BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Gambar Konflik Utama dan Kedua pada Simpang Bersinyal Empat Lengan
3. Tundaan
4. Peluang antrian
Perilaku pengemudi berbeda sama sekali dengan yang ditemukan di
kebanyakan negara Barat, yang menjadikan penggunaan metode manual kapasitas
dari negara Barat menjadi tidak mungkin. Hasil yang paling menentukan dari perilaku
lalu-lintas adalah bahwa rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh kendaraan yang
datang dari jalan minor melintasi simpang dengan perilaku "tidak menunggu celah",
dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa lewat adalah sangat rendah yaitu
sekitar 2 detik.
kapasitas ruas jalan. Arus maksimum yang dapat melewati suatu titik (biasanya pada
persimpangan dengan lampu lalu lintas biasa) biasa disebut arus jenuh (Ofyar Z.
Tamin,1997 : 45).
Terdapat paling tidak enam cara utama untuk mengendalikan lalu lintas pada suatu
persimpangan, bergantung pada jenis persimpangan dan volume lalu lintas pada tiap aliran
kendaraan, antara lain :
1. Rambu berhenti
2. Rambu pengendali kecepatan
3. Kanalisasi di persimpangan
4. Bundaran dan perputaran
5. Persimpangan tanpa rambu
6. Peralatan lampu lalu lintas
Kapasitas lengan suatu persimpangan dinyatakan dengan kendaraan atau dalam
Satuan Mobil Penumpang (smp) per jam. Penambahan waktu tempuh yang kecil jika
dibandingakn dengan penambahan kendaraan pada arus tinggi.
2.6 Lampu Lalu lintas
Suatu metode yang paling penting dan efektif untuk mengatur lalu lintas di
persimpangan adalah dengan menggunakan lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas adalah
sebutan alat elektrik (dengan sitem pengatur waktu) yang memberikan hak pada jalan pada
suatu arus lalu lintas ini bisa melewati persimpangan dengan aman dan efisien. Pemasangan
lampu lalu lintas bertujuan untuk memenuhi satu atau lebih fungsi-fungsi (Clrakson H.
Oglesby, R. Gary Hicks, 1988 : 31).
Beberapa kelebihan utama lampu lalu lintas dari pada rambu adalah
petunjuk/pengarah yang positif bagi kendaraan dan pejalan kaki, sehingga mengurangi
kemungkinan pengambilan keputusan yang keliru oleh pengemudi; fleksibilitas, dalam
artian bahwa pengalokasian hak prioritas jalan dapat disesuaikan dengan kondisi lalu lintas;
kemampuan untuk mengatur prioritas perlakuan terhadap pergerakan kendaraan;
pengendalian yang terkendali di sepanjang jalan atau jaringan-jaringan daerah; serta
penyediaan arus kelompok lalu lintas yang kontinu melalui koordinasi yang tepat pada
kecepatan tertentu dan sepanjang rute tertentu. Di lain pihak, bahwa desain lampu lalu lintas
yang buruk dapat meningkatkan frekuensi kecelakaan, penundaan yang lama bagi
kendaraan saat mendekati persimpangan, memaksa dan membuat pengemudi menjadi
terganggu. Secara umum lampu lalu lintas dipasang pada suatu persimpangan berdasarkan
alasan berikut :
1. Untuk meningkatkan keamanan sistem secara keseluruhan.
2. Untuk mengurangi waktu tempuh rata-rata di sebuah persimpangan, sehingga
meningkatkan kapasitas.
3. Untuk menyeimbangkan kualitas pelayanan di seluruh aliran lalu lintas.
e. Kelandaian
Masukkan kelandaian dalam % (naik = +%; turun = -%)
f. Belok kiri langsung
Masukkan jika belok kiri langsung (LTOR) diijinkan pada pendekat tersebut.
Belok kiri langsung (WLTOR) dalam perhitungan sangat berpengaruh pada We.
Apabila WLTOR < 2meter maka We = WA, jika WLTOR > 2 meter maka We = WA
WLTOR.
g. Jarak ke kendaraan parkir
Masukkan jarak normal antara gari henti dan kendaraan pertama yang diparkir di
sebelah hulu pendekat, untuk kondisi yang dipelajari.
h. Lebar pendekat
Masukkan dari sketsa, lebar (ketelitian sampai sepersepuluh meter terdekat)
bagian yang diperkeras dari masing-masing pendekat (hulu dari titik belok untuk
LTOR), belok kiri langsung, tempat masuk dan tempat keluar (bagian tersempit
setelah melewati jalan melintang).
Waktu merah semua yang diperlukan untuk pengosongan pada akhir setiap
fase harus memberi kesempatan bagi kendaraan terakhir (melewati garis henti pada
akhir sinyal kuning) berangkat dari titik konflik sebelum kedatangan kendaraan yang
datang pertama dari fase berikutnya (melewati garis henti pada awal sinyal hijau)
pada titik yang sama.
Apabila periode merah semua untuk masing masing akhir fase telah
ditetapkan, waktu hilang (LTI) untuk simpang dapat dihitung sebagai jumlah dari
waktu waktu antar hijau:
= ( + ) . . (. )
3. Arus Jenuh
Arus jenuh dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian arus jenuh dasar (So)
untuk keadaans tandart, dengan faktor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari
kondisi sebenarnya dari suatu kumpulan kondisi-kondisi ideal yang telah ditetapkan
sebelumnya.
= . . . (. )
Untuk pendekat tipe P (arus terlindung) ditentukan sebagai fungsi dari lebar
efektif pendekat ( ) :
= . . (. )
dimana :
We = lebar kaki persimpangan yang digunakan untuk mengalirkan arus (m)
Untuk pendekat tipe O (arus berangkat terlawan) So didasarkan pada fungsi
dari lebar pendekat efektif ( ), arus lalu lintas yang belok kanan dari pendekat yang
berlawanan ( ).
4. Faktor Penyesuaian
1. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
Faktor koreksi ukuran kota dapat ditentukan dari Tabel berikutsebagai fungsi
dari ukuran kota.
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
c.
Sumber : MKJI 1997, 2 54
Faktor Penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok kiri yang pendek (Fp)
Sumber : MKJI 1997, 2 54
5. Faktor Penyesuaian Belok Kanan
Faktor penyesuaian belok kanan ditentukan berdasarkan fungsi dari rasio
kendaraan belok kanan ( ) untuk tipe P, tanpa median ( jalan dua arah) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
= , + , . (. )
Nilai juga bisa didapatkan dari Gambar berikut
= ( ) . . . (. )
Rasio Fase (PR) adalah rasio arus kritis dibagi rasio arus simpang
= . . . . . . (. )
Tabel 2.6 Waktu siklus yang disarankan untuk keadaan yang berbeda
2. Waktu Hijau
g = Copt LTI x PRi
dimana :
g = Tampilan waktu hijau pada fase 1 (det)
Copt = Waktu siklus sebelum penyesuaian (det)
LTI = Waktu hilang total per siklus
= Rasio fase ( )
= + . . . . (. )
2.7.4 Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan yang dapat dilayani secara
layak pada suatu titik arus ruas jalan / jalur selama periode waktu tertentu.
Kapasitas (C) dari suatu pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan sebagai berikut :
= . . (. )
Dimana :
C = Kapasitas (smp/ jam)
S = Arus Jenuh, yaitu berangkat rata - rata dari antrian dalam pendekat selama
sinyal hijau (smp / jam hijau = smp per jam hijau)
g = Waktu hijau (detik)
c = Waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang lengkap
(yaitu antara dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama).
Derajat kejenuhan merupakan arus lalu lintas dibagi kapasitas
= . (. )
Dimana :
= Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
= Jumlah smp yang datang selama fase merah
DS = Derajat Kejenuhan
c = Waktu Siklus (detik)
C = Kapasitas (smp/jam) = arus jenuh kali rasio hijau (S x GR)
Q = Arus lalu lintas pada pendekat tersebut ( smp/jam)
2. Kendaraan Terhenti
Laju henti yaitu jumlah rata-rata perkendaraan masuk (termasuk terhenti terulang dalam
antrian) sebelum melewati simpang, dihitung sebagai berikut:
= , . . . (. )
Dimana :
c = Wakru Siklus (detik)
a = Arus Lalu Lintas (smp/detik) dari pendekat yang ditempat
Untuk jumlah kendaraan terhenti Nsv untuk masing-masing pendekat dihitung dengan
rumus :
= () . . . (. )
Untuk menghitung laju henti rata-rata seluruh simpang dengan cara membagi jumlah
kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus simpang total Q dalam
kend/jam.
= . . (. )
3. Tundaan
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal, yaitu :
1. Tundaan lalu lintas (DT) karena pengaruh timbal balik dengan gerakan - gerakan
lainnya pada simpang tersebut.
2. Tundaan geometri (DG) karena perlambatan dan percepatan ketika menunggu
giliran pada suatu simpang dan/ atau ketika dihentikan oleh lampu merah.
Tundaan lalu lintas (DT) rata-rata pada suatu pendekat j ditentukan dengan rumus :
, ( )
= + . (. )
( )
Dimana :
DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat j (detik/smp)
c = Waktu siklus yang disesuaikan(det)
GR = Rasio hijau (g/c)
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas(smp/jam)
NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
Sedangkan untuk tundaan geometri pada tipe pendekat j ditentukan dengan rumus :
= ( ) ( ) . . (. )
Dimana:
= Tundaan geometri ruta-rata pada pendekat j (detik/smp)
= Rasio k ndaraan terhenti pada suatu pendekat
= Rasio kendaraan membelok