Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RESPONSI BEDAH UMUM

Hernia Femoralis Sinistra

Pembimbing :

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 70 tahun
Alamat : Desa Sudimoroharjo, Wilangan
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS : 5 Februari 2015
Tgl pemeriksaan : 6 Februari 2015
Tanggal KRS : 10 Februari 2015
II. ANAMNESA
KELUHAN UTAMA
Nyeri pada benjolan di lipatan paha kiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada benjolan di lipatan paha kiri.

Benjolan muncul sudah 3 hari yang lalu dan saat ini baru terasa nyeri. Nyeri muncul

jika pasien mengejan dan batuk. Dan benjolan tidak dapat masuk spontan sudah 2

hari terakhir dengan perubahan posisi pun tidak dapat masuk. Pasien mengeluh

merasa kembung sejak kemarin pagi. Pasien juga mengeluh perut terasa sakit sejak

tadi pagi. Dan tidak bisa BAB sejak 2 hari yang lalu. Tidak bisa kentut juga sejak

tadi pagi.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah mengalami keluhan terdapat benjolan seperti ini sebelumnya,

riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus dan asma disangkal

RIWAYAT PENGOBATAN

1
Pasien mengaku belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya untuk keluhan

ini. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat


RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien mengaku jarang mengkonsumsi makanan yang berserat. Dan pasien mengaku

sering mengangkat-angkat hasil tani yang berat dimana pekerjaan pasien sebagai

petani.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Compos mentis ( GCS :456 )
Tensi : 150/120 mmHg
Nadi : 94 x/menit
RR : 32 x/menit
Suhu : 35,9c
Kepala-Leher
Jejas (-), Hematome (-)
Kepala : A(-) /I(-) /C(-) /D(-)
Pupil : isokor, 3mm/3mm, reflek cahaya +/+ normal
Leher : pembesaran kelenjar (-), massa (-)
Pembesaran vena jugularis (-)
Thorax
I : jejas (-), pergerakan dinding dada simetris
P : pergerakan nafas simetris
P : sonor +/+
A : cor : S1S2 tunggal, regular, Mur-mur (-), Gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
I : Flat, jejas (-), terdapat benjolan di inguinal sinistra
A : BU(+) N, pada benjolan terdengar suara bising usus
P : supel (+), nyeri tekan (-), H/L tak teraba, nyeri ketok CVA (-/-), ballotmen

(-/-), teraba masa(-) , benjolan mobile tapi sudah tidak bisa masuk (irreponible)
P : Thympani (+)

Extremitas
Akral hangat, oedem (-)
Status Lokalis Inguinal Sinistra :
Posisi terlentang :
Inspeksi : saat pasien mengejan tampak massa berukuran dengan diameter 4cm dan

bentuk bulat, warna massa sama dengan warna kulit, tidak ada tanda-tanda radang,
Palpasi :
Permukaan massa rata, konsistensi kenyal padat, fix, berbatas tegas, terdapat nyeri

tekan, fluktuasi (-), suhu massa sama dengan suhu kulit. Finger test (-), thumb test

(+), zieman test (+) pada jari ke IV.


Auskultasi : terdengar bising usus pada benjolan di inguinal sinistra.
2
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan serum tanggal 05 Februari 2015
SGOT 16,8 U/L (0,0-35,0 U/L)
SGPT 13,6 U/L (0,0- 45,0 U/L)
Glukosa Acak H 134 mg/dl (70-120 mg/dl)
Ureum H 56,0 mg/dl (18,0-40,0)
Creatinine 1,00 mg/dl (0,90-1,30)
Uric Acid 6,3 mg/dl (3,4-7,00 mg/dl)

Pemeriksaan hematologi tanggal 5 November 2014


Darah Rutin
Leukosit 10,50 (3,80-10,60)
Hitung jenis (Diff)
Neutrofil H 89,5 (40,0-70,0)
Limfosit L 7,4 (25,0-40,0)
Monosit 3,0 (3,0-10,0)
Eosinofil L 0,00 (2,0-4,0)
Basofil 0,1 (0-2)
Jumlah Eritrosit 5,14 (4,40-6,00)
Hemoglobin 14,4 (13,2-17,3)
Hematokrit 43,2 (40,0-52,0)
MCV 84,0 (80,0-100,0)
MCH 28,0 (26,0-34,0)
MCHC 33,3 (32,0-36,0)
Trombosit 320 (150-400)
RDW-SD 43,3 (37-54)
RDW-CV 14,4 (11,0-15,0)
PDW 10,5
MPV 9,8
P-LCR 22,9
PCT 0,31

Pemeriksaan EKG tanggal 6 Februari 2015

3
V. RESUME
Anamnesa
4
Pasien laki-laki umur 70 tahun dating ke IGD karena nyeri pada benjolan di lipatan

paha kiri. Benjolan muncul sudah 3 hari yang lalu dan saat ini pasien baru terasa

nyeri. Nyeri muncul jika pasien mengejan dan batuk. Dan benjolan tidak dapat masuk

spontan sudah 2 hari terakhir dengan perubahan posisi pun benjolan juga tidak dapat

masuk. Pasien mengeluh merasa kembung sejak kemarin pagi. Pasien juga mengeluh

perut terasa sakit sejak tadi pagi. Dan tidak bisa BAB sejak 2 hari yang lalu. Tidak

bisa kentut sejak tadi pagi. BAK lancar seperti biasanya. Saat anamnesa walaupun

pasien sudah tidur dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (Tredelenburg position)

benjolan belum bisa masuk kembali secara spontan. Pasien tidak pernah mengalami

keluhan terdapat benjolan seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku belum pernah

melakukan pengobatan sebelumnya untuk keluhan ini. Pasien mengaku jarang

mengkonsumsi makanan yang berserat. Dan pasien mengaku sering mengangkat-

angkat hasil tani yang berat dimana pekerjaan pasien sebagai petani.
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis Inguinal Sinistra :
Posisi terlentang :
Inspeksi : saat pasien mengejan tampak massa berukuran dengan diameter 4cm dan

bentuk bulat, warna massa sama dengan warna kulit, tidak ada tanda-tanda radang,
Palpasi :
Permukaan massa rata, konsistensi kenyal padat, fix, berbatas tegas, terdapat nyeri

tekan, fluktuasi (-), suhu massa sama dengan suhu kulit. Finger test (-), thumb test (+),

zieman test (+) pada jari ke IV.


Auskultasi : terdengar bising usus pada benjolan di inguinal sinistra.
Pemeriksaan serum didapatkan :
Glukosa Acak H 134 mg/dl (70-120 mg/dl)
Ureum H 56,0 mg/dl (18,0-40,0)

Pemeriksaan hematologi didapatkan :


Neutrofil H 89,5 (40,0-70,0)
Limfosit L 7,4 (25,0-40,0)
Eosinofil L 0,00 (2,0-4,0)

VI. DIAGNOSA
Hernia Femoralis Sinistra Irreponible
VII. PENATALAKSANAAN DI IGD
5
- infus RL
- Pasang DC
- Injeksi Ceftriaxone 1 amp
- Injeksi Ranitidine 1 amp
- Injeksi Ketorolac 30mg 1 amp
- injeksi Metronidazole 1 amp
-Injeksi Diazepam amp
-Cek DL + Diff. Count
PENATALAKSANAAN PRA OP :
Planning Diagnosa : Lab lengkap, EKG
Planning terapi : Pro Repair Hernia
LAPORAN OPERASI :
Diagnosa Pra Bedah : Hernia Femoralis Sinistra Inkarserata
Diagnosa Pasca Bedah : Hernia Femoralis Sinistra Inkarserata
Jenis Anastesi : SAB
Tindakan : Herniotomi dan Herniorafi
PENATALAKSANAAN POST OP :
Terapi post op dr. Heru Sulistyo, Sp.B :
-Infus RL / D5 2:1
-Injeksi Ceftriaxone 2 x1
-Injeksi Norages 3x10mg
-Injeksi Ranitidin 2x1
Post op dengan SAB :
Advice dr. Christanto N.,Sp.An :
-baring pakai bantal selama 24 jam
-boleh miring-miring dan langsung minum sedikit-sedikit
-bila TD < 90mmHg beri inj. Ephedrin 10 mg IV diencerkan
-analgesik TS Bedah. Bila masih nyeri : extra drip Tramadol 50 mg.
VIII. RIWAYAT PERKEMBANGAN PASIEN
1. Tanggal 06 Februari 2015
S : Perut terasa kembung, dan sakit, tidak bisa flatus selama 3 hari, dan sudah

tidak bisa buang air besar selama 3 hari.


O : Ku : Cukup ; Kesadaran : Compos Mentis; GCS : 4-5-6
T : 150/90 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 28 x/menit
t : 36,4 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), Gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abd :
I : tampak ada massa didaerah inguinal sinistra, terpasang DC dengan volume

urin : 500cc dan warna urin seperti the


A : terdengar bunyi BU (+) pada massa
P : redup
P : konsistensi massa keras, nyeri tekan (-) pada massa, dan massa tidak bisa

masuk keluar.
6
Eks : akral hangat, oedem (-)
RT : - ampula recti nya meningkat
-teraba feces
-teraba massa di superior sinistra dan massa teraba keras

A : Ileus Obstruktif ed causa Hernia Femoralis Sinistra Inkaserata

P : - infus RL/D5 2:1

- injeksi Ceftriaxone 2x1

- injeksi Metronidazole 3x1

- injeksi ranitidin 2x1

- puasa

- ECG

-konsul dr.Heru,Sp.B :

Pro repair Hernis femoralis sinistra inkaserata CITO dan konsul anastesi

Tanggal 7 Februari 2015

S : nyeri perut pada benjolan sudah banyak berkurang hanya sedikit nyeri jika

dibuat batuk, Batuk tidak bisa mengeluarkan dahak, sudah flatus, kembung (-),

BAK (+) lancar, BAB (-)


O:
Ku : baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 160/100 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-), terpasang nasal kanul
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abd : flat, supel, BU (+) N
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : Hari I post Repair Hernia Femoralis Sinistra Inkaserata

P: - infus RL/D5 2:1

- injeksi Ceftriaxone 2x1

- injeksi Metronidazole 3x1


7
- injeksi ranitidin 2x1

- syrup Bisolvon 3xCI

- Diet cair besok MA

- observasi TTV

2. Tanggal 8 Februari 2015


S : nyeri pada bekas operasi saat dibuat batuk, batuk (+), flatus (+), pusing (-),

BAK (+), BAB (-), kembung (-)


O:
Ku : Baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 150/90 mmHg
N : 104 x/menit
RR : 32 x/menit
t : 36,4 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abd :
I : terpasang kasa di daerah inguinal sinistra, terpasang DC dengan VU:

150cc, terpasang NGT dengan volume 380 cc berwarna bening kekuningan

bercampur dahak dan lendir tanpa disertai adanya darah.


A : BU (+)
P : nyeri tekan (-)
P : redup
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : Hari ke II post repair hernia femoralis sinistra inkaserata

P : - infus RL/D5 2:1

- injeksi Ceftriaxone 2x1

- injeksi Metronidazole 3x1

- injeksi ranitidin 2x1

- syrup Bisolvon 3xCI

- Diet MA

- observasi TTV

3. Tanggal 9 Februari 2015

8
S : nyeri pada perut sudah berkurang, dan jika dipakai untuk batuk terasa nyeri

sudah agak berkurang, flatus (+), batuk (+), BAK (+), kembung (-), BAB belum
O:
Ku : baik , Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 160/90 mmHg
N : 68 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 35,8 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abd :
I : terpasang kasa di daerah inguinal sinistra, terpasang DC dengan VU:

300cc, terpasang NGT dengan volume 110 cc berwarna bening kekuningan

tanpa disertai adanya darah.


A : BU (+)
P : nyeri tekan (-)
P : redup
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : Hari ke III repair hernia femoralis sinistra inkaserata
P:
- rawat luka dan aff NGT
- Syrup Ambroxol 3 x CI
- Ciprofloxacin 2xI
- Asam Mefenamat 3xI
-Diet ML
-Observasi TTV

4. Tanggal 10 Februari 2015


S : nyeri pada bekas operasi saat pasien batuk masih sedikit, batuk berdahak (+),

flatus (-), kembung (-), belum BAB


O:
Ku : baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 150/80 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 35,7 c
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), gallop(-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abd :
I : terpasang kasa di daerah inguinal sinistra, terpasang DC dengan VU:

500cc,
A : BU (+)
9
P : nyeri tekan (+) pada daerah lumbal sinistra, tidak ada pembesaran
P : redup
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : Hari ke IV post repair hernia femoralis sinistra inkaserata
P : - Syrup Ambroxol 3 x CI
- Ciprofloxacin 2xI
- Asam Mefenamat 3xI
- Rawat luka
- KRS dengan DC
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Definisi Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi suatu rongga malalui lubang.
Hernia adalah penonjolan isi perut dalam rongga yang normal melalui suatu defek. Pada
lansia dan muskuloaponelirotik di dinding perut, baik secara kongenital atau yang di dapat
memberi jalan keluar dari setiap alat tubuh yang biasa melalui dinding tersebut. Hernia
femoralis sinistra adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Berdasarkan definisi
diatas, dapat disimpulkan bahwa Hernia femoralis sinistra adalah suatu keadaan menonjolnya
isi suatu rongga melalui lubang, penonjolan isi perut dalam rongga yang normal melalui suatu
defek. Pada lansia dan muskuloaponelirotik di dinding perut, baik secara kongenital atau
yang di dapat memberi jalan keluar dari setiap alat tubuh yang biasa melalui dinding tersebut
penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang berisi bagian-bagian tersebut.

B. ANATOMI
Epigastric adalah nama yang diberikan ke bagian atas tengah perut, dan terletak di antara dua
wilayah yang disebut kiri dan kanan hipokondria. Bagian perut tengah meliputi lumbal kiri,
pusar, dan daerah lumbal kanan. Bagian bawah terdiri ileae kiri, wilayah hipogastrikus, dan
ileae yang tepat. Metode ini membagi dan mengklasifikasikan daerah berguna karena
memberikan dokter dan ahli bedah dengan cara tepat merekam gejala pasien, dan
menemukan struktur dalam tubuh.
Umbilikal adalah titik pada perut di mana tali pusat bergabung dengan perut janin. Pada
kebanyakan orang dewasa itu ditandai oleh depresi. Dalam beberapa orang hal ini ditandai
dengan tonjolan kecil dari kulit. Ini mengganggu alba linea sekitar tengah jalan antara
kedudukan8 infrasternal dan simfisis pubis. Hal ini terletak di tingkat parak dari ketiga dan
vertebra lumbalis keempat. Juga disebut pusar. Inguinal adalah berhubungan dengan, atau

10
terletak di daerah pangkal paha atau di salah satu daerah lateral yang terendah dari perut.
Femoral adalah besar arteri di paha. Ini di mulai pada ligamentum inguinalis / kepala
femoral . Di segmen ini, ia juga disebut arteri femoralis dan memberikan arteri femoralis
yang mendalam, yang menyediakan darah ke paha. Setelah percabangan arteri femoralis yang
mendalam, hal itu disebut arteri femoralis superfisial dalam bahasa klinis, karena tentu saja
superfisialnya.

Regio inguinalis:
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan
bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis
m. Obligus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya
terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum
pada perempuan.

Gambar 1. Kanalis inguinalis

Kanalis femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen
ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal
(ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia
femoralis.
11
Gambar 2. kanalis Inguinalis
C. ETIOLOGI
Etiologi Menurut Oswari (2000), hernia dapat terjadi karena ada sebagian rongga dinding
lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan (congenital) atau keadaan
yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi
karena sewaktu bayi lahir karena tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih
terbuka. Hernia Femoralis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang
perempuan. Pada faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain
itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu (Sjamsuhidajat 2000). Demikian pula hernia diafragmatika, hernia
dapat diawasi pada anggota keluarga, misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering
terjadi pula pada anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah,
manusia unsur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerja angkat berat
yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut.

D. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan proses terjadinya, hernia terbagi atas :
1) Hernia Inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha.
2) Hernia Femoralis adalah hernia isi perut yang nampak di daerah fosa femoralis.
3) Hernia Umbilicus adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.
4) Hernia Diafragma adalah hernia isi perut yang masuk melalui diafragma ke dalam rongga
dada.

12
5) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dalah hernia yang terjadi pada sumsum tulang belakang.

a. Hernia dapat pula dibagi berdasarkan dapat tidaknya isi hernia masuk kembali :
1) Hernia Reversible adalah bila isi hernia dapat keluar masuk.
2) Hernia Irreversible adalah bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam.
3) Hernia Strangulata adalah Penjepitan isi kantong menyebabkan gangguan vaskularisasi,
terjadi oedem bendungan nekrosis
Obstruksi usus (+)
4) Hernia Inkaserata adalah isi hernia terjepit oleh cincin dimana isi kantong tidak dapat
kembali ke abdomen dan timbul gangguan pasase (menyumbat). Obstruksi usus (+) karena
adanya penjepitan.

b. Hernia dapat pula di bagi berdasarkan dapat tidaknya terlihat dari luar :
1) Hernia Interna adalah hernia terjadi didalam rongga badan, misal : hernia diafragma.
2) Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar sehingga tampak dari luar.

c. Pembagian menurut isi :


1) Hernia Adipose adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
2) Hernia Littre adalah hernia inkarsetara atau strangulata yang sebagian dinding ususnya saja
terjepit didalam cincin hernia.
3) Sliding Hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding kantong hernia.
4) Hernia Scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.

Manifestasi hernia femoralis sinistra meliputi :


1. Tampak benjolan di lipat paha.
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
3. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
diatasnya menjadi merah dan panas.
4. Hernia femoralis kecil kemungkinan berisi kandung hingga menimbulkan gejala sakit
kencing (dysuria) disertai hematuria (kencing darah) di samping benjolan di bawah sela paha.
5. Hernia diafragma menimbulkan perasaan sakit di daerah perut dissertai sesak nafas.
6. Bila pasien mengejan atau batuk, maka benjolan hernia akan bertambah besar.

13
E. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya hernia terjadi akibat dari kekuatan integritas otot dinding abdomen dan terjadi
peningkatan tekanan intra abdomen. Kerusakan atau kelemahan otot-otot dinding abdomen,
karena kelemahan college atau pelebaran tempat dari lubang ligament inguinal, kelemahan ini
biasa terjadi karena proses penuaan. Peningkatan intra abdomen dapat menyebabkan dinding
abdomen menjadi lemah. Oleh karena itu dapat mengakibatkan penurunan isi abdomen ke
dalam rongga tubuh seperti halnya pada skrotum. Penurunan isi abdomen tersebut disebabkan
oleh banyak hal diantaranya yaitu pekerjaan berat, batuk yang menahun. Hal tersebut akan
mempermudah masuknya masa abdomen kedalam rongga tubuh, sehingga menjadi hernia
atau penonjolan suatu organ tubuh sehingga tidak terjepit akan menimbulkan rasa sakit di
daerah terdapatnya benjolan tersebut yang juga menimbulkan rasa mual dan apabila batuk,
mengejan hernia akan bertambah besar.
Hernia femoralis ini umumnya terjadi pada perempuan tua,keluahan biasanya benjolan di
lipatan paha. Sering pasien dating dengan keluhan sudah strangulate. Hernia ini masuk
melalui annulus femoralis ke dalam kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha. Hernia femoralis keluar melalui lacuna vasorum kaudal ligamentum inguinale. Keadaan
ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Hernia Femoralis sebagai berikut :
1. Dilakukan tindakan operasi dengan jalan menutup lubang hernianya.
2. Pemberian antibiotic sesuai dengan dosis. Bilangan operasi disertai dengan pemotongan
(sekresi usus), pasien dipuaskan selama 48-72 jam.
3. Pasien diberi infus yang mengandung protein (asam amino), vitamin dan mineral yang
cukup.
4. Setelah pasien sadar dan tidak muntah, ditidurkan dengan posisi setengah duduk (semi
fowler).

G. KOMPLIKASI
Tergantung dari isi hernia (kondisi). Bila inkarserata sumbatan ileus obstruktif
Jepitan usus menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
Bendungan vena oedema transudasi ke kantong hernia pembuluh darah terjepit
nekrosis abses lokal dan akhirnya bisa terjadi fistel ataupun peritonitis

14
Gambaran klinik obstruksi usus gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit/ asam basa
Strangulasi toksik, nyeri hebat menetap, panas tinggi

Diagnosis banding hernia femoralis antara lain limfadenitis yang sering di sertai tanda radang
lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus atau kulit tubuh kaudal
dari umbilikus. Lipoma kadang tidak jarang dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis. Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara
vena safena magna dengan atau tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa
ovalis lunak. Ketika batuk atau mengedan benjolan variks membesar dengan gelombang dan
mudah dihilangkan dengan tekanan. Abses dingin yang berasal dari spondilitis
torakolumbalis dapat menonjol di fosa ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan strangulasi
yang telah mengalami gangguan vitalitas isi hernia, memberikan gambaran nyata yang keluar
adalah isi usus bukan nanah. Untuk membedakannya, perlunya diketahui bahwa munculnya
hernia erat hubungannya dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang
disertai dengan peninggian tekanan intraabdominal. Sedangkan penyakit lain seperti torsio
testis atau limfadenitis femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian. Terapi yang
dilakukan pada penderita hernia femoralis adalah operasi. Pada umumnya hernia femoralis
cenderung untuk menjadi inkarserasi dan strangulasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC . 1997.523-
538. 5.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi ke- 3,
Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.313-317 7.
3. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. 1994.228-245. 8.
4. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah, edisi
VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.

16

Anda mungkin juga menyukai