T4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan
teknik radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum
yang normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). T 4
terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4
normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat
ini juga akan mengubah kadar T4
T3 Serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total,
dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T 4.
Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara
bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk
menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih
besar daripada kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga
220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)
Tes T3 Ambilan Resin
Tes T3 ambilan resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara tidak
langsung kaar TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah
hormone tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan yang
ada. Pemeriksaan ini, menghasilkan indeks jumlah hormone tiroid yang sudah
ada dalam sirkulasi darah pasien. Normalnya, TBG tidak sepenuhnya jenuh
dengan hormone tiroid dan masih terdapat tempat-tempat kosong untuk mengikat
T3 berlabel-radioiodium, yang ditambahkan ke dalam specimen darah pasien.
Nilai ambilan T3 yang normal adalah 25% hingga 35% yang menunjukan bahwa
kurang lebih sepertiga dari tempat yang ada paa TBG sudah ditempati oleh
hormone tiroid. Jika jumlah tempat kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme,
maka ambilan T3 lebih besar dari 35%
Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
Sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormone stimulasi
tiroid (TSH atau tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior. Pengukuran
konsentrasi TSH serum sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis serta
penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang
disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang
disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau hipotalamus.kadar TSH dapat
diukur dengan assay radioimunometrik, nilai normal dengan assay generasi
ketiga, berkisar dari 0,02 hingga 5,0 U/ml.
Kadar TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid.
Kadar akan berada dibawah normal pada pasien dengan peningkatan autonom
pada fungsi tiroid (penyakit graves, hiperfungsi nodul tiroid).
Tes Thyrotropin Releasing Hormone
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan
TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T 3 dan T4 tidak dapat
dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit
sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil
untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus
diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan
kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang
air kecil.
Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya
dalam serum dengan hasil yang bisa diandalkan melalui pemeriksaaan
radioimmunoassay. Faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas
kelenjar tiroid dan sekresi T3 serta T4 memiliki efek yang serupa terhadap sintesis
dan sekresi tiroglobulin. Kadar tiroglobulin meningkat pada karsinoma tiroid,
hipertiroidisme dan tiroiditis subakut. Kadar tiroglobulin juga dapat akan
meningkat pada keadaan fisiologik normal seperti kehamilan.
Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan
pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan
dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi serta
menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam kelenjar
tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes
ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikan
hasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami
penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
Pemindai Radio atau Pemindai Skintilasi Tiroid
Serupa dengan tes ambilan iodium radioaktif dalam pemindaian tiroid
digunakan alat detector skintilasi dengan focus kuat yang digerakkan maju
mundur dalam suatu rangkaian jalur parallel dan secara progresif kemudian
digerakkan kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat pencetak merekam suatu
tanda ketika telah tercapai suatu jumlah hitungan yang ditentukan sebelumnya.
Teknik ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukan lokasi
radioaktivitas di daerah yang dipindai. Meskipun I 131 merupakan isotop yang
paling sering digunakan, beberapa isotop iodium lainnya yang mencakup Tc 9m
(sodium pertechnetate) dan isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum)
digunakan di beberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya
memungkinkan untuk pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk
dan fungsi anatomic kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak
substernal atau berukuran besar. Identifikasi daerah yang mengalami peningkatn
fungsi (hot area) atau penurunan fungsi (cold area) dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis. Meskipun sebagian besar daerah yang mengalami
penurunan fungsi tidak menunjukkan kelainan malignitas, defisiensi fungsi akan
meningkatknya kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya terdapat
satu daerah yang tidak berfungsi.
Pemindaian terhadap keseluruhan tubuh (whole body CT scan) yang
diperlukan untuk memperoleh profil seluruh tubuh dapat dilakukan untuk
mencari metastasis malignitas pada kelenjar tiroid yang masih berfungsi.
Pemeriksaan Penunjang