PENDAHULUAN
Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan standar auditing terutama
dalam hal pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Pentingnya konsep materialitas yakni
sebagai pertimbangan seorang auditor dalam menjalankan tugasnya.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Oleh karena itu pentingnya Materialitas, risiko dan strategi audit awal guna
memeperlancar tugas seorang auditor serta sebagai bahan pertimbangannya untuk
selanjutnya akan dibahas pada bab II makalah ini.
1
c. Apa Yang Dimaksud dengan Risiko Audit ?
d. Apakah yang dimaksud dengan Strategi Audit Awal ?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Audit dengan Materialitas, Konsep
Materialitas, Penggunaan Materialitas dalam mengevaluasi Bukti Audit.
b. Untuk mengetahui bagaimana resiko-resiko yang terjadi pada Audit, antar unsur
Risiko Materialitas dan Bukti Audit.
c. Untuk mengetahui tentang strategi Audit awal dan Pendekatan terutama
Subtantif.
d. Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas mata kuliah auditing.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan
keuangan auditan adalah akurat. Auditor tidak dapat memberikan jaminan karena ia
tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat
menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan,
dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Jika auditor diharuskan
untuk memberikan jaminan mengenai keakuratan laporan keuangan auditan, hal ini
tidak mungkin dilakukan, karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi
manfaat yang dihasilkan. Di samping itu, tidaklah mungkin seseorang menyatakan
3
keakuratan laporan keuangan (yang berarti ketepatan semua informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan), mengingat bahwa laporan keuangan sendiri berisi pendapat,
estimasi, dan pertimbangan dalam proses penyusunannya, yang seringkali pendapat,
estimasi, dan pertimbangan tersebut tidak tepat atau akurat seratus persen.
Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan (assurance) berikut ini:
Dengan demikian ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan
auditor: konsep materialitas dan konsep risiko audit. Karena auditor tidak memeriksa
setiap transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, maka ia harus bersedia
menerima beberapa jumkah kekeliruan kecil. Konsep materialitas menunjukkan seberapa
besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak
terpengaruh oleh salah saji tersebut. Sedangkan konsep risiko audit menunjukkan tingkat
risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang
sebenarnya berisi salah saji material.
4
Berikut ini disajikan contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang
dilakukan oleh auditor dalam mempertimbangkan materialitas.
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b. Total aktiva dalam neraca.
c. Total aktiva lancar dalam neraca.
d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.
2. Faktor kualitatif, seperti:
a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
b. Kemungkinan terjadinya kecurangan.
c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan
pada tingkat minimum tertentu.
d. Adanya gangguan dalam trend laba.
e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua
tingkat berikut ini:
5
Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas. Berikut ini diberikan
contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik:
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep
materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo
akun material. Saldo akun material adalah saldo akun yang tercata, sedangkan konsep
materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan.
6
2.2 Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit
7
b. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
2.3.2 Unsur Risiko Audit
a. Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau
golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
c. Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor
untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan
kewajaran penyajian saldo akun tertentu. Untuk itu, auditor menentukan risiko deteksi
dari formula risiko audit berikut ini:
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua
risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas
laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan
8
dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan
yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh
auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar
adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.
2.4 Strategi Audit Awal
2.4.1 Unsur Strategi Audit Awal
9
2.4.2 Pendekatan Terutama Substantif
a. Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang
relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
b. Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun
dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c. Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi
tertentu.
2.4.3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
11
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah mengurangi
risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya, apakah dalam
sebuah hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum (PABU).
3.2. Saran
Dalam bab ini dijelaskan tiga langakah tambahan dalam perencanaan audit, setelah
mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari tentang auditing:
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal. Demikian yang dapat kami jabarkan mengenai
materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangannya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan materi makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13