a. Faktor predisposisi
Menurut Manuaba (1998), faktor faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35
tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas
kuretage atau manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan
pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur,
serta bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan 2 tahun.
Menurut Mochtar (1998), faktor faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur
dan paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di Indonesia, plasenta previa
banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang. 2)
Endometrium yang cacat Endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda,
endometrium bekas persalinan berulang ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas
operasi, kuratage, dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena
endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin
dan hamil pada umur muda.
Kejadian plasenta previa 3 kali lebih sering pada wanita multipara. Pada multipara
plasenta previa disebabkan oleh vaskularisasi yang kurang dan atrofi desidua
akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup sehingga
menutupi pembukaan jalan lahir. Pada paritas tinggi, kejadian plasenta previa
semakin besar karena keadaan endometrium yang kurang subur (Prawirohardjo,
2006)
1. Multiparitas : meningkatnya ukuran rongga uterus pada persalinan yang berulang-ulang
merupakan predisposisi terjadinya plasenta previa