Anda di halaman 1dari 14

MENINGKATAKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

MELALUI KAGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI)

PADA SISWA KELOMPOK A PAUD FLAMBOYAN

KELURAHAN FAUDU KECAMATAN PULAU HIRI

SUSANTI

NIM : 03331622008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PG PAUD S1

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang
memberikan layanan pendidikan bagi anak, suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbunhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut agaraanak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab
I Pasal 1 Ayat 14 ).
Mengembangkan karakter anak usia dini melalui pendidikan Holistik dalam upaya
melakukan pembentukan karakter harus dimulai dari membangun potensi nilai-nilai spiritual,
mengasah dan membangkitkan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang sudah
diberikan tuhan sebagai fitrah manusia sejak lahir melalui pendidikan yang utuh dan
menyeluruh, pendidikan karakter harus dilaksanakan sejak usia dini, karena usia dini
merupakan periode perkembangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada masa
ini, seluruh instrumen besar manusia terbentuk, bukan kecerdasan saja tetapi seluruh
kecakapan psikis. Pendidikan anak usia dini merupakan tempat yang tepatdan cukup
dibutuhkan anak untk menghadapi masa depannya, pendidikan anak usia dini akan
memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya yang paling dekat adalah
menghadapi masa sekolah.
Perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa
yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan
perkembangan motorik halus saling mempemgaruhi. Keterampilan motorik halus difokuskan
pada koordinasi gerakan tangan yang berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang,
, mencoret, mengambil, menjemput benda dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4
tahun koordinasi gerakan motorik halus anaka sangat berkembang bahkan hampir sempurnah.
Melipat kertas merupakan sarana tau aktivitas yang harus dilakukan anak dalam
proses pembelajaran di TK. Kegiatan melipat kertas yang dilakukan sambil bermain akan
membantu anak melatih kesabaran, konsentrasi, kreativitas dan mengembangkan
imanjinasnya di samping kekuatan otot-otot kecil atau motorik halusnya yang dimiliki anak.
Kegiatan melipat kertasitu anak memperoleh pengalaman belajar untuk memperbaiki cara
belajar yang baik. Melalui pemberian tugas melipat kertas, motorik anak dapat terlatih,
khususnya motorik halus anak yang meliputi gerakan jari-jari anak. Keterampilan melipat
kertas hanya salah satu kagitan saja yang harus dikerjakan anak untuk mengembangkan
motorik halus anak. Semakin kompleks dan beragamlah keammpuan anak yang dapat
dikembangkan dalam melipat kertas, bukan hanya motorik halus, namun juga kreatitivitas,
imajinasi, fantasi, kognitif, seni. Motorik halus tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan
berpikir, imdera mata, keterampilan atau gerak jari-jari dan kelenturan tangan. Melipat kertas
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pengalaman anak.
Kenyataan dalam pembelajaran yang terjadi selama ini di PAUD Flamboyan
kecamatan Pulau hiri siswa kelompok A masih kesulitan dalam hal melipat kertas, sementara
itu kinerja guru pada proses pembelajaran juga terlihat masih rendah, guru masih
menggunakan metode pembelajaran yang bersifat konvensional, terbatasnya media
pembelajaran seperti kertas lipat (origami), dalam menunjang proses belajar disekolah dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus siswa. Sehubungan dengan hal tersebut di atas kami
sebagai guru PAUD berkeinginan untuk melaksanakan pembelajaran melalui kegiatan
melipat kertas dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambila judul Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Siswa Kelompok A PAUD
Flamboyan Kecamatan Pulau Hiri.
B. Identifikasi Masalah
1. Anak masih kesulitan dalam melipat kertas.
2. Anak tidak dapat melakukan lipatan kertas dengan sempurnah.
3. Anak tak bereksplorasi dengan berbagai pola.
4. Tak mau mengerjakan tugas
5. Terbatasnya media pembelajaran.
6. Motivasi belajar siswa menurun
7. Media pembelajaran kurang bervariasi
8. Anak merespon penjelasan dari guru
9. Anak tidak mau berbagi dengan teman
10. Proses pembelajaran masih bersifat rendah, menggunakan alat peraga yang lama.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian ini adalan Apakah penggunaan media kertas melipat (origami) dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus siswa kelompok A PAUD Flamboyan Kecamatan Pulau Hiri
Tahun Pelajran 2017-2018?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak melalui kegiatan melipat kertas (origami)di PAUD Flamboyan Kecamatan Pulau
Hiri.
E. Asumsi Penelitian
Asumsi adalah anggapan dasar yang menjadi dasar dari penelitian ini ada beberapa
asumsi yang diajukan peneliti yaitu :
a. Dengan menerapkan aktivitas kegiatan melipat dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak.
b. Dengan menggunakan media kertas lipat kemampuan anak dalam keterampilan
motorik halus anak akan lebih meningkat.
F. Definisi Istilah
Secara operasional ditegaskan dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan
meningkatkan keterampilan motorik halus anak, yaitu merupakan salah satu keterampilan
bidang pengembangan motorik anak usia dini dalam hal keterampilan koordinasi mata
dengan tangan dan hanya dilakukan otot-otot kecil.
Melipat salah satu kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dalam bidang pengembangan motorik halus, khususnya pada pemberian
rangsangan pada pengembangan keterampilan jari jemari tangan melalui kegiatan melipat
dengan kertas, karena proses kegiatan melipat melatih menggunakan pengamatan dan
perabaan serta koordinasi mata dan tangan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ORIGAMI
Kata origami berasal dari bahasa jepang yakni kata oru yang berarti melipat dan kami
berarti kertas. Kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak merubah artinya,
yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi origami maksudnya adalah
melipat kertas Hira Karmachela, 2008;1 dalam (Andayani, 2012). Menurut Hardjadinata
(2009:22) menjelaskan bahwa kegiatan melipat kertas lipat, merupakan salah satu fitur yang
utama pada latihan membentuk yang bersifat self corrective dalam artian anak-anak
mengetahui sendiri apabila mereka salah membentuk atau melipat kertas lipat tersebut. Dan
anak akan selalu bereksplorasi dengan aktifitas mencoba dan salah satu untuk menemukan
temuan baru berdasarkan pengalamannya sendiri.
Melipat atau origami adalah sutau teknik berkarya seni /kerajinan tangan yang
umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk menghasilkan aneka bentuk mainan,
hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi lainnya. Bagi anak usia taman kanak-kanak,
melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain kreatif yang menarik dan
menyenangkan. Melalui kegiatan ini dapat mengembangkan kompetensi pikir, imajinasi, rasa
seni dan keterampilan anak. Secara khusus kegiatan melipat bertujuan untuk melatih daya
ingatan, pengamatan, keterampilan tangan, mengembangkan daya fantasi, kreasi, ketelitian,
kerapian dan perasaan keindahan.
Melipat dilakukan dengan cara mengubah lembaran kertas berbentuk bujur sangkar,
empat persegi panjang, atau segitiga menurut arah atau pola lipatan yang diinginkan. Adapun
kreativitas melipat yang dimaksudkan disini adalah kegiatan berlatih membuat sesuatu bentuk
/ model lipatan yang hasilnya bisa ditempel ditambahkan hiasan dan guntingan dapat pula
dijadikan hiasan gantung dengan ditambahkan tali / benang dan difungsikan sebagai mainan.
(Sumanto, 2005 :99-100).
Menurut Mortotalu (2005:24) kegiatan melipat kertas memberi kesempatan kepada
anak untuk menyesuaikan bentuk dan warna, mengkombinasi bentuk, warna,
mengembangkan keterampilan motorik, sensoris serta mengembangkan kemampuan mata
dan tangan. Manfaat melipat kertas. Melipat kertas lipat bukan hanya mainan anak-anak
sebagaimana oleh Josef Wu dalam (Maya, 2010:11) selain modelnya, aktivitas melipat kertas
lipat itu sendiri ternyata juga sangat disenangi oleh hampir semua anak-anak, maka bagi
orang tua yang sudah mengerti manfaat dan nilai positif bagi anak mereka tentu tidak akan
melewatkan aktivitas, sarana dan kesempatan ini. Berikut beberapa alasan dan sekaligus
manfaat melipat kertas lipat :
1. Anak belajar meniru dan mengikuti arahan
2. Anak belajar berkreativitas
3. Anak belajarberimajinasi
4. Anak belajar berkarya (seni)
5. Anak belajar membuat model
6. Anak belajar membuat mainan sendiri
7. Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya
B. Motorik Halus
1. Pengertian Motorik Halus
Menurut sujiono (2005:111) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat, sebagai dasar
untuk meningkatkan keterampilan menulis permulaan pada usia taman kanak-kanak.
Menurut Lerner dalam (Sugiyono, 2006:53) menyatakan bahwa motorik halus adalah
keterampilan menggunakan media dengan koordinasi antara mata dan tangan. Berdasarakan
definis diatas dapat disimpilkan motorik halus anak adalah kemampuan anak untuk
melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak otot-otot kecil (halus)
dan memerlukan koordinasi yang cermat.
a. Perkembangan Motorik halus anak
Noorlaila (2010:62) perkembangan motorik halus merupakan kemampuan anak dalam
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti: mengamati sesuatu,
menjimpit, menggunting, menempel dan sebagainya.
b. Tujuan kemampuan Motorik Halus pada anak
Menurut Saputro dan Rudyanto (2005:115) ada tiga tujuan kemampuan motorik halus
yaitu :
1) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan
2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata
3) Mampu mengendalikan emosi
c. Fungsi kemampuan motorik halus
1) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan
2) Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan
mata
3) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi
d. Ciri-ciri kemampuan motorik halus
Berikut ini merupakan ciri-ciri kemampuan motorik halus anak usia 4 sampai 5 tahun
(Saputra & Rudyanto, 2005: 120-121).
1) Menempel
2) Menyusun potongan puzzle
3) Mewarnai dengan rapi
4) Menjahit sederhana
5) Mengisi pola sederhana dengan stempel, sobekan kertas
6) Mengancingkan kancing baju
7) Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung
8) Menarik garis lurus, lengkung, miring
9) Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi
10) Melipat kertas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian
ini menggunakan model penelitian tindakan Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6),
yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dilihat pada gambar berikut :

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di PAUD Flamboyan Kecamatan Pulau Hiri dengan
alamat Jl. Kelurahan Faudu Kelas A dengan jumlah siswa 17 anak dengan Tema
Binatang.
2. Waktu
Penelitian siklus I dilaksanakan pada hari senin 20 April 2015 sampai dengan hari
Senin, 03 Juli 2017 dan pada hari rabu 05 juli 2017.
C. SUBJEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah anak kelompok A sebanyak 17 anak , yang terdiri
6 anak perempuan dan 11 anak laki-laki.
D. RANCANGAN ATAU TAHAP PENELITIAN
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Penyusunan perangkat pembelajaran.
2) Penyusunan instrumen penelitian
3) Validasi perangkat pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Pertemuan 1 dan pertemuan 2
1) Guru mempersiapkan ruangan dan perlengkapan berbagai lipatan kertas.
2) Guru melakukan apersepsi dan memotivasi anak dengan mengadakan tanya jawab
tentang materi pelajaran yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan
dibahas.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru menyampaikan aturan permainan dan penjelasan yang berkaitan dengan
materi.
5) Pengorganisasian anak dalam bentuk kelompok.
6) Dengan bimbingan guru anak secara berkelompok
7) Guru memberi contoh dari lipatan yang paling mudah yaitu melipat sapu tangan
ke lipatan yang sulit
8) Anak memperhatikan dan kemudian mencoba meniru melipat kertas sederhana 1
4 lipatan.
9) Tiap kelompok mencoba melipat tersebut.
10) Guru mengamati sambil memberikan penilaian.
11) Guru mengevaluasi dengan mengajukan tanya jawab tentang hasil melipat
tersebut.
c. Tahap Observasi
Setelah tahapan tindakan, tahapan berikutnya adalah tahapan observasi atau
tahapan pengamatan. Penyajian data hasil pengamatan yang menggunakan lembar
observasi, peneliti dan rekan kolaborasi menilai aktivitas anak kelompok A pada
pelaksanaan tindakan dalam rangka peningkatan keterampilan motorik halus anak 8
mengenal konsep bilangan rata-rata 53 % materi. Faktor penyebab rendahnya
perolehan rata-rata presentase aktivitas anak dalam proses pembelajaran ini,
disebabkan yakni : 1) anak kurang dilibatkan pada proses pembelajaran, guru lebih
mendominasi kegiatan belajar mengajar, sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk
mencoba, 2) keterampilan guru dalam memotivasi anak kurang terarah. Rendahnya
prosentase yaitu 69% pencapaian ini terlihat pada kelemahan atau kekurangan guru
dalam aspek pembelajaran, kemudian aspek tersebut akan dijadikan sebagai tolak
ukur mengadakan tahap refleksi dan revisi pada siklus II.
Rekapitulasi ketuntasan belajar anak dengan aktivitas melipat
kertas adalah 60 %. Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
strategi pembelajaran melipat yang diperoleh nilai rata-rata aktivitas membuat meniru
melipat kertas sederhana 1 4 lipatan mencapai 65% dan aktivitas berbagai bentuk
dengan kertas lipat mencapai 79% dan. Serta nilai ketercapaian belajar secara
keseluruhan mencapai 60%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara keseluruhan anak belum tercapai belajar, karena perolehan nilai ratarata
keberhasilan aktivitas anak serta ketercapaian belajar anak masih
memperoleh persentase lebih kecil dari persentase ketercapaian yang dikehendaki
yaitu sebesar 80%. Hal ini disebabkan karena aktivitas tersebut masih sulit bagi anak
sehingga anak masih belum memahami aturan yang ditetapkan.
d. Tahap Refleksi Kekurangan dari RKH pada siklus I
1) Masih banyak anak yang belum dapat melipat secara sempurna berdasarkan
bentuknya.
2) Masih membutuhkan motivasi guru dalam aktivitas melipat.
3) Suasana kegiatan belajar mengajar dikelas masih berpusat pada guru jadi anak
masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, keterbatasan ruang gerak,
keterbatasan alat peraga, membutuhkan waktu yang lama dari pendidikan untuk
memperhatikan anak lebih dekat.
Kelebihan dari perbaikan RKH ke I
1. siklus I
1) Penilaian di lakukan secara langsung berupa observasiterhadap anak
sehingga pendidik dapat mengerti seberapa besar berkembangnya
keterampilan
motorik halus anak.
2) Kegiatan pemberian tugas yang lebih menarik dapat merangsang anak
untuk menyelesaikan tugas yang di berikan dan mendapatkan hasil yang
sesuai dengan taraf kemampuan yang di harapkan.
3) Adanya alat peraga yang mendukung dan pendidik yang lebih perhatian
terhadap setiap anak.
4) Anak dapat mengetahui secara nyata konsep yang di pelajari dengan
adanya alat peraga yang jelas.
2. Siklus II
e. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH).
2) Membuat langkah-langkah pembelajaran yang lebih bervariasi.
3) Mengoptimalkan penggunaan alat edukatif yang berupa kertas lipat.
4) Mempersiapkan lembar observasi.
5) Mempersiapkan lembar evaluasi.
6) Mempersiapkan tehnik melipat yang lebih menarik agar anak dapat terlihat aktif
dalam proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Pertemuan 1 dan pertemuan 2
1) Guru mempersiapkan ruangan dan perlengkapan berbagai lipatan kertas.
2) Guru melakukan apersepsi dan memotivasi anak .
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru menyampaikan aturan permainan dan penjelasan yang berkaitan dengan
materi dan strategi yang menyenangkan serta bervariasi.
5) Pengorganisasian anak dalam bentuk kelompok. 9
6) Anak memperhatikan dan kemudia mencoba meniru melipat kertas sederhana
1-4 dan membuat berbagai bentuk dengan kertas lipat.
7) Sesuai keinginannya sendiri.
8) Tiap kelompok mencoba melipat tersebut.
9) Guru memberi pujian kepda anak yang mampu melipat dengan baik.
10) Guru mengamati Guru mempersiakan ruang dan perlengkapan berbagai lipatan
kertas.
11) Guru melakukan apersepsi dan memotivasi anak.
12) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
13) Guru sambil memberikan penilaian.
14) Guru mengevaluasi dengan mengajukan tanya jawab tentang hasil melipat
tersebut.
c. Tahap Observasi
Hasil analisis statistik deskritif yang berkaitan hasil pengamatan aktivitas /
partisipasi anak pada proses pembelajaran melipat pada siklus II, yang diperoleh
dari analisis tabulasi dan analisis melalui penghitungan statistik sederhana,
menunjukkan hasil ratarata persentase keaktifan pada proses pembelajaran sebesar
88%, jika hasil rata-rata tersebut dikonversikan dengan pedoman penyekoran,
maka hasil rata-rata keaktifan persentase anak pada pembelajaran dapat
digolongkan sangat tinggi dan melampaui standart tingkat keaktifan anak secara
keseluruhan yang ditetapkan mencapai rata-rata persentase 80%. Keterlibatan
anak pada proses pembelajaran secara langsung mampu meningkatkan
kemampuan anak dalam pengamatan. Kesuksesan perubahan pola mengajar dalam
siklus II, tercermin pada sikap guru yang mulai mampu bersikap menjadi
fasilitator, guru memberi kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dalam
proses pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran anak terlihat aktif.
Repkapitulasi ketuntasan belajar anak dengan penerapan aktivitas melipat kertas
yaitu 85% dan ketuntasan ada 17 anak sedangkan yang 3 anak masih perlu
bimbingan khusus karena anaknya pemalu serta lambat mengerjakan.
d. Tahap Refleksi
1) Media yang digunakan sudah maksimal dan anak terlihat langsung dalam
proses belajar mengajar.
2) Media sudah cukup dan perlu adanya variasi pada pelaksanaan agar anak
lebih aktif lagi.
3) Guru cukup memberi motovasi tugas anak dengan baik.
4) Guru cukup memberikan umpan balik pada anak dalam bentuk pertanyaan
mengenai materi yang telah diajarkan pada pembelajaran.

E. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yaitu :
1. Anak, untuk mendapatkan data tentang proses belajar dan aktivitas anak dalam
proses belajar mengajar.
2. Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi penggunaan metode
demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus dalam kegiatan
melipat serta aktivitas anak dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Teman Sejawat, dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi
PTK secara komprehentif dari sisi anak maupun guru.
E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
alat pengumpul data yang digunakan penelitian sebagai berikut :
a. Observasi Kegiatan Pembelajaran Menggunakan lembar observasi aktivitas guru
untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dan lembar observasi aktivitas anak untuk mengetahui tingkat
keberhasilan proses kegiatan pembelajaran.
b. Observasi kemampuan motorik halus anak. Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan analisa data statistic deskriptif untuk mendeskripsikan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk menemukan
peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui metode demonstrasi dengan
kegiatan melipat kertas. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis refleksi berdasarkan siklus-siklus. Menurut Aqib (2009:41) mengatakan
lembar observasi tersebut diatas dapat dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu untuk mencari nilai rata-rata dapat dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : (Sudijono,1987: 40)
Keterangan :
P = Persentase
f = jumlah skor yang diperoleh
N = skor maksimal (jumlah frekuensi/ banyaknya individu)
F. ANALISIS DATA
Analisis ini dihitung dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dan
kuantitatif, dengan menggunakan analisis mean, untuk mempermudah peneliti mengetahui
tingkat capaian perkembangan kemampuan motorik halus pada peserta didik baik secara
umum maupun kemampuan pada setiap peserta didik melalui analisis level pencapaian, yang
diperoleh dari lembar kerja maupun hasil tanya jawab secara lisan dengan anak.
Rumus : X =

XN
Keterangan : X : nilai rata-rata
: jumlah semua nilai anak
N : jumlah anak (Sutejo, 2009:21) Untuk menghitung persentase ketercapaian belajar
digunakan rumus sebagai berikut :
P = x %100 Anak belajartuntasyangAnak

Data hasil observasi dianalisis dengan mendiskripsikan kegiatan anak dan


kemampuan meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak. Untuk mengetahui hasil
observasi aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diperoleh kriteria indikator keberhasilan
yang diadaptasi dari pendapat Zainal dan Khotimah (2005: 41) sebagai berikut :
80 100 = sangat baik
60 79 = baik
40 59 = cukup
0 39 = kurang
G. KEABSAHAN DATA
Dalam penelitian ini , peneliti berperan sebagai pengamat dan guru sebagai
penyampai materi atau berkolaborasi. Uji keabsahan data menggunakan teknik pengumpulan
data (triangulasi). Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi sumber, untuk membandingkan data dan nilai pembelajaran dalam metode
kualitatif.
Hal ini dapat dicapai dengan jalan, yang pertama membandingkan hasil pengamatan
dengan hasil wawancara. Kedua membandingkan hasil wawancara dengan ini suatu yang
berkaitan.

Anda mungkin juga menyukai