Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat teknologi adalah sifat suatu bahan yang timbul dalam proses
pengolahannya. Sifat ini harus diketahui terlebih dahulu sebelum mengolah atau
mengerjakan bahan tersebut. Sifat sifat teknologi ini antara lain :

1. Sifat mampu las (Weldability),


2. Sifat mampu dikerjakan dengan mesin (Machineability),
3. Sifat mampu cor (Castability)
4. Sifat mampu dikeraskan (Hardenability).

Pada dasarnya teknologi dibuat dan diciptakan untuk membantu


manusia dalam menyelesaikan masalah di berbagai segi kehidupan. Misalnya
teknologi nano dalam Pembuatan tablet obat dalam ukuran nano partikel yang dapat
dikontrol dari luar tubuh menggunakan sinyal elektromagnetik sehingga tablet
tersebut dapat diarahkan untuk menyerang target penyakit dalam tubuh manusia
tanpa mengganggu sel-sel lainnya.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Bruno De
Geest, ahli kimia dari Ghent University Belgia bahkan lebih spektakuler lagi, tablet
obat dalam ukuran nano partikel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung
nano dari karbon yang dicampur dengan jeli gula dekstran yang dibungkus membran
polimer kaku tapi tembus air. Ketika air dari jaringan tubuh merembes ke dalam
tabung nano tersebut, akan terjadi ledakan mirip granat yang dapat melontarkan
kapsul obat tersebut sampai kepada titik penyakit yang akan diobati. Ledakan granat
nano ini akan mempercepat pengiriman obat ke sasaran penyakit 800 kali lebih cepat
dibanding cara biasa.

Salah satu material nano yang penting dewasa ini adalah material biomimetic.
Dengan teknik Chemical Vapor Deposition (CVD). Lijie Zang dan Thomas. Webster
dalam Nanotoday Edisi Oktober 2008, telah melaporkan penggunaan titanium
sebagai material biomimetic untuk membuat tulang buatan. Keunggulan dari

3
material ini adalah kemampuannya berasosiasi dengan sel-sel dalam tubuh manusia
tanpa menimbulkan efek samping. Sifat dasar dari titanium yaitu keras dan tahan
karat, telah memungkinkan penggunaanya sebagai material biomimetic yang sangat
bermanfaat bagi manusia.

Teknologi memberikan manfaat yang sangat besar pada segala bidang


kehidupan manusia, Akan tetapi dalam implementasi penggunaannya menimbulkan
akibat yang mengganggu manusia pula beserta alam sekitarnya. Misalnya polusi
udara yang ditimbulkan oleh asap pabrik maupun kendaraan, ledakan nuklir dahsyat
yang menghancurkan kota beserta seluruh isinya, pergeseran ekosisstem alam akibat
pembangunan jalan aspal, rumah, pabrik, dan lain- lain. Hal ini menimbulkan
pemikiran untuk lebih mengkaji bahwa apakah teknologi sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia ataukah justru memperburuk kehidupan manusia.

Hal inilah yang memunculkan perdebatan filosopis di masa kini dan masa yang
akan datang menggunakan teknologi dalam masyarakat apakah memperbaiki
kehidupan manusia atau bahkan sebaliknya. Sebuah paham anti teknologi
NeoLuddism, anarkoprimitivisme, dan gerakanserupa mengkritik pervasiveness te
knologi dalam dunia modern, mereka
berpendapat bahwa itu merugikan manusia, lingkungan dan mengasingkan rakyat

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sifat Teknologi ?


2. Apa yang dimaksud dengan sifat Sifat mampu las (Weldability) ?
3. Apa yang dimaksud dengan sifat mampu dikerjakan dengan mesin ?
4. Apa yang dimaksud dengan sifat mampu cor (Castability) ?
5. Apa yang dimaksud dengan Sifat mampu dikeraskan (Hardenability) ?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan tentang sifat teknologi material kepada pembaca,


2. Memberikan pengetahuan mengenai jenis sifat-sifat teknologi material,
3. Agar dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari sifat-sifat teknologi
material.

4
1.4 Manfaat

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan
konsep tentang sifat teknologi material. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:

1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan


khususnya tentang konsep sifat teknologi material.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep sifat teknologi materia.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sifat Teknologi

Sifat teknologi adalah sifat suatu bahan yang timbul dalam proses pengolahannya.
Sifat ini harus diketahui terlebih dahulu sebelum mengolah atau mengerjakan bahan
tersebut. Bahan atau logam biasanya diproses menjadi barang setengah jadi maupun
produk akhir melalui satu atau gabungan dari beberapa proses seperti pengecoran,
rolling, proses las, maupun proses pengerjaan panas lainnya. Sifat yang menunjukkan
kemudahan bahan dapat dikerjakan dengan proses-proses tersebut dikatakan sebagai
sifat teknologi. Sifat sifat teknologi ini antara lain :

2.1.1 Sifat mampu las (Weldability)

Sifat mampu las (weldability) adalah sifat yang ditunjukkan oleh suatu bahan
sehingga bisa dikerjakan dengan proses las. Contoh bahan baja, aluminium,
tembaga, stainless steel, semuanya ini memiliki sifat mampu las yang baik.

2.1.2 Sifat mampu dikerjakan dengan mesin (Machineability)

Sifat mampu dikerjakan dengan mesin (Machineability) adalah sifat yang


dimiliki oleh bahan logam yang menunjukkan kemampuan untuk dibentuk dengan
proses pemesinan. Proses pemesinan merupakan proses untuk membentuk suatu
produk dengan cara melakukan pemotongan-pemotongan. Contoh proses
pemesinan adalah pengerjaan pembubutan, bor, freis atau milling, penggerindaan,
skrap dan lainnya.

2.1.3 Sifat mampu cor (Castability)

Sifat mampu cor adalah sifat yang ditunjukkan suatu bahan sehingga dapat
dikerjakan dengan proses cor. Contoh bahan besi cor, aluminium, dan baja cor,
semuanya ini memiliki sifat mampu cor yang baik.

6
2.1.4 Sifat mampu dikeraskan (Hardenability).

Hardenability adalah ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk


fasa martensite. Hardenability dapat diukur dengan beberapa metode. Diantaranya
metode jominy dan metode grossman. Dari metode tersebut kita akan mendapatkan
kurva antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari pusat quench.

2.2 Teori Sifat Mampu Las (Weldability)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mampu las (weldability) pada


material. Ketegangan saat pendinginan. Secara teori pengelasan (welding) material las
(logam las / weld metal) akan berkontraksi selama pendinginan. Karena kerapuhan dari
besi tuang inilah kontraksi cast iron mempunyai kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan Baja.

1. Bentuk yang tidak beraturan.Umumnya Besi Tuang ini dibuat dalam bentuk yang
tidak berarturan atau boleh saya bilang artistik. Dengan adanya bentuk yang rumit
besi tuang tersebut sedikit banyak mempunyai ketebalan yang tidak seragam hal
ini akan mempengaruhi kontraksi tegangan yang terjadi pada material tersebut
dan mudah terjadi retak dan perlu diingat juga yang melatarbelakangi ini adalah
sifatnya yang mempunyai daya lentur yang sangat rendah.
2. HAZ yang keras. HAZ pada Besi Tuang yang berdekatan dengan Weld Metal
akan mempunyai sifat yang KERAS. Pengerasan ini diakibatkan oleh adanya
bagian HAZ yang tidak ikut mencair.
3. Pengikatan Karbon dari Base Metal.Akibat Pengelasan Besi tuang yang
tercampur dengan Base Metal akan menyebabkan terjadinya pengikatan
KARBON pada WELD METAL sehingga menyebabkan peningkatan kandungan
SULFUR dan PHOSPOR dalam WELD METAL tersebut.
4. Penyerapan Minyak pada Besi Tuang.Karena bentuk kareketeristik material ini
rata-rata berpori maka kemungkinan terjadinya peresapan minyak dalam graphite
yang menyebabkan porositas pada logam las. Biasanya sering dialami oleh temen
praktisi welding, repair pada saat maintenance.

Mengapa Cast Iron jika di Las Sering terjadi retak? Sebelum kita bahas hanya
keretakan pada Cast Iron, ada baiknya jika kita mengerti terlebih dahulu apa yang

7
disebut Crack pada logam, apa yang menyebabkan crack pada logam, apa pengaruh
Chemical Composition terhadap mudah tidaknya suatu logam retak, Apa itu diagram
CCT dan CCCT, dll. Sehingga kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan dalam
memahami terjadinya crack pada pengelasan Cast Iron. Keretakan pada proses
pengelasan Cast Iron, ada beberapa faktor yang saling dukung mendukung sehingga
memudahkan terjadinya Crack.

Faktor utamanya adalah :

1. Chemical Composition : %C = Carbon terlalu tinggi. Unsur C yang tinggi memang


akan menurunkan Titik Lebur baja (Mesti dibahas juga Diagram Fe-Fe3C)
sehingga antara proses peleburan dan penuangan di cetakan lebih mudah. Tetapi
karena sifatnya yang lunak akan menjadi sumber keretakan di paduan Besi Cor,
apalagi yang C nya berbentuk Flake (Besi cor mempunyai Carbon bebas, mungkin
seperti radikal bebas di tubuh kita). %P = Posphor dan %S = Sulphur Tinggi.
Dalam paduan Fe, kadar P dan S tidak boleh lebih besar dari keteentuan. Karena
lebih dari itu akan menyebabkan sumber keretakan (kalau di proses rolling
pembuatan besi beton bisa pecah). Lantas mengapa unsur P dan S ini tidak
diturunkan saja ? Dalam proses pengecoran, unsur P dan S sangat diperlukan untuk
meningkatkan mampu alir dari cairan besi.
2. Faktor-faktor lain seperti bentuk yang kompleks dan lain tidak banyak
berpengaruh, karena kebanyakan pada proses pengelasan Cast Iron, keretakan
terjadi pada daerah HAZ.
3. Bagaimana pengaruh Oli dan lain-lain, Pengotor seperti ini lebih banyak
berpengaruh terhadap terjadinya Porosity pada weld metal.

Adapun cara untuk menghindari terjadinya keretakan pada pada proses pengelasan
Cast Iron, diantaranya adalah :

1. Gunakan kawat las Nickel.


2. Kontrol heat input dan Cooling rate.
3. Sebelum mengelas harus dibersihkan terlebih dulu dari misalnya Oli, Cat dan lain-
lain.

8
Pada umumnya Besi Tuang (Cast Iron) mempunyai bentuk yang rumit suatu contoh
(Pipe Fitting, Sprokect, Pump, Crank Shaft Mesin Mobil dan beberapa peralatan yang
terdapat pada Pabrik Gula) bukan dalam bentuk Mild seperti Steel yang sering kita
temui dipasaran.

2.3 Teori Sifat Mampu Mesin

Sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat teknologi yaitu
kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan kekuatan tinggi
dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan pengerolan atau
penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat dengan proses pengecoran.
Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat mampu cor, sifat mampu mesin
dan sifat mampu bentuk. Sifat material terdiri dari sifat mekanik yang merupakan sifat
material terhadap pengaruh yang berasal dari luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan
oleh komposisi yang dikandung oleh material itu sendiri. Pada proses pemesinan
(machining) misalkan pada proses pemotongan logam adalah proses pembuatan dengan
cara membuang material yang tidak diinginkan pada benda kerja sehingga diperoleh
produk akhir dengan bentuk, ukuran, dan surface finish yang diinginkan.

Beberapa proses yang diklasifikasikan sebagai proses pembentukkan logam (metal


forming) dengan menggunakan mesin-mesin pemroses logam yang dalam hal ini bisa
dilaksanakan secara panas atau dingin dapat ditunjukkan seperti proses pengerolan,
proses perlengkapan, proses penarikan, dan lain-lain.

1. Proses penarikan kawat (wire drawing) : merupakan operasi atau proses penarikan
sebuahkawat (wire) dengan penarikan ini, maka diameter penampang kawat atau
batang logamakan berkuran sesuai dengan yang diinginkan.
2. Proses penempatan (foreging) : merupakan proses pembentukkan logam dengan
jalan memberikan beban/tekanan (pressure) secara berulang-ulang dan terputus-
putus (intermitten). Hal ini berlawanan dengan proses pengerolan dimana beban
yang diberikan cenderung berlangsung secara terus menerus (continuous).
3. Proses ekstrusi (extruding) : proses ektrusi dilaksanakan dengan jalan
mengkompresikan logam yang dipanaskan sampai diatas batas elastisitas dan
menekannya melaluisebuah ide yang sesuai dengan bentuk yang kehendaki.

9
4. Proses pembengkokkan/pelengkungan (bending) : dalam proses ini benda kerja
dikenalbeban/tekanan secara permanent sehingga terjadi distorsi sesuai bentuk
yang diinginkan.
5. . Proses squeezing : merupakan proses pembentukkan logam sesuai dengan
bentuk- bentuk yang dikehendaki dengan jalan menekan dan mendorong paksa
agar logammengalir melalui sebuah cetakan.
6. Prosesing drawing dan stretching : proses ini akan menghasilkan benda-benda
kerjayang seamless seperti bentuk cawan, mangkok, dan lain sebagainya. Proses
dilaksanakan dengan jalan menekan dan mendorong secara paksa lembaran-
lembaran (sheet) logam melalui cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Seperti halnya dengan proses penarikan kawat (wire drawing) maka disini juga
akan terjadi stretch pada lembaran logam yang dibentuk.

Untuk mengetahui spesifikasi sifat mampu mesin suatu material maka sangat perlu
untuk mengetahui karakteristik atau sifat mekanis dari material yang dikerjakan. Bahan
logam dikatakan lunak apabila mampu dibentuk dengan proses penekanan dingin tanpa
pecah/retak (contoh : Timah). Bahan logam dikatakan tangguh apabila mampu menahan
pembebanan gabungan dan berulang dalam rentang waktu tertentu tanpa rusak. Sifat-
sifat mekanik tersebut dapat dirubah apabila kita merubah komposisi bahan tersebut
atau memberikan perlakuan panas terhadap bahan tersebut. Bila dikaitkan dengan
proses produksi , maka sifat bahan bisa dikategorikan mampu mesin (machine ability)
atau tidak mampu mesin ,serta mampu bentuk atau tidak mampu bentuk. Apabila bahan
dapat dikerjakan dengan mudah pada mesin konvensional (mesin produksi yang
mamakai alat potong dan menghasilkan tatal) disebut mampu mesin. Logam mampu
bentuk apabila dapat dibentuk dengan proses penekanan tanpa retak atau pecah.

2.4 Teori Sifat Mampu Tempa

Sifat mampu tempa (atau dalam Bahasa Inggris disebut forgeability) secara umum
adalah kemampuan sebuah material untuk berubah bentuk tanpa mengalami retak.
Besarnya sifat mampu tempa sebuah material dapat diketahui dengan dua uji coba
sederhana. Kedua uji coba sederhana tersebut adalah up setting dan hot-twist.

10
a. Percobaan Up setting

Percobaan up setting dilakukan dengan cara menekan benda uji secara


aksial (arah tekanan sejajar dengan garis sumbu benda kerja) hingga terjadi
perubahan bentuk. Ketika ditekan, tinggi benda uji akan berkurang dan ukuran
penampang benda uji akan membesar. Apabila perubahan bentuk tersebut
terjadi tanpa timbul retak atau terjadi dengan keretakan yang sedikit, maka
benda tersebut memiliki sifat mampu tempa yang baik. Sehingga semakin tinggi
tingkat perubahan bentuk yang bisa terjadi maka semakin tinggi sifat mampu
tempa yang dimiliki.

b. Percobaan Hot-twist

Percobaan hot-twist dilakukan dengan benda uji berpenampang lingkaran.


Benda berpenampang lingkaran tersebut dipuntir secara kontinu dengan arah
yang sama hingga rusak (tidak bolak-balik arah). Percobaan ini dilakukan
dengan beberapa benda uji dan dilakukan dengan suhu yang berbeda-beda.
Ketika percobaan dilakukan, jumlah puntiran (putaran) penuh yang terjadi pada
benda uji dihitung hingga benda uji tersebut rusak. Hal tersebut dilakukan pada
tiap-tiap suhu yang telah ditentukan. Suhu di mana terjadi puntiran terbanyak

11
selanjutnya dijadikan suhu penempaan. Suhu tersebut merupakan suhu di mana
sifat mampu tempa maksimum dapat terjadi. Percobaan ini cocok diterapkan
pada beberapa jenis baja.

Pertimbangan-pertimbangan yang Mendasari Sifat Mampu Tempa Beberapa


pertimbangan yang mendasari sifat mampu tempa antara lain:

1. Kekuatan material.
2. Suhu penempaan yang dibutuhkan.
3. Gesekan yang mungkin terjadi.
4. Kualitas produk tempaan.

Tabel 1. Sifat Mampu Tempa Logam

Jenis Logam Perkiraan Kisaran Suhu Tempa (C)

Aluminium paduan 400-550

Magnesium paduan 250-350

Tembaga paduan 600-900

Baja karbon dan baja paduan 850-1150


rendah

12
Martensitic stainless steel 1100-1250

Austenitic stainless steel 1100-1250

Titanium paduan 700-950

Paduan tinggi berbasis besi 1050-1180

Paduan tinggi berbasis kobalt 1180-1250

Tantalum paduan 1050-1350

Molybdenum paduan 1150-1350

Paduan tinggi berbasis nikel 1050-1200

Tungsten paduan 1200-1300

2.5 Teori Sifat Mampu Cor

Penuangan dan pengisian logam cair ke dalam rongga cetakan dapat dilakukan
dengan beberapa metoda seperti dengan cara gravitasi, yaitu logam cair dialirkan atau
dituangkan ke dalam rongga cetakan hanya dengan bantuan gaya gravitasi. Logam
cair dapat juga dituang untuk mengisi rongga cetakan dengan cara injection. Pada
Metoda ini, Logam cair dipaksa masuk ke dalam rongga cetakan dengan suatu tekanan
tertentu.

Kesempurnaan dari suatu produk hasil pengecoran dipengaruhi oleh beberapa


faktor seperti proses pembekuan, aliran logam cair ke dalam cetakan, proses
perpindahan panas pada saat terjadi pembekuan dan pendinginan, serta tergantung
pada jenis bahan cetakan yang digunakan.

Hasil pengecoran akan sangat tergantung pada kombinasi dan optimasi dari
semua faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.5.1 Temperatur Logam Cair

Logan dengan mampu cor yang baik akan menghasilkan bentuk yang
sempurna dan bebas dari cacat coran seperti penyimpangan bentuk akibat rongga
cetakan yang tidak terisi semuanya, dan tidak terdapatnya porositas yang
ditimbulkan oleh gelembung gas yang tidak sempat keluar dari rongga cetakan.

13
Selama proses pengecoran, temperatur logam cair harus berada di atas titik
leburnya. Saat penuangan, temperatur logam cair akan segera turun. Penurunan
temperatur akan menjadi sangat cepat ketika logam yang yang dicor memiliki titik
lebur sangat tinggi. Penurunan temperatur yang terlalu cepat akan mengalibatkan
pembekuan yang terlalu dini dan akibatnya bentuk produk menjadi tidak sempurna.

Umumnya, untuk menghindari terjadinya penurunan temperatur yang terlalu


cepat, maka cetakan dipanaskan terlebih dahulu untuk mengurangi perbedaan
temperatur logam cair dengan cetakan. Selain itu, mengatur temperatur logam cair
pada waktu penuangan dan membuat cetakan yang dapat mengalirkan logam cair
secara cepat kesemua bagian cetakan.

2.5.2 Viskositas Logam Cair

Sifat lain yang dapat mempengaruhi mampu cor adalah viskositas dari logam
cair. Logam harus mampu mengalir dengan baik kesemua bagian cetakan dengan
cepat. Viskositas yang terlalu tinggi akan menyebabkan waktu pengisian menjadi
lebih lama. Dalam kasus yang ekstrim, logam cair dapat membeku sebelum
mencapai dan mengisi rongga sepenuhnya.

Viskositas yang terlalu tinggi dapat pula menyebabkan terjebaknya udara


dalam bentuk gelembung. Gelembung yang terjebak pada logam padat merupakan
poros.

2.5.3 Fluiditas Logam Cair

Faktor lainnya yang juga berfengaruh terhadap keberhasilan proses


pengecoran adalah uiditas logam cair. Sifat Fuiditas ini sangat tergantung pada
viskositas dan temperatur logam cair. Temperatur logam cair yang tinggi akan
memberikan viskositas yang lebih rendah. Hal ini akan memberikan Fuiditas yang
baik.

Jika Fuiditas logam cair baik, maka seluruh bagian dari cetakan akan dapat
dicapai oleh logam cair dengan mudah dan cepat. Logam cair yang memiliki
Fluiditas yang baik akan mampu melewati saluran yang berbelok-belok tajam dan
bentuk saluran yang tipis sekalipun.

14
Uji Fuiditas logam cair dapat dilakukan dengan menggunakan cetakan uji
yang berbentuk spiral seperti tampak pada gambar di bawah. Dari hasil uji ini dapat
diketahui berapa banyak lingkaran spiral yang dapat diisi oleh logam cair. Semakin
banyak bagian spiral yang terisi semakin tinggi nilai indeks Fuiditasnya.

2.5.4 Bentuk Cetakan

Bentuk catakan yang sulit memerlukan kondisi logam cair yang sangat baik,
yaitu harus memiliki viskositas dan uiditas yang baik pula. Sedapat mungkin
dibuat cetakan yang relatif sederhana. Untuk mendapatkan bentuk yang lebih
presisi dapat diperoleh dengan proses nshing melalui proses pemesinan. Dengan
demikian saat proses pengecorannya tidak diperlukan logam cair yang memiliki
sifat yang terlalu baik.

2.5.5 Material Cetakan

Material cetakan yang memiliki konduktivitas panas yang baik akan mampu
dengan segera menyerap panas dari logam cair. Temperatur logam cair akan segera
turun dengan cepat yang pada akhirnya menyebabkan uiditas logam cair menjadi
turun dan pembekuan terjadi terlalu cepat sebelum logam cair dapat mengisi
rongga secara sempurna.

Pembekuan yang terlalu cepat akan menyebabkan rongga cetakan tidak terisi
semuanya. Hal ini akan mengakibatkan produk coran akan memiliki cacat bentuk,
cacat rongga atau porosistas.

2.6 Teori Sifat Mampu dikeraskan (Hardenability).

Hardenability adalah kemampuan untuk mengeras sampai kekerasan tertentu


pada suatu bahan. Bila bahan tersebut dikenakan suatu perlakuan panas. Sedangkan
kekerasan adalah kemampuan bahan untuk menahan penetrasi dari luar.

Besarnya kekerasan dipengaruhi beberapa faktor :

1. Kandungan Karbon

Semakin besar kandungan karbon semakin tinggi kekerasannya sehingga


menjadi getas.

15
2. Jarak Pendinginan

Jarak pendinginan pada speciment setelah mengalami perlakuan panas pada


tiap titik akan berbeda- beda, semakin jauh jarak pendinginan maka kekerasannya
akan semakin kecil.

3. Heat Treatment

Pada prinsipnya, perlakuan panas pada baja untuk membuat homogen unsur
unsur paduan yang terdapat pada dalam logam sehingga didapat komposisi
yang seragam ( uniform ) dan mempunyai kekerasan tertentu dengan mengukur
laju pendinginan.

Sifat mampu keras dari baja tergantung pada komposisi kimia dan kecepatan
pendinginan.Tidak semua baja dapat dinaikkan kekerasannya. Baja karbon
menengah dan baja karbon tinggi dapat dikeraskan, sedangkan baja karbon
rendah sulit untuk dikeraskan. Kandungan karbon yang tinggi mempercepat
terbentuknya fasa martensityang menjadi sumber dari kekerasan dari baja.
Kekerasan maksimum hanya dapatdicapai bila terbentuknya martensit 100%.
Baja dapat bertransformasi dari austenit keferrit dan karbida. Trasformasi terjadi
pada suhu tinggi sehingga kemampuan kekerasannya rendah. Percobaan Jominy,
bertujuan untuk mengetahui Hardenability suatu logam. Cara untuk
mengetahuinya adalah:

a. Bila laju pendinginan dapat diketahui, kekerasan dapat lansung dibaca dari
kurva kemampuan keras.
b. Bila kekerasan dapat diukur, laju pendinginan dari titik tersebut dapat
diperoleh.

Pada uji Jominy ini, material dipanaskan dalam tungku dipanaskan sampai suhu
transformasi (austenit) dan terbentuk sedemikian rupa sehingga dapat dipasangkan
pada aparatus Jominy kemudian air disemprotkan dari bawah, sehingga menyentuh
permukaan bawah spesimen. Dengan ini didapatkan kecepatan pendinginan ditiap
bagian spesimen berbeda-beda. Pada bagian yang terkena air mengalami pendinginan
yang lebih cepat dan semakin menurun kebagian yang tidak terkena air. Dari hasil

16
pengukuran kekerasan tiap-tiap bagian dari spesimen akan didapatkan kurva
Hardenability Band

Kurva Hardenability dan Hardenability Band

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sifat Mampu Keras Hal-hal yang


mempengaruhi sifat mampu keras suatu material adalah:

1. Kecepatan pendinginan

Setelah logam dipanaskan, lalu dilakukan pendinginan cepat, maka logam


akan menjadi semakin keras. Proses pendinginan material dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:

17
a. Annealing

Pemanasan material sampai suhu austenit (7270 C) lalu diholding


kemudiandibiarkan dingin didalam tungku. Proses ini menghasilkan
material yanglebih lunak dari semula.

b. Normalizing

Pemanasan material sampai suhu austenit lalu diholding kemudian


didinginkan di udara.

c. Quenching

Pemanasan material sampai suhu austenit lalu diholding kemudian


dilakukan pendinginan cepat, yaitu dicelupkan kedalam media.
Medianya adalah air, air garam dan oli. Proses ini yang menghasilkan
material yang lebih keras dari semula.

2. Komposisi kimia

Komposisi kimia menentukan Hardenability Band. Karena komposis


material menentukan struktur dan sifat material. Semakin banyak unsur kimia
yangmenyusun suatu logam, maka makin keras logam tersebut

3. Kandungan karbon

Semakin banyak kandungan karbon dalam suatu material maka makin


kerasmaterial tersebut. Hal inilah yang menyebabkan baja karbon tinggi
memiliki kekerasan yang tinggi setelah proses pengerasan kerena akan
membentuk martensit yang memiliki kekerasan yang sangat tinggi.Untuk
meningkatkan kadar karbon dari beberapa material dapat dilakukandengan
beberapa perlakuan, yaitu:

a. Carborizing
Carboizing merupakan proses penambahan karbon pada baja,
dengan menyemprotkan karbon pada permukaan baja.

18
b. Nitriding
Nitriding merupakan proses penambahan nitrogen untuk
meningkatkan kekerasan material.

c. Carbonitriding
Carbonitriding merupakan proses penambahan karbon dan nitrogen
secara sekaligus untuk meningkatkan kekerasan material.

4. Ukuran butir Semakin besar ukuran butir, maka tingkat mampu keras dari suatu
logam semakin rendah.
5. Suhu pemanasan Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan dilakukan
sampai suhu austenit.

19
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sifat Teknologis merupakan sifat bahan yang menunjukkan kemampuan atau


kemudahan suatu bahan dikerjakan dengan suatu metode proses produksi tertentu. Yang
termasuk dalam kategori sifat teknologi bahan adalah

1. Sifat mampu las (Weldability),


2. Sifat mampu dikerjakan dengan mesin (Machineability),
3. Sifat mampu cor (Castability) ,
4. Sifat mampu dikeraskan (Hardenability) dan sebagainya.
5.2 Saran

Dalam suatu bahan ketika akan dikerjakan dengan suatu metode harap
menggunakan perhitungan yang sudah digunakan agar tak menimbulkan kegagalan
dalam proses produksi.selain itu lihat kemampuan atau sifat dari bahan terlebih dahulu
sebelum proses produksi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Avelina, Salsabila. 2012. Harden Ability. [Online]. Tersedia : http://blog.ub.ac.id/salsabil

avelina /2012/03/24/hardenability/ (diakses 26 September 2016)

Anis. 2012. Sifat-sifat bahan material. [Online]. Tersedia : http://anistkr.blogspot.

co.id/2012/04/sifat-sifat-bahanmaterial.html (diakses 26 September 2016)

Ardabiz. 2012. Sifat mampu mesin bahan logam (machinability). [Online]. Tersedia :

https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besi-baja-iron-steel/pengujian-sifat-
mekanik - bahan-logam/sifat-mampu-mesin-bahan-logam-machinability/ (diakses
26 September 2016)

Teknikmesin.org. 2015. Sifat Teknologi Bahan. [Online]. Tersedia : http://www.Teknik

mesin.org/sifat-teknologi-bahan/ (diakses 26 September 2016)

Nurkamri. 2012. Sifat Teknologi Serta Kaitan. [Online]. Tersedia : http://nrkamri.blogspot.

co.id/2012/10/hakikat-sifat-teknologi-serta-kaitan.html (diakses 26 September

2016)

21

Anda mungkin juga menyukai