Orang-orang dengan CML dan ALL mungkin menerima obat yang disebut Targeted
Terapi. Imatinib (Gleevec) adalah targeted terapi pertama yang disetujui untuk CML. Dalam
kasus resistansi terhadap Imatinib, terutama pada kasus CML stadium lanjut, obat-obatan
seperti Tasigna (second generation Gleevec), AMN 107 ataupun BMS-354825 menjanjikan
harapan. Saat ini kecuali Tasigna, obat-obatan ini masih dalam uji coba klinis.

Targeted terapi menggunakan obat-obatan yang menghambat pertumbuhan sel-sel


leukemia. Misalnya, targeted terapi dapat menghalangi mekanisme protein abnormal yang
merangsang pertumbuhan sel-sel leukemia.

Efek samping dari Targeted terapi, antara lain: pembengkakan, kembung, dan kenaikan
berat badan secara tiba-tiba. Targeted terapi juga dapat menyebabkan anemia, mual, muntah,

13
diare, kram otot, atau ruam. Diskusikan dengan dokter Anda bila menemukan gejala efek
samping.

Pengobatan Terbaru Leukemia

Artikel terbaru dari VOA (Tim Peneliti As Kembangkan Terapi Pengobatan Leukemia Dengan
Virus Aids Yang Dilumpuhkan) mengemukakan bahwa :

Puluhan pasien kini menjalani terapi percobaan, yang dikembangkan di Universitas


Pennsylvania. Pengobatan tersebut membuang jutaan sel T, sejenis sel darah putih, dari setiap
pasien dan memasukkan gen yang telah diprogram untuk membunuh sel-sel B, tipe sel yang
dapat menjadi ganas dalam leukemia. Para peneliti menggunakan virus AIDS yang tidak
menular, untuk memasukkan materi genetika ke dalam sel-sel T, yang kemudian disuntikkan
kembali ke tubuh pasien kanker, menyusul prosedur kemoterapi. Sel-sel yang telah diubah
secara genetika tadi menyerang protein yang ada di permukaan sel-sel B, membunuh sel-sel
tadi, dan merangsang pembuatan lebih banyak sel-sel T yang sudah diubah. John Wagner,
direktur bagian pediatri dan transplantasi sumsum tulang di Universitas Minnesota, memuji
terapi baru mengobati kanker yang berbahaya ini.

Ini adalah strategi baru sama sekali, lebih baik dari kemoterapi atau radiasi dan
menggunakan mekanisme yang rumit dalam membasmi leukemia yang sangat kebal obat, kata
John Wagner. Walaupun pengobatan tadi amat efektif dalam melenyapkan penyakit pada
empat pasien, pengobatan itu hanya sebagian saja efektif pada dua pasien lainnya, yang
kambuh lagi setelah menjalani terapi. Dua pasien lainnya tidak menunjukkan perubahan sama
sekali. Walaupun terapi sel T yang baru dimodifikasi itu merupakan perkembangan yang
menggembirakan, menurut Wagner, terapi tadi hanya menarget bagian kecil saja dari sel-sel
kanker darah. Cara pengobatan yang konvensional adalah dengan pencangkokan sumsum
tulang, untuk menciptakan sistem kekebalan baru yang sehat.

Transplantasi sumsum tulang dianggap bisa mengatasi semua itu. Cara ini mujarab bagi
sebagian pasien, tetapi saya akan menerapkannya dengan menggabungkannya dengan terapi
lain guna melihat apakah saya dapat memperbaiki keadaan setelah melakukan pencangkokan
melebihi apa yang telah kita capai sampai saat ini, papar Wagner.

14
2.8 Evaluasi Obat yang Beredar di Indonesia
7.1.2Kemoterapi post remission siklus 1
a. Daunorubicin HCl DBL Tempo Scan Pacific/DBL

Komposisi : Daunorubicin HCl

Indikasi : Treatment untuk leukemia ALL dan NALL

Efek Samping : Mual, muntah, imunosupresif, depresi sum-sum tulang.

Alasan Pemilihan : Daunorubicin dan cytarabin merupakan 1st line therapy


untuk leukemia yang baru dideteksi.

b. Cytosar-U Pfizer
Komposisi : Cytarabine
Indikasi : Induksi dan pemeliharaan untuk leukemia non limfositik akut,
leukemia limfositis akut, leukemia mielositik kronik yang mengalami remisi,
profilaksis untuk pengobatan leukemia meningeal.

Efek Samping : Anoreksia, gangguan GI, inflamasi dan ulserasi pada


mulut,gangguan fungsi hati, demam, supresi sum-sum tulang

Alasan Pemilihan : Daunorubicin dan cytarabin merupakan 1st line therapy untuk
leukemia yang baru dideteksi.

7.1.2 Terapi suportif

a. Pemberian Nutrisi

CLINIMIX (asam amino, gukosa, elektrolit)

Alasan : selama siklus terapi, pasien mengalami kehilangan nutrisi dan kesulitan untuk
mengkonsumsi makanan, maka dibutuhkan asupan nutrisi tambahan.

b. Manajemen nyeri

15
Morfin ( MST Continus)

Alasan : Merupakan first line pada terapi paliatif. Karena pasien sudah berada dalam level
intensely severe pain ( dilihat dari skala Mc Caffery M Pasero C), maka terapi yang dilakukan
dengan pengobatan paliatif sudah pada step 3 yakni menggunakan opioid kuat yakni morfin.

c. Pemberian anti mual-muntah (antiemetik)

Ondansetron (DANTROXAL)

Alasan : membutuhkan dosis yang lebih kecil dalam menghasilkan efek yang sama dibanding
dengan Dolansetron, serta terdapat di Indonesia.

- Cytarabin menginduksi mual muntah dengan level emetogenesis 2 (ringan), sedangkan


daunorubicin level emetogenesis kuat. Sehingga dibutuhkan kombinasi antiemetik yang
merupakan kombinasi SSRI dengan kortikosteroid (emetogenicity moderatehigh)

- Ondansetron,dolasetron,granisetron efikasi dan keamanannya >>> metoklopramid.

- Kortikosteroid dikombinasikan dengan SSRI karena dengan penambahan kortikosteroid


akan meningkatkan efek antiemetik.

- Biasanya kombinasi yg diberikan Ondansetron-dexametasone.

Pada kasus ini pasien sudah terdiagnosa AML dan telah menjalani terapi kemoterapi induksi
dengan cytarabine dan daunorubicin. Pasien megalami efek samping kemoterapi
tertunda/delayed (seminggu setelah kemoterapi). Terapi induksi menggunakan obat yang
toksik untuk sel sumsum yang normal. Oleh karena itu pasien memerlukan pelayanan suportif
yang intensif selama periode toksik kemoterapi induksi sebelum remisi diperoleh.

Untuk mengatasi nyeri karena kanker, digunakan morfin. Morfin merupakan first line
pada terapi paliatif. Karena pasien sudah berada dalam level intensely severe pain ( dilihat dari
skala Mc Caffery M Pasero C), maka terapi yang dilakukan dengan pengobatan paliatif sudah
pada step 3 yakni menggunakan opioid kuat yakni morfin. Morfin menjadi pilihan karena
tersedia dalam berbagai sediaan, memiliki banyak rute pemberian seperti oral, rectal, IM, SC,
IV, epidural, intratekal. Morfin memiliki efek adiksi yang lebih tinggi dari yang lainnya.

16
Cytarabin menginduksi mual muntah dengan level emetogenesis 2 (ringan), sedangkan
daunorubicin level emetogenesis kuat. Sehingga dibutuhkan kombinasi antiemetik yang
merupakan kombinasi SSRI dengan kortikosteroid (emetogenicity moderatehigh).
Ondansetron, dolasetron, dan granisetron efikasi dan keamanannya jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan metoklopramid. Kortikosteroid biasanya dikombinasikan dengan SSRI
karena dengan penambahan kortikosteroid akan meningkatkan efek antiemetik. Kombinasi
yang biasa diberikan adalah Ondansetrondexametasone. (Leather and Poon, 2005)

Selain itu, diperlukan juga penambahan nutrisi pada pasien, karena pasien mengalami
kehilangan nutrisi dan kesulitan untuk mengkonsumsi makanan, diakibatkan oleh mual muntah
karena kemoterapi yang diterima pasien. Nutrisi diberikan secara parenteral, yaitu Clinimix
yang berisi glukosa, asam amino, dan elektrolit. Dengan diberikannya tambahan nutrisi,
diharapkan kondisi pasien dapat segera membaik, sehingga kemoterapi dapat dilanjutkan ke
fase berikutnya.

Jika kondisi pasien sudah membaik, maka terapi kanker dapat dilanjutkan dengan fase
konsolidasi (fase 2). Terapi yang direkomendasikan untuk 1 siklus adalah Daunorubicin HCl
selama 2 hari (1x sehari, dosis 96,6 mg) dan Cytarabine selama 5 hari (1x sehari, dosis 322
mg). obat-obat ini dipilih karena merupakan first line terapi pada AML. Lagipula, sebelumnya
pasien pernah menjalani kemoterapi dengan obat-obat ini, sehingga diharapkan pasien sudah
lebih dapat menoleransi efek samping yang diakibatkan oleh pemakaian obat-obat ini.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Patofisiologi : pada umumnya terjadi peningkatkan produksi sel darah putih pada
sumsum tulang yang lebih dari normal dimana sel leukemi ini memblok produksi sel
darah normal dan merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.

2. Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia,
infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme. Kemudian dapat
meningkat ketingkat lebih tinggi sesuai dengan tingkat penyakitnya.

3. Sasaran dan strategi pengobatan tergantung dari berbagai macam faktor, salah satu
diantaranya berdasarkan jenis leukemianya.

5. Penatalaksanaan : Orang-orang dengan leukemia memiliki banyak pilihan pengobatan.


Pilihannya adalah menanti sambil waspada , kemoterapi, targeted terapi, terapi biologi,
terapi radiasi, dan transplantasi sel induk. Pilihan pengobatan tergantung terutama pada
3 aspek, yaitu: jenis leukemia, usia dan apakah sel-sel leukemia ditemukan dalam cairan
cerebrospinal. Dokter juga mempertimbangkan gejala dan kesehatan umum.

6. Evaluasi pemilihan obat untuk kanker leukemia dapat dilakukan dengan terapi suportif
(berupa pemberian nutrisi, manajemen nyeri dan pemberian antiemetik) dan kemoterapi
(berupa penggunaan obat Daunorubicin HCl DBL, Cytosar-U).

3.2 Saran
Perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai Leukemia terutama perihal
pengobatanya mengingat angka kematian akibat penyakit ini dari tahun ke tahun semakin
meningkat.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Baldy CM. 2005. Gangguan sel darah putih dan sel plasma. Dalam: Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Terjemahan oleh: Hartanto H, Wulansari P,
Susi N. Jakarta: EGC; Hal.277-8
2. Guilhot F, Roy L. 2005. Chronic myeloid leukemia. In: Textbook of malignant 5.
hematology. New York: Mcgraw Hill 2005: 696-725
3. Robbins RL, Kumar V.1999. Sistem hematopoiesis dan limfoma. Dalam: Oswar
i J, Erlan, Setiawan I, Hartanto H, Komala S, editor. Buku ajar patologi II. Ed 4.
Terjamahan oleh: Putra ST. Jakarta:EGC. Hal. 79- 85
4. Sylvia A, Brahm UP. 2006. Gangguan Sistem Hematologi. Dalam:
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC:278-7
5. http://www.voaindonesia.com/content/tim-peneliti-as-kembangkan-terapi-
pengobatan-leukemia-dengan-virus-aids-yang-dilumpuhkan/1573222.html
6. http://www.cancerhelps.com/pengobatan-kanker-darah.htm

19

Anda mungkin juga menyukai