Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN
KERJASAMA
PUSAT PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN AKTIVITAS
INSTRUKSIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN
(P3AI-UNHAS)
DENGAN
BAGIAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA DIRJEN DIKTI
0
21 -26 November 2005
1
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, sangatlah penting untuk mengadopsi
metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian tujuan pembelajaran, dengan
melakukan pergeseran dari teaching centered ke learning centered, mengakomodasi
kebutuhan perimbangan antara keunggulan dan kesesuaian akademik untuk tujuan
peningkatan kualitas, kebutuhan peserta didik , dan pendekatan belajar lain yang lebih
lentur (HELTS 2003-2010). Usaha pembelajaran berorientasi-pembelajar di perguruan
tinggi telah dilakukan melalui program penataran PEKERTI/AA bagi staf pengajar.
Konsep pembelajaran ini telah lama pula diadopsi pada pendidikan dasar dan menengah
melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Demikian pula Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) pada dasarnya berorientasi pembelajar, dengan perumusan kompetensi yang
perlu dicapai seorang lulusan pada penyelesaian suatu program pendidikan.
2
dan berbagai model pembelajaran kognitif
- problem based learning
- discovery learning
- cognitive strategies
Semuanya ini didasarkan pada teori belajar atau aliran filsafat Konstruktivisme.
Konstruktivisme
3
membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan
untuk pengetahuan.
pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi
merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia
yang dialaminya
proses pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi
reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru.
Pancaindera
melihat
mendengar
menjamah
mencium
merasakan Konstruksi
Objek Pengetahuan
Lingkungan Baru
Pengalaman
fisik
kognitif
mental
- Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya melalui panca indranya, lalu
menkonstruksi gambaran dunia pengalamannya itu.
4
- Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begita saja dari otak seseorang (dosen) ke
kepala orang lain (mahasiswa). Mahasiswa sendirilah yang harus mengartikan apa
yang dipelajarinya itu, dan menyesuaikannya dengan pengalaman atau hasil
konstruksi yang telah mereka miliki/bangun sebelumnya.
- Pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ( dosen) ke kepala orang lain
(mahasiswa).
- Mahasiswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan itu dengan
cara menyesuaikannya terhadap pengalaman-pengalaman atau konstruksi yang
telah dibangunnya.sendiri dalam otaknya.
- Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia, tetapi bukan dunia
itu sendiri.
- Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman
bukan saja pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental.
- Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang ketika ia
berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi bagi orang itu, lingkungan ialah semua
objek dan proposisinya yang telah diabstraksikan ke dalam pengalaman orang itu.
Abstraksi seseorang terhadap suatu hal akan membentuk struktur konsep, dan
membentuk pengetahuan bagi orang tersebut.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukan hal yang statis dan deterministik, tetapi
suatu proses menjadi tahu. Misalnya, pengetahuan mengenai kucing, tidak sekali jadi,
5
tetapi merupakan suatu proses. Pada pertama kali melihat kucing kita memperoleh
pengetahuan dengan melihat dan menjamah. Pada kesempatan lain, kita bertemu
dengan kucing lain. Interaksi dengan macam-macam kucing akan menjadikan
pengetahuan kita tentang kucing menjadi lebih lengkap dan rinci. Hal ini terjadi secara
terus menerus.
Semua pengetahuan yang diperoleh adalah hasil rekonstruksi kita sendiri; kecil
kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada orang lain.
Pengetahuan bukan merupakan barang yang dapat ditransfer dari orang yang
mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bila
seorang dosen bermaksud mentransfer suatu konsep, ide, dan pengertian kepada
mahasiswa, maka pemindahan itu harus diinterpretasikan, ditransformasikan dan
dikonstruksikan oleh mahasiswa itu sendiri lewat pengalamannya. Banyaknya
mahasiswa yang salah menangkap (misconception) apa yang diajarkan dosen itu
menunjukkan bahwa pengetahuan tidak dapat begitu saja dipindahkan, melainkan harus
dikonstruksikan, atau diinterpretasikan, dan ditransformasikan sendiri oleh mahasiswa.
6
VIII Gagasan (Konsep) Konstruktivisme mengenai pengetahuan
7
IX PERBANDINGAN KONSTRUKTIVISME DENGAN
BERBAGAI ALIRAN TEORI
Kenyataan terdiri atas dua dimensi : dimensi eksternal yang bersifat objetif, dan dimensi
internal yang bersifat subjektif. Kaum rasionalis : pengetahuan merujuk pada obyek-
obyek, dan kebenaran merupakan akibat dari deduksi logis. (Cogito ergo sum = Saya
berpikir maka saya ada). Kaum empiris : pengetahuan merujuk pada obyek-obyek
berdasarkan penalaran induktif dengan bukti-bukti yang diperoleh dari pengalaman.
Menurut kaum empiris, semua kenyataan itu diketahui dan dipahami melalui indra, dan
kriteria kebenarannya adalah kesesuaiannya dengan pengalaman. Dalam hal ini kaum
rasionalis lebih menekankan pada : rasio, logika, dan pengetahuan deduktif, sedangkan
kaum empiris lebih menekankan pada pengalaman dan pengetahuan induktif.
Konstruktivisme dikatakan merupakan sintesis pandangan rasionalis dan empiris.
Konstruktivisme menunjukkan interaksi antara subyek dan objek, antara realitas
eksternal dan juga internal.
8
Konstruktivisme, Empirisme, Nativisme, dan Pragmatisme
Kalau empirisme menyatakan bahwa semua pengetahuan diturunkan dari pengalaman
indrawi, nativisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan adalah dari dalam diri
manusia. Konstruktivisme memuat segi empirisme dan nativisme (gabungan) :
pengetahuan itu berasal dari sumber luar tetapi dikonstruksikan dalam diri seseorang.
Kebenaran pengetahuan dalam konstruktivisme diganti dengan viability (berjalannya
suatu pengetahuan) dan tidak mengklain kebenaran. Hal ini berbeda dengan
pragmatisme yang berslogan : kebenaran adalah hanya apa yang jalan. Konstruktivisme
tidak mengklaim suatu kebenaran.
Konstruktivime vs Idealisme
Kaum idealis menyatakan bahwa pikiran dan konstruksinya adalah satu-satunya realitas.
Konstruktivisme menyatakan bahwa kenyataan adalah apa yang dikonstruksikan dalam
pikiran manusia . Bentukan selalu berjalan, namun tidak selalu merupakan representasi
dari dunia nyata.
Konstruktivisme vs Objektivisme.
Bagi para Objektivis : realitas itu ada, terlepas dari pengamat, dan dapat ditemukan
melalui langkah-langkah sistematis menuju kenyataan dunia ini. Konstruktivisme :
pengetahuan adalah konstruksi pikiran manusia. Pengetahuan adalah suatu kerangka
untuk mengerti bagaimana seseorang mengorganisasikan pengealaman, dan apa yang
mereka percayai sebagai realitas.
9
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari dosen ke mahasiswa, kecuali melalui
keaktifan mahasiswa sendiri untuk menalar
3. Mahasiswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep menuju ke yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan
konsep ilmiah
4. Dosen sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi mhasiswa dapat terlaksana.
Konstruktivisme maupun Teori Perubahan Konsep percaya bahwa dalam proses belajar
seseorang mengalami perubahan konsep melalui proses perkembangan terus menerus,
dengan cara mengubah konsep lama melalui akomodasi. Atau mengembangkan konsep
yang sudah ada melalui asimilasi; pengertian yang dibentuk sendiri oleh mahasiswa
mungkin berbeda-beda dengan pengertian ilmuwan, sehingga terjadi miskonsepsi.
10
Teori Skema juga berlandaskan Konstruktivisme, memandang bahwa seseorang belajar
dengan mengadakan restrukturisasi (menambah atau mengganti) skema yang sudah
dimiliki. Proses pembentukan dan pengubahan skema merupakan proses belajar
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh mahasiswa dari apa
yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh
pengertian yang telah dimiliki.
2. Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, mahasiswa akan selalu
mengadakan rekonstruksi.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu proses
pengembangan pemikiran dengan membentuk suatu pengertian yang baru.
Belajar bukanlah suatu hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu
sendiri, yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman mahasiswa dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
11
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui mahasiswa,
yaitu konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan
bahan yang dipelajari.
Kegiatan belajar adalah kegiatan aktif mahasiswa untuk menemukan sesuatu dan
membangun sendiri pengetahuannya, bukan proses mekanik untuk mengumpulkan
fakta. Mahasiswa bertanggungjawab atas hasil belajarnya. Ia membuat penalaran atas
apa yang telah dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan
apa yang telah diketahuinya, serta menyelesaikan ketidaksamaan antara yang telah
diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman baru. Belajar
merupakanpengembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang
berbeda. Belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik, dialog,
penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, dll., dan dalam prosesnya
tingkat pemikiran selalu diperbaharui sehingga menjadi semakin lengkap.
Setiap mahasiswa mempunyai caranya sendiri untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya, yang terkadang sangat berbeda dengan teman-temannya. Jadi sangat
penting bagi dosen untuk menciptakan berbagai variasi situasi dan metode belajar,
karena dengan satu model saja tidak akan membantu mahasiswa yang cara belajarnya
berbeda.
Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi mahasiswa bila ia terlibat secara sosial dalam
dialog, dan aktif dalam percobaan dan pengalaman. Pembentukan makna dapat
diperoleh dari dialog antar pribadi dalam suatu kelompok. Dalam kelompok belajar,
mahasiswa dapat mengungkapkan perspektifnya dalam melihat persoalan dan hal lain
yang akan dilakukan dengan persoalan itu. Melalui kesempatan mengemukakan
12
gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun
pengertian akan menjadi sangat penting dalam belajar, karena memiliki unsur yang
berguna untuk menantang pemikiran dan meningkatkan kepercayaan seseorang.
13
3. memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran mahasiswa sudah
berjalan atau tidak. Dosen menunjukkan dan mempertanyakan apakah
pengetahuan mahasiswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru
yang berkaitan.
Agar faktor-faktor tersebut berfungsi optimal, maka kegiatan dosen hendaknya meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Dosen perlu banyak berinteraksi dengan mahasiswa untuk lebih mengerti hal-hal
yang sudah diketahui dan dipikirkan mahasiswa
2. Tujuan dan apa yang akan dilakukan di kelas sebaiknya dibicarakan bersama
sehingga mahasiswa sungguh terlibat
3. Dosen perlu mengerti pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi di tengah mahasiswa
4. Diperlukan keterlibatan dosen bersama mahasiswa yang sedang belajar, dan
dosen perlu menumbuhkan kepercayaan mahasiswa bahwa mereka dapat belajar
5. Dosen perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan
menghargai pemikiran mahasiswa , karena kadang kala mahasiswa berpikir
berdasarkan pengandaian yang belum tentu diterima dosen.
14
3. Berbagi informasi dengan mahasiswa tentang kompleksitas kehidupan di mana
terdapat berbagai perspektif, dan kebenaran merupakan interpretasi orang per
orang.
4. Mengakui bahwa belajar dan proses penilaian terhadap belajar merupakan hal
yang tidak mudah untuk dikelola, karena banyak hal yang tidak kasat mata,
tetapi lebih kepada rasionalitas individu.
15
- Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide orang lain
- Membangun ide yang baru
- Mengevaluasi ide barubya dengan eksperimen
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi.Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk
oleh mahasiswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yangdihadapi,
sehingga menjadi lebih lengkap dan lebih rinci.
5. Review bagaimana ide berubah. Dapat terjadi bahwa dalam mengaplikasikan
pengetahuannya, seseorang perlu merevisi gagasannya agar menjadi lebih
lengkap.
Hal yang perlu diperhatikan dalam konstruktivisme ialah mengevaluasi hasil belajar
mahasiswa. Dalam mengevaluasi, dosen sebenarnya menunjukkan kepada mahasiswa
bahwa pikiran/ pendapat mereka tidak sesuai untuk persoalan yang dihadapi
berdasarkan prinsip atau teori tertentu. Kebenaran bukanlah hal yang dicari, namun
berhasilnya suatu proses (viable) adalah hal yang dinilai.
Dalam mengevaluasi perlu dilihat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, misalnya
mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, atau sekedar dapat
menangani prosedur standar dan memberikan sumber jawaban standar yang terbatas.
Proses evaluasi berbeda berdasarkan tujuan belajarnya, namun dalam konstruktivisme
berfokus pada pendekatan mahasiswa terhadap persoalan yang dihadapi, bukan
jawaban akhir yang diberikannya.
16
XVII PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Contoh : Episode dari suatu proses pembelajaran (Brooks & Brooks, 1993)
Tahap Perencanaan :
Seorang dosen baru (A) diminta mempersiapkan mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD).
A sedikit kebingungan karena dianjurkan oleh Koordinator tim dosennya untuk memiliki
gambaran yang menyeluruh tentang IAD dan keterkaitannya dengan mata kuliah lain.
Namun A juga diharapkan berpikir sistematis dan dapat memilah materi IAD menjadi
bagian/ unit kecil yang saling terkait sehingga dapat dimengerti mahasiswa dengan
mudah. A diminta untuk menjelaskan kepada mahasiswa unit-unit kecil dalam IAD dan
hubungan antarunit tersebut ketika memulai perkuliahan. Hal ini penting karena A akan
masuk pada beberapa pertemuan awal perkuliahan.
Tahap Pelaksanaan
A membuka perkuliahan IAD dengan ucapan salam kepada semua mahasiswa di kelas.
Kemudian, ia melemparkan pertanyaan kepada mahasiswa. Menurut Anda, apa yang
disebut ilmu pengetahuan alam ? Beberapa mahasiswa menjawab, Mahluk hidup,
binatang, tumbuh-tumbuhan. A mengangguk-angguk dan memberi penguatan kepada
mahasiswa : bagus, ya benar.
17
Lalu A membagikan fotokopi cerita tentang suatu peristiwa kebakaran yang terjadi di
suatu kota, dan meminta mahasiswa membacanya dalam hati dalam waktu yang
diberikannya. Setelah ia melihat mahasiswa selesai membacanya, A lalu berkata, Dalam
bacaan tadi, Anda menemukan banyak sekali hal-hal yang saling terkait satu sama lain.
Begitu juga dalam ilmu pengetahuan alam.
Nah sekarang, coba baca buku Anda halaman 5-25, dan tuliskan apa isi bacaan Anda
dalam buku catatan Anda.
18
Konstruktivisme :
Tradisional:
1. utuh, ada keterkaitan
1. Ruang lingkup terpisah
2. Lebih penting pertanyaan mah.
2. Kurik. secara tuntas
dan konstruksi jawaban
3. Beragam sumber
3. Berdasar buku teks
4. Mah. Sbg. Pemikir
4. Mah.sbg,ember yang akan diisi
5 .Dosen interaktif, mediator dan
5. Dosen mengajar dan sbg.
fasilitator
penyebar informasi
6. Dosen mengikuti pola pikir mah.
6. Mencari jawaban yang benar
7. Penilaian integral mengenai hasil
7. Penilaian terpisah dari
kerja mah.
proses belajar
8. Lebih banyak belajar
8. Mah.bekerja sendiri
berkelompok
19
Daftar Pustaka
20