Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan yang

menjadi perhatian dunia oleh karena itu pada bulan september 2000

diadakan United Nations Millenium Deklaration. Deklarasi ini sebagai

Millenium Development Goals (MDGS) dengan target pencapain pada

tahun 2015. MDGS berisi 8 buah tujuan pembangunan millenium yaitu

pengetasan kemiskinan dan kelaparan, pemerataan pendidikan,

mendukung persamaan gender, mengurangi kematian anak, meningkatkan

kesejahteraan ibu hamil, melawan HIV/AIDS, malaria dan penyakit

menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup serta

meningkatkan kemitraan global. MDGS ke 5 memiliki target mengurangi

angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015. (WHO.MDGs,2010)


Menurut data WHO (Word Health Organitation) 2011, sebanyak

99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di

negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara

berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per

100.000 kelahiran bayi hidup jika di bandingkan dengan rasio kematian

ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut

WHO (Word Health Organitation), 81% AKI akibat komplikasi selama

hamil, bersalin dan 25% selama masa post partum.


Berdasarkan survey demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, secara

keseluruhan lebih dari delapan ibu mendapatkan perawatan nifas, dengan

1
rincian 70% mendapat perawatan dalam dua hari sesudah melahirkan, 6%

dalam waktu 3-6hari, dan 7% dalam 7-41 hari sesudah melahirkan,

sabanyak 16% tidak pernah mendapat perawatan masa nifas atau

perawatan sesudah 41 hari melahirkan (SDKI, 2008).


Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukan

bahwa hampir semua bayi (95%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Hasil

berikutnya dari hasil SDKI 2007 adalah sebanyak 44% bayi baru lahir

mendapat ASI dalam 1 jam setelah lahir dan 62% bayi mendapat ASI pada

hari pertama. Proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama paling

rendah yaitu 43% untuk bayi yang dilahirkan dengan pertolongan tenaga

kesehatan, dan tertinggi 54% untuk bayi lahir tanpa pertolongan/orang

awam. Sebanyak 65% bayi telah mendapatkan makanan selain ASI sejak

dini (prelacteal feed). Hanya 32% bayi di Indonesia mendapat ASI ekslusif

selama 6 bulan (Badan penerbit IDAI, 2010).


Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta juta ibu

diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku

tentang ASI, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga

pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang

terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta

tahun mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan

kehidupan manusia. Pada masa nifas, masalah yang sering timbul antara

lain kelainan putting, payudara bengkak, terjadinya pembendungan ASI.

Terjadinya masalah tersebut karena beberapa faktor antara lain kurangnya

2
perawatan payudara pada ibu menyusui. Perawatan payudara sangat

penting dilakukan selama hamil dan menyusui.


Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI, 2007) diusia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di

Dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi

pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif

mencapai 32,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anak

mereka.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-

2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan

putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya

perawatan payudara selama kehamilan.


Angka kejadian bendungan ASI sampai saat ini tidak diketahui

secara pasti. Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan RI pada tahun 2006 kejadian bendungan ASI di Indonesia

terbanyak terjadi pada ibu-ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui

(Departemen Kesehatan RI, 2008). Sementara hasil Survey Sosial

Ekonomi Daerah (Suseda)Propinsi Jawa Barat tahun 2009 kejadian

bendungan ASI pada ibu menyusui di Jawa Barat yaitu 1-3% (1-3 kejadian

dari 100 ibu menyusui) terjadi di perkotaan dan 2-13% (2-13 kejadian dari

100 ibu menyusui)terjadi di pedesaan (Badan Pusat Statistik Provinsi

Jawa Barat, 2009)


Payudara bengkak banyak terjadi pada ibu postpartum minggu pertama

hari ke-3 dan hari ke-4 sesudah ibu melahirkan mencapai 13,3%. (Depkes

RI, 2002)

3
Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah melakukan

perawatan payudara pada kehamilan dan melakukan Helth

Education melalui penyuluhan- penyuluhan pada ibu post partum hari ke

3-6 yang disertai demontrasi cara perawatan payudara setelah melahirkan

dengan benar, serta penyuluhan dan peragaan tentang perawatan payudara

pada kunjungan masa nifas, dimana penyuluhan tepat pada waktu ibu

mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang

merupakan informasi keterpaduan menalar ilmiah dan sistematis. Upaya

ini dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam perawatan payudara secara

baik dan benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui

sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan

upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.


Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk megkaji

mengenai masalah tersebut. Penelitian penulis lakukan di BPM Ny. D

Desa Pameungpeuk dengan judul ASUHAN KEBIDANAN POST

PARTUM PADA Ny. L USIA 25 TAHUN 3 HARI DENGAN

BENDUNGAN ASI FISIOLOGIS di BPM Ny. D DESA

PAMEUNGPEUK KECAMATAN PAMEUNGPEK GARUT


B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek di UPTD Puskesmas Pameungpeuk,

maka mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan Kebidanan

pada ibu post partum dengan bendungan ASI dengan menerapkan pola

pikir melalui pendekatan Manajemen Kebidanan Kompetensi Bidan di

Indonesia.
2. Tujuan khusus

4
a. Mampu melakukan pengumpulan data dan menganalisa data

Subjektif dan Objektif pada Ny. L Usia 25 tahun 3 hari post

partum dengan bendungan ASI fisiologis di BPM Ny. D Kp.

Kaum Lebak Ds. Pameungpeuk Kec. Pameungpeuk Kab. Garut


b. Mampu melakukan dan menganalisa interpretasi pada data yang

telah dikumpulkan untuk menentukan diagnosa pada Ny. L Usia

25 tahun 3 hari post partum dengan bendungan ASI fisiologis di

BPM Ny. D Kp. Kaum Lebak Ds. Pameungpeuk Kec.

Pameungpeuk Kab. Garut


c. Mampu melakukan identifikasi dan menganalisa diagnosis atau

masalah potensial yang ditemukan serta melakukan antisipasi

terhadap masalah potensial pada Ny. L Usia 25 tahun 3 hari post

partum dengan bendungan ASI fisiologis di BPM Ny. D Kp.

Kaum Lebak Ds. Pameungpeuk Kec. Pameungpeuk Kab. Garut


d. Melakukan identifikasi dan menganalisa serta menetapkan

kebutuhan tindakan segera pada Ny. L Usia 25 tahun 3 hari post

partum dengan bendungan ASI fisiologis di BPM Ny. D Kp.

Kaum Lebak Ds. Pameungpeuk Kec. Pameungpeuk Kab. Garut


e. Melakukan perencanaan dan menganalisa asuhan kebidanan Pada

Ny. L Usia 25 tahun 3 hari post partum dengan bendungan ASI

fisiologis di BPM Ny. D Kp. Kaum Lebak Ds. Pameungpeuk

Kec. Pameungpeuk Kab. Garut


f. Melakukan dan menganalisa penatalaksanaan dari perencanaan

asuhan kebidanan pada Ny. L Usia 25 tahun 3 hari post partum

dengan bendungan ASI fisiologis di BPM Ny. D Kp. Kaum

Lebak Ds. Pameungpeuk Kec. Pameungpeuk Kab. Garut

5
g. Melakukan dan menganalisa evaluasi untuk menilai keefektifan

dari pemberian Asuhan Kebidanan pada Ny. L Usia 25 tahun 3

hari post partum dengan bendungan ASI fisiologis di BPM Ny. D

Kp. Kaum Lebak Ds. Pameungpeuk Kec. Pameungpeuk Kab.

Garut
h. Melakukan pendokumentasian SOAP pemberian Asuhan

Kebidanan pada Ny. L Usia 25 tahun 3 hari post partum dengan

bendungan ASI fisiologis di BPM Ny. D Kp. Kaum Lebak Ds.

Pameungpeuk Kec. Pameungpeuk Kab. Garut


C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Laporan ini merupakan hasil dan praktek belajar lapangan yang dilakukan

mulai 07 September sampai 19 Oktober 2015 di UPTD Puskesmas

Pameungpeuk.
D. Definisi Konsep
` Pada penelitian ini dilakukan kepada Ny. L Usia 25 tahun dengan

Bendungan ASI. Adapaun yang dimaksud dengan Bendungan ASI adalah

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan

duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna atau kelainan pada putting susu.


Adapun manajemen kebidanan melalui 7 langkah Varney, yaitu :(3)
1. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini mengumpulkan data subjektif dan objektif Pada Ny. L

usia 25 tahun dengan Bendungan ASI.


2. Interpretasi Data
Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah

dikumpulkan Pada Ny. L usia 25 tahun dengan Bendungan ASI.


3. Mengantisipasi dan menentukan Diagnosa Masalah Kebidanan

6
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi Pada

Ny. L usia 25 tahun dengan Bendungan ASI.


4. Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Pada langkah ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pada Ny. L usia

25 tahun dengan Bendungan ASI.


5. Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya Ny. L usia 25 tahun

dengan Bendungan ASI.


6. Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan

efisien Pada Ny. L usia 25 tahun dengan Bendungan ASI.


7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah Pada Ny. L usia 25

tahun dengan Bendungan ASI.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas


1. Definisi
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kemablai seperti keadaan sebelum hamil,

berlangsung sekitar 6 minggu. akan tetapi seluruh alat genital baru

pulih kembali sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan.

(Sarwono:2007,237)
Masa nifas dimulai setelah partus selesai & berakhir kira-

kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali

seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono P. 2005:

237).
Nifas atau puerperium adalah periode dimana organ-organ

reproduksikembali seperti kepada keadaan tidak hamil. (Fairer Helen.

2001: 225).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir

& berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil (Abdul Bari.S, dkk. 2002).


Kala puerperium berlangsug selama 6 minggu atau 42 hari

merupakan waktu yang dipergunakan untuk pulihnya alat kandungan

ke keadaan normalyaitu involusi dan proses laktasi (IBG Manuaba,

8
1998)
2. Periode masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 peride, yaitu :
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan.

Dalam agama Islam telah dianggap bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.
c. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai

komplikasi
3. Kebutuhan dasar pada nifas
Kebutuhan dasar pada masa nifas salah satu diantaranya

yaitu istirahat disertai dengan mobilisasi bertahap. Mobilisasi

dilakukan setelah 8 jam tidur terlentang pasca persalinan, dengan cara

miring ke kanan dan kiri, pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari

ketiga jalan-jalan.

B. Fisiologi dan masalah yang dapat terjadi dalam masa nifas


1. Fisiologi nifas
Adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa

nifas. Perubahan normal yang harus terjadi adalah : involusi, lochea,

laktasi, serta perubahan psikologis, selain itu terjadi hemokonsentrasi

dan perubahan alat-alat tubuh yang lain. (Ibrahim ch, 1987 : 10).
2. Perubahan fisik
a. Keadaan umum segera setelah melahirkan umumnya sangat

lemah, lebih-lebih bila partus berlangsung lama. Sebenarnya nifas

9
normal tidak sakit tetapi membutuhkan waktu untuk

mengembalikan keadaan umumnya yang mengalami perubahan

pada saat hamil dan persalinan sampai kemablai ke keadaan

semula (Mochtar, 1998).


b. Suhu tubuh dapat meningkat 0.5 oC namun tidak lebih dari 38 oC,

sesudah 12 jam pp kembali normal (36,5 oC - 37,5oC). Adakalanya

terjadi peningkatan pada hari pertama post partum yang

disebabakan faktor laktasi. Bila melebihi 38oC pada 24 jam

pertama post partum merupakan tanda infeksi (Sarwono, 2007)


c. Denyut nadi umumnya berkisar 60-80 x/menit maksimal

100/menit dapat terjadi bradikardi. Denyut nadi di masa nifas

umumnya lebih dibandingkan suhunya. Kecuali bila partus lama

dan sulit sehingga kehilangan banyak darah dan dapat terjadi

takikardi. Bradikardi post partum pada hari 6-10 dengan denyut

antara 40-70 kali/ menit adalah perubahan normal. (Sarwono,

2007).
d. Pernafasan setelah melahirkan normal 18x/menit. Bila fungsi

paru-paru baik, pernapasan akan normal, teratur dan cukup

(Mochtar, 1998).
e. Berat badan segera setelah melahirkan kehilangan sebesar 5kg

atau berkurang sebesar 12 pound, yang desebabkan oleh keluarga

bayi, plasenta dan air ketuban. Pada minggu pertama post partum,

kehilanagan berat badan sekitar 2 kg karena kehilangan cairan.

(Varney H., 1997 : 3-10).


3. Perubahan sistem reproduksi
a. Involusi dan tempat plasenta
Involusi uterus adalah proses kembalinya alat kandungan

10
atau uterus dan jalan lahir hingga mencapai keadaan sebelum

hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras

karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Uterus secara

berangsur-angsur menjadi seperti sebelum hamil. Proses involusi

terjadi akibat proses autolisis. Aktivitas otot-otot dan iskhemia

dimana protein dinding rahim dipecah, daibsorpsi dan dibuang

meflalui urin (Rustam M,1998 : 115).

Tabel 1 Perubahan uterus setelah melahirkan :

Diameter bekas
Involuasi TFU Berat uterus Keadaan cervix
plasenta
Setelah plasenta
Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembek
lahir
Pertengahan Dapat dilalui 2
1 minggu 500 gr 7,5 cm
pusat simpisis jari
Dapat dimasuki
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
1 jari
Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm
minggu
8 minggu Normal 30 gr
Sumber : Rustam Muchtar, 1998

Involusi tempat placenta setelah persalinan sebesar telapak tangan,

akhir minggu kedua 3-4 cm, akhir nifas 1-2 cm setelah janin lahir,

11
tangan dapat masuk ke kavum uteri setelah 2-3 hari, 1 minggu pp 1

jari (Wighyosastro.H, 1998 : 188).

b. Tinggi fundus dan kontraksi uterus


Akibat proses involusi TFU mengalami penurunan sampai keadaan

sebelum hamil. Kontraksi keras pada uterus berarti baik, dan

sebaliknya.

Tabel 2 involusi uterus

Involusi uterus TFU


Hari ke-1 Setinggi pusat
Hari ke-2 1-2 jari dibawah pusat
Hari ke-3 Pertengahan simpisis
Hari ke-7 3 jari diatas simpisis
Hari ke-9 1 jari diatas simpisis
Hari ke-10 atau ke-12 Tidak teraba dari luar
Sumber : Sarwono, 2007

c. Lochea
Adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim terutama

luka placenta yang keluar melalui vagina, dibagi menjadi :


1) Lochea rubra
Warna merah seperti darah haid dan pengeluaran setelah

persalinan-2hari pp.
2) Lochea Sanguinolenta
Warna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7

post partum.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ke

7-14 post partum.


4) Lochea alba
Cairan putih kekuning-kuningan, pengeluaran setelah 2

minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochea statis
Lochea tidak lancar keluarnya

12
Pengeluaran Lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warnanya diantaranya :

1) Lochea rubra/ merah (kruenta), lochea ini muncul pada

hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai

dengan namanya, warnanya biasanya merah dan

mengandung darah dari perobekan/ luka pada plasenta

dan serabut dari decidua dan chorion. Terdiri dari

sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa

mekoneum dan sisa darah.


2) Lochea serosa, lochea ini muncul pada hari kelima

sampai kesembilan postpartum. Warnanya biasanya

kekuningan atau kecokelatan. Lochea ini terdiri dari

lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri

dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.


3) Lochea alba, locha ini muncul lebih dari hari ke-sepuluh

postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan

lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir,

serviks dan serabut jaringan yang mati (Sekolah Bidan,

2008).
Bila pengeluaran lochea tidak lancar maka

disebut lochiastasis. Kalau lochea tetap berwarna merah

setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa

plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna

yang sering disebabkan retroflexio uteri. Lochea

mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama

13
dengan sekret menstrual. Bau yang paling kuat pada

lochea serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang

menandakan infeksi (Sekolah Bidan, 2008).


d. After pain (mules-mules)
Adalah rasa sakit mules-mules yang disebabkan kontraksi

rahim berlangsung 2-4 hari post partum.After pains yang terjadi

post partum merupakan akibat dari kontraksi dari uterus, kadang-

kadang sangat mengganggu sampai 2-3 hari post partum. Perasaan

mules ini lebih terasa bila terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa

plasenta atau gumpalan darah di dalma cavum uteri. Pada primi

para, afterpains kurang terasa. Pada umumnya lebih terasa pada

multi para karena uterus sering berkontraksi kuat dengan interval

sehingga nyeri. (Sarwono, 2007)

e. Laktasi
Sejak hamil sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar

mamae, untuk menghadapi masa laktasi. Proses lakatasi ini timbul

setelah ari-ari atau plasenta lepas. ASI sebagai makanan alamiah

terbaik yang dapat diberikan seorang ibu pada anak yang baru lahir

sampai umur 6 bulan.


1) Colostrum
Glandula mammae mengeluarkan kolostrum pada bulan

ke-3 kehamilan, akan diproduksi terus sampai 2-3 hari

post partum. Kolostrum adalah cairan kental warna

kekuningan/ jernih merupakna pencahar ideal untuk

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus BBL.

14
Lebih banyak protein dna zat anati infeksi daripada ASI

matang. Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dari

ASI matang. Volume kolostrum 150-300 ml/ jam.


2) Asi dan Pengeluarannya
Menyusui
ASI mengadung semua bahan yang diperlukan bayi,

mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi,

selelu segar, bersih, dan siap untuk diminum.


Tanda ASI cukup
a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam,

warnanya jernih sampai kuning muda.


b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan

berbiji
c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar,

bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan

penanda baik.
d) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
e) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali

selesai menyusui.
f) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran asi, setiap

kali bayi menyusu.


g) Bayi bertambah berat badannya. (Buku Panduan

Praktis Maternal dan Neonatal, 2002 : N 26)


ASI tidak cukup
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar

atau setidaknya 10-12 kali pasca persalinan. Jika bayi

dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam atau diberi makanan lain

atau payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap kali

menyusui, maka pesan hormonal yang diterima otak ibu

adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit. (Maternal

15
dan Neonatal, 2002 : N 26).
4. Perubahan sistem tubuh lain
a. Pembuluh darah rahim
Di dalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami

obliterasi atau menghilang oleh perubahan hialin sehingga

pembuluh darah mengecil.


b. Serviks dan vagina
Setelah persalinan bentuk servik masih sedikit berdilatasi

seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistennya lunak.

Kadang terdapat laserasi. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa

masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 3 jari

dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, R,

2002).
c. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan perut longgar, pulih dalam 6 minggu.

Peritoneum yang meliputi usus menjadi berlipat-lipat dan

keriput.
d. Perubahan sistem ginjal
Miksi spontan terjadi dalam 3 jam pp. Efek trauma persalinan

dalam kandung kencing dan ureter menghilang dalam 24 jam.


e. Gastrointestinal
1-2 jam pp lapar dan siap menyantap makanan. Konstipasi

awal nifas disebabkan tidak adanya input makanan padat

selama persalinan.
f. Hematologi
Jumlah hemoglobin, hematokrit, eritrosit sangat bervariasi

pada ibu tergantung hidrasi, input cairan, kehilangan darah &

cairan selama persalinan, serta pengurangan normal jumlah

darah.
g. Endokrin
Isapan bayi merangsang keluarnya oksitosin untuk pengeluaran

16
air susu dan mempercepat involusi. (Sarwono, 2007)
5. Perubahan Psikologis
a. Phace honey moon
Terjadi intimidasi dan kontak yang lama antara ibu ayah yang

baik, hal ini disebut juga psikis honeymoon yang tidak

memerlukan hal-hal yang romantik. Namaun masing-masing

saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan

baru. (Varney 2007:3)


b. Bonding and attachment
Terjadi pada kala IV dimana terjadi kontak antara ibu, ayah dan

anak dan tetap dalam ikatan kasih.penting bagi asuhan untuk

memikirkana bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana.

partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu

upaya dalam proses ikatan kasih sayang.


c. Phase Taking In (tahap ketergantungan)
Terjadi pada hari 1-2 post partum. perhatian ibu terutama

terhadap kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung. ibiu tidak

mengirimkan kontak dengan bayi bukan berarti tidak

memperhatikan. dalam fase ini yang perlu diperhatikan adalan

kontak dengan bayinya, bukan cara merawat bayi (Hamilton,

1995:291)
d. Phase taking hold
Berangsung kira-kira 10 hari mulai hari ke 2-4 post partum.

pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama

bagi ibu muda/ primi para karena pada fase ini sering terjadi

post partum blues.


e. Phase letting go atau saling ketergantungan (Manuaba, 1998).
Dimulai ketika minggu ke 5-6 kelahiran. tubuh ib setelah

sembuh secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab

17
normal an tidak lagi menerima peran sakit serta kegiatan

seksualnya telah dilakukan kembali. (Huliana, M, 2003)


f. Reaksi ibu
Reaksi positif termasuk berbicara pada bayi, memeluk, meneliti

dan memberi tanggapan positif tentang bayinya.


g. Post partum blues
Ibu merasa letih setelah persalinan, mengalami nyeri perineum,

pembengkakan mamae. hal ini disebabkan tingkat estrogen dan

progesteron tubuh yang menurun setelah persalinan, seringkali

emosi yang semula tinggi menurun dengna cepat setelah

kelahiran dan tampak pada minggu 1-2 poost partum. (Sinopsis

Obstetri, 1983)

6. Permasalahan yang terjadi pada masa nifas


Beberapa diagnosa yang terjadi pada ibu post partum :
a. Rasa nyeri
b. Rasa gelisah
c. Infeksi
d. Perdarahan
Dalam masa puerperium ada beberapa masalah yang harus

diwaspadai sebagai tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu :


a. Perdarahan yang hebat yang tiba-tiba meningkat dari vagina
b. Pengeluaran dari vagina yang berbau busuk
c. Rasa nyeri di bagian bawah abdomen
d. Sakit kepala terus-menerus, nyeri epigastrium
e. Pembengkakan di tangan
f. Demam, muntah, sakit saat BAK
g. Payudara nampak merah, panas dan nyeri
h. Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu lama
i. Rasa nyeri warna merah dan lembek, bengkak pada kaki
j. Merasa sesak nafas
7. Patofisiologi
8. Asuhan yang diperlukan pada masa nifas dengan persalinan

spontan
a. Kebersihan diri

18
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air.


3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali

sehari
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan kelaminnya


5. Jika ibu punya luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh luka


b. Istirahat
1. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah

kelelahan.
2. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan, serta untuk tidur siang.


3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya.


c. Senam nifas
1. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali

normal, Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula

sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha

memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas.

Senam nifas adalah senam yang di lakukan sejak hari pertama

melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh.


2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari

sangat membantu.
3. Beberapa factor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai

19
senam nifas antara lain :
a) Tingkat kebugaran tubuh ibu
b) Riwayat persalinan
c) Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan
d) Kesulitan adaptasi post partum
4. Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut :
a) Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu
b) Mempercepat proses involusio uteri
c) Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul,

perut dan perineum.


d) Memperlancar pengeluaran lochea
e) Membantu mengurangi rasa sakit
f) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses

kehamilan dan persalinan


g) Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas
5. Manfaat senam nifas antara lain :
a) Membantu memperbaiki sirkulasi darah
b) Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan
c) Memperbaiki otot tonus,pelvis dan peregangan otot

abdomen
d) Memperbaiki dan memperkuat otot panggul
e) Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan.

Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan

tidak ada komplikasi atau penyulit masa nifas antara waktu malam.

Sebelum melakukan senam nifas , persiapan yang dapat dilakukan

adalah :

a) Mengenakan baju yang nyaman untuk olah raga


b) Minum banyak air putih
c) Dapat dilakukan di tempat tidur
d) Dapat diiringi music
e) Perhatikan keadaan ibu
d. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori per hari
2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup


3) Minum setidaknya 3 liter air setiap hari

20
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

40 hari pasca bersalin


5) Minum kapsul vitamin A agar bisa memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI (Buku Panduan Praktis Maternal

dan Neonatal, 2002 : N27)


e. Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang

keluar disekitar puting setiap selesai menyusui.


4) Bila lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok


5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1

tablet setiap 1-6 jam


6) Apabila terdapat bendungan ASI lakukan :
1. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah

dan hangat selama 5 menit


2. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu atau

gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z

menuju putinng
3. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara

sehingga puting susu menjadi lunak


4. Susukan bayi tiap 2-3 jam sekali jika tidak dapat menghisap

seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan


5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui dan

keringkan. (Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal,

2002 : N27).
f. Hubungan perkawinan atau rumah tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari kedalam

vagina tanpa rasa nyeri. (Saefuddin AB, 2001 : 127).

21
g. Keluarga berencana
Pada umumnya sebagian besar metode KB dapat dimulai 2 minggu

setelah melahirkan (Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal,

2002 : N28).
9. Penatalaksanaan Perawatan Masa Nifas
Asuhan nifas diperlukan dalam fase ini karena merupakan fase kritis

pada ibu maupun bayi. diperkirakan 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinna dan 50% kematian masa nifas

terjadi dalam 24 jam pertama.


a. Tujuan Umum
Membantu ibu dan suami setelah masa transisi awal mengasuh

anak
b. Tujuan Khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

psikologis
2) Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya.
3) Mem berikan penyuluhan tentang perawatan diri, utrisi, KB,

Menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan

bayi sehat.
4) Memberikan openyuluhan dan pelayanan keluarga berencana.
c. Perawatan Masa Nifas
1) Early Ambulation
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengna dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini atau early ambulation. perawatan

mobilisasi dini mempunyai keuntungna yaitu :


a) Melancarkan pengeluaran lochea dan mengurangi resiko

infeksi puerperium
b) Mempercepat involusi dalam kandungan
c) Melancarkan fungsi alat gastro intestinal dan alat

22
perkemihan
d) meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa-sisa

metabolisme
2) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat normalnya dalam 1 hari adalah 8 jam pada

malam hari dan 1 jam pada siang hari


3) Perawatan masa nifas dalam bentuk pengawasan, yaitu :
a) Rawat Gabung
b) Pemeriksaan Khusus
c) Pemeriksaan Umum
d) Pemulangan pasien dan pengawasan Lanjutan
e) Follow up
4) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masa nifas adalah :
a) Keadaan Umum ibu
b) Involusi uterus
c) Perdarahan
d) Lochea
e) Perawatan Puerperium
f) Perawatan Mamae
g) Pola-pola fungsi kesehatan
h) Penyuluhan gizi, KB, Kebersihan diri dan perawatan BBL
5) Peran dan Tanggung Jawab bidan dalam masa nifas
a) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai

cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,

memjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan

yang aman
c) Memfasilitasi hubungan ikatan batin antara ibu dan bayi
d) Memulai dan mendorong pemberian ASI
e) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan

data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan segera

melaksanakannya untukl menpercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi selama periode nifas.


f) Memberikan asuhan secar profesional

23
10. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Dalam kebijakan program nasional masa nifas adalah melakukan

kunjungna masa nifas minimal 4 kali kunjungan untuk menilai

status kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mendeteksi sertta

menangani masalah-maslah yang terjadi.


Kunjungan masa nifas :
1. Kunjungan / observasi I : 6-8 jam post partum
2. Kunjungan II : 6 hari post partum
3. Kunjungan III : 2 minggu post partum
4. Kunjungan IV : 6 minggu post partum

Partus

Plaseta lahir

Nifas

S. Reproduksi Involusi s.Kardio Hemokonsentrasi Laktasi Psikologis

Endokrin

Uterus Berkontraksi

Bekas Implantasi tertutup Uterus mengecil

Afterpains

24
C. Konsep Dasar Bendungan ASI
1. Definisi dan Anatomi Payudara
Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah

kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi.

Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-

kira 200gr, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada

waktu hamil payudara membesar, mencapai 600gr dan pada waktu

menyusui bisa mencapai 800gr.


Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi,

berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung

unsur untuk mensekresi susu untuk nutrisi bayi. Anatomi payudara

dibagi dalam struktur makroskopis dan mikroskopis.


1) Struktur makroskopis
a) Corpus
corpus adalah bagian yang besar. Corpus terdiri dari jaringan

parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang

terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli),

Lobus , Alveolus. Sedangkan bagian stroma dari payudara

tersusun dari bagian-bagian , jaringan ikat , jaringan lemak ,

pembuluh darah , saraf dan pembuluh limpa.


b) Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang

longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing

payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areolaberwarna

merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna

tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.


c) Papilla Mammae

25
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga

(costa) keempat. Papilla mamae merupakan suatu tonjolan

dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun atas jaringan erktil

berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.

Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium

papillarrekecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer.


2) Struktur Mikroskopis

Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga

mengandung sejumlah jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit.

Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang

dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-

lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus tersusun atas bangun

sebagai berikut :

a) Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu.

Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu,

disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang

penting untuk pembentukan air susu. Di

sekeliling alveolusterdapat sel-sel mioepitel yang kadang

disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang

oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air

susu ke dalam ductus lactifer.


b) Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan

dengn alveoli.
c) Ductus Lactifer

26
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara

beberapa tubulus lactifer.


d) Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang

merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di

bawah areola.
2. Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan

laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin

membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu

menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke

dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan

ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang

menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.


Puting susu dan areola adalah gudang susu yang

mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada

puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang

penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu

mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada

rangsangan menyusui. Dengan cakupan bibir bayi yang

menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.


Pada ujung puting susu terdapar 15-20 muara lobus (duktus

laktiferus), didalam lobus terdapat 20-40 lubulus , didalam lubulus

terdapat 10-100 buah alveoli, didalam alveoli terdapat sel acinin

yang mengandung ASI, masing masing alveoli dihubungkan duktus

alveoli kemudian membentuk alveolus, sedangkan areola

27
mengandung sejumlah kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan

agar puting tetap lunak dan lentur.


3. Definisi Bendungan ASI
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah

pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau

oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau

karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).


Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena

penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak

dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu

(Mochtar, 1998).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke

tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan

disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena

bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat

menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan

dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono,

2009)
Hal ini sesuai dengan teori (Soetjiningsih, 2003) mengemukakan

bahwa pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu

dengan adekuat dan posisi bayi pada payudara saat menyusu salah.

Sehingga hal ini akan meyebabkan putting susu lecet dan ASI tidak

keluar optimal sehingga terjadi pembendungan air susu pada

payudara yang selanjutnya dapat menyebabkan pembengkakan


Menurut WHO (2003) menyatakan bahwa faktor predisposisi

terjadinya payudara bengkak yang paling penting antara lain teknik

28
menyusui meliputi kenyutan yang baik dan pengeluaran ASI yang

efektif.
4. Etiologi
a) Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu

yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang

dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka

masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut

jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.


b) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering

mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan

menimbulkan bendungan ASI.


c) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan

puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada

saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya

dan terjadi bendungan ASI.


Cara menyusui yang benar:
1) Posisi bayi yang benar

Gambar 1 Posisi badan ibu dan badan bayi


(a) Kepala dan tubuh bayi dalam satu garis lurus.
(b) Badan bayi menghadap ke dada ibu.
(c) Badan bayi melekat kebadan ibu.

29
(d) Seluruh badan badan bayi tersangga dengan baik, tidak

hanya leher dan bahu saja.


2) Tanda bayi melekat dengan baik
(a) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
(b) Mulut bayi membuka lebar.

Gambar 2 Bayi membuka mulutnya


(c) Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya.
(d) Areola bagian atas tampak lebih banyak/lebar (areola

juga masuk ke dalam mulut bayi, tidak hanya puting

susu).

Gambar 3 Bayi menyudengan sebagian besar areola

masuk ke mulut bayi.


3) Tanda-tanda menyusui yang benar:
(a) Tubuh bayi menempel pada tubuh ibu
(b) Dagu bayi menempel pada payudara
(c) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan

lengan bayi
(d) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka

30
(e) Sebagian besar areola tidak tampak
(f) Bayi menghisap dengan irama yang teratur
(g) Bayi tenang dan puas pada akhir menyusu
(h) Terkadang terdengar suara bunyi menelan
(i) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet.
4) Posisi-posisi menyusui yang benar:
(a) Posisi badan ibu
(b) Posisi ibu duduk
(c) Posisi ibu tidur miring
(d) Posisi ibu tidur terlentang

5) Posisi menyusui yang kurang tepat:


(a) Scissors hold terlalu dengan puting susu
(b) Badan bayi tidak ditunjang
(c) Kepala bayi dipegang
(d) Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu
(e) Kepala bayi terletak disiku sehingga menunduk
(f) Ibu merokok
(g) Tidak ada perhatian ibu (tidak ada kontak mata)
(h) Badan ibu tidak menghadap ke badan bayi
(i) Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu
(j) Hanya bahu bayi yang ditopang oleh ibu

31
6) Cara menghentikan menyusui yang benar bisa dilakukan

dengan cara :
(a) Bayi akan mengakhiri menyusui sendiri dengan

melepaskan puting susu dari bibirnya.


(b) Dengan menggunakan jari kelingking ibu yang

bersih, kemudian dimasukkan mulut bayi secara

perlahan-lahan, maka bayi dengan sendiri akan

melepaskan puting.
d) Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam

menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan

areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi

bendungan ASI.
e) Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat

bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan

merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.

Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.


Rata-rata keadaan demikian dapat disebabkan salah satunya

masalah pada pemberian ASI itu sendiri. Seorang ibu dengan

bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah

karena tidak mengetahui cara-cara menyusui yang sebenarnya

Sangat sederhana seperti misalnya cara menaruh bayi pada

payudara, isapan bayi yang salah dapat mengakibatkan puting

terasa nyeri dan pemberian ASI yang tidak optimal dan adekuat

sehingga mengakibatkan pembengkakan pada payudara.

Walaupun angka kejadian payudara bengkak jarang terjadi

32
kadang keadaan ini bila tidak segera ditangani dapat

mengakibatkan infeksi (Soetjiningsih, 2003).

5. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan

progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari

hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic

hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh

estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh

hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar

mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya

dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-

epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-

kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada

permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau

kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2005).


1. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain

(Wiknjosastro, 2005):
a) Payudara keras dan panas pada perabaan
b) Suhu badan naik
c) Putting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat men

yukarkan bayi untuk menyusu.


d) Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan

payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang

kadang terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu

33
badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan

demam. (Sarwono, 2009)


2. Diagnosis
a) Cara inspeksi
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di

samping dan sesudah itu dengan tangan keatas,selagi pasien

duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik

di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di

bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu

tempat menjadi merah.

b) Cara palpasi
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis

bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus

kebagian lateral. Palpasi ini harus meliputi seluruh

payudara, dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan

dari subklavikular kearah paling distal. Untuk pemeriksaan

orang sakit harus duduk. Tangan aksila yang akan diperiksa

dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan

palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan

penderita. Misalnya kalau aksila kiri orang sakit yang akan

diperiksa, tangan kiri dokter mengadakan palpasi

(prawirohardjo,2005)
3. Pencegahan
a) Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin sebelum

30 menit setelah bayi dilahirkan


b) Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)

34
c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi

melebihi kebutuhan bayi.


d) Perawatan payudara pasca persalinan
e) Menyusui yang sering
f) Hindari tekanan lokal pada payudara
4. Terapi dan Pengobatan
Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
a) Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b) Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c) Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum

menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk

mengurangi rasa nyeri


d) Gunakan BH yang menopang
e) Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri

dan menurunkan panas.


5. Penanganan dan Peran Bidan
a) Mencegah terjadinya payudara bengkak.
b) Susukan bayi segera setelah lahir.
c) Susukan bayi tanpa di jadwal.
d) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara

lebih lembek.
e) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi

melebihi kebutuhan ASI.


f) Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan.
g) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan

kompres dingin dan hangat dengan handuk secara

bergantian kiri dan kanan.


h) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap

puting susu berikan kompres sebelum menyusui.


i) Untuk mengurangi bendungan divena dan pembuluh getah

bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai

dari puting kearah korpus mamae,ibu harus rileks,pijat leher

dan punggung belakang.

35
j) Bagi ibu menyusui,dan bayi tidak menetek,bantulah

memerah air susu dengan tangan dan pompa .


k) Berikan konseling suportif
l) Yakinkan kembali tentang nilai menyusui, bahwa yang

aman untuk diteruskan ASI dari payudara yang terkena

tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudarany

akan pulih baik bentuk maupun funsinya.


6. Perawatan Payudara Pada Masa Nifas Menurut DEPKES, RI

(1993)
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan

pengurutan 3 macam cara:


a) Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan

melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian

lepaskan tangan dari payudara.


b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari

tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan

kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting,

demikian pula payudara kanan.


c) Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2

kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-

buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah

puting.

D. Konsep Manajemen kebidanan dan pendokumentasian


1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan
Proses pemecahan yang di gunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.

36
Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan logis

untuk pengambilan keputusan yang terfokus pada klien.


2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Menurut varney, proses manajemen asuhan kebidanan terdiri dari

7 (tujuh) langkah/step yaitu sebagai berikut:

Langkah I : Tahap pengumpulan data

Tahap ini dibutuhkan untuk menilai klien secara

keseluruhan. Pada tahap ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, dan pemeriksaan tanda vital,

pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang

Langkah II : Interprestasi data

Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan

diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak

didefinisikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

dan mengantisifasi penangannya

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu

mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumusukan masalah

37
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi

agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi. Sehingga langkah

ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Masalah potensial

adalah keluhan yang dirasakan atau dialami ibu yang bersifat

patologis. Antisipasi masalah potensial adalah mengatasi masalah atau

diagnosa potensial berdasarkan masalah atau diagnosa yang

diidentifikasi.

Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

untuk melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi klien

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Tindakan segera dapat dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi,

atau bersifat rujukan.

Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa

yang telah diindentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi

38
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang

menyeluruh berkaitan dengan pedoman antisipasi terhadap klien,

semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini

harus rasional dan banar benar valid berdasarkan pengetahuan dan

teori.

Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan

aman

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara

efisien dan aman. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi,

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu

dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar benar

telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana yang telah

diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

3. Dokumentasi

39
Menurut Helen Varney, alur berfikir seorang bidan saat

menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain

apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir

sistematis, maka didokumentasikan dalam bentuk SOAP yang terdiri

atas empat langkah yang disarikan dari proses pemikiran

penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan

asuhan klien dalam rekam medis klien sebagai catatan perkembangan

asuhan / kemajuan yang dijelaskan sebagai berikut:

a. S (Subyektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa tanda gejala subjektif yang diperoleh dari

hasil bertanya pasien, suami, atau keluarga (identitas, keluhan,riwayat

menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,

riwayat KB, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat

penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup).

b. O (Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan dari

fisik klien, hasil lab dan tes diagnosis yang dirumuskan dalam data

fokus dalam mendukung assesment. Tanda gejala objektif yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan umum, tanda tanda vital,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, pemeriksaan kebidanan,

pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang).

Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.

40
c. A (Analisa)

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosa atau masalah

2) Antisipasi diagnosa lain atau masalah potensial

d. P (Penatalaksanaan)

Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan, dan

evaluasi berdasarkan assesment untuk perencanaan, implementasi dan

evaluasi dimasukan dalam planning (Rukiyah,2009).

41

Anda mungkin juga menyukai