Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Program studi D3 Analis Farmasi dan Makanan FMIPA ULM berusaha

menghasilkan tenaga ahli madya yang unggul dan kompetitif untuk dapat bersaing

di dunia kerja. Program kerja praktik yang diusulkan Program studi D3 Analis

Farmasi dan Makanan FMIPA ULM, memberikan pengalaman di dunia kerja.

Kerja praktik bertujuan untuk melatih mahasiswa agar mengenal situasi dunia

kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa. Dunia kerja adalah

kondisi yang akan dialami oleh mahasiswa setelah menjadi sarjana maupun ahli

madya. Mahasiswa harus terjun secara langsung pada lingkup dunia kerja yang

nyata.
UPTD Laboratorium kesehatan Kota Banjarmasin (UPTD Labkes) yang

berada dibawah Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin merupakan instansi pengujian

dan pelayanan kesehatan yang mencakup pemeriksaan mikrobiologi, kimia

(analisis makanan dan minuman) dan kimia klinis. Pemeriksaan mikrobiologi

meliputi pengujian Colifom, Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan

Salmonella. Pemeriksaan kimia (analisis makanan dan minuman) meliputi

pemeriksaan kualitas Air seperti, (pH, Ar, CN, Fe, Pb, Cd, Zn, Cl, Mg, NO2, NO3,

Mn, BOD dan COD) dan pemeriksaan makanan, (pengujian Boraks, Formalin,

Rhodamin B, Metanil Yelow, dan Siklamat). Pemeriksaan kimia klinis meliputi

gula darah, kolestrol dan asam urat. Tenaga laboratorium yang bekerja UPTD

Labkes Kota Banjarmasin sudah sesuai dengan kualifikasi tenaga laboratorium

kesehatan yang dipersyaratkan. Namun, dari segi kuantitas masih perlu ditambah

untuk pengembangan peningkatan pelayanan laboratorium ke depan yang dapat

menunjang kualitas kesehatan.

1
Pengujian atau pemeriksaan dapat dilakukan pada beberapa sampel

makanan. Peranan makanan sebagai pembawa bibit penyakit seharusnya dapat

dicegah ataupun diminimalisir dengan cara pengolahan dan penyimpanan

makanan dengan baik. biasanya jajanan anak sekolah yang beredar di sekolah-

sekolah adalah pentol goreng, pentol bakso, nasi goreng, tela-tela, tahu telor,

bakwan, saos tomat, tahu goreng, telur goreng merupakan jenis jajanan yang

digemari oleh anak-anak sekolah. Umumnya pedagang yang berjualan di sekolah-

sekolah tidak memperhatikan aspek kebersihan tempat dan penjual sehingga

menyebabkan dagangan yang dijual tidak memenuhi syarat kesehatan. Kondisi

yang demikian memungkinkan dapat tercemar. Pencemaran juga dapat terjadi

pada semua tahap proses produksi yang dilalui baik pada proses pengolahan

hingga penyajian ke tangan konsumen (Falamy et al., 2012).

Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan

disebarkan melalui makanan. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

907/Menkes/SK/VII/2002, salah satu parameter kualitas air minum yang dapat

dikonsumsi adalah yang bebas dari bakteri Escherichia coli. Air yang mengalami

proses pemurnian baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya

melalui berbagai tahap filtrasi untuk mendapatkan air bersih yang dapat

digunakan untuk berbagai keperluan.

Pangan selain harus bergizi dan menarik juga harus bebas dari bahaya

cemaran kimia, mikroba dan bahan lainnya. Mikroba dapat mencemari pangan

melalui air, udara, tanah dan alat-alat pengolah lainnya (selama proses produksi

atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan. Bakteri yang umum

mencemari makanan dan dapat menimbulkan keracunan anatar lain adalah

2
Salmonella, Shigella, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca,

Staphylococcus aureus, Clostridium perffringens, Clostridium botulinum, Bacillus

cereus, Vibrio cholera, Vibrio parahaemolyticus, Escherichia coli dan

Enterbacter sakazaki (BPOM RI, 2008).

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang

terdapat dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH

kelembaban, nilai gizi), keadaan lingkungan dari mana makan tersebut diperoleh,

setra kondisi pengolahan ataupun penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu

tinggi dapat mengubah karakter organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi

atau nilai gizi maupun merusak makanan tersebut (BPOM RI, 2008).

Peranan makanan sebagai pembawa bibit penyakit dapat dicegah ataupun

diminimalisir dengan cara pengolahan dan penyiapan makanan dengan baik.

Umumnya pedagang jajanan yang berjualan di sekolah tidak memperhatikan

aspek kebersihan tempat, sehingga menyebabkan dagangan yang dijual tidak

memenuhi syarat kesehatan. Kondisi yang demikian memungkinkan jajanan

sekolah tersebut dapat tercemar mikroba. Selain itu, pencemaran juga dapat terjadi

pada setiap tahap produksi yang dilalui, baik pada tahap pengolahan hingga

penyajian kepada konsumen (Falamy et al., 2012). Mengingat banyaknya faktor

yang menyebabkan terjadinya pencemaran oleh bakteri pada jajanan sekolah,

maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui cemaran bakteri pada jajanan

anak sekolah (JAS).

1.2 Tujuan
Tujuan dari kerja praktik ini adalah :

3
a. Secara umum, untuk mendapatkan pengalaman kerja secara langsung dan

menambah pengetahuan proses pengujian pada laboratorium mikrobiologi

dan kimia.
b. Secara khusus, untuk menganalisis secara mikrobiologi sampel JAS di

UPTD Labkes Kota Banjarmasin


1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari kerja praktik ini antara lain :

a. Bagi mahasiswa, yaitu dapat mengetahui cara pengujian sampel makanan

mikrobiologi dengan parameter yang ada di UPTD Labkes Kota

Banjarmasin.
b. Bagi UPTD Labkes Kota Banjarmasin, yaitu adanya tempat untuk saling

berbagi mengenai sosialisasi metode yang dapat diterapkan di kampus

untuk praktikum mahasiswa, dan sebagai tenaga kerja tambahan.


c. Bagi Program Studi dan Fakultas, yaitu terjalinnya hubungan kemitraan

yang dapat bekerja sama dalam hal terbukanya lapangan kerja, riset, dan

teknologi yang dimiliki.


d. Bagi Masyarakat, dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi.

BAB II

KEADAAN UMUM INSTITUSI TEMPAT KERJA PRAKTIK

2.1 Sejarah dan Perkembangannya

4
Laboratorium Dinas Kesehatan Kota merupakan laboratorium kesehatan

daerah yang berada di Kabupaten/ Kota yang berperan dalam pelayanan

pembangunan kesehatan sebagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya

kesehatan perorangan (UKP), berupa: pencegahan dan pemberantasan penyakit,

penyediaan dan pengolahan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman

serta kegiatan lain yang ada di wilayahnya.


UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin

bermula dari rencana membangun laboratorium pemeriksaan kualitas Air paket C

pada tahun 1998. Kemudiaan terkendala dengan masalah pengelolaan

laboratorium tersebut tidak dapat menyelenggarakan pelayanan sampai dengan

tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008 dibentuk UPTD Laboratorium Kesehatan

yang merupa kan salah satu unit pelayanan teknis Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin. Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 15 tahun 2008 tentang

pembentukan organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah serta Satuan Poksi

Pamong Praja Kota Banjarmasin. Macam-macam tugas UPTD Labkes

berpedoman pada keputusan Wali Kota Banjarmasin Nomor 62 tahun 2009, yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan secara laboratoris dibidang

pelayan kesehatan, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan sampel kesehatan

lingkungan, dan pemeriksaan yang ada hubungannya dengan pelayanan kesehatan

lainnya.
Pada tahun 2008 telah mendapat bantuan peralatan pemeriksaan kimia

terbatas untuk pengujian kualitas air dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan dan pada akhir Desember 2008 telah dilantik kepala UPTD Labkes oleh

Walikota Banjarmasin. Selama kurun waktu tahun 2008-2011 UPTD Labkes

berupaya melaksanakan pengadaan sumber daya laboratorium, penyusunan

5
Raperda retribusi pelayanan laboratorium kesehatan, melaksanakan kursus-kursus

pelatihan managemen dan teknis bagi penanggung jawab serta petugas dibidang

teknis laboratorium. Sehingga pada akhir tahun 2011 UPTD Labkes telah

memiliki Perda No.16 tahun 2011 tentang retribusi pelayanan kesehatan

laboratorium.
Pada tahun 2012, pelayanan di UPTD Labkes mulai diselenggarakan pada

tahun 2012 hingga sekarang selanjutnya pada tahun 2013 dibangun gedung UPTD

Labkes dengan Luas 328 m2 dari biaya APBD kota Banjarmasin. Sarana Prasarana

keadaan bangunan UPT Laboratorium Kesehatan yang selama ini hanya

berukuran 25 m2, pada tahun 2014 telah memiliki gedung baru berlantai dua

dengan luas 600 m2 yang telah memiliki tata ruang yang baik dengan jumlah yang

memadai, sesuai standar persyaratan UPTD Labkes Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.
UPTD Labkes sebagai salah satu Unit Pelayanan Teknis dan Badan Kota

Banjarmasin, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan secara

laboratorium dibidang pelayanan kesehatan. Oleh karena itu dalam

perkembangannya, UPTD Labkes melakukan penjaringan tenaga ahli untuk

menjalankan tugas pokok tersebut. Tenaga laboratorium yang bekerja di UPTD

Labkes Kota Banjarmasin sudah sesuai dengan kualifikasi tenaga laboratorium

kesehatan yang dipersyaratan, tetapi dari segi kuantitas masih perlu ditambah

untuk pengembangan peningkatan pelayanan laboratorium kedepan.


Kuliafikasi tenaga UPTD Labkes Kota Banjarmasin dapat dilihat pada tabel

berikut :
Tabel. 1 Tenaga UPT Laboratorium Kesehatan

No. Pendidikan Jumlah Status


1. AKL + S-1 Kesmas 1 orang PNS
2. S-1 Kedokteran Umum 1 orang PNS

6
3. AAK + S-1 Kesmas 1 orang PNS
4. SPK + S-1 Kesmas 1 orang PNS
5. AKL 1 orang PNS
6. AAK 2 orang PNS
7. AAK 3 orang Kontrak
8. SMP 2 orang Sukarelawan

Struktur organisasi UPTD Labkes Kota Banjarmasin dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Kepala Dinas Kesehatan

Kepala Laboratorium

Kabag TU / Administrasi Tenaga Analis

Karyawan

Gambar 1. Struktur Organisasi

c. Peralatan Teknis
Pada tahun 2014 UPTD Labkes melakukan penambahan jumlah alat

teknis, yang bertujuan untuk peningkatan dan pengembangan pelayan

laboratorium klinis, seperti alat penunjang uji kualitas air. Penambahan alat

tersebut menambah kualitas dan kuantitas pelayanan bagi pengguna jasa dan

masyarakat. Selain pengadaan peralatan teknis, UPTD Labkes juga menambah

peralatan umum untuk mendukung pelayanan dibidang administrasi, seperti

kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan dan lain sebagainya

yang bersifat teknis ketatausahaan. Walaupun sarana peralatan di UPTD Labkes

7
sudah cukup memadai, tidak berarti dapat menggambarkan bahwa semua

parameter pemeriksaan atau uji sampel di UPTD Labkes dapat terlayani. Hal ini

disebabkan masih ada beberapa peralatan teknis dan penunjang yang belum

terialisasi pengadaannya, tetapi secara bertahap sudah dilakukan perencanaannya.

Penyebab hal tersebut adalah berhubungan dengan sumber daya manusia yang

dimiliki oleh UPTD Labkes dan anggaran pengadaan peralatan yang selama ini

diberikan hanya bersumber pada APBD Kota Banjarmasin.


2.2 Visi dan Misi
Visi UPTD Labkes adalah Pelayan pada Masyarakat dan Pelanggan

Sesuai Standar Dan Dapat Dipertanggung Jawabkan


Misi UPTD Labkes dalam rangka mencapai Visi Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin antara lain :


1. Melayani masyarakat dan pelanggan sesuai dengan metodologi dan prosedur

yang berlaku.
2. Melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan yang berkualitas dengan tarif

terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.


3. Membangun Sumber daya laboratorium kesehatan dalam upaya peningkatan

pengembangan pelayanan.
4. Melakukan mitra lintas program dan lintas sector.
Motto Pelayanan : Kepuasan Anda Adalah Prioritas Kami
2.3 Kegiatan Unit Tempat Kerja Praktik
UPTD Labkes Kota Banjarmasin melaksanakan pemeriksaan secara

laboratoris dibidang pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan penunjang,

sampel kesehatan lingkungan, dan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

lainnya seperti pemeriksaan kolestrol. Sebagai penjabaran dari visi, maka tujuan

yang akan dicapai dalam menyelenggarakan pelayanan laboratorium adalah

memberikan pelayanan yang aman dan memberikan jaminan serta kepuasan bagi

masyarakat pengguna jasa. Rencana sasaran kegiatan adalah instansi milik

pemerintah, swasta, dan masyarakat umum.

8
Sebagai unit kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, UPTD Labkes

Kota Banjarmasin menetapkan arah kegiatan pelayanan untuk mencapai visi dan

misi dengan berupaya seoptimal mungkin berdasarkan kemampuan sumber daya

laboratorium yang tersedia, dan akan berupaya mencari alternatif strategis untuk

dapat melayani kepada pelanggan atau pengguna jasa dan masyarakat.

Alur Pelayanan UPTD Labkes Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dapat dilihat

pada Gambar 2 di bawah ini :

Pasien atau sampel

Home Service UPT Labkes

Pendaftaran

Pembayaran

Proses Analisis

Pengambilan Pengantaran
Hasil Hasil

Gambar 2. Alur Pelayanan Sampel

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Jajanan Anak Sekolah


Makanan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia.

Makanan tidak hanya dituntut cukup dari segi zat gizi dan memenuhi diet manusia

tapi juga aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme peneyebab penyakit

dan zat-zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan manusia bila dikonsumsi.

Jajanan sekolah adalah makanan sederhana yang dijual secara dijajakan dengan

taraf produksi usaha yang masih kecil. Jajanan sekolah pada umumnya dijual oleh

pedagang kaki lima ditempat-tempat keramaian, terutama disekolah-sekolah dijual

dengan harga murah dan dikonsumsi secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat

(Yuliana, 2013).
Jajanan sekolah merupakan salah satu makanan yang mudah

terkontaminasi oleh mikroorganisme karena tempat penjualan yang pada

umumnya ditepi jalan atau disekolah-sekolah. Sanitasi lingkungan tempat

penjualan jajanan sekolah tersebut umumnya tidak menjamin keamanan dari segi

mikrobiologi untuk dikonsumsi. Peran sanitasi menjadi sangat penting sebagai

upaya untuk mencegah kemungkinan tumbuh dan berkembangnya mikroba dalam

makanan. Sanitasi merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dengan

baik. Penengan sanitasi yang kurang baik dapat menyababkan terjadinya hal-hal

yang merugikan manusia seperti keracunan (food poisoning) maupun penyakit

(food bornen diasese) (Handayani dan Werdiningsih, 2010).

3.2 Coliform

10
Coliform merupakan kelompok bakteri yang terdiri dari beberapa genus

bakteri yang termasuk famili Ebterobacreriaceae. Air yang mengandung Coliform

dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan penyakit seperti tipus, hepatitis,

gastroenteritis, disentri dan infeksi telinga. Keberadaannya mengidentifikasikan

adanya bakteri patogen lain karena bakteri patogen biasanya berada dalam jumlah

sedikit sehingga sulit untuk memonitornya secara langsung (SNI 7388, 2009).

Golongan bakteri Coliform merupakan mikroorganisme indikator di dalam

substrat air, bahan makanan, dan sebagainya untuk kehadiran mikroorganisme

berbahaya. Bakteri tersebut mempunyai ciri-ciri berupa gram negatif berbentuk

batang, tidak membentuk spora dan mampu memfermentasi kaldu laktosa pada

temperature 37C. Hasil fermentasinya berupa asam dan gas dalam waktu 24-48

jam (Suriawiria,2008).

Bakteri Coliform merupakan flora normal pada usus manusia dan hewan,

tetapi akan menjadi patogen bila diluar saluran pencernaan, saluran kemih, pada

selaput otak yang akan menyebabkan radang, terutama pada individu yang

mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya bayi, orang usia dan orang-orang

yang baru sembuh dari sakit (Nugroho, 2006).

Bakteri Coliform mampu tumbuh pada media yang mengandung garam

empedu, dimana garam empedu mampu menghambat bakteri gram negatif lain

yang mungkin ada. Sehingga media yang mengandung garam empedu digunakan

sebagai media pemupuk selektif, misalnya MC Conkey Broth (MCB), Lactose

Broth (LB) dan media-media selektif lainnya. Pada media cair yang mengandung

laktosa, bakteri Coliform dapat tumbuh subur, menimbulkan gas dan tampak

kekeruhan (Pelczar dan Chan, 1998).

11
Menurut Nugroho, 2006 kecepatan bakteri Coliform memecah laktosa

menentukan patogenitasnya, makin cepat fermentasinya makin besar daya

patogenitasnya. Bakteri Coliform berdasarkan kecepatannya memecah laktosa,

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Kelompok yang memfermentasi laktosa dengan cepat, terdiri dari Escherichia

coli, Klebsiella dan Enterobacter.

2. Kelompok yang memfermentasi laktosa lambat, terdiri dari Serratia,

Citrobucter, Erwinia dan Paracolon.

Bakteri Coliform termasuk dalam family Enterobactericeae. Kebanyakan

anggota dari family Enterobactericeae mempunyai flagel bertipe monotrik,

kecuali Shigella yang tidak mempunyai flagella. Jenis Enterobacterichia,

Enterobactericeae (dahulu disebut Aerobacter) dan Klebsiella disebut bakteri coli

(Coliform) dan sering digunakan dalam uji sanitasi air dan susu. Spesies

Enterobacter misalnya E. aerogenes disebut Coliform non fecal karena tidak

mempunyai flora normal di dalam saluran pencernaan, melainkan ditemukan pada

saluran pernapasan dan usus. Salah satu spesiesnya, yaitu K. pneumonia dapat

menyebabkan pneumonia pada manusia. Jenis Escherichia hanya memiliki satu

spesies yaitu E. Coli, dan disebut Coliform fecal karena ditemukan dalam saluran

usus hewan dan manusia, sehingga sering terdapat dalam feses. Coliform fecal

(Coli Tinja) dapat hidup pada suhu 420C 440C. Bakteri ini sering digunakan

sebagai indikator kontaminasi kotoran. Coliform fecal (Coli Tinja) dapat

menyebabkan berbagai infeksi antara lain diare, infeksi pada saluran kencing, dan

meningitis (Nugroho, 2006).

3.3 Escherichia coli

12
Escherichia coli atau yang biasa disingkat E.coli, merupakan salah satu

jenis spesies utama bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili

Enterobacteriaceae, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. (Radji, 2011)

menambahkan ciri-ciri E.coli yang lain adalah berbentuk batang pendek

(kokobasil), mempunyai flagel, berukuran 0,4-0,7 m x 1,4 m. E.coli

merupakan penghuni normal usus, selain itu, E.coli dapat berkembang biak di

lingkungan sekitar manusia. Kebanyakan E.coli tidak berbahaya, tetapi beberapa

E.coli tipe 0157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada

manusia (Arisman, 2009).

Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemik penyakit saluran

pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit cacing. Di

Michigan dan Oregon tahun 1982 dilaporkan kasus diare berdarah yang

disebabkan oleh bakteri E.coli, yang mengakibatkan 47 orang sakit dan 3 orang

meninggal dunia (Riley et al, 1983). Bakteri E.coli sering dipakai sebagai

indikator pencemaran, keberadaannya diluar tubuh manusia mengindikasikan

telah terjadi kontaminasi dari feses manusia atau hewan melalui air tidak menutup

kemungkinan air yang digunakan untuk pembuatan jamu (Gulo, 2011).

Eschericia coli merupakan mikroba yang paling umum digunakan sebagai

indikator adanya pencemaran feses dalam air, bahkan makan maupun minuman,

termasuk jamu. E.coli berhabitat di saluran pencernaan dan saluran non

pencernaan seperti tanah dan air. E.coli merupakan mikroba dari kelompok

Coliform. Mikroba dari kelompok Coliform secara keseluruhan tidak umum hidup

atau terdapat di air, makanan ataupun minuman, sehingga keberadaannya dapat

13
dianggap sebagai petunjuk terjadinya pencemaran kotoran dalam arti luas, baik

dari kotoran hewan maupun manusia (Purnawijayanti, 2001).

Klasifikasi Bakteri Escherichia coli

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Menurut Bibiana (1994) jenis - jenis bakteri Escherichia coli adalah :

a. Escherichia coli enteropatogenik (EPEC)


Escherichia coli tipe enteropatogenik merupakan penyebab penting diare

pada bayi, khususnya di negara berkembang, EPEC melekat pada sel mukosa

usus kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya

susah diatasi namun tidak kronis. Waktu EPEC dapat diperpendek dan diare

kronik dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik.


b. Escherichia coli enteroinvasive (EIEC)
Merupakan penyakit yang mirip dengan shigellosis. Penyakit yang terjadi

umumnya pada anak di Negara berkembang dan dalam perjalanan ke Negara

tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan menyerang sel epithelial

mucosa usus.

c. Escherichia coli enterohemoragik (EHEC)


EHEC memproduksi verotoksin yang mempunyai sifat yang hampir sama

dengan toksin shiga yang diproduksi oleh strain shigella disenteriae tipe 1.

EHEC banyak dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah bentuk diare

14
yang parah, dan dengan sindroma uremic hemolytic, sebuah penyakit akibat

kegagalan ginjal akut.


d. Escherichia coli Enteroagregative (EAEC)
Merupakan penyebab diare yang akut dan kronis (dalam jangka waktu >14

hari) pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan

penyakit karena makanan di negara industri. Mereka digolongkan

berdasarkan bentuk dan pelekat pada sel manusia. Akibatnya adalah

kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mukus, dan terjadi diare (Lay,

1994).
3.4 Metode MPN (Most Probable Number)
Jumlah mikroorganisme dapat dihitung melalui beberapa cara, namun

secara mendasar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perhitungan langsung

dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat mengetahui beberapa

jumlah mikroorganisme pada suatu bahan pada saat tertentu tanpa memberikan

perlakuan terlebih dahulu, sedangkan jumlah organisme yang diketahui dari cara

tidak langsung terlebih dahulu harus memberikan perlakuan tertentu sebelum

dilakukan perhitungan (Dwidjoseputro, 1994). Metode MPN merupakan salah

satu metode perhitungan secara tidak langsung, metode MPN terdiri dari tiga

tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan

uji kelengkapan (completed test) (Lim, 1998).


1. Uji penduga merupakan uji positif untuk menentukan bakteri Coliform.

Media yang digunakan ialah media Lactose Broth. Bakteri dapat

menggunakan laktosa sebagai sumber karbon, namun ada pula sebagian

bakteri enteric yang tidak dapat melakukannya. Kaldu laktosa mengandung

surface tension depressant yang menekan pertumbuhan bakteri gram positif

dan memacu bakteri gram negatif terutama bakteri Coliform

15
2. Uji konfirmasi berfungsi untuk meyakinkan hasil positif yang ada pada uji

pendugaan. Medium yang digunakan dalam uji penegasan ini yaitu medium

Escherichia coli (EC) yang berfungsi untuk mendeteksi adanya bakteri

Eschericia coli pada air yang diujikan, hasil positif ditandai dengan adanya

gelembung pada tabung durham yang berarti terjadi proses fermentasi laktosa

menjadi asam dan gas.


3. Uji pelengkap berfungsi untuk meyakinkan hasil positif pada uji

konfirmasi/penegas, medium yang digunakan dalam uji pelengkap ini adalah

medium Eosin Methylene Blue sebagai media selektif untuk membedakan

koloni koliform fekal (E.coli) dan koliform non-fekal. Koloni fekal

mempunyai diameter 0.5-1.5 mm dan berwarna gelap dengan sinar hijau

metalik (keemasan), sedangkan koloni non-fekal mempunyai diameter yang

lebih besar yaitu 1.0-3.0 mm berwarna merah muda dan bagian tengahnya

berwarna gelap seperti mata ikan (Volk, 1993).


Pemeriksaan dengan metode MPN (Most Probable Number) digunakan

medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan dilakukan

berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan

pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung

gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan

bentuk tiga seri, kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada

tabel nilai MPN (Gobel, 2008).

16
17
BAB IV
METODE KERJA PRAKTIK

4.1 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan kerja praktik dimulai pada tanggal 20 Februari -

24 Maret 2017 pada hari Senin-Jumat di Laboratorium Kesehatan Dinas

Kesehatan Kota Banjarmasin yang beralamat Jl. Pramuka Komplek Tirta

Dharma (PDAM) Km.6 Banjarmasin.


4.2 Bentuk Kerja Praktik
Kerja praktik yang dilakukan mahasiswa merupakan pekerjaan yang

biasa dilakukan karyawan di laboratorium khususnya dalam analisis sampel.

Kegiatan kerja praktik meliputi pemeriksaan sampel mikrobiologi minuman

dan makanan, kimia lingkungan, pemeriksaan sampel kimia makanan dan

minuman. Namun, kerja praktik ini lebih menekankan pada pemeriksaan

mikrobiologi makanan dan minuman serta kandungan kimia terhadap sampel

makanan. Bentuk kerja praktik adalah untuk memperoleh berbagai informasi

dan analisa kualitas sampel dari berbagai sumber serta mengetahui suasana

dunia kerja. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatannya mahasiswa tidak bisa

lepas dari karyawan laboratorium yang membantu mahasiswa dalam

pemeriksaan sampel di laboratorium. Mahasiswa diberikan bimbingan

sehingga bisa mengetahui kegiatan yang harus dilakukan dalam kerja praktik.
Kegiatan pada saat kerja praktik dilakukan pada dua laboratorium, yaitu

laboratorium mikrobiologi dan laboratorium kimia analisis makanan dan

minuman. adapun uraian kegiatan yang dilakukan pada masing-masing

laboratorium adalah sebagai berikut :


a. Laboratorium Mikrobiologi
Pada laboratorium mikrobiologi sampel yang diperiksa adalah

minuman dan makanan yang berasal dari program puskesmas maupun

pribadi. Pemeriksaan sampel dilakukan pada minggu ke tiga dan minggu ke

18
empat, sampel makanan maupun sampel minuman yang berasal dari program

puskesmas maupun pribadi. Sedangkan minggu pertama dan kedua digunakan

untuk membuat media (BGLB, SS, DS, IMVIC, SCA, TSA, LB, EC) dan

sterilisasi alat (cawan petri, botol sampel, pipet ukur).


Sampel makanan yang diuji untuk mengetahui bakteri E. coli,

Salmonella dan Staphylococcus, kemudian sampel ditambah larutan Buffer

dan dihaluskan menggunakan alat Bag Mixer, kemudian sampel dimasukkan

kedalam tabung reaksi yang berisi media Lactose Broth Singel Strength untuk

mengetahui adanya E. coli, media SS (Salmonella Shigella) agar digunakan

untuk mengetahui Salmonella, dan untuk mengetahui bakteri Staphylococcus

sp menggunakan Media MSA.


Pemeriksaan mikrobiologi untuk bakteri pada air baik berupa air

ledeng, air limbah, air minum isi ulang, air sumur atau air minum yang dijual

restoran atau pinggir jalan tergantung dari permintaan pelanggan. Cara

pengujian air berbeda ada yang memerlukan pengenceran, contohnya air

limbah dan ada yang tidak perlu pengenceran, contohnya air minum isi ulang.
b. Laboratorium AMAMI (Analisis Makanan dan Minuman)
Pada pemeriksaan ini sampel yang diterima berupa makanan seperti

tahu, pentol, saos, keripik, atau makanan dan minuman jajanan anak sekolah

lainnya untuk diperiksa kandungan bahan kimia, Seperti rhodamin B,

siklamat, formalin, boraks. Pemeriksaan sampel Amami ini hanya secara

kualitatif untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan bahan yang

berbahaya pada sampel yang diuji, pemeriksaan ini menggunakan pereaksi

yang sudah standar sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk

mengetahui hasilnya.
Air yang diperiksa pada laboratorium kimia ini biasanya berupa air

sambungan rumah (SR) dari ledeng/ sumur, DAMIU (depot air minum isi

19
ulang) untuk mengetahui kandungan pH, besi (Fe), nitrit (NO3), kalsium

karbonat (CaCo3), timbal (Pb), mangan (Mn), kadmium (Cd), nitrat (NO 2),

sulfat (SO4), konpernisium (Cn), klor (Cl), tembaga (Cu). Sampel

dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan pereaksi di dalam

lemari asam dan divortex kemudian diukur kadar kandungannya

menggunakan spektrofotometer.
4.3 Prosedur Kerja
Alat yang digunakan adalah cawan petri, inkubator, lampu spiritus,

tabung reaksi, tabung durham, tutup tabung, rak tabung, ose bulat, ose jarum.
Bahan yang digunakan adalah sampel JAS, media BPW (Buffer

peptone water), media LBSS (Lactose Broth Singel Strength), media BGLB

(Briliant Green Lactose Borth) , EMB (Eosin Metilen Biru) dan IMVIC,

pereaksi indol, methyl red.


Prosedur pemeriksaan sampel yang dilakukan terdiri dari beberapa

tahapan yaitu :
1. Registrasi
2. Uji perkiraan
3. Uji penegas
4. Uji Pelengkap
3.3. Prosedur Kerja
1. Registrasi
Registrasi (Penomeran) dengan cara sampel yang datang dicatat kedalam

buku register, kemudian dilanjutkan pada pengujian.


2. Persiapan Sampel
Timbang sampel sebanyak 10 gram secara aseptik kemudian masukan dalam

wadah steril. Tambahkan 90 mL larutan BPW kedalam kantong steril yang

berisi sampel. Homogenkan dengan stomacher selama 2 menit.


3. Uji perkiraan (SNI 2897:2008)
Uji perkiraan dilakukan untuk mendeteksi adanya bakteri coliform di dalam
sampel JAS, diambil 1 mL sampel diinokulasikan kedalam 10 mL media
LBSS pada seri pertama sebanyak 3 tabung, 1 mL sampel diinokulasikan ke
dalam 9 ml NaCl, 1 mL sampel didalam NaCl diambil masing-masing 1 mL
diinokulasikan ke dalam media LBSS pada seri ke dua sebanyak 3 tabung,

20
dan 0,1 mL sampel didalam NaCl diambil masing-masing, diinokulasikan ke
dalam media LBSS pada seri ke ketiga sebanyak 3 tabung, Kemudian
diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 350C.
4. Uji penegas (SNI 2897:2008)
Uji penegas dilakukan untuk menduga adanya E. coli didalam sampel JAS,

Biakan yang positif pada uji perkiraan, diambil sebanyak 1 ose dan

diinokulasikan ke dalam media BGLB diinkubasi selama 24 jam di waterbath

dengan suhu 440C. Diamati hasil positif jika keruh dan ada gelembung

dilanjutkan ke uji yang terakhir yaitu uji pelengkap.

5. Uji pelengkap (SNI 2897:2008)


Uji pelengkap dilakukan untuk mendeteksi adanya E.coli didalam sampel

JAS. Biakan positif pada uji penegas ditanam sebanyak 1 ose ke dalam media

EMB (Eosin Metilen Biru), dengan cara digoreskan didalam cawan petri

kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 350C, dan diamati koloni

yang berpendar hijau metalik.


Alur kerja secara singkat dapat dilihat pada lampiran 3 dan komposisi media LB,

LBSS, BGLB dan EMBA dapat dilihat pada lampiran 4.

BAB V
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

21
5.1 Evaluasi Pelaksanaan Kerja Praktik
Kendala yang ditemui pada saat kerja praktik di UPTD Labkes adalah tidak

adanya LAF (Laminar Air Flow) yang berfungsi untuk preparasi bahan

mikrobiologi agar tidak terkontaminasi dengan udara luar, alat ini dilengkapi

dengan lampu UV yang dapat mematikan bakteri dalam ruangan laminar.

Penggunaan Laminar Air Flow (LAF) sangat memungkinkan pengerjaan secara

aseptis. Prinsip kerja LAF yang dilengkapi dengan aliran udara keluar dapat

meminimalkan kontaminasi. Namun, ketiadaan LAF pada UPTD Labkes pada

saat praktik menggunakan lampu bunsen untuk preparasi bahan. Maka kendala

yang dialami jika tidak menggunakan LAF adalah terjadinya kontaminasi,

sehingga mengakibatkan biasnya hasil pengujian. Saran dari kendala yang ditemui

pada saat melakukan pengujian adalah diharapkan UPTD Labkes Kota

Banjarmasin segera menyediakan Laminar Air Flow agar melakukan pengujian

dapat lebih efektif dan sampel tidak terkontaminasi udara luar.


Selama kerja praktik banyak manfaat yang diperoleh, antara lain cara

membuat media, cara pengujian sampel makanan dan minuman, cara pengujian

analisis air maupun makanan dengan media yang berbeda. Selain itu, pelayanan

yang bagus untuk pasien sehingga dapat memuaskan pasien, pelayanan untuk

peserta kerja praktik juga bagus.

5.2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Hasil uji perkiraan dari semua sempel JAS yang diambil dari beberapa

puskesmas dan diuji dengan menggunakan media LBSS dapat dilihat pada tabel

berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Perkiraan Menggunakan Media LBSS

Uji Perkiraan Keterangan

22
Sampel 1 mL 1 mL 0,1mL
JAS
1 - + + Lanjut
2 ++ - - Lanjut
3 +++ + + Lanjut
4 - - - Negatif
5 + - - Lanjut
6 +++ + Lanjut
7 +++ - - Lanjut
8 +++ + + Lanjut
9 - - - Negatif
10 - - - Negatif
Ket: (+) terdapat gelembung gas, (-) tidak terdapat gelembung gas, (+) 1 tabung, (++)
2 tabung, (+++) 3 tabung.

Hasil uji penegas dengan menggunakan media BGLB dari sampel JAS

yang diambil dari beberapa puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Penegas menggunakan media BGLB (Briliant Green Lactose

Broth)

Sampel JAS Hasil BGLB Total Bakteri

1mL 1mL 0,1mL

1 0 1 1 6.1
2 2 0 0 9.2
3 3 1 1 75
5 0 0 0 <3.6
6 0 0 0 <3.6
7 3 0 0 23
8 3 1 1 75
Ket: (0) negatif, (1,2,3) jumlah positif
Hasil uji pelengkap dan uji biokimia dari sampel JAS (Jajanan Anak

Sekolah) yang diambil dari beberapa Puskesmas dengan menggunakan media

Eosin Metilen Biru dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4. Hasil Uji Pelengkap Menggunakan Media EMB dan Uji Biokimia

No Sampel Hasil
JAS EMB
1 1 -
2 2 -
3 3 -
4 7 -
5 8 -

23
Ket: (+) = berwarna hijau metalik ; (-) tetap berwarna merah
Uji perkiraan dilakukan dengan menginkubasi sampel JAS (Jajanan Anak

Sekolah) yang telah diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung

durham dan medium LBSS (Lactose Broth Singgel Strength) media tersebut

merupakan media umum yang digunakan untuk mengisolasi E. coli. Sebelum

sampel JAS diinokulasika ke dalam tabung reaksi bagian pinggir difiksasi pada

api bunsen, dengan tujuan untuk menjaga kesterilan dari media sehingga tidak

terkontaminasi dengan udara. Pada tabung reaksi diletakkan tabung durham secara

terbalik, fungsi dari tabung durham adalah untuk mengetahui terbentuknya

gelembung gas atau untuk menangkap gas yang ditimbulkan akibat adanya

fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Hasil yang didapatkan dari sampel yang

diuji adalah sebanyak 7 sampel JAS dari 10 sampel JAS positif dan dilakukan ke

pengujian selanjutnya.
Tabung yang positif dilanjutkan dengan uji penegasan yang bertujuan

untuk meyakinkan hasil positif yang ada pada uji perkiraan, dengan memakai

medium BGLB (Briliant Green Lactose Borth) yang berfungsi untuk mendeteksi

adanya bakteri E. coli, uji ini bisa dikatakan positif apabila warna menjadi keruh,

ada gas pada tabung durham dan jika dikocok ada gelembung naik ke atas

pemukaan. Hasil yang didapatkan dari sampel yang diuji adalah 5 sampel JAS

(Jajanan Anak Sekolah) dari 7 sampel JAS (Jajanan Anak Sekolah) hasilnya

positif dan dilanjutkan ke uji pelengkap.


Hasil yang didapatkan pada uji penegas dilakukan perhitungan total

kuman menggunakan table MPN, pada sampel pertama dinyatakan hasil total

kuman sebesar 6.1, pada sampel kedua dinyatakan hasil total kuman sebesar 9.2,

pada sampel ketiga dinyatakan hasil total kuman sebesar 75, pada sampel kelima

dinyatakan hasil total kuman sebesar >3.6, pada sampel keenam dinyatakan hasil

24
total kuman sebesar >3.6, pada sampel ketujuh dinyatakan hasil total kuman

sebesar 23, pada sampel kedelapan dinyatakan hasil total kuman sebesar 75.

Tabung yang positif kemudian dilakukan uji pelengkap yaitu menumbuhkan

bakteri pada medium Eosin Metilen Biru adalah selain sebagai media selektif

sekaligus sebagai media differensial untuk membedakan bakteri nonfermentasi

laktosa (transparan) dan fermentasi laktosa.


Sampel dari JAS (Jajanan Anak Sekolah) tidak ada yang terkontaminasi E.

coli. Untuk sampel yang tidak terdapat bakteri, kemungkinan karena bakteri yang

ada mati pada saat proses pemanasan atau pembuatan dan penggunaan air bersih

(tidak tercemar bakteri) dengan sanitasi yang baik dari para penjual. Seperti

diketahui bahwa bakteri Escherichia coli dapat tahan berbulan-bulan pada tanah

dan di dalam air, tetapi dapat mati dengan pemanasan pada suhu 60 0C atau lebih

selama 15 menit. Selain itu penggunaan wadah atau tempat yang telah dibersihkan

dapat menghindari terjadinya kontaminasi bakteri Escherichia coli (Falamy et al.,

2012).
Makanan yang diproduksi harus memiliki kriteria agar dapat dikonsumsi

oleh konsumen. Kriteria tersebut yaitu makanan berada dalam derajat kematangan

yang dikehendaki, bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan

penanganan selanjutnya. Kemudian bebas dari perubahan fisik dan kimia yang

tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzim, aktivitas mikroba, hewan

pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan

dan pengeringan serta bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan

penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness) (Falamy et al.,

2012).
Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang

terdapat dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan (pH kelembaban, nilai

25
gizi), keadaan lingkungan dari mana makan tersebut diperoleh, setra kondisi

pengolahan ataupun penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat

mengubah karakter organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi atau nilai gizi

maupun merusak makanan tersebut (BPOM RI, 2008). Adanya berbagai informasi

mengenai jajanan anak sekolah yang terkontaminasi bakteri, pedagang jajanan

anak sekolah harus memperhatikan sanitasi proses pengolahan makanan dan

kualitas alat yang digunakan, karena dapat mempengaruhi kualitas makanan yang

dihasilkan. Dinas kesehatan setempat harus terus menerus melakukan pemantauan

kualitas jajanan anak sekolah khususnya cemaran bakteri untuk memberikan

jaminan bagi masyarakat dalam memperoleh makanan yang memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.

26
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah
1. Didapatkannya pengalaman kerja secara langsung dan bertambahnya

pengetahuan tentang proses-proses pengujian pada laboratorium mikrobiologi

dan kimia.
2. Hasil dari analisis mikrobiologi untuk sampel JAS (Jajanan Anak Sekolah) di

UPT Laboratorium Kesehatan Kota Banjarmasin dari 10 sampel yang diuji

dinyatakan tidak mengandung bakteri E.coli .


6.2 Saran
1. Perlu adanya pengujian lebih lanjut untuk mengetahui jenis bakteri yang ada

pada sampel JAS (Jajanan Anak Sekolah).


2. Perlu adanya pengawasan terhadap pedagang jajanan anak sekolah melelui

himbauan atau kebijakan dinas kesehatan kota Banjarmasin.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan makanan. EGC Jakarta.
Badan POMRI. 2008. InfoPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Vol. 9. No. 2. Maret. ISSN 1829-9334.

27
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Batas maksimum cemaran mikroba dalam
pangan. SNI 7388:2009.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba Dalam


Daging, Telur dan Susu Serta Hasil Olahannya. SNI 2897:2008.

Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Falamy, R. S. Warganegara & E. Apriliana. 2012. Deteksi Cemaran Coliform pada


Jajanan Pasar Cincau Hitam di Pasar Tradisional dan Swalayan Kota Bandar
Lampung. MAJORITY. ISSN 2337-3776 : 1-9.

Gobel. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin.


Makassar.

Gulo, O. 20011. Pemeriksaan Cemaran bakteri Escherichia coli dan


Staphylococcus aureus Pada Jamu Gendong dari Beberapa Penjual Jamu
Gendong. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Handayani, B.R. & W. Werdiningsih. 2010. Kondisi Sanitasi dan Keracuan


Makanan Tradisional. Agroteksos. 20(2-3) : 131-138.

Lay, B.W, 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Lim. 1998. Microbiology, 2nd Edition. McGraw-Hill Book, New York.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Cetakan 1. Jakarta. Universitas


Trisakti.

Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jakarta : UI


Press.

Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja Dalam


Pengolahan Makanan. Yogyakarta : Kanisius.

Riley LW. RS. Temis SD. Helgerson JG. Wells. Hemorrhagic Colitis Associated
With A Rare E. Coli Serotype. N. Engl: J. Med; 1983.

Suriawiria, U, 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan


SecaraBiologis. ITB, Bandung.

Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.

Yuliana, A. 2013. Analisis Zat Pewarna Rhodamin-B Pada Makanan Jajanan Di


Pasar Mardika Ambon. Ringkasan Hasil Penelitian Kimia.

28
Lampiran 3 Komposisi Media

1. LB (Lactose Broth)
Komposisi LB :
Beef Extract : 3 gram
Peptone : 5 gram
Lactose : 5 gram

2. Lactose Broth Double Strength

Komposisi LBSS :

Triptose 20 g/L

Laktosa 5 g/L

Sodium Chloride 5 g/L


35,6 gram/1000 mL
Dipotassium Hydrogen Phosphate 2,75 g/L

Potassium dihydrogen Phosphate 2,75 g/L

Sodium Lauryl Sulphate 0,1 g/L

LBSS : 35,6 gram dalam 1000 mL aquades.

3. BGLB (Brilliant Green Bile Lactose)


Komposis BGLB :
Peptone 10 gram
Oxgall 20 gram
Lactose 10 gram
Brilliant Green 0,0133 gram

4. Eosin Metilen Blue Agar (EMBA)


Komposisi dari EMBA secara umum terdiri dari sumber nutrisi atau
zat makanan dan komposisi media pertumbuhan. Salah satu media EMBA
yang diproduksi oleh pabrik yang biasa digunakan di laboratorium adalah
media EMBA dengan merk Oxoid CM0069, terdiri dari komponen :
peptone, lactose, dipotassium hydrogen phosphate, eosin, Methylene blue,
agar.

a. Peptone : 10.0 g/L


Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati
seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai.

29
Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara
memperolehnya. Sebagai sumber protein untuk mikroorganisme yang
akan dibiakkan.
b. Lactose : 10.0 g/L
Laktosa dan berfungsi untuk memisahkan bakteri yang
memfermentasikan laktosa seperti E.coli, dengan bakteri yang tidak
memfermentasi laktosa seperti S. aureus, Pseudomonas aeruginusae,
dan Salmonella. Berfungsi sebagai sumber karbohidrat untuk
pertumbuhan mikroorganisme.
c. Dipotassium hydrogen phosphate: 2.0 g/L
Merupakan garam yang sangat larut dalam air. Bahan ini
berfungsi sebagai pupuk, makanan aditif dan zat penyangga.
d. Eosin : 0.4 g/L
Berfungsi sebagai Indikator warna.
e. Methylene blue : 0.065 g/L
Berfungsi sebagai Indikator warna.
f. Agar : 15.0 g/L
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar
sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair
pada suhu 45C.

30
Lampiran 4. Alur kerja pengujian E.coli

Gambar A. Sampel JAS (Jajanan Anak Sekolah)

Gambar B. Penimbangan sampel JAS (Jajanan Anak Sekolah)

31
Gambar C. Penambahan media LB pada sampel

Gambar D. Menghomogenkan sampel menggunakan stomacher

Gambar E. Penanaman koloni pada media LBSS

32
Gambar F. Uji Perkiraan menggunakan LBSS

Gambar G. Hasil positif pada media LBSS (adanya gelembung gas)

Gambar H. penanaman koloni pada media BGLB

33
Gambar I. Uji Penegas menggunakan BGLB

1 2

Gambar J. (1) Hasil negatif pada media BGLB tidak ada gelembung gas

berwarna cerah dan (2) Hasil positif pada media BGLB terdapat

gelembung gas berwarna keruh.

34
Gambar K. penanaman koloni pada media EMBA

Sampel 1 & Sampel 2 Sampel 3 & Sampel 7 Sampel 8

Gambar L. Uji Pelengkap Menggunakan EMBA

35
Lampiran 5. MPN seri tiga tabung

36

Anda mungkin juga menyukai