Anda di halaman 1dari 5

TK 4027

Kimia dan Teknologi Batubara

STUDI LITERATUR PEMANFAATAN GASIFIKASI BATUBARA


UNTUK UNIT PENGERINGAN BUAH
Harits Majiid / 13014089
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Keterangan artikel: Industri terus berkembang, seiring berkembangnya industri membutuhkan
Ditugaskan pada 5 September 2016 bahan bakar, kenaikan harga bahan bakar solar per 1 Oktober 2016 perlu
Dikumpulkan pada 27 November disiasati dengan mencari energi alternatif. Energi alternatif berupa hasil
2016 gasifikasi batubara perlu dimanfaatkan. Hasil gasifikasi batubara,
Kata kunci: menggunakan batubara dari Cirebon dapat menghasilkan 5600 kJ/Nm 3.
Gasifikasi, buah,teh, Pemanfaatan panas ini untuk menghasilkan udara panas. Temperatur udara
pengeringan, batubara, yang dicapai belum mencapai 102oC untuk pengeringan teh, namun mencapai
60oC untuk pengeringan buah.
1. A. Pendahuluan gas produser, mengandung CO, H2, dan CH4, serta gas-
Industri di dunia terus berkembang mengikuti gas inert CO2, H2O, dan N2. Gas-gas H2 dan CO
zaman. Perkembangan industri diikuti oleh merupakan komponen utama gas sintesis atau yang
berkembangnya gaya hidup, politik dan ekonomi di biasa disebut dengan syngas, dapat diolah menjadi
daerah tersebut. Indonesia sebagai sebuah negara bahan bakar misalnya bensin ataupun bahan kimia
berkembang yang sedang mengembangkan industri, lainnya seperti metanol.
masih banyak bergantung pada energi fosil. Mesin torak Salah satu pemanfaatan gas hasil gasifikasi adalah
sebagai mesin paling banyak digunakan dalam industri, sebagai pemanas udara pengering pada pabrik
menggunakan bahan bakar diesel. pengolahan teh (Suhartono,2006). Teh adalah suatu
Bahan bakar diesel per 1 Oktober 2016, mengalami bahan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
kenaikan harga sebesar Rp 600 per liter (Wiratmaja Indonesia, terutama masyarakat di pulau jawa. Teh
2016). Kenaikan bahan bakar diesel akan terus terjadi dapat dianggap sebagai makanan. Maka buah yang
seiring menipisnya cadangan minyak bumi yang ada dapat dianggap sebagai makanan pun dapat
didunia. Menipisnya cadangan minyak bumi dikeringkan layaknya metode pengeringan teh. Sumber
merupakan sebuah tantangan yang perlu dijawab energi termal dalam unit pengeringan teh masih
dengan Energi terbaru dan terbarukan seperti energi didominasi oleh energi termal dari mesin torak
panas bumi, biomassa, angin, matahari dan gelombang berbahan bakar solar atau diesel. Rasio konsumsi
air laut. bahan bakar solar dalam pengeringan teh hijau berkisar
Harga batu bara pada bulan Agustus 2016 sebesar 0,7-0,9 L/kg teh produk. Jika dikonversi ke buah
Rp 500/kg sampai Rp 1000/kg atau berkisar antara Rp mungkin rasio konsumsi bahan bakar solar dalam
0,10-0,2 /kcal. Sedangkan untuk harga BBM (minyak pengeringan buah tidak akan memiliki perbedaan yang
solar dan minyak diesel untuk industri) per 1 Oktober signifikan. Baik teh maupun buah memiliki moisture
2016 berkisar antara Rp 5.150-5.650 /kg, atau 0,59- content yang cukup banyak, memerlukan kalor yang
0,64 Rp/kcal. Harga minyak diesel atau minyak solar cukup banyak. Temperatur yang dibutuhkan dalam
memiliki energi yang lebih mahal per satuan energinya melayukan teh hijau sekitar 80oC.
dibandingkan batubara. Temperatur pada pengeringan buah sekitar 60 oC di
Walaupun batubara bukanlah sebuah energi dalam oven ataupun di dalam dehydrator. Temperatur
terbaru dan terbarukan, namun dalam pengolahannya yang dibutuhkan dalam pengeringan buah 20oC lebih
batubara dapat menjadi sebuah jawaban dari rendah dibandingkan temperatur yang dibutuhkan
menipisnya cadangan minyak bumi. Batubara sebagai dalam pengeringan teh. Menurut neraca massa dan
energi alternatif. Batubara mempunya potensi sebagai energi, kondisi ini dapat dilangsungkan dengan cara
bahan baku kimia yang diantaranya dapat dilakukan menurunkan laju panas yang masuk, atau dengan kata
melalui proses gasifikasi (Groeneveld, 1980). Gasifikasi lain menurunkan laju massa pemanas. Memang dalam
merupakan suatu proses pengolahan batubara padat hal waktu pengeringan, waktu pengeringan bergantung
menjadi bentuk gas. Gas yang terbentuk biasa disebut pada jenis buah, tipe potongan dan jumlah kadar air

1
dalam buah yang dikeringkan. Jika ingin lebih hemat gas dengan kandungan energi rendah, sedangkan untuk
energi memang dapat menggunakan pengeringan penggunaan oksigen murni akan menghasilkan gas
dibawah sinar matahari, namun waktu yang dengan kandungan energi menengah. Dalam
dibutuhkan akan lebih lama, sehingga memberi menambah H2, kukus ditambahkan.
kesempatan untuk bakteri tumbuh. Pembakaran tidak akan memiliki karakteristik yang
Penulisan paper ini merupakan sebuah analisis sama. Ini bisa disebabkan oleh perbedaan karakteristik
penerapan dari dua hal yang memiliki kemiripan, yaitu dan komponen penyusun bahan bakar. Batu bara dari
pengeringan buah dan pengeringan teh. Unit gasifikasi Kalimantan tidak akan menghasilkan karakteristik
memiliki spesifikasi yang sama, yaitu pengolahan yang sama dengan batu bara dari Sumatera. Perbedaan
batubara 120 kg/jam. Yang diharapkan dapat jenis batu bara akan berbeda kebutuhan oksigennya,
mengganti minyak bakar solar 70L/jam. Gasifier yang maka karakteristik seperti flamability limits dan
digunakan adalah sama, yaitu jenis downdraft gasifier, flamespeed akan berbeda.
dengan diameter tenggorokan sebesar 40 cm, diameter Karakteristik pembakaran dapat membantu
bunker 1 m, dan tinggi total 3 meter. Bunker mampu penentuan jenis burner, agar menghasilkan
menampung 1000 kg batubara. Batubara diperoleh dari pembakaran yang efektif dan efisien serta polutan yang
pusat penjualan di Cirebon, dengan nilai kalori sekitar dihasilkan tidak banyak. Selain bahan bakar, jenis dan
5.000 kcal/kg. Medium penggasifikasi yang digunakan karakteristik burner juga bergantung ada metoda
adalah udara, tekanan operasi atmosferik dan abu yang pembakaran dan teknik pemanasan yang diinginkan.
dihasilkan dalam keadaan kering. Ruang bakar burner haruslah cukup agar lidah api tidak
menabrak dinding. Udara berlebih menjadi salah satu
1. B. Fundamental faktor yang harus diperhatikan pada kinerja burner.
Dalam menganalisis proses gasifikasi, maka perlu
mengetahui reaksi yang terlibat dalam proses 2. Material dan Metodologi
pembentukan gas, baik syngas, gas inert dan gas
lainnya. Persamaan-persamaan reaksi pembentukan 2.1 Material
gas beserta panas reaksi yang terlibat dalam gasifikasi Batu bara yang digunakan adalah batubara yang
adalah sebagai berikut : berasal dari Cirebon dengan nilai kalori sekitar 5.000
C + O2 CO2 Hr = -7857 cal/g (1) kcal/kg. Medium penggasifikasi yang digunakan adalah
C + CO2 2CO Hr = 3382 cal/g (2) udara pada tekanan atmosfer
C + H2O CO + H2 Hr = 2705 cal/g (3)
CO + H2O CO2 + H2 Hr = -9944 cal/g (4) 2.2 Metodologi
C + 2H2 CH4 Hr = -1798 cal/g (5) Penulisan paper ini berdasarkan paper referensi.
Reaksi (2) merupakan reaksi utama dalam proses Paper referensi tersebut melakukan kegiatan
gasifikasi batubara (Groneveld,1980). Reaksi (2) perancangan unit gasifikasi, uji coba unit gasifikasi di
adalah reaksi endotermis, sehingga untuk pabrik teh, pengamatan visual terhadap flaime,
mendapatkan kondisi yang optimum, diharapkan perhitungan-perhitungan neraca massa dan energi,
gasifikasi batubara beroperasi pada temperatur tinggi. serta karakterisasi burner gas. Alur penelitian pada
Reaksi (1),(2),(3),(4) dan (5) merupakan reaksi paper referensi disajikan pada Gambar 2.
utama dalam proses gasifikasi. Namun sebelum
batubara mengalami proses gasifikasi, batubara akan
mengalami urutan proses seperti gambar berikut :

Gambar 1. Diagram alir pre-gasifikasi

Jenis gasiying agent menentukan komposisi gas


produser. Bila udara yang digunakan, maka gas produser
akan banyak mengandung N2, gas ini disebut sebagai Gambar 2. Diagram alir penelitian paper referensi

2
Uji coba unit gasifikasi akan diubah, menjadi uji unit Peta kestabilan api sebagai alat tinjau karakteristik
gasifikasi terhadap pengeringan buah. Medium api, dibuat dengan mengalurkan laju alir volumetrik
penggasifikasi adalah udara-air, udara dimasukkan ke campuran bahan bakar dan udara terhadap A/Frasio.
dalam gasifier melalui kotak udara pada bagian tengah Mixed gas adalah bahan bakar yang digunakan.
gasifier, sedangkan air disemprotkan melalui pocker Temperatur pembakaran dan karakteristik
bagian atas. Pada bagian bawah gasifier terdapat flame(bentuk, warna, dan panjang nyala api) menjadi
tempang buang abu, dengan bantuan rotary grade. variabel yang diamati dan diukur pada percobaan ini.
Grate plate jarak dibuat lebih lebar dari 1 cm dan Variabel yang divariasikan adalah laju udara/bahan
berposisi tegak, kaki-kaki unit pendingin dan filter bakar untuk mendapatkan kondisi laju alir udara
dicelupkan dalam air. minimum dan maksimum.
Konfigurasi gasifier yang digunakan tetap, dengan Keterbatasan fasilitas pada percobaan pada paper
kapasitas rancangan 120kg/jam (Kjellstrom, 1985) referensi membuat sebagian aspek di atas tidak dapat
Variabel proses yang dimanipulasi adalah jenis umpan diuji. Dalam mengatasi permasalahan ini dilakukan
dalam hal ini batubara. Dalam sekali pengisian umpan simulasi atas dasar neraca massa dan energi. Pada
masuk 500-1000 kg sekali pengisian. Laju alir udara paper ini pun, simulasi neraca massa dan energi akan
gasifikasi diatur untuk mengatur laju proses gasifikasi. dilakukan, karena percobaan tidak dilakukan hanya
Siklus putaran 40-50 menit/pengocokan. berdasarkan analisis.
Gas produser disuplai ke unit pengeringan buah Batubara dan udara masuk dalam temperatur
melalui pipa. Pipa yang digunakan untuk menyalurkan lingkungan, dan temperatur gasifikasi dianggap 850oC,
gas hasil kurang lebih 60 meter. Gas produser dibakar dan variasi gasifier wall heat loss adalah 0% dan 10%
untuk memanaskan udara pengering buah. Temperatur dan variasi konversi karob 30% dan 70%. (Angka ini
udara pengering buah sekitar 60oC, diharapkan diambil berdasarkan paper referensi pada kondisi
pemanas dapat mencukupi kebutuhan suplai panas patuha)
tersebut. Rangkaian unit gasifikasi hasil rancangan Sampel batubara dianalisis secara ultimate dan
paper referensi disajikan dalam Gambar 3, sebagai proximate, dengan menggunakan referensi bukan
berikut : dilakukan secara nyata di tekMIRA/ Pusat
pengembangan Teknologi Mineral dan batubara.
Analisis ultimate dan proximate dilakukan untuk
menganalisis unit impun umpan.
Selanjutnya simulasi dilanjutkan dengan
perhitungan pembakaran gas produser hasil simulasi
gasifikasi. Proses pembakaran dilakukan dengan udara
berlebih dengan rentang 0-50% dan rugi-rugi burner 0-
10% (Susanto, 1983).

3. Hasil dan Pembahasan


Batu bara Cirebon sebagai bahan baku yang
Gambar 3. Unit pengeringan buah digunakan dalam percobaan ini, memiliki komposisi
bahan baku berdasarkan referensi sebagai berikut :
Waktu operasi menjadi target uji, yakni 10 jam
pengoperasian dengan kapasitas batubara 120 kg/jam, Tabel 1. Analisa umpan % basis kering
dan gas produser yang dihasilkan tidak mengandung Jenis Umpan Batubara
tar. Uji operasi lainnya yakni, unit mampu mencapai Analisa Proksimat
temperatur dengan kisaran suhu 60-70oC. Moisture 5,11
Gas produser diuji karakteristiknya diwakili dengan Fixed carbon 44,83
pembakaran gas. Hal ini menjadi dasar dalam desain Volatile matter 42,61
burner. Mixed gas dengan komposisi gas berturut-turut Abu 7,45
sebagai berikut (23,53% CO, 18,35% H2, 2,17% CH4, Analisa Ultimat
10,77% CO2 dan 45,18% N2) sebagai dasar Karbon 67,47
perancangan burner, dengan karakteristik flame 122 Hidrogen 5,57
cm/s (Weber et al., 1965). Nosel yang digunakan tetap
Nitrogen 1,49
yaitu pipa in.
Sulfir 0,66
Pembakaran mixed gas dilakukan untuk mengamati
Oksigen 17,36
karakteristik api sebagai pengujian gas produser.
Rangkaian uji disajikan dalam Gambar 4. Abu 7,45
Kalor Bakar 6300

Proses gasifikasi belum sempurna. Drum filter yang


diisi sekam padi 50 cm tersumbat tar, karena tar
merupakan bahan bakar, seharusnya tar dibuat dalam
fasa uap sehingga, tar dapat terbakar dan menaikkan
nilai kalor. Hasil uji coba pengoperasian unit gasifikasi
Gambar 4. Rangkaian uji gas burner gas produser pada paper referensi di bengkel Kopo, gas produser
terbakar dengan nyala api stabil di burner dengan

3
warna api biru sampai kemerahan, tergantung Unit gasifikasi yang sudah diinstalasi pada unit
padajenis batubara yang digunakan. Instalasi unit pengering teh, mampu melakukan pembakaran gas
gasifikasi yang dihubungkan dengan unit pengering produser selama 6 jam dengan stabil tanpa ada
buah dilakukan setelah gas hasil gasifikasi terbakar hambatan yang berarti. Kapasitas batubara yang dicoba
dengan nyala api yang stabil. pun sudah setara dengan penggunaan minyak bakar
Uji pengoperasian yang dilakukan oleh paper solar (40L/jam) yaitu 120kg/jam.
referensi yang dilakukan di Patuhawattee terinstal Temperatur yang tidak maksimal, masih
dengan unit pengering teh disajikan dalam Tabel 2 memperkirakan faktor-faktor yang terlibat dalam
berikut : menghambat proses pembakaran. Dalam rangka
mengetahui pengaruh faktor terhadap proses gasifikasi
Tabel 2. Hasil uji gasifikasi paper referensi dilakukan simulasi. Simulasi dilakukan dengan
Jenis dan Jumlah Waktu Suhu udara memvariasikan berbagai variabel. Variabel yang
umpan Pengoperasian pengering teh dikombinasikan adalah konversi karbon 70% dan 30%
Batubara(900kg) 8,0 jam - serta anggapan rugi-rugi panas, 0% dan 10%, serta laju
Batubara(900kg) 4,0 jam 52oC alir udara. Sebelum melakukan proses gasifikasi,
Batubara(1000kg) 4,0 jam 52oC batubara dikeringkan terlebih dahulu untuk
Batubara(900kg) 3,5 jam 92oC mengurangi moisture content. Jika hal itu telah
Batubara(500kg) 3,5 jam 92oC dilakukan, maka batubara siap disimulasikan dengan
Batubara(800kg) 6,0 jam 98oC menetapkan temperatur gasifikasi sebesar 850oC. Hasil
simulasi disajikan dalam Tabel 4. Sebagai berikut :
Uji operasi batubara dengan kalori tinggi
memerlukan waktu start up sekitar 5-20 menit, Tabel 4. Hasil simulasi gasifikasi batubara kalor tinggi
sedangkan batubara kalori rendah berkisar 30-40 Xkarbon 70 30
menit. Batubara di atas tenggorokan tidak dapat turun, Heat loss 0 10 0 10
sehingga laju udara gasifikasi menjadi tidak terkendali, Udara/b.baku 1,77 2,09 1,52 1,99
mencapai 396-419 m3/jam. Laju alir udara gasifikasi Gas prod/b,baku 2,65 2,90 2,45 2,73
dengan umpan batubara berkisar 200-400m3/jam. Komposisi gas (%) mol
Untuk mengatasi masalah macetnya batubara di H2O 3,32 3,83 5,94 6,32
atas tenggorokan diatasi dengan memperpanjang H2 22,94 22,02 24,02 21,88
tenggorokan terutama pada zona reduksi menjadi 74 CO 24,13 23,08 20,22 19,05
cm serta penambahan alat blower. Perubahan yang CH4 0,02 0,01 0,05 0,04
dilakukan pada zona reduksi, menyebabkan N2 45,25 46,40 47,34 48,4
bertambahnya jumlah tar hal ini dapat diatasi dengan H2S 0,02 0,02 0,04 0,03
memutar pocker dalam lima menit sekali. Kenaikan CO2 3,06 3,53 4,01 4,66
jumlah tar disebabkan oleh temperatur leleh abu LHV (kj/Nm3) 5667 5426 5365 4897
melewati temperatur gasifikasi. Flamability limits 15-72

Tabel 3. Progress proses gasifikasi Penurunan konversi karbon akan berakibat pada
Waktu Laju alir udara Temperatur udara penurunan jumlah CO dan kenaikan jumlah H2 yang
(menit) (m3/jam) pengering (oC) dihasilkan. Walaupun sebenarnya penurunan koversi
5 343 30 karbon terhadap komposisi gas produser lebih terlihat
10 241 30 pada gasifikasi batubara, ini disebabkan oleh tingginya
20 229 64 nilai volatile matter yang dikandung dalam biomassa.
30 213 64 Perbedaan jenis bahan bakar akan menyebabkan
40 304 64 berbedanya karakteristik gas produser yang dihasilkan.
50 349 74 Nilai LHV akan menurun seiring dengan naiknya
70 353 74 perbandingan udara terhadap bahan baku. Ini
disebabkan, semakin banyaknya udara berlebih yang
Dari percobaan yang dilakukan oleh paper masuk, maka gas produser akan semakin banyak yang
referensi, dilihat pada Tabel 3. Pembakaran gas terbakar, begitu pula dengan batubara yang tidak
produser tidak dapat memanaskan udara pengering tergasifikasi akan ikut terbakar. Rugi-rugi juga
sampai dengan 80oC (Temperatur layu daun teh hijau). berperan dalam penentuan nilai LHV, rugi-rugi yang
Akan tetapi, walaupun belum mencapai 80oC besar akan menurunkan LHV dari gasifikasi batubara.
temperatur udara pengering sudah mencapai 60 oC, Salah astu yang menurunkan nilai LHV adalah kadar H-
temperatur yang dibutuhkan dalam pengeringan buah. 2O, karena H2O selain menurunkan temperatur operasi,
Rendahnya temperatur pembakaran gas diakibatkan juga mengkonsumsi CO menjadi CO2 dan H2, karena H2
oleh reaktivitas, kadar air dan ukuran memiliki nilai kalor bakar yang lebih rendah darinilai
partikel/hidrodinamika partikel. (Ghazali, 1985). Ada kalor bakar CO. Sehingga, peningkatan H2O akan
dugaan kesalahan perancangan kapasitas yang menurunkan panas LHV pada batubara. LHV batubara
menyebabkan temperatur yang dihasilkan tidak mempunyai nilai berkisar 4800-5600 kJ/Nm3,
mencapai 80o

4
Dalam hal flamespeed dipengaruhi oleh jumlah
unsur H2, semakin banyak kandungan H2 dalam gas Penutup
produser maka akan semakin besar flamespeednya
pula. (Somerer et al., 2004). Dalam arti lain, kenaikan Proyek simulasi ini merupakan tugas akhir dari mata
komposisi H2 akan menurunkan rentang terbakar dari kuliah TK4027 Kimia dan Teknologi Batubara. Proyek
gas produser, namun komposisi H2 tidak memiliki simulasi ini diharapkan dapat menjadi sumber bisnis
baru dalam bidang pangan, yaitu buah kering. Harits
perubahan yang besar, maka flammability limits tidak
Majiid berterima kasih kepada Dr. Dwiwahju Sasongko
akan mengalami perubahan yang besar pula.
dan Dr. Winny Wulandari atas bimbingannya pada
Dari percobaan yang telah dilakukan oleh paper tugas ini.
referensi, bahwa api dapat disemburkan secara konstan
selama 6 jam untuk mendapatkan udara pengering
dengan temperatur 64-74oC dengan mengatur laju alir Referensi
udara. Dengan melakukan pretreated terhadap buah [1] Susanto, H (2006), Pemanfaatan Gasifikasi
yang akan dikeringkan. Pengeringan buah apel yang Batubara Untuk Unit Pengeringan Teh , ITB
tipis akan membutuhkan waktu 5 jam dengan suhu [2] Groeneveld, M.J., (1980), The Co-current
60oC, dan membutuhkan waktu 24 jam untuk buah Moving Bed Gasifier, Doctor DIssertation, TH
persik. Maka unit gasifikasi yang tidak dapat mencapai Twente
target temperatur 102OC dapat mencapai temperatur [3] Kjellstrom, B., (1985), Practical Design of
60oC untuk pengeringan buah. Producer Gas Systems, lecture note at the
Producer Gas Course, Bandung
[4] Ghazali, 3, D. Sasongko, dan Sudarno H,
4. Kesimpulan (1985), Experiences in Using Rubber tree
Unit gasifikasi telah terpasang di pabrik teh di Wood as Feed stocks for Producer Gas
Patuha dan uji cobanya telah memberi hasil-hasil yang Generator, the Second Int Producer Gas
mendorong pada implementasi lebih lanjut. Conference, Bandung
Implementasi lebih lanjut yang digunakan dalam unit [5] P.Kendall dan J.Sofos Drying Fruits, Colorado
pengeringan buah. Penggunaan unit pengeringan teh state University
dengan menggunakan unit gasifikasi belum memenuhi
target yaitu 102oC, belum dapat dicapai dengan
pembakaran gas produser dengan mengalirkan lewat
pipa yang terlalu panjang yaitu sepanjang 60 m,
sehingga rugi-rugi panas juga tidak dapat di minimal
kan lebih lanjut. Namun untuk mencapai temperatur
60oC, unit pengeringan buah dengan memanfaatkan
gasifikasi batubara.
Untuk memperbesar kapasitas gasifier serta
mencegah menyangkutnya batubara di atas
tenggorokan maka panjang daerah reduksi
diperpanjang dari 50 cm menjadi 70 cm dan diperlebar
dari 40 cm menjadi 55 cm. Perubahan iniu memang
belum maksimal, namun dapat mengatasi
tersumbatnya tenggorokan oleh batubara serta dapat
mengendalikan laju alir udara. Untuk memberikan hasil
yang lebih memuaskan maka diameter daerah oksidasi
perlu ditambah.
Simulasi proses gasifikasi yang dilakukan oleh
paper referensi menunjukkan bahwa konversi karbon
mempengaruhi jumlah gas produser, tetapi tidak
terlalu mempengaruhi komposisi dan gas produser
yang terbentuk. LHV yang dihasilkan pada konversi
karbon 70% sekitar 5650 kj/Nm3 sedangkan pada
konversi karbon 30% sekitar 5450 kJ/Nm3. Kadar H2
akan mempengaru flamespeed namun, kenaikan
komposisi H2 akan menyebabkan rentang yang pendek,
perubahan komposisi H2 akan mengakibatkan
perubahan flameability limit pula.
Unit pengeringan buah dapat dilaksanakan dengan
asumsi bahwa hanya dibutuhkan temperatur udara
pengering sebesar 60oC dan penggunaan api secara
stabil dapat diperpanjang dari 6 jam hingga 24 jam, dan
buah sudah melalui proses pretreated.

Anda mungkin juga menyukai