GASTROPATI NSAID
DISUSUN OLEH :
Reski Mulia (C111 12 016)
Dwi Hardiyanti (C111 12 019)
Nurhafidah Mahfudz (C111 12 058)
Hanna Dewi Rosalina (C111 12 064)
Muslim Amaluddin (C111 12 102)
Tasya Aisyah P. Maasba (C111 12 123)
Keluhan Utama :
Nyeri ulu hati
Anamnesis Terpimpin :
Nyeri ulu hati dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu dan memberat 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan hilang timbul (berulang). Pasien juga mengeluh rasa
cepat penuh, kembung dan sering bersendawa. Mual/muntah tidak ada. Pasien ada riwayat
melena kurang lebih setengah bulan yang lalu, kemudian ke Puskesmas lalu di beri obat dan
pasien merasa baikan (pasien tidak mengetahui nama obatnya).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami keluhan gatal-gatal pada kulit dan berobat ke dukun lalu
minum jamu-jamuan selama 1 bulan. Pasien juga mengalami nyeri-nyeri lutut dan
mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri sejak kurang lebih setengah bukan yang lalu.
Riwayat DM, hipertensi dan penyakit jantung tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama, hipertensi, Diabetes Melitus
dan penyakit jantung juga tidak ada.
Riwayat Psikososial:
Pasien seorang ibu rumah tangga, kadang-kadang bekerja di kebun sejak muda dan
terlambat makan jika kerja di kebun. Riwayat pendidikan terakhir SD.
Telinga : tidak ada tophi, tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar gondok
Dada :
Inspeksi : simetris bentuk kiri-kanan, tidak tampak adanya spider nevi dan massa
tumor, buah dada dan sela iga dalam batas normal
Palpasi : tidak teraba massa tumor dan nyeri tekan. Vocal fremitus dalam batas
normal
Perkusi : paru kiri dan kanan dalam batas normal (sonor), batas paru dalam batas
normal
Auskultasi : bunyi pernapasan vesikuler, tidak ada bunyi tambahan
Jantung :
Perut :
Inspeksi : perut tampak cembung (undulasi dan shifting dullness negatif)
Palpasi : nyeri tekan pada epigastrium, tidak ada pembesaran hepar dan lien
DIAGNOSIS:
Dyspepsia ec suspect gastropaty obat
DIAGNOSIS BANDING
- Gastroeosofangeal Reflux Disease (GERD)
- Ulkus Peptik
TERAPI
Non Medikamentosa:
- Diet Lambung
- Hindari mengkonsumsi jamu-jamuan dan obat NSAID
Medikamentosa:
- Omeprazole 40mg/24jam/iv
- Rebamipid 100mg/12jam/oral
PLAN:
- UGIE
PROGNOSIS:
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionatum : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad bonam
FOLLOW UP
TANGGAL SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANNING
26-8-2016 Pasien dengan Kesadaran : compos Dyspepsia - IVFD NaCl 0,9
keluhan nyeri ulu mentis suspek causa % 28 tpm
hati dirasakan ulcus peptic - Domperidone
memberat sejak 1 TD : 120/80 mmHg dd malignancy tab 3 dd 1
hari sebelum masuk - Omeprazole
rumah sakit. Pasien N : 88x/i 40mg/12jam/iv
riwayat minum - Paacetamol
jamu-jamuan sejak P : 20x/i 100mg/8jam/oral
1 bulan yang lalu. -
Ada mual dan S : 36,8 C - Usul UGIE
mutah. Keluhan - Lab lengkap dan
seperti ini sudah Anemis (-) ekg
sering berulang dan Ikterik (-)
disrankan untuk
endoskopi oleh BP : ronki (-)
dokter sebelumnya wheezing (-)
sehingga pasien
dirujuk ke BJ : I/II murni regular
Makassar. Pasien
juga mengeluhkan Hepar tidak teraba
ada nyeri di seluruh
tubuh. Tidak ada Lien tidak teraba
demam, tidadk ada
riwyat gangguan Peristaltic (+)
BAB dan BAK.
Tidak ada riwayat Ext : edema (-)
HT dan DM.
Eritema Palmaris (-)
Nyeri tekan
epigastrium ada.
RT : spinchter
mencekik, ampulla isi
feses.
;
27-8-2016 Nyeri uluhati, mual Kesadaran : compos Dyspepsia ec - IVFD Asering
dan muntah ada. mentis suspek 20 tpm
Riwayat minum gastropaty - Omeprazole
jamu-jamuan ada. TD : 120/80 mmHg obat 40mg/12jam/iv
Riwayat BAB hitam
ada 1 bulan yang N : 84x/i - Rebamipid
lalu. 100mg 2 x 1
P : 18x/i - Cek darah
rutin,urin rutin,
S : 36,7 C SGOT/SGPT,
ureum/kreatinin,
Anemis (-) GDS,
Ikterik (-) HBSAg,anti
HCV,albumin,
BP : ronki (-) bilirubin
wheezing (-) total,USG
abdomen
BJ : I/II murni regular
Nyeri tekan
epigastrium ada
Peristaltic (+)
S : 36,8 C
Anemis (-)
Ikterik (-)
BP : ronki (-)
wheezing (-)
Nyeri tekan
epigastrium
berkurang
Peristaltic (+)
Ext : edema (-)
USG Abdomen :
Gastritis, kista
ovarium sinistra
Urinalisis : eritrosit 8-
10 /LB
Na/K/Cl
:133,8/3,04/101,4
INR : 1,49
GDS : 134
SGOT/SGPT: 28/18
UR/CR : 12/0,8
S : 36,1 C
Anemis (-)
Ikterik (-)
BP : ronki (-)
wheezing (-)
Nyeri tekan
epigastrium
berkurang
Peristaltic (+)
USG Abdomen :
Gastritis, kista
ovarium sinistra
HBSAg : non reaktif
Anti HCV : non
reaktif
P : 18 x/i
S : 36,7 C
Anemis (-)
Ikterik (-)
BP : ronki (-)
wheezing (-)
Nyeri tekan
epigastrium
berkurang
Peristaltic (+)
USG Abdomen :
Gastritis, kista
ovarium sinistra
I. EPIDEMIOLOGI/INSIDEN KASUS
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dengan prevelensi berbeda tergantung pada sosial
ekonomi, demografi dan dijumpai lebih banyak pada pria usia lanjut dan kelompok sosial
ekonomi rendah dengan puncak pada dekade ke enam. Di Amerika Serikat, diperkirakan 13
juta orang menggunakan NSAID secara teratur. Sekitar 70 juta resep ditulis setiap tahun, dan
30 miliar NSAID dijual setiap tahun. Dengan meluasnya penggunaan NSAID telah
mengakibatkan peningkatan prevalensi terjadi gastropati NSAID.
Penghambatan COX oleh NSAID ini lebih lanjut dikaitkan dengan perubahan produksi
mediator inflamasi. Sebagai konsekuensi dari penghambatan COX-2, terjadi sintesis leukotrien
yang disempurnakan dapat terjadi oleh shunting metabolisme asam arakidonat terhadap-
lipoxygenase jalur 5. Leukotrien yang memberikan kontribusi terhadap cedera mukosa
lambung dengan mendorong iskemia jaringan dan peradangan. Peningkatan ekspresi molekul
adhesi seperti molekul adhesi antar sel-1 oleh mediator pro-inflamasi seperti tumor necrosis
factor- mengarah ke peningkatan adheren dan aktivasi neutrofil-endotel. Wallace
mendalilkan bahwa pengaruh NSAID terhadap neutrofil adheren mungkin berkontribusi
terhadap patogenesis kerusakan mukosa lambung melalui dua mekanisme utama: (i) oklusi
mikrovessel lambung oleh mikrotrombi menyebabkan aliran darah lambung berkurang dan
kerusakan sel iskemik, (ii) meningkatkan pembebasan dari radikal bebas yang berasal dari
oksigen. Oksigen radikal bebas bereaksi dengan poli asam lemak tak jenuh dari mukosa
menyebabkan peroksidasi lipid dan kerusakan jaringan. NSAID tidak hanya merusak lambung,
tetapi dapat mempengaruhi seluruh saluran pencernaan dan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi ekstraintestinal parah seperti kerusakan ginjal sampai gagal ginjal akut pada pasien
yang memiliki faktor risiko, retensi natrium dan cairan, hipertensi arterial, dan, kemudian,
gagal jantung.
V. DIAGNOSIS
Spektrum klinis Gastropati NSAID meliputi suatu keadaan klinis yang bervariasi sangat
luas, mulai yang paling ringan berupa keluhan gastrointestinal discontrol. Secara endoskopi
akan dijumpai kongesti mukosa, erosi-erosi kecil kadang-kadang disertai perdarahan kecil-
kecil. Lesi seperti ini dapat sembuh sendiri. Kemampuan mukosa mengatasi lesi-lesi ringan
akibat rangsangan kemis sering disebut adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat dapat berupa
erosi dan tukak multipel, perdarahan luas dan perforasi saluran cerna.
Untuk mengevaluasi gangguan mukosa dapat menggunakan Modified Lanza Skor (MLS)
kriteria. Sistem grading ini menurut MLS adalah sebagai berikut:
Grade 0 : tidak ada erosi atau perdarahan
Grade 1 : erosi dan perdarahan di satu wilayah atau jumlah lesi 2
Grade 2 : erosi dan perdarahan di satu daerah atau ada 3-5 lesi
Grade 3 : erosi dan perdarahan di dua daerah atau ada 6-10 lesi
Grade 4 : erosi dan perdarahan> 3 daerah atau lebih dalam lambung
Grade 5 : sudah ada tukak lambung
VI. PENATALAKSANAAN
Pada pasien dengan disertai tukak, dapat diberikan diet lambung yang bertujuan untuk
memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung, mencegah
dan menetralkan asam lambung yang berlebihan serta mengusahakan keadaan gizi sebaik
mungkin. Adapun syarat diet lambung yakni:
Gambar 4. Alogaritma penatalaksanaan pada pasien yang menggunakan NSAID dan terdapat gejala
GastroIntestinal
Tiga strategi saat ini diikuti secara rutin klinis untuk mencegah kerusakan yang
disebabkan gastropati NSAID: (i) coprescription agen gastroprotektif, (ii) penggunaan
inhibitor selektif COX-2, dan (iii) pemberantasan H. pylori.
Gastroprotektif
Misoprostol
Misoprostol adalah analog prostaglandin yang digunakan untuk menggantikan secara lokal
pembentukan prostaglandin yang dihambat oleh NSAID. Menurut analisis-meta dilakukan
oleh Koch, misoprostol mencegah kerusakan GI: ulserasi lambung ditemukan dikurangi
secara signifikan dalam kedua penggunaan NSAID, kronis dan akut, sedangkan ulserasi
duodenum berkurang secara signifikan hanya dalam pengobatan kronis. Dalam studi-co
aplikasi mukosa misoprostol 200 mg empat kali sehari terbukti mengurangi tingkat
keseluruhan komplikasi NSAID sekitar 40%. Namun, penggunaan misoprostol dosis
tinggi dibatasi karena efek samping terhadap GI. Selain itu, penggunaan misoprostol tidak
berhubungan dengan pengurangan gejala dispepsia.
Sukralfat / antasida
Selain mengurangi paparan asam pada epitel yang rusak dengan membentuk gel pelindung
(sucralfate) atau dengan netralisasi asam lambung (antasida), kedua regimen telah
ditunjukkan untuk mendorong berbagai mekanisme gastroprotektif.
Sukralfat dapat menghambat hidrolisis protein mukosa oleh pepsin. Sukralfat masih dapat
digunakan pada pencegahan tukak akibar stress, meskipun kurang efektif. Karena diaktivasi oleh
asam, maka sukralfat digunakan pada kondisi lambung kosong. Efek samping yang paling banyak
terjadi yaitu konstipasi. Antasida diberikan untuk menetralkan asam lambung dengan
mempertahankan PH cukup tinggi sehingga pepsin tidak diaktifkan, sehingga mukosa
terlindungi dan nyeri mereda. Preparat antasida yang paling banyak digunakan adalah
campuran dari alumunium hidroksida dengan magnesium hidroksida. Efek samping yang
sering terjadi adalah konstipasi dan diare
H2-reseptor antagonis
Proton-pump inhibitor
Supressi asam oleh PPI lebih efektif dibandingkan dengan H2RA dan sekarang terapi
standar untuk pengobatan baik tukak lambung dan refluks gastro-esofageal-penyakit
(GERD). Jika diberikan dalam dosis yang cukup, produksi asam harian dapat dikurangi
hingga lebih dari 95%. Sekresi asam akan kembali normal setelah molekul pompa yang
baru dimasukkan ke dalam membran lumen. Omeprazol juga secara selektif menghambat
karbonat anhidrase mukosa lambung yang kemungkinan turut berkontribusi terhadap sifat
supresi asamnya. Proton Pump Inhibitor yang lain diantaranya lanzoprazol, esomeprazol,
rabeprazol dan Pantoprazol. Kelemahan dari PPI mungkin bahwa mereka tidak mungkin
untuk melindungi terhadap cedera mukosa di bagian distal lebih dari usus (misalnya di
colonopathy NSAID). Namun, dalam ringkasan, PPI menyajikan comedication pilihan
untuk mencegah NSAID-induced gastropathy.
Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi medikamentosa.
Indikasi operasi terbagi 3 yaitu :