Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep

dokumentasi asuhan keperawatan, keperawatan anak, teori Betty Neuman, action

research dan kerangka teori. Adapun penjelasannya masing-masing akan

diuraikan dibawah ini:

2. 1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

2. 1. 1. Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi adalah segala yang tertulis atau tercetak oleh individu yang

berwewenang. Catatan harus menjelaskan tentang perawatan yang diberikan

kepada klien, status dan kebutuhan klien yang komprehensif (Potter & Perry,

2005). Sementara Fisbach (1991), menyatakan dokumentasi adalah informasi

tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua

kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.

Dokumentasi merupakan suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata,

dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

2. 1. 2. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Perry dan Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan

pendokumentasian yaitu sebagai alat komunikasi tim kesehatan untuk

menjelaskan perawatan klien termasuk perawatan individual, edukasi klien dan

penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan. Dokumentasi sebagai tagihan

Universitas Sumatera Utara


finansial dengan menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan ganti

rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien.

Tujuan dokumentasi lainnya adalah edukasi, dengan catatan ini peserta

didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalam berbagai masalah kesehatan

dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.

Tujuan pengkajian, catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk

mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan dan merencanakan

intervensi yang sesuai.

Dokumentasi sebagai data untuk penelitian, perawat dapat menggunakan

catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-

faktor tertentu. Audit dan pemantauan, tinjauan teratur tentang informasi pada

catatan klien memberi dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan

perawatan yang diberikan dalam suatu institusi.

Dokumentasi legal merupakan pendokumentasian yang akurat sebagai satu

pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan. Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan

klien secara individual.

2. 1. 3. Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Menurut Fisbach (1991), standar dokumentasi adalah suatu pernyataan

tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat

dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran

terhadap kualitas dokumentasi keperawatan. Perawat memerlukan suatu standar

Universitas Sumatera Utara


dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau

pedoman praktis pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.

Dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan harus mengikuti

tujuh standar dokumentasi asuhan keperawatan yaitu harus sabar, harus berisi

pekerjaan yang sebenarnya dari perawat termasuk pendidikan dan dukungan

psikososial, ditulis harus mencerminkan penilaian klinis perawat, harus logis dan

berurutan, harus ditulis contemporaneously (segera setelah peristiwa terjadi),

catatan harus lengkap tentang keperawatan dan tentang hal diluar keperawatan,

harus memenuhi persyaratan hukum (Johnson, Jefferies & Langdon, 2012).

Hal tersebut didukung oleh Perry dan Potter (2005) yang menyatakan

bahwa standar yang harus diikuti dalam dokumentasi asuhan keperawatan adalah

harus memiliki dasar faktual (informasi tentang klien dan perawatannya harus

berdasarkan fakta apa yang perawat lihat, dengar dan rasakan), keakuratan,

kelengkapan (mengandung informasi tentang perawatan pasien yang lengkap) dan

mencatat segera setelah melaksanakan tindakan ditulis dengan jelas sehingga

semua anggota tim memahami informasi yang diberikan oleh seseorang kepada

orang lain dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa informasi tersebut terjaga

kerahasiaanya.

2. 1. 4. Hambatan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Tantangan dalam mengukur asuhan keperawatan adalah waktu dan tugas-

tugas mendokumentasikan dalam seluruh catatan klinis serta dokumentasi

pengasuhan informal tidak tersedia (Bettger et al., 2012). Dokumentasi

keperawatan dianggap beban. Banyaknya lembar format yang harus diisi untuk

Universitas Sumatera Utara


mencatat data dan intervensi keperawatan pada pasien membuat perawat

terbebani.

Kurangnya tenaga perawat yang ada dalam suatu tatanan pelayanan

kesehatan memungkinkan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja.

Tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah diberikan pada

lembar format dokumentasi keperawatan.Ketiadaan pengadaan lembar format

dokumentasi keperawatan oleh institusi. Tidak semua tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien dapat didokumentasikan dengan baik. Karena lembar

format yang ada tidak menyediakan tempat (kolom untuk menuliskannya).

2. 1. 5. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi asuhan keperawatan adalah metode narasi, metode

masalah berorientasi medical record (POMR), metode SOAP/IER dan metode

focus charting. Masing-masing metode dokumentasi akan dijelaskan sebagai

berikut:

2. 1. 5. 1. Metode narasi

Dokumentasi narasi adalah metode tradisional untuk merekam asuhan

keperawatan. Format dokumen informasi spesifik untuk kondisi klien dan

keperawatan. Data dicatat dalam catatan kemajuan tanpa kerangka

pengorganisasian. Untuk mencari data yang dibutuhkan, perlu memilah-milah

informasi.

Universitas Sumatera Utara


2. 5. 1. 2. Masalah-Berorientasi Medical Record (POMR)

Landasan dari metode ini adalah satu daftar masalah klien yang dihasilkan

oleh anggota tim perawatan kesehatan. Proses keperawatan merupakan dasar

untuk metode POMR dari mendokumentasikan masalah klien.

Potter et al., (2006) menyatakan keuntungan dari metode ini adalah dapat

memberikan penekanan pada persepsi klien tentang masalah mereka,

memerlukan evaluasi berkelanjutan dan revisi rencana perawatan, memberikan

kesinambungan perawatan di antara anggota tim kesehatan, meningkatkan

komunikasi yang efektif antara anggota tim kesehatan, meningkatkan efisiensi

dalam mengumpulkan data, menyediakan informasi dalam urutan kronologis dan

memperkuat penggunaan proses keperawatan.

2. 1. 5. 3. SOAP/IER

Metode berorientasi dokumentasi adalah cara terstruktur catatan

perkembangan narasi ditulis oleh semua tim kesehatan anggota, dengan

menggunakan SOAP (subjektif, objektif, analisa dan planning). IER (Intervensi,

Evaluasi dan Revisi). Tujuan rencana, tindakan, saran intervensi ketika intervensi

diidentifikasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi bagaimana

hasil perawatan dievaluasi. Revisi ketika perubahan pada masalah asli berasal dari

revisi intervensi, hasil garis perawatan atau waktu ini digunakan untuk

menunjukkan perubahan (Meiner, 1999).

2. 1. 5 .4. Focus Charting

Dengan metode dokumentasi ini,perawat mengidentifikasi "focus"

berdasarkan masalah klien atau perilaku ditentukan selama penilaian. Sebagai

Universitas Sumatera Utara


contoh, dokumentasi focus dapat mencerminkan sebuah perhatian klien atau

perilaku, seperti output urin menurun.

Sebuah perubahan kondisi atau perilaku klien, seperti disorientasi waktu,

tempat dan orang. Peristiwa penting dalam perawatan klien, seperti kembali dari

operasi. Dalam focus charting, penilaian status klien, intervensi yang dilakukan

dan dampak dari intervensi pada hasil klien yang diselenggarakan di bawah judul

data, tindakan dan respon.

Data subyektif yang mendukung focus disebutkan atau menggambarkan

status klien pada saat peristiwa penting atau intervensi. Tindakan, selesai atau

direncanakan intervensi keperawatan berdasarkan penilaian perawat dan status

klien. Respon mengenai dampak intervensi pada hasil klien lebih jelas. Lembar

aliran dan checklist sering digunakan untuk mendokumentasikan penilaian rutin,

berkelanjutan dan pengamatan, seperti perawatan pribadi, tanda-tanda vital,

asupan dan keluaran. Informasi direkam pada lembar aliran atau daftar tidak perlu

diulang dalam catatan perkembangan asuhan keperawatan.

2. 1. 6. Tahap-Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, perawat harus

mengikuti beberapa tahapan dokumentasi asuhan keperawatan. Asuhan

keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan

yang diberikan secara langsung kepada klien berdasarkan kaidah-kaidah

keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

bersifat humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk

mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Universitas Sumatera Utara


Proses keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang menekankan

pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan oleh

pasien (Potter & Perry, 2005). Proses keperawatan digunakan secara terus

menerus ketika merencanakan dan memberi asuhan keperawatan. Perawat

menganggap pasien sebagai figur sentral dalam rencana asuhan dan memastikan

ketepatan semua aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi respon pasien

(Wilkinson & Ahern, 2011).

Pengkajian (pengumpulan data) adalah langkah awal dalam berpikir kritis

dan pengambilan keputusan yang menghasilkan diagnosis keperawatan. Perawat

menggunakan definisi dan batasan karakteristik diagnosis keperawatan untuk

memvalidasi diagnosis. Pada saat diagnosis keperawatan dan faktor yang

berhubungan atau faktor resiko ditentukan, rencana asuhan dibuat.

Perawat menyeleksi hasil pada pasien yang relevan meliputi persepsi

pasien dan hasil yang diharapkan. Perawat kemudian bekerja sama dengan pasien

untuk menentukan aktivitas yang membantu dalam mencapai hasil yang telah

ditetapkan. Akhirnya setelah mengimplementasikan aktivitas keperawatan,

perawat mengevaluasi rencana asuhan dan kemajuan pasien. Apakah diagnosis

keperawatan masih sesuai? Apakah pasien mencapai tujuan yang diharapkan?

Apakah interval pendokumentasian dan tanggal target masih sesuai dan realistis?

Apakah intervensi tertentu tidak lagi dibutuhkan? Rencana individual kemudian

direvisi sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara


Di bawah ini akan diuraikan masing-masing tahapan dokumentasi asuhan

keperawatan, yaitu :

2. 1. 5. 1. Dokumentasi Pengkajian Asuhan Keperawatan

Pengkajian adalah kegiatan untuk data atau informasi tentang pasien yang

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, konsultasi dan pemeriksaan agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah, mengenali kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien baik fisik, sosial dan spiritual (Eggland, 1994).

Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi pengumpulan data dilakukan

dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan

penunjang. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim

kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi status

kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, riwayat keluarga, status

biologis-psikologis-sosial-spiritual, interpretasi data dan pengelompokan data

serta dokumentasi data (Potter & Perry, 2005).

Pengkajian meliputi keluhan utama/alasan masuk ke rumah sakit, riwayat

kesehatan masa lalu. Khusus untuk anak usia di bawah 5 tahun, dilakukan

pengkajian tentang pre natal care, natal dan post natal. Riwayat kesehatan

keluarga, riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang (pertumbuhan fisik,

perkembangan tiap tahap).

Riwayat nutrisi (pemberian ASI, pemberian susu formula, pola

perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini). Riwayat psikososial,

riwayat spiritual (support sistem). Reaksi hospitalisasi, pengalaman keluarga

Universitas Sumatera Utara


tentang sakit dan rawat inap, pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap.

Aktivitas sehari-hari, nutrisi, cairan, eliminasi buang air kecil (BAK) dan buang

air besar (BAB), istirahat/tidur, mobilisasi fisik dan rekreasi.

Dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, mengobservasi keadaan umum,

mengukur tanda-tanda vital, antropometri, sistem pernafasan, sistem cardio

vascular, sistem pencernaan, sistem indra, sistem syaraf, sistem muskulo skeletal,

sistem integument, sistem endokrin, sistem perkemihan, sistem reproduksi dan

sistem imun.

2. 1. 5. 2. Dokumentasi Diagnosa Asuhan Keperawatan

Tahap diagnosa ini adalah tahap pengambilan keputusan pada proses

keperawatan, yang meliputi identifikasi apakah masalah klien dapat dihilangkan,

dikurangi atau dirubah masalahnya melalui tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan respons

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang dapat diatasi oleh

kompetensi perawat. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar

pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis masa lalu, dan

konsultasi dari professional lain yang membutuhkan intervensi dari domain

praktik keperawatan (Carpenito, 1991). Perumusan diagnosa keperawatan aktual

adalah menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan. Potensial/resiko menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi

jika tidak di lakukan intervensi.

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis

keperawatan meliputi analisis dan interpretasi data, pengumpulan data,

Universitas Sumatera Utara


identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosis keperawatan. Untuk

mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus menentukan masalah kesehatan

klien.

Masalah kesehatan aktual adalah masalah yang dirasakan atau dialami

oleh klien seperti gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan yang

bising. Suatu masalah kesehatan berisiko mewaspadakan perawat pada pentingnya

pencegahan (Gordon, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). Faktor risiko untuk

diagnosa keperawatan risiko menunjukkan kerentanan klien atau kelompok

terhadap suatu penyakit atau kecelakaan.

Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan

klien. Data pengkajian dapat menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada

pemilihan diagnosa keperawatan yang sesuai. Label diagnostik didukung oleh

batasan karakteristik yang menunjukkan data dasar pengkajian klien. Label adalah

masalah yaitu respon aktual atau potensial klien terhadap kesehatan atau penyakit.

Faktor yang berhubungan adalah kondisi etiologis atau penunjang lainnya yang

mempengaruhi respon klien (Carpenito, 1995 dalam Potter & Perry, 2005).

Frase yang berhubungan dengan mengidentifikasi etiologi atau

penyebab masalah. Ini bukan pernyataan penyebab dan efek, tetapi lebih

menunjukkan bahwa etiologi dapat menunjang atau berkaitan dengan masalah.

Etiologi atau penyebab diagnosa keperawatan harus terdapat dalam domain

praktik keperawatan dan kondisi yang berespon terhadap intervensi keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


2. 1. 5. 3. Dokumentasi Rencana Asuhan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menetapkan prioritas

diagnosa keperawatan membuat peringkat dalam urutan kepentingan yang

didasarkan pada hirarki Maslow. Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi

urutan intervensi keperawatan (Carpenito, 1995 dalam Potter & Perry, 2005).

Selanjutnya perawat merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan dengan klien

untuk setiap diagnosa keperawatan yang bertujuan untuk memberikan arahan

terhadap intervensi keperawatan dan untuk menentukan keefektifan intervensi

keperawatan.

Rencana keperawatan adalah semua tindakan yang akan dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status

kesehatan yang lebih baik, diuraikan dalam hasil yang di harapkan. Merupakan

pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana keperawatan terorganisasi

sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan

yang diberikan.

Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat

memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.

Sebagai hasil semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan

yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis

mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.

Rencana keperawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang

(Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2. 1. 5. 4. Dokumentasi Pelaksanaan (Implementasi) Asuhan Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Tindakan keperawatan dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu pertama

tahap persiapan, tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk

mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan. Tahap kedua adalah

intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan dari perencanaan

untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan

keperawatan meliputi tindakan independen, dependen dan interdependen. Tahap

ketiga adalah dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses

keperawatan.

2. 1. 5. 5. Dokumentasi Evaluasi Asuhan Keperawatan

Tahapan selanjutnya adalah evaluasi. Perencanaan evaluasi memuat

kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan

proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan

pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat

dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di

rumuskan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


Sasaran evaluasi adalah proses asuhan keperawatan berdasarkan kriteria/

rencana yang telah disusun, hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria

keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi dan hasil evaluasi.

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu pertama tujuan tercapai,

apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai dengan kriteria yang

telah di tetapkan. Kedua tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai

secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

Ketiga tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru, dalam hal ini

perawat perlu untuk mengkaji secara lebihmendalam apakah terdapat data,

analisis, diagnosa, tindakan dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi

penyebab tidak tercapainya tujuan.

Evaluasi dalam dokumentasi asuhan keperawatan diantaranya adalah

evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil observasi dan analisa

perawat terhadap respon klien segera pada saat dan setelah intervensi keperawatan

dilaksanakan, evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa

yang terjadi saat itu dan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang merupakan

rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan klien

sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan pada tujuan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


2. 2. Keperawatan Anak

2. 2. 1. Filosofi Keperawatan Anak

Menurut Wong (2008), keperawatan bayi dan anak merupakan respons

manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial. Falsafah keperawatan

anak adalah cara memandang terhadap klien anak itu sendiri dan pendekatan

dalam pelayanan keperawatan anak mencakup perhatian pada rangkaian

pengalaman dan respon manusia terhadap kesehatan dan penyakit tanpa terbatas

pada orientasi berfokus masalah, integrasi data objektif dengan pengetahuan yang

didapat dari pemahaman tentang pengalaman subjektif, penerapan pengetahuan

ilmiah dan penetapan hubungan caring yang memfasilitasi kesehatan dan

penyembuhan.

2. 2. 2. Paradigma Keperawatan Anak

Ada empat komponen dalam keperawatan anak, yaitu manusia, sehat,

lingkungan, dan keperawatan itu sendiri. Keempat komponen tersebut dapat

dilihat pada gambar 2. 1.

Manusia (anak)

Sehat-sehat Lingkungan

Keperawatan

Gambar: 2. 1. Komponen Paradigma Keperawatan Anak

Universitas Sumatera Utara


2. 2. 2. 1. Manusia (anak)

Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang

berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang daiam proses tumbuh-kembang,

mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang

berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup makan,

minum, udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak

membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dan ancaman.

2. 2. 2. 2. Sehat

Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit.

Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental dan sosial yang

harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. Dengan

demikian, apabila anak sakit, hal ini akan memengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual. Sehat-sakit

berada dalam suatu rentang mulai dari sehat optimal pada satu kutub sampai

meninggal pada kutub lainnya, dapat dilihat pada gambar 2. 2.

Sehat optimal Sakit berat Meninggal

Gambar 2. 2. Rentang Sehat Sakit

Universitas Sumatera Utara


Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik

secara langsung saat anak sakit maupun tidak langsung dengan melakukan

bimbingan antisipasi pada orang tuanya. Dalam keadaan sehat optimal pun anak

memerlukan bantuan perawat, misalnya untuk upaya pencegahan dan promosi

kesehatan, seperti pelayanan imunisasi atau peningkatan pengetahuan tentang

kebersihan perseorangan dan gizi yang memenuhi syarat kesehatan.

Perbedaan persepsi antara orang tua dan perawat tentang konsep sehat-

sakit tersebut, timbul masalah pemahaman keluarga tentang makna sehat-sakit.

Kondisi sehat yang berat menurut persepsi perawat, dapat dipersepsikan sebagai

suatu kondisi yang biasa saja oleh orang tua, untuk itu diperlukan bantuan perawat

untuk menyamakan persepsi tersebut. Pada kutub ekstrim, yaitu kematian anak,

orang tua tetap memerlukan bantuan perawat untuk mengantarkan anak pada

kematian yang tenang melalui perawatan menjelang ajal (dying care).

2. 2. 2. 3. Lingkungan

Anak adalah individu yang masih bergantung pada lingkungan, yaitu

orang dewasa di sekitarnya. Lingkungan terdiri atas lingkungan internal dan

lingkungan eksternal, dan dapat memengaruhi kesehatan anak. Lingkungan

internal, yaitu genetik (keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin,

intelektual, emosi dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit.

Lingkungan eksternal, yaitu status nutrisi, orang tua/saudara sekandung

(sibling), masyarakat/kelompok sekolah, kelompok/geng, disiplin yang

ditanamkan orang tua, agama, budaya, status sosial-ekonomi, iklim, cuaca sekitar

dan lingkungan fisik/biologis baik rumah maupun sanitasi di sekelilingnya.

Universitas Sumatera Utara


Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan terutama dari lingkungan

eksternal, yaitu lingkungan yang aman, peduli dan penuh dengan kasih sayang.

2. 2. 2. 4. Keperawatan

Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,

perawat dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang

spesifik dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak/keluarga melalui

perannya sebagai pembela, pemulih/pemelihara kesehatan/koordinator,

kolaborator, pembuat keputusan etikdan perencana kesehatan.

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama,

yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang

terapeutik. Selama proses asuhan keperawatan dijalankan, keluarga dianggap

sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Kerja sama orang tua-perawat berfokus pada memfasilitasi keluarga untuk

aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya di rumah sakit dan

memberdayakan kemampuan keluarga baik dari aspek pengetahuan, keterampilan

maupun sikap dalam melaksanakan perawatan anaknya di rumah sakit, melalui

interaksi yang terapeutik dengan keluarga (empowering).

Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarganya adalah

pemberian dukungan, pemberian pendidikan kesehatan dan upaya rujukan kepada

tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan anak.

Universitas Sumatera Utara


2. 2. 3. Pertumbuhan dan Perkembangan

Wong (2008) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan

adalah satu kesatuan yang mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama

hidupn seseorang. Seluruh perubahan tersebut merupakan proses yang dinamis

yang menekankan beberapa dimensi yang saling terkait.

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat

membelah diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran

dan berat seluruh atau sebagian bagian sel. Sementara perkembangan merupakan

perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari

yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas

seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.

Maturasi merupakan peningkatan kompetensi dan kemampuan adaptasi,

penuaan, biasanya digunakan untuk menjelaskan perubahan kualitatif, perubahan

kompleksitas struktur yang memungkinkan berfungsinya pada struktur tersebut

pada tingkat yang lebih tinggi.

Differensiasi adalah proses modifikasi sel dan struktur awal secara

sistematik untuk mencapai sifat fisik dan kimiawi yang spesifik, digunakan untuk

menjelaskan kecendrungan massa ke arah spesifikasi, perkembangan aktivitas dan

fungsi dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks.

Semua proses ini saling berkaitan, terjadi bersamaan dan bersifat kontinu.

Proses ini bergantung pada serangkaian pengaruh endokrin, genetika,

konstitusional , lingkungan dan nutrisi.

Universitas Sumatera Utara


2. 2. 3. 1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

a. Keturunan

Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh mempunyai pengaruh

besar pada perkembangan. Terdapat hubungan yang besar antara orang tua dan

anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan.

Karakteristik fisik, pola dan bentuk gambaran, bangun tubuh, keganjilan fisik

diturunkan dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan

lingkungannya. Dimensi kepribadian seperti temperamen, tingkat aktivitas,

koresponsifan dan kecenderungan ke arah rasa malu, diyakini dapat diturunkan.

b. Faktor neuroendokrin

Pusat pertumbuhan dalam regio hipotalamik bertanggung jawab untuk

mempertahankan pola pertumbuhan yang ditetapkan secara genetik. Hubungan

fungsional diantara hipotalamus dan sistem endokrine mempengaruhi

pertumbuhan.

c. Nutrisi

Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan dan

efeknya ditunjukkan pada cara yang beragam dan rumit. Selama periode prenatal

yang cepat, nutrisi buruk dapat mempengaruhi perkembangan dari waktu

implamantasi ovum sampai kelahiran. Selama masa bayi dan kanak-kanak,

kebutuhan terhadap kalori relatif besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan

tinggi dan berat badan. Pada waktu ini kebutuhan kalori dan protein lebih tinggi

dibandingkan pada hampir setiap periode perkembangan pasca natal. Ketika laju

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan melambat disertai dengan penurunan metabolisme, akibatnya terjadi

penurunan kebutuhan kalori dan protein.

d. Hubungan Interpersonal

Hubungan dengan orang terdekat memiliki peranan penting dalam

perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian.

Tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak dengan orang lain yang memberi

pengaruh pada anak yang sedang berkembang, tetapi luasnya rentang kontak

penting untuk pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.

e. Tingkat sosio ekonomi

Riset menunjukkan bahwa tingkat sosio ekonomi keluarga anak

mempunyai dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada

semua usia anak dari keluarga kelas atas dan menengah mempunyai tinggi badan

lebih dari anak yang berasal dari keluarga dengan strata sosio ekonomi rendah.

Kesehatan dan nutrisi yang kurang baik pada tingkat sosio ekonomi rendah

mungkin merupakan faktor signifikan. Sumber makanan bergizi (khususnya

protein) sulit didapat dan faktor lain (ukuran keluarga besar dan ketidakteraturan

dalam makan, tidur dan latihan fisik) dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan.

f. Penyakit

Banyak penyakit kronik yang dikaitkan dengan berbagai tingkat kegagalan

pertumbuhan adalah anomali jantung kongenital dan gangguan pernafasan seperti

kistik fibrosis. Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk

Universitas Sumatera Utara


mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan memberi efek merugikan pada

pertumbuhan dan perkembangan.

g. Stres pada masa kanak-kanak

Orang tua dan pemberi asuhan harus mengenali tanda stress untuk

membantu anak menghadapi stress sebelum stress menjadi lebih berat. Tanda

stress terjadi dalam banyak bentuk tetapi secara khas dapat terlihat pada anak

yang teraniaya atau depresi. Bila sejumlah stress terjadi pada anak pada saat yang

bersamaan, anak menjadi lebih rentan. Apabila serangkaian stress menimbulkan

beban stress berlebihan, anak dapat mengalami perubahan serius dalam kesehatan

dan/atau perilaku. Pemberi asuhan harus mendengarkan anak sehingga mereka

menyadari rasa takut dan kekhawatiran anak, dan harus memberi tahu betapa

pentingnya orang tua dan pengasuh. Kontak fisik menyamankan dan

menenangkan anak. Menggendong, menyentuh dan memeluk anak menimbulkan

relaksasi dan kenyamanan serta menfasilitasi komunikasi. Meluangkan waktu

yang tidak tergesa-gesa bersama anak, jalan-jalan keluarga, liburan dan

pemajanan anak pada pengaruh positif membantu membangun kekuatan dan

keamanan anak. Hubungan interpersonal yang mendukung penting untuk

kesejahteraan psikologis anak.

h. Koping

Koping adalah tahapan khusus individu terhadap stressor. Anak berespons

terhadap stress setiap hari dengan mencoba mengubah lingkungan dan mencoba

menyesuaikan diri dengan lingkungan apa adanya. Setiap strategi yang memberi

relaksasi akan efektif untuk menurunkan stress dan kebanyakan anak memiliki

Universitas Sumatera Utara


metode alamiah seperti menarik diri, melakukan aktivitas fisik, membaca,

mendengar musik, mengerjakan proyek atau tidur siang. Beberapa anak mengadu

ke orang tua untuk mengatasi masalah atau mereka mengembangkan strategi yang

secara sosial tidak dapat diterima seperti curang, mencuri atau berbohong.

Anak dapat diajarkan teknik pereda stress untuk digunakan dalam koping.

Awalnya anak dibantu mengenali tanda ketegangan dan diajarkan berbagai

strategi yang tepat (latihan khusus, relaksasi dan pernafasan, imajinasi mental dan

berbagai aktivitas sederhana lain).

2. 2. 4. Asuhan Yang Berpusat Pada Keluarga

Asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit memerlukan keterlibatan

orang tua. Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap anaknya harus terbuka

selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan kesehatan pada

orang tua yang terprogram secara reguler. Anak membutuhkan orang tua selama

proses hospitalisasi (Wong, 2008).

Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak

yang dirawat di rumah sakit, sangat diperlukan kerja sama antara orang tua dan

tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik

dilaksanakan oleh orang tua dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten

sesuai kebutuhannya. Prinsip pelayanan keperawatan pada anak harus berfokus

pada anak dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.

Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga, yaitu

fasilitasi keterlibatan orang tua dalam perawatan dan peningkatan kemampuan

keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga punya peran penting untuk

Universitas Sumatera Utara


memfasilitasi hubungan orang tua dan anaknya selama di rumah sakit. Harus

diupayakan jangan sampai terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya di

rumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasinya hubungan antara orang

tua dan anaknya, orang tua diharapkan mempunyai kesempatan untuk meneruskan

peran dan tugasnya merawat anak selama di rumah sakit.

Perawat juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan kemampuan

orang tua dalam merawat anaknya. Orang tua dipandang sebagai subjek yang

punya potensi untuk melaksanakan perawatan pada anaknya. Diharapkan selama

perawatan anaknya di rumah sakit, terjadi proses belajar pada orang tua baik

dalam hal peningkatan pengetahuan maupun keterampilan yang berhubungan

dengan keadaan sakit anaknya.

2. 2. 5. Elemen Pokok Asuhan Berpusat Pada Keluarga

Hubungan anak dan orang tua adalah unik, berbeda antara yang satu dan

yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespons

terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda pula. Demikian pula

orang tua mempunyai latar belakang individu yang berbeda dalam berespons

terhadap kondisi anak dan perawatan di rumah sakit. Orang tua dapat memberikan

asuhan yang efektif selama hospital anaknya.

Orang tua harus belajar melakukan tindakan keperawatan seperti

memberikan kompres, mengukur suhu atau mengobservasi gejala panas pada anak

melalui proses pendidikan kesehatan yang diberikan perawat. Keberhasilan dan

pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan untuk mendukung

kerja sama yang aktif dari orang tua.

Universitas Sumatera Utara


2. 2. 6. Peran Perawat Anak

Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan

anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat anak, yaitu sebagai

pembela (advocacy), pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik,

perencana kesehatan, pembina hubungan terapeutik, pemantau, evaluator dan

peneliti.

Perawat dituntut sebagai pembela bagi anak/keluarganya pada saat mereka

membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan/menentukan

pilihan, dan meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia,

pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga.

Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi

penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak

langsung dengan menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan

anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup

pengertian dasar tentang penyakit anaknya, perawatan anak selama anak dirawat

di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah.

Keluarga adalah mitra perawat. Kerja sama dengan keluarga juga harus

terbina dengan baik, tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari

keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses perawatan anak harus

melibatkan keluarga secara aktif.

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik

dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada hak

Universitas Sumatera Utara


pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan

keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.

Kemampuan berpikir kritis perawat dalam melihat fenomena yang ada

dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari-hari dan menelusuri penelitian

yang telah dilakukan serta menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah

penelitian yang ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus dapat

melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik

keperawatan anak.

2. 3. Teori Proses Keperawatan Betty Neuman

2. 3. 1. Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Betty Neuman

Paradigma keperawatan teori Neuman disajikan dalam empat model yaitu

perawat, manusia, sehat dan lingkungan. Neuman memandang keperawatan

sebagai "profesi unik karena berkaitan dengan semua variabel yang

mempengaruhi respon seseorang terhadap stres" (Neuman, 2002 dalam Tomey &

Alligood, 2006) .

Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara

utuh. Tujuan keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok

dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat

mengkaji, mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada

variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Tindakan

keperawatan terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.

Universitas Sumatera Utara


Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui

identifikasi faktor-faktor risiko yang potensial dan aktual yang terjadi akibat

stressor tertentu. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan

sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-

gejala yang tampak, sedangkan pencegahan tertier berfokus pada proses adaptasi

kembali. Prinsip pencegahan tertier adalah untuk memberikan penguatan

pertahanan tubuh terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk

mencegah terjadinya masalah yang sama (Potter & Perry, 2005).

Manusia merupakan gabungan dari konsep holistik dan sistem terbuka.

Manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari

fisiologis, sosio kultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai

sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan

dan disesuaikan oleh lingkungan yang digambarkan sebagai stressor (Chinn &

Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry, 2005).

Sistem klien adalah dinamis selalu keterkaitan antara fisiologikal,

psikologis, pengembangan, sosio kultural dan faktor spiritual. Sistem klien

dipandang sebagai perubahan konstan atau gerak dan dipandang sebagai suatu

sistem terbuka di interaksi timbal balik dengan lingkungan (Neuman, 2002 dalam

Tomey & Alligood, 2006).

Neuman memandang kesehatan sebagai subjek yang berubah, bersifat

dinamis dan terus-menerus. Kesehatan yang optimal atau stabilitas menunjukkan

bahwa seluruh kebutuhan sistem terpenuhi. Lingkungan terdiri dari faktor internal

dan eksternal yang mengelilingi atau berinteraksi dengan orang dan klien.

Universitas Sumatera Utara


Stressors (intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal) yang signifikan

terhadap konsep kekuatan lingkungan yang berinteraksi dan berpotensi mengubah

stabilitas sistem.

Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi

(intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal segala

sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembentukan

lingkungan merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang aman,

yang terbentuk oleh mekanisme yang disadari maupun tidak disadari.

Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stressor yang

dapat merusak sistem. Model Neuman mencakup stressor intrapersonal,

interpersonal dan ekstrapersonal (Potter & Perry, 2005).

2. 3. 2. Model Sistem Neuman

Model Sistem Neuman menyediakan holistik komprehensif dan fleksibel

perspektif sistem berbasis keperawatan. Dasar asumsi adalah setiap sistem klien

adalah unik, merupakan gabungan dari faktor dan karakteristik dalam kisaran

tertentu dari tanggapan yang terkandung dalam struktur dasar.

Model Sistem Neuman merupakan model konseptual keperawatan

(Torakis & Smigielski, 2000). Asumsi dasar dari model adalah kesehatan dari

sistem klien/klien dalam kaitannya dengan stressor lingkungan dan reaksi

terhadap stress.

Klien sebagai individu yang terdiri dari keterkaitan holistik variabel

fisiologis, psikologis, perkembangan, sosial budaya dan spiritual. Idealnya

Universitas Sumatera Utara


berfungsi secara harmonis dan stabil dalam menanggapi stres lingkungan internal

dan eksternal yang mempengaruhi klien pada suatu titik waktu tertentu.

Stressors adalah kondisi atau situasi yang menyebabkan perubahan dalam

kesehatan normal seseorang. Respon klien terhadap stressor sangat ditentukan

oleh kondisi fisiologis, status perkembangan, pengaruh sosial budaya,

kemampuan kognitif dan spiritual. Interaksi dari variabel-variabel dengan

lingkungan dan dengan tekanan yang merupakan inti dari model.

Peran perawat sangat berkaitan dengan mendefinisikan intervensi yang

tepat untuk mengurangi atau menghilangkan stres atau stres potensial sehingga

klien dapat mempertahankan dan mencapai stabilitas sistem (Torakis &

Smigielski, 2000).

Dalam perkembangan Model Sistem Neuman telah menjadi kongruen

dengan asumsi dan keyakinan yang diusulkan oleh tim model praktik keperawatan

professional terhadap penggunaan model ini di institusi pediatrik. Model

konseptual yang digunakan dalam keperawatan untuk membantu memberikan

kerangka acuan, dasar pemikiran untuk kegiatan dan struktur yang sistematis.

Model konseptual keperawatan memungkinkan perawat untuk mengumpulkan

data secara rinci, mengidentifikasi masalah aktual dan potensial.

Selain itu (Fawcett, 1995 dalam Torakis & Smigielski, 2000)

menggambarkan model koseptual keperawatan sebagai metode bermanfaat untuk

mengenali tujuan dan mendefinisikan ruang lingkup praktek keperawatan. Model

konseptual menyediakan kerangka kerja untuk catatan tujuan dari efek asuhan

Universitas Sumatera Utara


keperawatan. Pentingnya model keperawatan terletak pada kenyataan bahwa

model tersebut membantu meningkatkan komunikasi dalam profesi.

2. 3. 3. Proses Keperawatan Neuman

Format proses keperawatan Neuman terdiri dari tiga langkah: yaitu hasil

penegakan diagnosis keperawatan, menentukan tujuan keperawatan dan

mengidentifikasi (Neuman, 1995 dalam Torakis & Smigielski, 2000).

Diagnosis keperawatan terdiri dari kedua penilaian dan diagnosis

kebutuhan, stress dan kekuatan. Tujuan keperawatan adalah pelaksanaan

intervensi keperawatan untuk menstabilkan sistem klien melalui pengurangan atau

penghapusan stressor.

Neuman mencirikan intervensi keperawatan sebagai tingkat pencegahan

primer, sekunder dan tertier. Salah satu atau semua tingkat pencegahan dapat

memberikan arah secara bersamaan dapat digunakan untuk tindakan keperawatan.

Secara keseluruhan, tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah stres

yang muncul terhadap dampak klien. Intervensi dapat dimulai segera setelah

stressor atau potensial diidentifikasi. Contoh: Membahas keamanan rumah dengan

orang tua, mengajar cardiopulmonary resusitation (CPR), atau mengajar orang

tua tentang faktor pencetus asma.

Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk memberikan perawatan yang

tepat dari gejala dan untuk mencapai stabilitas pasien. Contoh: Memberikan

cairan, memberikan obat, memberikan perawatan pernafasan dan memberikan

fisioterapi dada.

Universitas Sumatera Utara


Pada tujuan pencegahan tertier adalah untuk membantu pasien dalam

discharge planning (perencanaan pulang). Contoh: Mengajar orang tua

bagaimana memberikan obat di rumah, memberikan instruksi tentang bagaimana

untuk mengelola nebulization untuk anak di rumah dan menjelaskan jadwal

kunjungan selanjutnya.

Komponen akhir dalam proses keperawatan Neuman adalah mengevaluasi

efektifitas intervensi. Dengan melakukan evaluasi, perawat dapat menentukan

status klien dalam kontinum kesehatan penyakit dan dapat membuat perubahan

yang diperlukan.

2. 4. Action Research (AR)

2. 4. 1. Definisi AR

Action research merupakan proses yang melibatkan siklus tindakan, yang

didasarkan pada refleksi, umpan balik dan evaluasi tindakan sebelumnya dan

situasi saat ini (Robertson, 2006). Stringer 1996 dalam Badger (2000) menyatakan

bahwa action research sebagai siklus yang berulang dari proses melihat, berpikir

dan bertindak yaitu pengumpulan informasi, mengeksplorasi, menganalisis,

menafsirkan dan menjelaskan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Kemmis dan Taggart (1988) menyatakan bahwa penelitian tindakan

adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif dilakukan peneliti

dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan peradilan praktik

Universitas Sumatera Utara


pendidikan sosial serta pemahaman mengenai praktek dan terhadap situasi tempat

praktek.

Menurut Chang (2008), action research adalah sebuah siklus proses,

melakukan penemuan, perencanaan, aksi, pengamatan, refleksi, dan perencanaan

ulang untuk membawa perubahan.

2. 4. 2. Siklus AR

Action research dinyatakan sebagai sebuah proses siklus yang terdiri dari

kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Action research

merupakan proses yang melibatkan siklus tindakan, yang didasarkan pada refleksi,

umpan balik dan evaluasi tindakan sebelumnya dan situasi saat ini (Robertson,

2006).

Penelitian action research dinamis, menghubungkan empat aspek dalam

sebuah siklus yaitu plan, action & observe dan reflect yang akhirnya menjadi

sebuah spiral siklus. Diperlukan pembentukan kelompok penelitian dalam

melakukan penelitian action research (Kemmis & Taggart, 1988).

Kegiatan seorang individu berjalan melalui siklus plan, action & observe

dan reflect tidak dianggap sebagai action research. Action research tidak

individualistik. Tahapan plan (perencanaan) untuk tindakan harus selalu memiliki

kualitas tentatif dan sementara, prospektif, fleksibel dan selalu terbuka untuk

perubahan. Sebagai bagian dari proses perencanaan, peneliti dan kelompok

peneliti harus berkolaborasi dalam diskusi untuk menganalisis dan meningkatkan

pemahaman dan tindakan yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


Action merupakan aksi / tindakan yang dipandu oleh perencanaan dalam

arti bahwa tindakan yang dilakukan terlihat dasar pemikirannya dalam

perencanaan. Tetapi tindakan tidak sepenuhnya dikendalikan oleh rencana, dapat

muncul hambatan/kendala secara tiba-tiba dan tak terduga sebagai konsekwensi

dari perubahan dalam tindakan.

Tahapan Observe dalam action research memiliki fungsi

mendokumentasikan efek dari tahapan sebelumnya. Observasi yang cermat

diperlukan karena action selalu akan dibatasi oleh kendala realitas. Observe harus

direncanakan, responsive, kritis dan harus peka terhadap hal-hal yang tidak

terduga. Tahapan Observe mengamati proses action, efek dari action, keadaan

dan hambatan action dan masalah lain yang timbul. Pengamatan sebagai dasar

yang kuat untuk tahapan reflection dan memberikan kontribusi pada peningkatan

pemahaman dalam menyusun strategis.

Tahapan reflection berusaha memahami proses, masalah, issue dan

hambatan yang dimanifestasikan dalam tindakan strategis, memperhitungkan

berbagai perspektif situasi yang muncul. Reflection biasanya dibantu dengan

diskusi peserta kelompok penelitian dengan wacana mengarah ke rekonstruksi

makna situasi dan memberikan dasar bagi rencana revisi. Reflection memiliki

asfek evaluative untuk mempertimbangkan pengalaman, menilai efek tindakan

yang diinginkan dan isu-isu yang muncul dan menyarankan cara melanjutkan

(Kemmis & Taggart, 1988).

Universitas Sumatera Utara


2. 4. 3. Proses AR

Pelaksanaan action research diperlukan beberapa tahapan tindakan yaitu

reconnaissance (tahapan awal/persiapan), planning (tahapan perencanaan),

acting (tahapan tindakan), observation (tahapan melakukan pengamatan) dan

reflecting. Tahapan pertama adalah reconnaissance yaitu merupakan langkah awal

dalam mencari permasalahan yang ada. Tahap ini disebut juga tahap preliminary

studi, yaitu mempelajari masalah yang ada dan menentukan tema yang penting.

Tahap ini menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan

sekarang. Pada tahap ini sudah mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap

masalah yang ada.

Tahap kedua planning yaitu menyusun perencanaan yang bersifat untuk

kebaikan. Langkah ini berorientasi pada peneliti terhadap kolaborasi dengan

partisipan. Perencanaan meliputi rencana untuk berubah dan merencanakan hasil

yang diinginkan. Pada tahapan ketiga adalah action & observation yaitu

mengimplementasikan rencana dan mengobservasi tindakan yang dilakukan. Pada

tahap ini adalah melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan, meliputi

melaksanakan rencana untuk berubah.

Observasi juga dilakukan untuk mengamati hasil implementasi yang telah

dilakukan. Tahapan yang keempat adalah reflection yaitu merupakan kegiatan

memberikan analisa, sintetis, interpretasi, penjelasan dan menyimpulkan hal yang

penting. Pada tahap ini berfokus pada hasil yang telah dicapai kemudian dibuat

analisa untuk perbaikan pada cycle berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


2. 5. Kerangka Teori.
Model Sistem Neuman: Format dokumentasi asuhan keperawatan Proses keperawatan :
Pendekatan sistem terbuka terhadap
anak Tentatif 1. Pengkajian : Biofisik,
stressor intra personal, interpersonal dan psikologis, sosiokultural &
ekstrapersonal dari keterkaitan: Fisiologis, spiritual
psikologi, perkembangan, sosiokultural 2. Diagnosis keperawatan :
spiritual. Respon anak terhadap
Planning defisit pola kesehatan pada
Proses Keperawatan : Reflection
1. Pengkajian : mengevaluasi sistem anak, gangguan proses,
klien pola, fungsi, perkembangan
2. Diagnosa keperawatan : diagnosis kehidupan.
kebutuhan, stres dan kekuatan
3. Perencanaan : Individual
3. Intervensi keperawatan sebagai
tindakan pencegahan primer,
4. Implementasi : Umpan
sekunder dan tertier. balik efek dari tindakan
Action&Obs 5. Evaluasi : Pembuatan
keputusan (Wong, 2008).
Diagnosis Keperawatan NANDA,
Intervensi NIC & Kriteria hasilNOC
(Wilkinson & Ahern,2011) .
Format dokumentasi asuhan keperawatan
anak

Gambar 2.3. Kerangka Teori dan Metodologi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Anak di Ruang Perawatan Anak

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai