Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma merupakan kanker hati primer yang


paling sering ditemukan daripada tumor hati lainnya seperti limfoma maligna,
fibrosarkoma dan hemangioendotelioma.1
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah
hepatoma. Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari
seluruh karsinoma yang ada. Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah
karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000
populasi. Pria lebih banyak daripada wanita. Lebih dari 80% pasien hepatoma
menderita sirosis hati Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan
sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.2
Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus
penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi
virus ini lebih mempunyai kecenderungan menderita hepatitis virus kronik
daripada dewasa yang terinfeksi virus ini untuk pertama kalinya.2
Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B atau C. Virus ini
mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma. Hepatoma
seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang
mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Jika gejala tampak, biasanya
sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan.
Keluhan yang paling sering adalah berkurangnya selera makan, penurunan berat
badan, nyeri di perut kanan atas dan mata tampak kuning.2
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan
saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal.
Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik,
kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi
ginjal dan sirkulasi darah. Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul
dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati
terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda. Bagaimanapun, sel-sel hati
(hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari
kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati
dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma.3

2.2 Epidemiologi
Kanker hati adalah kanker kelima yang paling umum di dunia. Suatu
kanker yang mematikan, kanker hati akan membunuh hampir semua pasien-
pasien yang menderitanya dalam waktu satu tahun. Pada tahun 1990,
organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa ada kira-kira
430.000 kasus-kasus baru dari kanker hati diseluruh dunia, dan suatu jumlah
yang serupa dari pasien-pasien yang meninggal sebagai suatu akibat dari
penyakit ini. Sekitar tiga per empat kasus-kasus kanker hati ditemukan di
Asia Tenggara (China, Hong Kong, Taiwan, Korea, dan Japan). Kanker hati
juga adalah sangat umum di Afrika Sub-Sahara (Mozambique dan Afrika
Selatan).1
Frekuensi kanker hati di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara adalah
lebih besar dari 20 kasus-kasus per 100.000 populasi. Berlawanan dengannya,
frekwensi kanker hati di Amerika Utara dan Eropa Barat adalah jauh lebih
rendah, kurang dari lima per 100.000 populasi. Bagaimanapun, frekwensi
kanker hati diantara pribumi Alaska sebanding dengan yang dapat ditemui
pada Asia Tenggara. Lebih jauh, data terakhir menunjukan bahwa frekwensi
kanker hati di Amerika secara keseluruhannya meningkat. Peningkatan ini
disebabkan terutama oleh hepatitis C kronis, suatu infeksi hati yang
menyebabkan kanker hati.1

2
Di Amerika frekuensi kanker hati yang paling tinggi terjadi pada
imigran-imigran dari negara-negara Asia, dimana kanker hati adalah umum.
Frekuensi kanker hati diantara orang-orang kulit putih (Caucasians) adalah
yang paling rendah, sedangkan diantara orang-orang Amerika keturunan
Afrika dan Hispanics, ia ada diantaranya. Frekwensi kanker hati adalah tinggi
diantara orang-orang Asia karena kanker hati dihubungkan sangat dekat
dengan infeksi hepatitis B kronis. Ini terutama begitu pada individu-individu
yang telah terinfeksi dengan hepatitis B kronis untuk kebanyakan dari hidup-
hidupnya.4
2.3 Etiologi
Dewasa ini hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi sinergis
multifaktor dan multifasik, melalui inisiasi, akselerasi dan transformasi dan
proses banyak tahapan, serta peran serta banyak onkogen dan gen terkait,
mutasi multigenetik. Etiologi hepatoma belum jelas, menurut data yang ada,
virus hepatitis, aflatoksin dan pencemaran air minum merupakan 3 faktor
utama yang terkait dengan timbulnya hepatoma.1,2
1. Virus hepatitis
HBV
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya
hepatoma terbukti kuat, baik secara epidemiologis, klinis maupun
eksperimental. Karsinogenisitas HBV terhadap hati mungkin terjadi
melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit,
integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel pejamu, dan aktifitas protein
spesifik-HBV berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan
hepatosit dari kondisi inaktif (quiescent) menjadi sel yang aktif
bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati.
HCV
Infeksi HCV berperan penting dalam patogenesis hepatoma
pada pasien yang bukan pengidap HBV. Pada kelompok pasien
penyakit hati akibat transfusi darah dengan anti-HCV positif, interval
antara saat transfusi hingga terjadinya HCC dapat mencapai 29 tahun.

3
Hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas
nekroinfiamasi kronik dan sirosis hati.

2.4 Faktor risiko


a. Infeksi Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyebab tertinggi timbulnya kanker hati di daerah
yang tinggi prevalensinya seperti di Cina dan Indonesia. Penderita hepatitis B
kronis dan pembawa virus hepatitis B (carrier) memiliki risiko terkena kanker
hati yang lebih tinggi dari populasi normal. Hal ini dibuktikan pada penelitian
di Taiwan, dimana lebih dari 20.000 pria diteliti secara prospektif untuk
mengetahui terjadinya kanker hati. Ternyata risiko untuk terkena kanker hati
pada penderita hepatitis B yang HbsAg-nya positif meningkat lebih dari 100
kali dibandingkan populasi normal.1
Golongan dengan risiko tinggi ini tampaknya terbanyak mengenai
penderita yang tinggal di daerah endemi Hepatitis B seperti di Indonesia,
dimana penularan lebih banyak terjadi secara vertical (dari ibu ke bayi)
dibanding penderita yang memperolehnya secara horizontal pada saat dewasa.
Di samping dapat menimbulkan kanker hati, hepatitis B kronis juga dapat
mengakibatkan Sirosis hati (pengerasan organ hati) akibat reaksi peradangan
berulang. Sebagai tambahan, pasien-pasien dengan virus hepatitis B yang
berada pada risiko yang paling tinggi untuk kanker hati adalah pria-pria
dengan sirosis, virus hepatitis B dan riwayat kanker hati keluarga.3

b. Infeksi Hepatitis C
Infeksi virus hepatitis C (HCV) juga dihubungkan dengan
perkembangan kanker hati. Di Jepang, virus hepatitis C hadir pada sampai
dengan 75% dari kasus-kasus kanker hati. Seperti dengan virus hepatitis B,
kebanyakan dari pasien-pasien virus hepatitis C dengan kanker hati
mempunyai sirosis yang berkaitan dengannya. Pada beberapa studi-studi
retrospektif-retrospektif (melihat kebelakang dan kedepan dalam waktu) dari
sejarah alami hepatitis C, waktu rata-rata untuk mengembangkan kanker hati
setelah paparan pada virus hepatitis C adalah kira-kira 28 tahun. Kanker hati

4
terjadi kira-kira 8 sampai 10 tahun setelah perkembangan sirosis pada pasien-
pasien ini dengan hepatitis C. Beberapa studi-studi prospektif Eropa
melaporkan bahwa kejadian tahunan kanker hati pada pasien-pasien virus
hepatitis C yang ber-sirosis berkisar dari 1.4 sampai 2.5% per tahun.
Pada sisi lain, ada beberapa individu-individu yang terinfeksi virus
hepatitis C kronis yang menderita kanker hati tanpa sirosis. Jadi, telah
disarankan bahwa protein inti (pusat) dari virus hepatitis C adalah tertuduh
pada pengembangan kanker hati. Protein inti sendiri (suatu bagian dari virus
hepatitis C) diperkirakan menghalangi proses alami kematian sel atau
mengganggu fungsi dari suatu gen (gen p53) penekan tumor yang normal.
Akibat dari aksi-aksi ini adalah bahwa sel-sel hati terus berlanjut hidup dan
reproduksi tanpa pengendalian-pengendalian normal, yang adalah apa yang
terjadi pada kanker.4
c. Alkohol
Sirosis hati yang disebabkan konsumsi alkohol yang berlebih ternyata
merupakan penyebab utama terjadinya kanker hati di usia lanjut. Hal ini
didukung oleh data yang dibuat di Amerika Serikat terhadap para veteran.
Karena dari berbagai penelitian menunjukan bahwa konsumsi alkohol >50-70
gram per hari dan dalam jangka waktu yang lama ternyata tidak hanya
meningkatkan risiko terbentuknya sirosis hati namun juga mempercepat
terjadinya sirosis pada penderita hepatitis C dan kanker hati.5
d. Obesitas
Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari 900.000 individu di
Amerika Serikat dengan masa pengamatan selama 16 tahun mendapat
terjadinya peningkatan angka mortalitas sebesar 5 kali akibat kanker hati pada
kelompok individu dengan berat badan tertinggi (IMT 35-40) dibandingkan
dengan kelompok individu yang IMT-nya normal. Seperti diketahui, obesitas
merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disease
(NAFLD), khususnya non-alcoholic steatoheptitis (NASH) yang dapat
berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapat berlanjut menjadi
kanker hati.5

5
e. Diabetes Melitus (DM)
Telah lama ditengarai bahwa DM merupakan faktor risiko baik untuk
penyakit hati kronik maupun kanker hati melalui terjadinya perlemakan hati
dan steatohepatitis non-alkoholik (NASH). Disamping itu, DM dihubungkan
dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth factors (IGFs) yang
merupakan faktor promotif potensial untuk kanker. Indikasi kuat asosiasi
antara DM dan kanker hati terlihat dari banyak penelitian, antara lain
penelitian kasus-kelola oleh hasan dkk yang melaporkan bahwa dari 115
kasus kanker hati dan 230 pasien non-kanker hati, rasio odd dari DM adalah
4.3, meskipun diakui bahwa sebagian dari kasus DM sebelumnya sudah
menderita sirosis hati. Penelitian kohort besar oleh El Serag dkk yang
melibatkan 173.643 pasien DM dan 650.620 pasien bukan-DM menemukan
bahwa insidens kanker hati pada kelompok DM lebih dari 2 kali lipat
dibandingkan dengan insidens kanker hati kelompok bukan-DM. Insidens
juga semakin tinggi seiring dengan lamanya pengamatan (kurang dari 5 tahun
hingga lebih dari 10 tahun). DM merupakan faktor risiko HCC tanpa
memandang umur, jenis kelamin dan ras.1,2
f. Idiopatik
Antara 15 - 40% kanker hati ternyata tidak diketahui penyebabnya
walaupun sudah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Beberapa
penjelasan akhir-akhir ini menyebutkan peranan perlemakan hati - fatty liver
disease - yang bukan disebabkan oleh alkohol (NASH = Non Alcohol Steato
Hepatitis), dipercaya dapat menyebabkan kerusakan sel hati yang luas yang
pada akhirnya menimbulkan sirosis dan kanker hati.5
g. Sirosis
Individu-individu dengan kebanyakan tipe-tipe sirosis hati berada pada
risiko yang meningkat mengembangkan kanker hati. Sebagai tambahan pada
kondisi-kondisi yang digambarkan diatas (hepatitis B, hepatitis C, alkohol,
dan hemochromatosis), kekurangan alpha 1 anti-trypsin, suatu kondisi yang
diturunkan/diwariskan yang dapat menyebabkan sirosis, mungkin menjurus
pada kanker hati. Kanker hati juga dihubungkan sangat erat dengan kelainan
biokimia pada masa kanak-kanak yang berakibat pada sirosis dini.

6
Penyebab-penyebab tertentu dari sirosis lebih jarang dikaitkan dengan
kanker hati daripada penyebab-penyebab lainnya. Contohnya, kanker hati
jarang terlihat dengan sirosis pada penyakit Wilson (metabolisme tembaga
yang abnormal) atau primary sclerosing cholangitis (luka parut dan
penyempitan pembuluh-pembuluh empedu yang kronis). Begitu juga
biasanya diperkirakan bahwa kanker hati adalah jarang ditemukan pada
primary biliary cirrhosis (PBC). Studi-studi akhir ini, bagaimanapun,
menunjukan bahwa frekuensi kanker hati pada PBC adalah sebanding dengan
yang pada bentuk-bentuk lain sirosis.3,4

2.5 Patogenesis
Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang terus
berlanjut merupaka proses khas dari sirosis hepatis yang juga merupakan
proses dari pembentukan hepatoma walaupun pada pasien pasien dengan
hepatoma, kelainan cirrhosis tidak selalu ada. Hal ini mungkin berhubungan
dengan proses replikasi DNA virus dari virus hepatitis yang juga
memproduksi HBV X protein yang tidak dapat bergabung dengan DNA sel
hati, yang merupakan host dari infeksi Virus hepatitis, dikarenakan protein
tersebut merupakan suatu RNA. RNA ini akan berkembang dan mereplikasi
diri di sitoplasma dari sel hati dan menyebabkan suatu perkembangan dari
keganasan yang nantinya akan mengahambat apoptosis dan meningkatkan
proliferasi sel hati. Para ahli genetika mencari gen gen yang berubah dalam
perkembangan sel hepatoma ini dan didapatkan adanya mutasi dari gen p53,
PIKCA, dan -Catenin.1
Sementara pada proses sirosis terjadi pembentukan nodul - nodul di
hepar, baik nodul regeneratif maupun nodul diplastik. Penelitian prospektif
menunjukan bahwa tidak ada progresi yang khusus dari nodul - nodul diatas
yang menuju kearah hepatoma tetapi, pada nodul displastik didapatkan bahwa
nodul yang terbentuk dari sel - sel yang kecil meningkatkan proses
pembentukan hepatoma. Sel sel kecil ini disebut sebagai stem cel dari hati.1

7
Sel - sel ini meregenerasi sel - sel hati yang rusak tetapi sel - sel ini juga
berkembang sendiri menjadi nodul - nodul yang ganas sebagai respons dari
adanya penyakit yang kronik yang disebabkan oleh infeksi virus. Nodul -
nodul inilah yang pada perkembangan lebih lanjut akan menjadi hepatoma.1

Gambar 1. Patogenesis sirosis hepatis

2.6 Gejala Klinis


Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa
keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala - gejala khas. Ada
penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai beberapa centimeter pun
tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama yang sering adalah keluhan sakit
perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas dan nafsu
makan berkurang, berat badan menurun, dan rasa lemas. Keluhan lain
terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga
perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki,
kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.7

a. Hepatoma fase subklinis

8
Yang dimaksud hepatoma fase subklinis atau stadium dini adalah pasien
yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya ditemukan
melalui pemeriksaan AFP dan teknik pencitraan. Caranya adalah dengan
gabungan pemeriksaan AFP dan pencitraan, teknik pencitraan terutama
dengan USG lebih dahulu, bila perlu dapat digunakan CT atau MRI. Yang
dimaksud kelompok risiko tinggi hepatoma umumnya adalah: masyarakat di
daerah insiden tinggi hepatoma; pasien dengan riwayat hepatitis atau HBsAg
positif; pasien dengan riwayat keluarga hepatoma; pasien pasca reseksi
hepatoma primer.2,3

b. Hepatoma fase klinis


Hepatoma fase klinis tergolong hepatoma stadium sedang, lanjut,
manifestasi utama yang sering ditemukan adalah:
1. Nyeri abdomen kanan atas: hepatoma stadium sedang dan lanjut sering
dating berobat karena kembung dan tak nyaman atau nyeri samar di
abdomen kanan atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul( dullache) atau
menusuk intermiten atau kontinu, sebagian merasa area hati terbebat
kencang, disebabkan tumor tumbuh dengan cepat hingga menambah
regangan pada kapsul hati. Jika nyeri abdomen bertambah hebat atau
timbul akut abdomen harus pikirkan ruptur hepatoma.
2. Massa abdomen atas: hepatoma lobus kanan dapat menyebabkan batas atas
hati bergeser ke atas, pemeriksaan fisik menemukan hepatomegali di
bawah arkus kostae berbenjol benjol; hepatoma segmen inferior lobus
kanan sering dapat langsung teraba massa di bawah arkus kostae kanan;
hepatoma lobus kiri tampil sebagai massa di bawah prosesus xifoideus
atau massa di bawah arkus kostae kiri.
3. Perut kembung: timbul karena massa tumor sangat besar, asites dan
gangguan fungsi hati.
4. Anoreksia: timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran
gastrointestinal, perut tidak bisa menerma makanan dalam jumlah banyak
karena terasa begah.

9
5. Letih, mengurus: dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan
berkurangnya masukan makanan dll, yang parah dapat sampai kakeksia.
6. Demam: timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit
tumor, jika tanpa bukti infeksi disebut demam kanker, umumnya tidak
disertai menggigil.
7. Ikterus: tampil sebagai kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena
gangguan fungsi hati, biasanya sudah stadium lanjut, juga dapat karena
sumbat kanker di saluran empedu atau tumor mendesak saluran empedu
hingga timbul ikterus obstruktif.
8. Asites: juga merupakan tanda stadium lanjut. Secara klinis ditemukan
perut membuncit dan pekak bergeser, sering disertai udem kedua tungkai.
9. Lainnya: selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu
belakang kanan, udem kedua tungkai bawah, kulit gatal dan lainnya, juga
manifestasi sirosis hati seperti splenomegali, palmar eritema, lingua
hepatik, spider nevi, venodilatasi dinding abdomen dll. Pada stadium akhir
hepatoma sering timbul metastasis paru, tulang dan banyak organ lain.2,3

2.7 Diagnosis
Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal
terutamanya dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 95% dan
pendekatan laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 70%.
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI
(Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), yaitu:
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography
Scann (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography,
ataupun Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya
KHS.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.

10
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria dan
atau hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.6
Stadium Penyakit
Stadium I : Satu fokal tumor berdiametes < 3cm yang terbatas hanya pada
salah satu segment tetapi bukan di segment I hati.
Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada
segement I atau multi-fokal terbatas pada lobus kanan/kiri
Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atas
ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi
peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh
empedu (billiary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan
atau lobus kiri hati.
Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan
lobus kiri hati.
atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati
(intra hepaticvaskuler) ataupun pembuluh empedu (biliary
duct)
atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati
(extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa
(vena lienalis)
atau vena cava inferior
atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic
metastase).

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Alphafetoprotein
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60%
70%, artinya hanya pada 60% 70% saja dari penderita kanker hati ini
menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30% 40% penderita
nilai AFP nya normal. Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada
pasien yang diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa
dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini sebab AFP juga dapat
meninggi pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan
hepatitis kronik, kanker testis, dan terratoma.8

11
b. AJH (aspirasi jarum halus)
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada
pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu
hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi
anatomi ini hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan
menggunakan peralatan ultrasonografi atau CT scann fluoroscopy sehingga
hasil yang diperoleh akurat. Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh
USG ataupun CT scann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan
tumor yang akan dibiopsi dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut
dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah
hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi
karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan
bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.

c. Ultrasonography (USG) Abdomen


Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional)
hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen).
Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan (nodule)
berwarna kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan
jumlahnya bervariasi pada tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak
sekali dan merata pada seluruh hati, ataukah satu nodule yang besar dan
berkapsul atau tidak berkapsul. Sayangnya USG conventional hanya dapat
memperlihatkan benjolan kanker hati diameter 2 cm 3 cm saja. Tapi bila
USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem
bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm 2 cm, namun nilai
akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%. Rendahnya nilai akurasi ini
disebabkan walaupun USG conventional ini dapat mendeteksi adanya
benjolan kanker namun tak dapat melihat adanya pembuluh darah baru
(neo-vascular).6

12
Gambar 2. Hasil USG pasien dengan Hepatoma

d. CT Scan
Di samping USG diperlukan CT scann sebagai pelengkap yang dapat
menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan
USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CT scann
yang saat ini teknologinya berkembang pesat telah pula menunjukkan
akurasi yang tinggi apalagi dengan menggunakan teknik hellical CT scann,
multislice yang sanggup membuat irisan-irisan yang sangat halus sehingga
kanker yang paling kecil pun tidak terlewatkan. Lebih canggih lagi
sekarang CT scann sudah dapat membuat gambar kanker dalam tiga
dimensi dan empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula
memperlihatkan hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.

Gambar 3. Gambaran CT Scan pasien dengan Hepatoma

e. Angiografi

13
Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil
pemeriksaan USG dan CT scann diperkirakan masih ada tindakan terapi
bedah atau non-bedah masih yang mungkin dilakukan untuk
menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi
reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan angiografi. Dengan angiografi ini
dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat
dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa
saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa
memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya. Lebih lengkap lagi bila
dilakukan CT angiography yang dapat memperjelas batas antara kanker
dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu melakukan
operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di mana harus dibuat
batas sayatannya.5

2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan hepatoma masih belum memuaskan, banyak kasus didasari
oleh sirosis hati. Pasien sirosis hati mempunyai toleransi yang buruk pada
operasi segmentektomi pada hepatoma. Selain operasi masih ada banyak cara
misalnya transplantasi hati, kemoterapi, emboli intra arteri, injeksi tumor
dengan etanol agar terjadi nekrosis tumor, tetapi hasil tindakan tersebut masih
belum memuaskan dan angka harapan hidup 5 tahun masih sangat rendah.2
Karena sirosis hati yang melatarbelakanginya serta seringnya multi-
nodularitas, resektabilitas kanker hati sangat rendah. Di samping itu kanker
hati juga sering kambuh meskupin sudah menjalani reseksi bedah kuratif.
Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada-tidaknya sirosis, jumlah dan
ukuran tumor, serta derajat pemburukan hepatik.
a. Transplantasi hati
Bagi pasien kanker hati dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan
kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim
hati yang mengalami disfungsi. Kematian pasca transplantasi tersering
disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplan.
Rekurensi tumor bahkan mungkin diperkuat oleh obat antirejeksi yang

14
harus diberikan. Tumor yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang
kambuh dibandingkan dengan tumor yang diamternya lebih dari 5 cm.2
b. Reseksi hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non-sirosis yang biasanya mempunyai
fungsi hati normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun
untuk pasien sirosis diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat
memicu timbulnya gagal hati yang harapan hidupnya menurun. Parameter
yang dapat digunakan adalah skor child plug dan derajat hipertensi portal
atau kadar bilirubin serum dan derajat hipertensi portal saja. Subjek yang
bilirubin normal tanpa hipertensi portal yang m bermakna, harapan hidup 5
tahunnya dapat mencapai 70%. Kontraindikasi tindakan ini adalah adanya
metastatis ekstrahepatik,kanker hati difus atau multifokal, sirosis stadium
lanjut dan penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi ketahanan pasien
menjalani operasi.1,5
c. Ablasi tumor perkutan
Destruksi dari sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia
(alkohol, asam asetat) atau dengan memodifikasi suhunya (radiofrequency,
microwave, laser, cryoablation). Injeksi etanol perkutan (PEI) merupakan
teknik terpilih untuk tumor kecil karena efikasinya tinggi, efek
sampingnya rendah serta relatif murah. Dasar kerjanya adalah
menimbulkan dehidrasi, nekrosis, oklusi vaskular dan fibrosis. Untuk
tumor kecil (diameter <5 cm) pada pasien sirosis Child-Pugh A, angka
harapan hidup 5 atahun dapat mencapai 50%. PEI bermanfaat untuk pasien
dengan tumor kecil yang resektabilitasnya terbatas karena adanya sirosis
hati non-Child A.
Radiofrequency Ablation (RFA) menunjukkan angka keberhasilan
yang lebih tinggi dari pada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang
lebih besar dari 3 cm, namun tetap tidak berpengaruh terhadap harapan
hidup pasien. Selain itu, RFA lebih mahal dan efek sampingnya lebih
banyak dibandingkan dengan PEI. Guna mencegah terjadinya rekurensi
tumor, pemberian asam poliprenoik (polyprenoic acid) selama 12 bulan
dilaporkan dapat menurunkan angka rekurensi pada bulan ke 38 secara

15
bermakna dibandingkan dengan kelompok plasebo (kelompok plasebo
49%, kelompok terapi PEI atau reseksi kuratif 22%).1,5
d. Terapi paliatif
Sebagian besar pasien kanker hati didiagnosis pada stasium
menengah-lanjut (intermediate-advanced stage) yang tidak ada terapi
standarnya. Berdasarkan meta analisis, pada stadium ini hanya TAE/TACE
(transarterial embolization/chemo embolization) saja yang menunjukkan
penuruanan pertumbuhan tumor serta dapat meningkatkan harapan hidup
pasien dengan kanker hati yang tidak resektabel. TACE dengan frekuensi 3
hingga 4 kali setahun dianjurkan pada pasien yang fungsi hatinya cukup
baik (Child-Pugh A) serta tumor multinodular asimtomatik tanpa invasi
vaskular atau penyebaran ekstrahepatik, yang tidak bisa diberi terapi
radikal. Namun bagi pasien yang dalam keadaan gagal hati (Child-Pugh B-
C), serangan iskemik akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping
berat. Adapun beberapa jenis terapi lain untuk kanker hati yang tidak
resektabe; seperti imunoterapi dengan interferon, terapi antiestrogen,
antiandrogen, oktreotid, radiasi internal, kemoterapi arterial atau sistemik
masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan penilaian
yang meyakinkan.1,5
e. Tatalaksana komplikasi sirosis hati
1. Asites dan edema
Untuk mengurangi edema dan asites, pasien dianjurkan
membatasi asupan garam dan air. Jumlah diet garam yang dianjurkan
biasanya sekitar dua gram per hati, dan cairan sekitar satu liter sehari.
Kombinasi diuretik spironolakton dan furosemid dapat
menurunkan dan menghilangkan edema dan asites pada sebagian besar
pasien. Bila pemakaian diuretik tidak berhasil (asites refrakter), dapat
dilakukan parasintesis abdomen untuk mengambil cairan asites
sedemikian besar sehingga menimbulkan keluhan nyeri akibat distensi
abdomen, dan atau kesulitan bernapas karena keterbatasan geralan
diafragma, parasintesis dapat dilakukan dalam jumlah lebih dari 5 liter
(large volume paracentesis = LVP). Pengobatan lain untuk asites

16
refrakter adalah TIPS (Transjugular intravenous portosystemic
shunting) atau transplantasi hati.8
2. Perdarahan varises
Bila varises telah timbul di bagian diatal esofagus atau proksimal
lambung, pasien sirosis berisiko mengalami perdarahan serius akibat
pecahnya varises. Sekali varises mangalami perdarahan, bertendensi
perdarahan ulang dan setiap kali berdarah, pasien berisiko meninggal.
Karena itu pengobatan ditujukan untuk pencegahan perdarahan pertama
maupun pencegahan perdarahan ulang dikemudian hari. Untuk tujuan
tersebut, ada beberapa cara pengobatan yang dianjurkan, termasuk
pemberian obat dan prosedur untuk menurunkan tekanan vena porta,
maupun prosedur untuk menurunkan tekanan vena porta, maupun
prosedur untuk merusak atau mengeradikasi varises Propanolol atau
nadolol, merupakan obat penyekat reseptor beta non-selektif. Efektif
menurunkan tekanan vena porta, dan dapat dipakai untuk mencegah
perdarahan pertama maupun perdarahan ulang varises pasien sirosis.
3. Ensefalopati hepatik
Pasien dengan siklus tidur abnormal, gangguan berpikir,
perubahan kepribadian, atau tanda-tanda lain enselopati hepatik,
biasanya harus mulai diobati dengan diet rendah protein dan laktulosa
oral. Untuk mendapat efek laktulosa, dosisnya harus sedemikian rupa
sehingga pasien buang air besar dua sampai tiga kali sehari. Bila gejala
enselopati masih tetap ada, antibiotika oral seperti neomisin atau
metronidazol dapat ditambahkan. Pada pasien enselopati hepatik yang
semakin jelas, ada tiga tindakan yang harus segera diberikan : 1)
singkirkan penyebab enselopati yang lain, 2) perbaiki atau singkirkan
faktor pencetus dan 3) segera mulai pengobatan empiris yang dapat
berlangsung lama, seperti : klisma, diet rendah atau tanpa protein,
laktulosa, antibiotika (neomisin, metronidazol atau vankomisin), asam
amino rantai cabang, bromokriptin, preparat zenk, dan atau ornitin
aspartat. Bila enselopati tetap ada, atau timbul berulang kali dengan
pengobatan empiris, dapat dipertimbangkan transplantasi hati.8

17
Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker disini adalah suatu tindakan yang berupaya
untuk menghindari segala sesuatu yang menjadi faktor resiko terjadinya
kanker dan memperbesar faktor protektif untuk mencegah kanker. Prinsip
utama pencegahan kanker hati adalah dengan melakukan skrining kanker hati
sedini mungkin. Pencegahan hepatoma adalah dengan mencegah penularan
virus hepatitis B ataupun C. Vaksinasi merupakan pilihan yang bijaksana,
tetapi saat ini baru tersedia vaksinasi untuk virus hepatitis B.

2.10 Prognosis
Klasifikasi child-plug6
Nilai
1 2 3
Ensefalopati - Minimal
Berat/koma
Asites Nihil Minimal Masif
Bilirubin(mg/dl) <2 2-3 >3
Albumin >3,5 2,8-3,5 <2,8
PT <1,7 1,7-2,3 >2,3
(Ket : child A = 5-6, child B = 7,9, child C = 10-15)

18
BAB V
KESIMPULAN

Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-


sel hati. Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan.
Tumor ini merupakan tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel
parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
Faktor risiko hepatoma antara lain : Infeksi Hepatitis B, Infeksi Hepatitis
C, Alkohol, Obesitas, Diabetes Melitus (DM), Idiopatik, Usia, dan Sirosis
Hepatis.
Keluhan utama yang sering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh
ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas dan nafsu makan berkurang, berat
badan menurun, dan rasa lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena
ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot,
berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah,
perdarahan dari dubur, dan lain-lain.
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan
Peneliti Hati Indonesia), yaitu :
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann
(CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun
Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau
hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.
Pemeriksaan hepatoma terdiri dari alphafetoprotein (AFP), AJH (Aspirasi
Jarum halus), Ultrasonography (USG) Abdomen, CT Scan, Angiography.

19
Pengobatan hepatoma masih belum memuaskan, banyak kasus didasari oleh
sirosis hati. Pasien sirosis hati mempunyai toleransi yang buruk pada operasi
segmentektomi pada hepatoma. Selain operasi masih ada banyak cara misalnya
transplantasi hati, kemoterapi, emboli intra arteri, injeksi tumor dengan etanol
agar terjadi nekrosis tumor, tetapi hasil tindakan tersebut masih belum
memuaskan dan angka harapan hidup 5 tahun masih sangat rendah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiharso, U. Karsinoma Hati. Dalam : Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid I.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2010. hlm.691-685

20
2. Bardiman, Syadra. Kumpulan Kuliah Hepatologi, Penyakit Pankreas, dan
Kandung Empedu. Sub Bagian Gastroentero-Hepatologi Bagian Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hal 476-469.
3. Hepatoma dan Sindrom Hepatorenal. Diakses tanggal 5 April 2017. Di unduh dari
: http://www.kalbe.co.id
4. Hepatocelluler Carcinoma. Diakses tanggal 5 April 2017. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com
5. Kanker Hati. Diakses tanggal 5 April 2017. Diunduh dari :
http://www.totalkesehatananda.com
6. Abdul Rasyad. Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini dan
Pengobatan Kanker Hati Primer. USU Press: 2006.
7. Hepatoma dan Sindrom Hepatorenal. Diakses tanggal 05 April 2017. Diunduh
dari : http://www.kalbe.co.id
8. Sirosis Hepatis. Diakses tanggal 05 April 2017. Diunduh dari :
http://library.usu.ac.id

21

Anda mungkin juga menyukai