Anda di halaman 1dari 5

3.1.

Kasus 1
Seorang pasien laki-laki berusia 28 tahun datang ke Klinik Mulut dan Maksilofasial
Bedah, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga mengeluh bahwa ia tidak bisa membuka
mulutnya . Menurut pasien kondisi ini telah berlangsung selama 20 tahun yang tidak lama terjadi
setelah ia mendapat kecelakaan lalu lintas di delapan tahun . Dia dirawat di rumah sakit selama
penjahitan ke sisi kanan kepala dan dagunya dibuat . Sejak itu membuka mulutnya dibatasi dan
kondisi memburuk yang pada akhirnya ia benar-benar tidak dapat membuka mulutnya . Dia telah
di diet cair hingga saat ini .
Pemeriksaan klinis menunjukkan asimetri wajah dengan area besar jaringan parut pada daerah
zygomatic dan preauricular kanannya , retrognathism mandibula , dan trismus berat ( Gambar
1 ). Pemeriksaan intraoral sulit untuk dilakukan karena adanya trismus tersebut. Panoramic x ray menunjukkan ankilosis sendi temporomandibular kanan sedangkan sendi normal tampak
dengan kehadiran ruang sendi ( Gambar 2 ). CT scan kepala menggambarkan hilangnya struktur
normal dari sendi temporomandibular yang tepat menunjukkan daerah penulangan besar di
kawasan ini ( Gambar 3 ). Diagnosis dibuat adalah ankilosis tulang dari sendi
temporomandibular yang tepat.

3.2. Kasus 2
Pasien seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke klinik spesialis prostodonsia FKG
UI dengan keluhan utama sendi sebelah kanan pegal bila buka mulut lebar terutama pada waktu
makan, tertawa dan banyak bicara. Keluhan lainnya berupa nyeri kepala, adanya rasa
tertarik/tegang pada daerah dahi, serta nyeri otot yang menyebar di daerah punggung atas. Dari
hasil anamnesa diketahui bahwa pasien telah memiliki kebiasaan mengunyah hanya di sisi kiri
sejak kecil (kurang lebih 20 tahun yang lalu). Bunyi pda kedua sendi telah dirasakan pasien
kurang lebih 7 tahun yang lalu, sedangkan nyeri otot di daerah punggung atas dan nyeri kepala
baru dirasakan pasien kurang lebih 2 minggu yang lalu. Nyeri kepala akan hilang bila
diminumkan obat sakit kepala. Pasien sering tidak tahu bagaimana posisi oklusi gigi yang benar
terutama sehabis membuka mulut lebar. Selain itu pasien juga mengalami kesulitan
menggerakkan rahang bawahnya sehabis bangun tidur.

Dari pemeriksaan klinis ditemui bunyi klik pada kedua sendi pada waktu membuka dan
menutup mulut tetapi tanpa disertai rasa nyeri. Dijumpai juga adanya gerak terbatas pada rahang
bawah. Pada palpasi otot ditemui adanya rasa pegal/tidak nyaman pada otot pterygoid lateralis
sebalah kanan. Pada pemeriksaan gerak mandibular pasien mampu membuka mulutnya sampai
45mm, namun hanya 27mm pertama alur buka mulut pasien berada pada satu garis lurus,
selebihnya alur buka mulut berada di luar garis lurus/terdapat deviasi ke arah kanan (gambar 1).
Deviasi ke arah kanan ini terjadi baik ketika membuka maupun menutup mulut tanpa disertai
oleh rasa nyeri. Gerak lateral kiri maksimum 11mm, gerak lateral kanan maksimum 15mm,
overjet 3mm, serta crossbite pada sisi kiri sebesar 4mm pada gigi 35.
Hasil analisis intraoral menunjukkan gigi 26 dan 46 hilang., maloklusi gigi kelas II dan
tingkat keausan gigi pasien sedang. Pasien juga ternyata memiliki kebiasaan buruk tongue thrust.
Pemeriksaan radiografik yang dilakukan berupa foto panoramic dan foto transkranial.
Pada foto panoramic didapatkan gambaran adanya sisa akar pada gigi 28, kehilangan gigi 46, dan
tidak ditemui gambaran kelainan pada daerah kedua kondilus. Dari hasil foto transkranial,
puncak eminensia sendi sebelah kiri tampak lebih rata daripada puncak eminensia sebelah kanan,
serta tidak dijumpai adanya kelainan posisi kondilus kiri maupun kanan pada waktu mulut
tertutup, rileks dan terbuka.
3.3. Diskusi Kasus 1
Kasus ini dilakukan pembedahan dengan gap artroplasti dari sendi temporomandibular
dengan anestesi umum. Trakeostomi dilakukan pre - operatif jika intubasi sulit untuk dilakukan.
sayatan preauricular dibuat dan luka diperdalam lapis demi lapis sampai tulang condylar
ankylotic ditemukan. Sebuah bur digunakan untuk membuat kesenjangan antara badan
mandibula dan tulang ankilosis selebar 1 cm. Yang dihasilkan dari tepi kasar yang dihaluskan
dengan menggunakan Rongeurs tang dan berkas tulang. Menggunakan Heister mulut, pembuka
mulut mampu membuka sekitar 3 cm dan dipertahankan setelah itu. Mersilen mesh digunakan
dalam gap dan dijahit ke otot. Sebuah saluran Redon ditempatkan dan jahitan dengan Vicryl 4.0
yang digunakan untuk menutup luka di lapisan. Sebuah benang jahit nylon 5.0 digunakan untuk
menutup kulit.
Pasien tidak punya keluhan spesifik setelah prosedur pembedahan. The Heister dipertahankan
selama dua hari setelah operasi untuk menjaga mulut terbuka selama dua hari untuk mencegah

terulangnya trismus disebabkan oleh otot-otot kejang. Tiga hari pasca operasi, tabung
trakeostomi diambil dan Redon saluran diambil pada hari keempat.
pasien keluar dari rumah sakit setelah pelepasan drain. Pasca operasi panorama x - ray
diambil pada hari ia meninggalkan rumah sakit, hasil yang jelas menunjukkan kesenjangan yang
berada di daerah leher subcondylar kanan ( Gambar 4 ). Pasien diinstruksikan untuk terus latihan
membuka mulut menggunakan Heister selama 6 bulan. Jahitan kulit dihilangkan di hari ketujuh.
Tiga minggu setelah operasi pasien datang kembali dengan kondisi kesehatan umum yang baik
dan mampu membuka mulutnya normal ( Gambar 5 ).
3.4. Diskusi Kasus 2
Pada kunjungan pertama, pasien diberitahu tentang kondisi klinis yang dideritanya
kemungkinan penyebab timbulnya keluhan subyektif dan rencana perawatan yang akan
dilakukan. Pasien dapat mengerti penjelasan itu dan sangat antusias dalam mengikuti instruksi
yang diberikan. Sebelumnya pasien dibuat ikut merasakan bunyi sendi pada kedua sisi TMJ-nya
dan melihat pada cermin refleksi deviasi gerak buka dan tutup rahang bawahnya.
Penyebab utama timbulnya TMD pada kasus ini adalah mikrotrauma. Kelelahan otot
timbul akibat pemakaian yang berlebihan selama bertahun-tahun. Besar kemungkinan otot
pengunyahan mengalami kelebihan beban fungsional hingga melewati batas toleransi structural
dan menimbulkan gangguan pada sendi temporomandibula. Nemun ada kemungkinan juga
gangguan telah menyebabkan kerusakan secara structural mengingat pemakaian struktur
pengunyahan yang salah satu telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun.
Meskipun pasien juga memiliki kebiasaan parafungsi lain berupa tongue thrust, namun
beban otot yang berlebih akibat kebiasaan mengunyah hanya pada satu sisi selama kurang lebib
20 tahun dianggap lebih dominan menyebabkan timbulnya keluhan gangguan sendi
temporomandibula pada pasien ini. Latihan otot rahang dilakukan dengan maksud
mengembalikan aktifitas normal otot-otot pengunyhn pasien serta menghilangkan rasa sakit.
Pada kunjungan kedua satu minggu kemudian, seluruh keluhan utama pasien hilang,
yaitu rasa pusing, kaku otot, dan pasien dapat membuka mulut lebar tanpa disertai rasa sakit.
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa pada kedua sendi rahang sudah tidak ditemui lagi
bunyi sendi dan nyeri.

Pada kunjunga ketiga, dua minggu sejak kunjungan pertama seluruh keluhan utama
pasien hilang, pasien dapat membuka mulut dengan lebar tanpa deviasi, tidak ada nyeri maupun
bunyi pada kedua sendi, palpasi otot pun negative, buka mulut maksimum pasien 37 mm. lateral
kanan maksimum 15mm, lateral kiri maksimum 12mm dan protusif maksimum 10mm
kesemuanya tanpa disertai rasa sakit, deviasi sudah ditemukan lagi.
Pada kunjungan keempat, tiga minggu sejak kunjungan pertama, hasil yang diperoleh
masih tetap sama, semua keluhan utama telah hilang hanya terdapat variasi pada hasil
pemeriksaan gerak mandibula. Pasien mulai membiasakan diri mengunyah di kedua sisi. Pasien
juga di instruksikan untuk terus melakukan latihan rahang, mengunyah pada kedua sisi dan
control ulang 6 bulan kemudian atau segera setelah timbul keluhan lainnya.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan Kasus 1


Kesimpulannya,

ankilosis

sendi

temporomandibulardan

gangguan

pertumbuhan

mandibula dapat terjadi sebagaikomplikasi fraktur condylar pada anak-anak. Tanda pertama dari
masalah yang signifikan mungkin adalah keterbatasan dalam membuka rahang. Diagnosis dini,
pengobatan yang baik dan pasca operasi fisioterapi dari sendi temporomandibular harus
dilakukan untuk mencapai pembukaan mulut yang optimal sebaik mungkin untuk menghindari
terulangnya trismus .
4.2. Kesimpulan Kasus 2
Terapi latihan rahang terbukti sangat memadai dalam membawa perbaikan fungsional
system pengunyahan pada pasien ini. Hasil yang memuaskan dapat diperoleh bila latihan rahang
dilaksanakan secara teratur dan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai