Anda di halaman 1dari 14

Tuberkulosis pada Laki-laki Dewasa

Maria Aprilla Weking


102012402
Fakultas Kedokteran Ukrida
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
maria.aprilla@yahoo.co.id

Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis
sebagai Global Emergency . Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8
juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam)
positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.
Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun.
Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat
di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk,
prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul. 1

Pembahasan
Anamnesis
Anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta
bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan
yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.
Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian
perkembangan gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu
khas untuk penyakit bersangkutan. Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat

1
diagnosis banding. Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal
pasiennya, juga sebaliknya, serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan
latar belakang sosial pasien.
Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:
Identitas
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang
tua atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.

Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis ini biasanya memberikan informas terpenting untuk mencapai diagnosis banding
dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien paling
penting.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Waktu dan lamanya keluhan berlangsung


Sifat dan beratnya serangan
Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah
Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya demam
Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali
Apakah ada kuning pada tubuh

Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum
oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini
diderita

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


RPD penting untuk mencatat secara rinci semua masalah medis yang pernah timbul
sebelumnya dan terapi yang pernah diberikan, seperti adakah tindakan operasi dan anastesi
sebelumnya, kejadian penyakit umum tertentu.2

2
Riwayat Pribadi dan Sosial
Secara umum menanyakan bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan kebiasaan-kebiasaan
pasien seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan hal yang berkaitan. Asupan gizi pasien juga
perlu ditanyakan, meliputi jenis makanannya, kuantitas dan kualitasnya. Begitu pula juga harus
menanyakan vaksinasi, pengobatan, tes skrining, kehamilan, riwayat obat yang pernah
dikonsumsi, atau mungkin reaksi alregi yang dimiliki pasien. Selain itu, harus ditanyakan juga
bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien. 21

Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga berguna untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat
pasien karena terdapat kontribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit. Sedangkan
riwayat sosial penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit yang diderita
terhadap hidup dan keluarga mereka. Selain itu yang juga perlu diperhatikan adalah riwayat
berpergian (penyakit endemik).2
Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan keterangan yang menuju ke arah
tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-
tanda vital (TTV), pemeriksaan mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu
kaki dan juga untuk kasus ini dilakukan pemeriksaan fisik thorax.
Inspeksi.
Apakah orientasi pasien baik ?
Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?
Apakah pasien mengalami ikterus, lihat sklera/konjungtivanya, dan dapat dilihat pada kulit
Palpasi
Dilakukan dengan secara acak dan terstruktur pada rongga thorak. Tujuannya untuk
mengetahui apakah ada daerah yang nyeri atau tidak.

3
Perkusi
Dilakukan perkusi dengan tujuan memeriksa apakah ada kelainana pada paru atau perbesaran
hati.
Auskultasi
Dilakukan untuk mendengar detak jantung dan suara pernafasan, dan menilai hasilnya.

Biasa pada pemeriksaan fisik didapati kult pucat karena anemia. Tempat kelainan TB yang
paling dicurigai adalah bagian apeks paru. bila dicurigai filtrate yang agak luas, maka didapatkan
perkusi yang agak redup dan auskultasi suara nafas bronchial, akan didapatkan juga suara nafas
tambahan seperti ronki basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrate ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikel melemah. Pada tuberculosis paru yang lanjut
dengan fibrosis yang luas sering ditemui atrofi dan retraksi otot otot interkostal. Paru yang
sehat menjadi hiperinflamasi.3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Bakteriologi
Bahan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi adalah dahak, cairan
pleura,liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urine, feses dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum
halus/BJH). Untuk pemeriksaan dahak dilakukan pengambila dahak 2 kali dengan minimal satu
kali dahak pagi hari. Pemeriksaan mikroskopis biasa menggunakan pewarnaan Ziehl-Nielsen dan
mikroskopis fluoresens menggunakan pewarnaan auramin-rhodamin.4
Berdasarkan rekomendasi WHO, interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan
skalaInternational Union Against Tuberculosis dan Lung Disease (IUATLD), antara lain:

Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif


Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut +1
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +3

4
Pemeriksaan identifikasi M.tuberculosis dapat dilakukan dengan cara biakan (pada egg
basemedia, yaitu Lowenstein-Jensen, Ogawa, dan Kudoh; pada agar base media yaitu Middle
Brook, Mycobacterium growth indicator tube test, BACTEC), melalui uji molekular seperti PCR-
Based Methods of IS6110 Genotyping. Uji kepekaaan yang dapat digunakan antara lainhain
test (uji kepekaan terhadap R dan H), molecular beacon testing (uji kepekaan untuk R),
dan gene x-pert (uji kepekaan untuk R).4

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar yang dapat digunakan adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik, atau CT-Scan. Gambaran radiologi yang dicurigai
sebagai lesi TB aktif adalah:

Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB inaktif:

Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan paru.
Luluh paru (destroyed lung):

Terdapatnya gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang


berat, biasanya secara klinis disebut dengan luluh paru. Gambaran radiologi luluh paru terdiri
dari atelektasis, ektasis/multikavitas dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas
lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut. Perlu dilakukan
pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktivitas proses penyakit.4
Luas proses yang tampak pada foto toraks dapat dinyatakan sebagai berikut ini:

Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru, dengan luas tidak
lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostenal junction dari iga kedua dan prosesus

5
spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V (sela iga II) dan tidak
dijumpai kavitas.Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.4

Tes Tuberkulin
Tes ini hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami
infeksi M. tuberculosae, M. bovis, vaksinasi BCG, dan Mycobacteria lainnya. Dasar tes
tuberculin ini adalah reaksi alergi. Biasa di pakai tes Mantoux yakni menyuntikkan 0,1 cc
tuberculin intrakutan berkekuatan 5 T.U (intermediate strength). Bila dengan kadar begitu
masih negatif tambahkan jadi 250 T.U, jika hasil masih negative maka dapat dikatakan
tuberculin negative.

Working Diagnosis
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Pasien dapat dikatakan suspek TB jika terdapat gejala atau tanda TB yang meliputi
batuk produktif lebih dari 2 minggu dan disertai dengan gejala pernapasan (sesak napas, nyeri
dada, hemoptisis) dan/atau gejala tambahan meliputi tidak nafsu makan, penurunan berat
badan, keringat malam, dan mudah lelah). Sedangkan yang dimaksud dengan kasus TB pasti
adalah pasien TB dengan ditemukan Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasi
dari spesimen klinik (jaringan, cairan tubuh, usap tenggorok,dll) dan kultur.

Differential Diagnosis
Ca Paru
Merupakan bentuk keganasan dari paru, dengan etiologi yang belum pasti, penyebab
terbanyak dari penyakit ini diduga adalah rokok. Pada fase awal Ca Paru tidak menunjukkan
gejala, Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala klinik dapat
berupa tumor tumbuh setempat, batuk yang lebih hebat, nyeri dada, dan suara serak. Gejala
penyakit sudah bermetastasis: Biasa akan bermetastasis ke otak, tulang, hati, adrenal (timbul
gangguan pada fungsi organ tsbt), dan limfadenopati servikal (sering menyertai saat terjadi
metastasis).3
Pemeriksaan penununjang dapat berupa pemeriksaan petanda-petanda kanker.

6
Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut.
Pasien PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila kondisi pasien mengalami perburukan
yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi gejala harian normal
sehingga pasien memerlukan perubahan pengobatan yang sudah biasa digunakan. Eksaserbasi
akut ini biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri atau virus), bronkospasme, polusi udara, atau
obat golongan sedatif. Pasien yang mengalami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala
yang khas seperti sesak napas yang semakin bertambah, batuk produktif dengan perubahan
volume atau purulensi sputum, atau dapat juga memberikan gejala yang tidak khas seperti
malaise, fatique, dan gangguan susah tidur. Roisin membagi gejala klinis PPOK eksaserbasi akut
menjadi gejala respirasi dan gejala sistemik. Gejala respirasi yaitu berupa sesak napas yang
semakin bertambah berat, peningkatan volume dan purulensi sputum, batuk yang semakin sering,
dan napas yang dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh,
peningkatan denyut nadi, serta gangguan status mental pasien.3

Pneumonia
Pneumonia adalah terjadinya peradangan paru oleh karena proses infeksi akut yang
penyebab terseringnya Streptococcus pneumoniae. Tanda-tanda fisik pada pneoumonia klasik
didapatkan berupa demam, sesak napas, tanda-tanda konsoliasi paru (perkusi paru yang pekak,
ronki nyaring, suara pernapasan bronkial). Bentuk klasik primer berupa bronkopneumonia,
pneumonia lobaris, atau pleuropneumonia.3
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, menandakan adanya infeksi
bakteril leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada
infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah. Faal hati
mungkin terganggu.3

Pada film, polos, secara umum tidak mungkin mendeteksi agen penyebab dari jenis
mayangannya. Bagian paru yang terkena menunjukkan adanya peningkatan densitas dengan
eksudat dan cairan inflamasi yang menempati ruang alveolus. Udara yang tetap memgisi

7
bronkusyang terlibat tampak sebagai lusensi berbentuk garis. Konsolidasi dapat menetap,
seringkali setelah gejala-gejala pasien membaik.3

Bronkitis Kronik

Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan
mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan
pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua
tahun berturut-turut. Etiologi utama dari bronkitis kronik ini adalah merokok dan polusi udara
yang lazim terjadi di daerah industri.

Manifestasi Klinik
Keluhan-keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Pasien TB banyak mengalami demam. Biasanya subfebril menyerupai influenza. Tetapi
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk.3

Terjadi pula batuk yang merupakan gejala yang banyak ditemukan. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada TB terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

Gejala lainnya adalah sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum
dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.3

8
Nyeri dada agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekann kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.3

Selain gejala-gejala lain diatas, ada pula gejala malaise. Penyakit TB bersifat radang yang
menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.3

Epidemiologi
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap
menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan
TB sebagai global helath emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang
penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun
1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh dunia.2

Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara
yang sedang berkembang. Di antara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun.
Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% kasus-kasus TB
yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia.3

Alasan utama munculnya dan meningkatnya beban TB global ini antara lain disebabkan:2

1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang berkembang
tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di negara maju
2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan
dari struktur usia manusia yang hidup
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di kelompok yang rentan
terutama di negara-negara miskon
4. Tidak memadainya pendidikan mengenai TB di antara para dokter
5. Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan kasus TB
dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat
6. Adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia

9
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan
India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India, dan Indonsia berturut-turut 1.828.000,
1.414.000, 591.000 kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah
266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan
nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%. Sampai sekarang angka
kejadian TB di Indonesia relatif terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih relatif
rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah di masa datang melihat semakin
meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun.3

Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupkan pathogen utama penyebab tuberculosis, berbentuk
batang dan mempunyai sifat tahan asam. Mycobacterium ini memiliki gerak negative, tidak
berkappsul dan spora. Pewarnaan Ziehl-Neelsen merupakan pewarnaan diferensial untuk bakteri
tahan asam. Pemeriksaan mikroskopik langsung merupakan diagnose cepat untuk tuberculosis,
karena kulturnya memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu.

Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Penularan melalui droplet dalam udara sekitar kita. Jika partikel terhirup maka kuman
akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru. Sebagian besar kuman akan termakan oleh
makrofag, kuman yang menetap di paru akan berkembang biak di sitoplasma makrofag. Dan
kuman ini juga dapat berjalan sistemik ke daerah organ lainnya. Kuman yang tumbuh di jaringan
paru akan membentuk sarang primer. Sarang ini dapat terjadi di semua jaringan paru, jika ke
pleura maka akan terjadi efusi pleura. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke
seluruh bagian paru sehingga menjadi TB milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus. Sarang primer limangitis lokal + limfadenitis regional
menjadi kompleks primer, dimana semua ini akan berlangsung selama 3-8 minggu. Selanjutnya
dapat sembuh sendiri, atau sembuh dengan bekas atau juga menjadi komplikasi. Semua
perjalanan di atas adalah tuberculosis primer.3

10
Tuberkulosis Pasca Primer

Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun tahun kemudian menjadi
infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Tuberculosis pasca-primer ini dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di regio atas paru dan invasi nya ke parenkim paru-paru.

Dari sarang kecil dalam 3-10 minggu berubah jadi tuberkel yang di kelilingi oleh limfosit dan
berbagai jaringan ikat. TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen pada usia muda
menjadi TB usia tua, pada keadaan ini dapat saja sarang direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa
cacat atau sarang yang awalnya meluas, teapi segera sembuh dengan jaringan fibrosis, dan dapat
menimbulkan jaringan perkapuran.3

Penatalaksanaan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah


kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.
Sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis (OAT) maka pengobatan yang utama
adalah istirahat. Banyak sanatorium didirikan ditempat yang sejuk, banyak sinar matahari,
sekaligus berfungsi sebagai tempat isolasi. Makanan bergizi serta minyak ikan tidak dilupakan.
Para ahli bedah kemudian memainkan peranan. Macam-macam operasi dilakukan mulai dari
pelumpuhan nervus phrenicus, torakoplasti, sampai reseksi bagian paru yang rusak. Hasilnya
kurang memuaskan karena banyak komplikasi yang didapatkan. Setelah ditemukannya OAT
komplikasi operasi dapat dikurangi.
Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis dapat dibagi kedalam 2
kategori yaitu OAT primer dan OAT sekunder. OAT primer lebih tinggi kemanjurannya dan
lebih baik keamanannya dari OAT sekunder. OAT primer adalah isoniazid, rifampisin,
ethambutol, pyrazinamide, dan streptomisin . Dengan keempat macam OAT primer itu
kebanyakan penderita tuberkulosis dapat disembuhkan. Penyembuhan penyakit umumnya terjadi
setelah pengobatan selama 6 bulan. Keempat macam OAT primer itu diberikan sekaligus setiap
hari selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan dua macam obat (isoniazid dan rifampin)
selama 4 bulan berikutnya. Bila dengan OAT primer timbul resistensi, maka yang resisten itu
digantikan dengan paling sedikit 2-3 macam OAT sekunder yang belum resisten, sehingga

11
penderita menerima 5 atau 6 macam obat sekaligus. Strategi pengobatan yang dianjurkan oleh
WHO adalah DOTs (directly observed treatment, short course) untuk penggunaan OAT primer
dan DOTS-plus untuk penggunaan OAT sekunder. OAT sekunder adalah asam para-
aminosalisilat, ethionamide, thioacetazone, fluorokinolon, aminoglikosida dan capreomycin,
cycloserine, penghambat betalaktam, clarithromycin, linezolid, thioacetazone, dan lain-lain.5

Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi
dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut:3

- Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncets arthropathy
- Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkum berat fibrosis paru, sindrom gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

Prognosis
Dengan terapi jangka pendek yang menggunakan empat obat lini pertama, diharapkan
dapat terjadi kesembuhan. Namun kadang-kadang pasien meninggal akibat infeksi berat
(biasanya penyakit milier, meningitis, atau bronkopneumonia) dan beberapa pasien mengalami
komplikasi lanjut tuberculosis (misalnya kor pulmonal).
Pada tuberculosis yang terkait HIV, mortalitas meningkat, namun terutama disebabkan
oleh infeksi bakteri yang bertumpang tindih (superimposed).

Pencegahan
Perlindungan terbaik melawan tuberculosis adalah diagnosis dan pengobatan yang efisien
untuk orang dengan infeksi aktif. Orang yang berkontak erat dengan pasien penyakit paru harus
mendapatkan peninjauan status klinis dan status BCGnya, menjalani tes kulit tuberculin
(biasanya Heaf), dan memerlukan penilaian secara radiologis. Tujuan penelusuran kontak adalah
untuk mengindentifikasi kemungkinan kasus dengan penyakit klinis, kasus lain yang terinfeksi
oleh pasien yang sama dan orang yang berkontak erat harus mendapatkan BCG.

12
Tes kulit tuberculin intradermal biasanya dilakukan dengan menggunakan teknik Heaf
atau Mantoux. Uji ini digunakan untuk menilai apakah seseorang telah mendapatkan
M.tuberculosis setelah pajanan, dan berguna pada pasien yang tidak diimunisasi BCG.
Kemoprofilaksis diberikan untuk mencegah infeksi yang berlanjut menjadi penyakit
klinis. Kemoprofilaksis direkomendasikan untuk anak berusia < 16 tahun dengan tes Heaf positif
kuat, untuk anak berusia < 2 tahun yang mengalami kontak erat dengan penyakit paru apusan
positif, untuk pasien yang konversi tuberculin terbarunya telah dikonfirmasi, dan untuk orang
terinfeksi HIV yang berkontak erat dengan pasien yang mempunyai penyakit dengan hasil
apusan positif. Rifampisin dan isoniazid selama 3 bulan, atau isoniazid selama 6 bulan
seluruhnya efektif.
BCG digunakan pada beberapa negara sebagai tindakan perlindungan untuk infeksi
mikobakterium. Vaksinasi ini memberikan kira-kira 80% perlindungan selama 10-15 tahun dan
merupakan yang paling baik untuk mencegah penyakit diseminata pada anak. Komplikasi yang
kadang-kadang terjadi adalah abses BCG lokal, dan infeksi BCG diseminata pada pasien
immunocompromised.6

Kesimpulan
Diagnosis kerja saya adalah penyakit TB paru. Penyakit TB paru memiliki gejala adanya
demam yang hilang timbul, adanya batuk/ batuk darah, sesak napas (pada penyakit yang sudah
lanjut), nyeri dada (jarang), dan malaise berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan semakin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan lain-lain.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnose meliputi pemeriksaan
radiologi, pemeriksaan laboratorium baik pemeriksaan darah, sputum, dan tes tuberculin, dan
lain-lain. Penyakit TB paru ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dengan cara
penularannya melalui inhalasi. Pengobatan yang diberikan tidak boleh tunggal harus
dikombinasikan untuk mencegah resistensi.

13
Daftar Pustaka
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkolosis di
Indonesia. Diunduh dari http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html , diakses pada 6 juli
2015
2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h.181-3.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid III. Edisi V. Jakarta : Internal Publishing; 2012.h. 988-93, 1006-7.
4. Wijayanti O, Wahyuningtyas R. Tuberkulosis: diagnosis dan tatalaksanaannya. Diunduh dari
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/respirasi-kedokteran-klinis/tuberkulosis-
diagnosis-dan-tatalaksananya/ , diakses pada 6 juli 2015.
5. Mandal, Wilkins, Dunbar, White M. Lecture Notes : penyakit infeksi. Edisi ke-6. Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2008.h.225-8.
6. Corwin Elizabeth J. patofisiologi : buku saku. Edisi ke-3. Jakarta : EGC, 2009.h.545-51.

14

Anda mungkin juga menyukai