Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leimioma atau mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma,

ataupun fibroid, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan

jaringan ikat yang menumpangnya.1

Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, kejadiannya lebih tinggi pada

usia diatas 35 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun,

menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Di Indonesia angka

kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87% dari semua penderita ginekologi

yang dirawat.1,2

Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan banyak

problem termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas.

Memang, perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling

banyak untuk dilakukan histerektomi. Hal ini menimbulkan masalah besar dalam

kesehatan dan terapi yang paling efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali

informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri.1,2,3,4

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang mioma uteri dan perbandingan antara teori dengan kasus
nyata mioma uteri.

1
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang mioma uteri yang mencakup:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Gambaran mikroskopis
e. Perubahan sekunder
f. Diagnosis
g. Komplikasi
h. Penalaksanaan
i. Prognosis
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata mioma uteri yang
terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang mioma uteri.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca mengenai
mioma uteri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Leiomioma atau mioma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot

polos uteri dan jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai

fibromioma, leiomioma, fibroid.1

Etiologi

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma

uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada

usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga

penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.1

Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai

mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak

sekali mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth

factor 1 (IGF-1). Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi

somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada

kromosom, baik secara parsial maupun secara keseluruhan.2,5

Klasifikasi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya

adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah

pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa,

3
mioma intramural, mioma subserosa, dan mioma intraligamenter. Jenis mioma uteri

yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%), submukosa

(6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).1,2

1. Mioma submukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di

jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum

memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering

memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat

diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal

sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada

mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma

submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke

vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang

mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan

mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.6

2. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan

tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang

mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka

uterus akan mempunyai bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat.

Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan

4
menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan

keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus

diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan

ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali

ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat

menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk

bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas

otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern)

dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena

pertumbuhan sarang mioma ini.

5
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri

Gambaran Mikroskopik

Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya.

Pada pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai sel-sel otot polos panjang, yang

membentuk bangunan yang khas sebagai kumparan. Inti sel juga panjang dan

bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk

polihedral dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada pemotongan

longitudinal inti sel memanjang, dan ditemukan adanya mast cells diantara serabut

miometrium sering diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa (giant cells).1,3,4

6
Perubahan Sekunder

1. Atrofi.

Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi

kecil.

2. Degenerasi hialin.

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau

hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut

otot dari kelompok lainnya.

3. Degenerasi kistik.

Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair,

sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat

juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai

limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista

ovarium atau suatu kehamilan.

4. Degenerasi membatu.

Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam

sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma

menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

5. Degenerasi merah.

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis

diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada

7
pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah

disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas

apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai emesis dan haus, sedikit demam

dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan

klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma bertangkai.

6. Degenerasi lemak.

Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang

lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.6

Diagnosis

Diagnosis mima uteri ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.

- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.

- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

2. Pemeriksaan fisik

- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor

tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.

- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.

3. Gambaran Klinis

Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang

terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :

8
a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)

b. Perut terasa penuh dan membesar

c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)

Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika

terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang

bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian

sel) dari mioma. Gejala lainnya adalah:

- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih

menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran

ginjal)

- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan

konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus

- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat,

luka, dan infeksi. Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta

kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan pelvis (rongga

panggul)7

4. Pemeriksaan luar

Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat

terbatas atau bebas.

5. Pemeriksaan dalam

Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau

bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

9
6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma.

Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.

Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus

menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit

ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian

tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan

keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan

ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi

uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak

dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa

jaringan.

Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada

beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih

lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.

Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis

serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. Histerografi dan histeroskopi untuk

menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas. Laparaskopi untuk

mengevaluasi massa pada pelvis.

10
Komplikasi

1. Perdarahan sampai terjadi anemia.

2. Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya

0,32 0,6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50 75 % dari semua sarkoma

uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus

yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri

cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause.2,3

3. Torsi. Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada

semua bentuk mioma tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa

pendinkulata.

Diagnosis Banding

Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor ovarium yang

solid, atau kehamilan uterus gravidus. Sedangkan pada mioma submucosum yang

dilahirkan diagnosa bandingnya adalah inversio uteri. Kemudian, pada mioma

intramural, diagnosa bandingnya adalah adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma

korporis uteri atau sarcoma uteri. 1,2,3,4

11
Penatalaksanaan

Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan,

keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran

lokasi serta jenis mioma uteri itu sendiri.

1. Konservatif

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun

medikamentosa terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan

gangguan atau keluhan. Penanganan konservatif, bila mioma yang kecil pada pra dan

post menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

- Pemberian zat besi.

- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi

setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan

menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan

keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode

postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi

dalam 12 minggu.

- Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena

memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama

pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.

12
- Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek

terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian

progestin dan levonorgestrol intrauterin.

2. Pengobatan Operatif

Penanganan operatif, bila:

- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.

- Pertumbuhan tumor cepat.

- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.

- Hipermenorea pada mioma submukosa.

- Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :

a. Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau

mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,

efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila

ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga

dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan

tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi

menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,

kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.

13
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists

(ACOG) adalah sebagai berikut :

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.

Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan

keguguran yang berulang.

b. Histerektomi

Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang

memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG

untuk histerektomi adalah sebagai berikut:

Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar

dan dikeluhkan olah pasien.

Perdarahan uterus berlebihan :

Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih

dari 8 hari.

Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :

Nyeri hebat dan akut.

Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.

Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak

disebabkan infeksi saluran kemih.

14
c. Penanganan Radioterapi

- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).

- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.

- Bukan jenis submukosa.

- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.

- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.

- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.

Prognosis

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi

yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus

endometrium, maka diharuskan SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh

kembali setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan

tindakan lebih lanjut.11

15
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. GN
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Samarinda Seberang
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 28 Desember 2016, pukul 14.45 WITA
b) Keluhan Utama:
Nyeri bagian bawah abdomen hingga menembus ke bagian belakang sejak
satu setengah bulan yang lalu.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri bagian bawah abdomen hingga
menembus ke bagian belakang sejak satu setengah bulan yang lalu. Nyeri
seperti tertusuk dirasakan semakin hari semakin memberat terutama saat
beraktifitas. Keluhan menstruasi (-), perdarahan (-). BAB (+), BAK (+).
d) Riwayat Haid
Menarche pada usia 15 tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid : ganti
pembalut 2-3 kali sehari.
e) Riwayat Pernikahan
-
f) Riwayat Obstetri
-

16
g) Riwayat Penyakit Dahulu
-
h) Riwayat Penyakit Keluarga
-
i) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
-
3.2 Pemeriksaan Fisik
a) Berat badan : 73 kg
b) Tinggi badan : 151 cm
c) Keadaan umum : Sedang
d) Kesadaran : composmentis (E4V5M6)
e) Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 96 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36 0C
f) Status generalisata
Kepala / leher : mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris dextra=sinistra
Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan ICS 2 parasternal line dextra

17
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat (+)
g) Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi : Tampak masa di abdomen regio pubis, striae (-)
2) Palpasi : Teraba massa di abdomen region pubis, ukuran diameter
6 cm, terfiksir, padat dan berbatas tegas, nyeri tekan
abdomen regio pubis (+)
3) Inspekulo : Tidak dilakukan
4) Vaginal Tocher : Tidak dilakukan
3.3 Pemeriksaan Penunjang
- Dilakukan pemeriksaan USG
Didapatkan Kesan:
Lesi hiperechoic di fundus uteri mengesankan massa di uterus suspek
leiomioma
Kista ovarium dextra dengan diameter 1, 86 cm
- Laboratorium:
Hb : 12,8 mg/dl
L : 12.200
PLT : 445.000
HT : 37,0 %
BT : 2
CT : 10
GDS : 79
SGOT :18
Ca 125 :4,53
HbsAg : Non Reaktif
HIV/AIDS : Non Reaktif

18
3.4 Diagnosis di Ruangan
Leiomioma Uteri
1.5. Diagnosis Post Operatif
Post Total Histerektomi + Salpingooforektomi Dextra atas indikasi Leiomioma
Uteri + Kista Ovarium Dextra
3.6 Penatalaksanaan
Laparotomi dengan tindakan Histerektomi Total dan Salpingooforektomi
Dextra
3.7 Follow Up
Rencana tindakan dan
Tanggal Follow up
Penatalaksanaan
28/12/2016 Menerima pasien dari poli kandungan
14.45 S: Nyeri perut bagian bawah tembus ke P:
belakang. Asam mefenamat 3x500mg
O : KU Sedang, Komposmentis tablet
TD: 110/80 mmHg, HR: 80x/mnt Biosanbe 1x1 tablet
RR:18x/mnt, Temp: 35,8C
Teraba massa (+) dan nyeri tekan (+)
pada abdomen regio supra pubis.
A : Leiomioma Uteri
29/12/2016 S: Nyeri perut bagian bawah tembus ke P:
08.00 belakang. Asam mefenamat 3x500 mg
O : KU Sedang, Komposmentis tablet
TD: 120/70 mmHg, HR: 82x/mnt Rencana laparotomi tanggal
RR:18x/mnt, Temp: 35,8C 16/9/2016
Teraba massa (+) dan nyeri tekan (+) Persiapan usus:
pada abdomen regio supra pubis. - Diet Bubur Kecap
A : Leiomioma Uteri - Dulcolax sup II (jam
22.00 WITA dan 05.00

19
WITA)

30/12/2016 Pasien diantar ke OK Instalasi Bedah


09.00 Sentral
16.00 Pasien dipindahkan ke Ruang Mawar P:
S: Nyeri luka post op (+) IVFD Futrolit 20 tpm
O : KU Sedang Drip Tramadol 3x1 amp dalam
TD: 110/80 mmHg, HR: 78x/mnt Futrolit 20 tpm
RR:20x/mnt, Temp: 36,5C Inj. Ceftriaxone 2x1gram
Distensi abdomen (-), luka op tertutup Inj. Santagesic 3x1gram
kassa (+), rembes (-) Inj. Ranitidin 2x1 ampul IV
A : Post Total Histerektomi + Cek DL post op
Salpingooforektomi Dextra atas indikasi Puasa sampai peristaltik (+),
Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra flatus
Observasi tanda-tanda vital dan
perdarahan
22.00 S: Nyeri luka post op (+)
O : KU Sedang
TD: 120/80 mmHg, HR: 78x/mnt
RR:20x/mnt, Temp: 36,5C
A : Post Total Histerektomi +
Salpingooforektomi Dextra atas indikasi
Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra
31/12/2016 S: Nyeri luka post op (+) P:
08.00 O : KU Sedang IVFD Futrolit 20 tpm
TD: 130/90 mmHg, HR: 78x/mnt Drip Tramadol 3x1 amp dalam
RR:20x/mnt, Temp: 36,5C Futrolit 20 tpm
Distensi abdomen (-), perkusi: timpani, Inj. Cefotaxime 2x1gram
Bising usus (+), luka op tertutup kassa (+), Inj. Santagesic 3x1gram

20
rembes (-) Inj. Ranitidin 2x1 ampul IV
A : Post Total Histerektomi + Diet Bubur Tinggi Karbohidrat
Salpingooforektomi Dextra atas indikasi Tinggi Protein
Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra
16.00 S: Nyeri luka post op (+)
O : KU Sedang
TD: 130/80 mmHg, HR: 78x/mnt
RR:20x/mnt, Temp: 36,5C
A : Post Total Histerektomi +
Salpingooforektomi Dextra atas indikasi
Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra
22.00 S: Nyeri luka post op (+)
O : KU Sedang
TD: 130/80 mmHg, HR: 78x/mnt
RR:20x/mnt, Temp: 36,5C
A : Post Total Histerektomi +
Salpingooforektomi Dextra atas indikasi
Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra
1/1/2017 S: Nyeri luka post op (+) menurun P:
O : KU Sedang IVFD Futrolit 20 tpm
TD: 130/80 mmHg, HR: 80x/mnt Drip Tramadol 3x1 amp dalam
RR:20x/mnt, Temp: 36,2C Futrolit 20 tpm
A : Post Total Histerektomi + Inj. Cefotaxime 2x1gram
Salpingooforektomi Dextra atas indikasi Inj. Santagesic 3x1gram
Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra Inj. Ranitidin 2x1 ampul IV
Diet Bubur Tinggi Karbohidrat
Tinggi Protein

21
2/1/2017 S: Nyeri luka post op (+) menurun P:
08.00 O : KU baik Aff venflon
TD: 130/90 mmHg, HR: 82x/mnt Cefadroxyl 3x500 mg tablet
RR:20x/mnt, Temp: 36,1C Asam Mefenamat 3x500 mg
Distensi abdomen (-), luka op kering, tablet
rembes (-) Biosanbe 1x1 tablet
A : Post Total Histerektomi + Pasien boleh pulang hari ini
Salpingooforektomi Dextra atas indikasi
Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra

22
Laporan Operasi:

Operator : dr. MP, Sp. OG

Anastesi : dr. T, Sp. An

Diagnosis Pra-operasi : Leiomioma uteri

Diagnosis Post-operasi : Post Total Histerektomi + Salpingooforektomi Dextra atas


indikasi Leiomioma Uteri + Kista Ovarium Dextra

Jenis Operasi : Histerektomi Total dan Salpingooforektomi Dextra

Prosedur Operasi:
1. Pasien dibaringkan terlentang di meja operasi.
Dilakukan general anastesy.
2. Dilakukan anastesi dan disinfeksi.
3. Dilakukan insisi line mediana dinding abdomen, irisan
diperdalam.
4. Uterus membesar dengan ukuran 8x6x6 cm
- Ligamentum rotundum kanan kiri klem/gunting/ikat
- Ligamentum pelvia kanan, klem/ gunting/ ikat
- Vesica urinaria disisihkan

5. Dilakukan histerektomi total salphingo oophorektomi dextra


6. Peritoneum dijahit satu-satu
7. Kontrol perdarahan

23
HASIL PEMRERIKSAAN PATOLOGI PASCA OPERASI

Makroskopis:
Diterima jaringan uterus ukuran 10x4, 5x3, 5 cm dengan adneksa ukuran 3x1x1 cm
terdapat massa putih pada adneksa ukuran 2,5x1x1 cm, pada irisan serviks terdapat
kista multilokuler berisi gel bening, terdapat massa putih padat ukuran 3,5 cm jarak
massa dengan dinding uterus terdekat 0,1 cm, terjauh 0,4 cm.

Mikroskopis:
I. Sediaan jaringan cervix dengan epitel berlapis pipih dan stroma jaringan ikat
yang diinfiltrasi sel-sel radang limfosit serta terlihat kelenjar-kelenjar
endoserviks yang berdilatasi.
II. Sediaan endometrium tanpa kelainan bermakna.
III. Sediaan jaringan terlihat proliferasi sel-sel otot polos dengan inti seperti
cerutu tersusun dalam pola kumparan dan interlacing.
IV. Kedua sediaan jaringan terlihat ovarium dengan kista-kista kecil dilapisi sel
lutein dengan area perdarahan.

Kesimpulan :
Tumor Uterus, operasi:
1. Servisitis kronik non spesifik
2. Kista retensi serviks uteri
3. Leiomioma uteri
4. Kista lutein hemorrhagic ovarii

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Leiomioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos
uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan mioma,
fibromioma, atau fibroid. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 -
45 tahun, namun jarang ditemukan pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause.
Wanita yang sering melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk perkembangan mioma
ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan
nullipara 1,6.
Pada kasus ini pasien mengalami nyeri bagian bawah abdomen hingga
menembus ke bagian belakang sejak satu setengah bulan yang lalu. Nyeri seperti
tertusuk dirasakan semakin hari semakin memberat terutama saat beraktifitas.
Keluhan ini sesuai dengan salah satu dari beberapa gejala dari mioma uteri, yaitu
perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri saat menstruasi, nyeri abdomen, nyeri
pinggang, serta gangguan miksi atau defekasi akibat efek penekanan tumor ke ureter,
vesika urinaria, dan rektum. Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan mioma uteri
lebih banyak terjadi sebagai akibat dari proses degenerasi, infeksi torsio tangkai
mioma, atau kontraksi dari miometrium sebagai usaha untuk mengeluarkan mioma
uteri. Nyeri abdomen akut dapat terjadi bila torsio berlanjut menjadi infark atau
degenerasi merah yang mengiritasi peritoneum, sedangkan nyeri pinggang dapat
terjadi akibat tekanan mioma uteri terhadap persarafan yang berjalan pada tulang
pelvis. Selain itu, keluhan pada pasien dapat dipengaruhi oleh jenis mioma uteri yang
diderita.
Beberapa faktor risiko terjadinya mioma uteri adalah usia reproduktif, riwayat
keluarga yang menderita mioma uteri, obesitas, paritas yang rendah atau tidak pernah
hamil. Pada kasus ini ditemukan faktor risiko yaitu pasien tidak pernah hamil dan

25
masih menstruasi sehingga stimulasi estrogen yang menyebabkan terjadinya
proliferasi di uterus pada mioma uteri masih dapat berlangsung.
Diagnosis pada kasus ini dapat ditegakkan melalui anamnesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang. Beberapa kasus mioma dapat
ditemukan adanya massa padat yang berbatas tegas pada pemeriksaan palpasi
abdomen. Pada pemeriksaan bimanual dapat ditemukan massa padat, kenyal, teraba
licin. Pada kasus ini, teraba massa di abdomen regio suprapubis, ukuran diameter 6
cm, terfiksir, padat dan berbatas tegas. Pemeriksaan penunjang mioma uteri meliputi
pemeriksaan laboratorium, USG, Histeroskopi dan MRI. Pemeriksaan USG
dilakukan pada kasus ini, dan didapatkan kesan lesi hiperechoic di fundus uteri
mengesankan massa di uterus suspek leiomioma serta adanya kista ovarium dextra
dengan diameter 1, 86 cm.
Penanganan mioma uteri meliputi konservatif, pemberian medikamentosa dan
tindakan operatif. Pada kasus ini dilakukan penatalaksanaan operatif, yakni
histerektomi total, serta dilakukan salpingooforektomi dextra untuk penanganan kista
ovarium. Pada kasus ini dilakukan tindakan operatif atas indikasi keluhan nyeri yang
sangat mengganggu dan usia pasien yang lebih dari 35 tahun 1.

26
BAB V
KESIMPULAN

1. Leiomioma uteri, juga dikenal sebagai mioma uterus adalah tumor jinak pada
daerah rahim, yaitu otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya, terutama
merupakan tumor pada otot polos uterus.
2. Gejala akibat leiomioma uteri terutama bergantung pada lokasinya. Tumor ini
dapat terletak tepat di bawah lapisan endometrium atau desidua di rongga uterus
(submukosa), tepat di bawah serosa uterus (subserosa), atau mungkin terbatas di
dalam miometrium (intramural). Sewaktu tumbuh, mioma intramural dapat
menghasilkan komponen subserosa dan submukosa, atau keduanya, yang
signifikan.
3. Gejala leiomioma uteri berupa perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri saat
menstruasi, nyeri pinggang, efek penekanan ke ureter, vesika urinaria, dan
rectum, serta infertilitas.
4. Terapi leiomioma simptomatik berupa analgesia dan observasi, dimana umumnya
gejala dan tanda akan mereda dalam beberapa hari. Pengobatan mioma uteri
dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan operasi yaitu histerektomi
(pengangkatan rahim) atau pada wanita yan ingin mempertahankan
kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan.

27

Anda mungkin juga menyukai