Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KEGIATAN

PRAKTEK KLINIK LAPANGAN ( PKL )


DESA SAKURU KECAMATAN MONTA KABUPATEN BIMA
Tanggal 01 s/d 21 Desember 2011

Disusun Oleh :
Kelompok I

1. ANDI MUJIANSAH
2. ANDRI FISKANTORO
3. FITRIATI
4. EMI YULIANTI
5. AHMAD JUNAIDI F
6. ENCIK APRIADIN
7. VIVI NOVIA
8. RAHMI
9. JUNAIDIN
10. USMAN
11. RULIYATI
12. YENI JUMRIANI

YAYASAN ISLAM KESEHATAN MASYARAKAT MBOJO


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
YAHYA BIMA

2011
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Praktek kerja lapangan (PKL) Di Dusun Sakuru, Desa Sakuru,
Kecamatan Monta, Kabupaten Bima pada tanggal 01 s/d 21 Desember 2011 dan dapat
menyelesaikan laporan hasil PKL ini.
PKL ini merupakan penerapan dalam ilmu keperawatan komunitas, dan merupakan salah
satu persyaratan dalam program belajar mengajar S-I keperawatan. Dalam penulisan laporan
hasil PKL ini, kami merasa masih banyak kekurangan dikarenakan sumber data yang tidak
lengkap, waktu yang singkat, dan kurangnya pemahaman bahasa serta keterbatasan kami sebagai
mahasiswa, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran bersifat edukatif dan membangun
dari semua pihak guna perbaikan dan sempurnanya laporan hasil PKL ini di masa yang akan
datang.
Semoga Allah memberikan balasan berlipat ganda kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan PKL. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Bima, Desember 2011

Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Khusus untuk kegiatan pengalaman belajar Praktek Kerja Lapangan (PKL), yang
merupakan metode proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan semua ilmu yang telah
diperoleh di kelas (studi komprehensif) ke dalam suatu tatanan nyata di masyarakat, di mana
masalah kesehatan yang akan dipenuhi lebih kompleks untuk dilakukan pemecahan masalah.
Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia Sehat telah disepakati perlunya perubahan paradigma
pembangunan kesehatan, yaitu dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Paradigma sehat adalah
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri, malalui hidup bersih
dan sehat (PHBS) di berbagai tatanan. Salah satu tatanan dalam pelaksanaan PHBS adalah
tatanan Rumah tangga (RT) sebagai unit terkecil dalam komunitas. Pelaksanaan PHBS pada
tatanan rumah tangga adalah adanya indikator yang menunjukan keluarga tersebut sudah
melakukan upaya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).
Indikator perilaku yang berkaitan dengan KIA/KB ini menjadi sangat penting karena merupakan
salah satu indikator sensitif (spesifik) keberhasilan pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu calon perawat harus memiliki pengalaman langsung dalam mengelola
Pos Kesehatan Desa, menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program Desa
Siaga.
Strategi pendekatan pelaksanaan yang digunakan dalam praktek manajemen kebidanan
komunitas adalah berorientasi pada program kerja puskesmas, yaitu program PHBS,
Operasionalisasi Desa Siaga dan Primary Health Care (PHC), yaitu lebih memfokuskan pada
upaya membangkitkan peran serta masyarakat, penyadaran akan pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat, peningkatan pengetahuan masyarakat dalam hal kesehatan, sehingga
masyarakat mampu mengenal masalah kesehatannya sendiri. Sehingga memberi kontribusi bagi
pencapaian Indonesia Sehat di tingkat keluarga dan masyarakat.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti PKL diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi, merencanakan,
memprioritaskan, mengiplementasikan, mengevaluasi dan memonitoring managemen pelayanan
keperawatan komunitas dengan tekhnik penggerakan dan pemberdayaan masyarakat serta
pendekatan edukatif pada individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas tertentu
dalam rangka mewujudkan tercapainya Indonesia sehat.
b. Tujuan Khusus
Selama praktek lapangan, mahasiswa mampu ;
1. Melakukan pengenalan, orientasi dan sosialisasi pada masyarakat (Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD) atau pertemuan 1)
2. Melakukan pengkajian data dan mengidentifikasi isu-isu permasalahan kesehatan dan
keperawatan komunitas terkini melalui Survey, Observasi dan Interview.
3. Melakukan pengolahan dan analisis data sebagai dasar untuk mendiagnosis keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan dan prespektif gender, metode analisis sosial,
demografi, epidemiologi, dan statistik kesehatan
4. Melakukan teknik prioritas masalah keperawatan komunitas dengan menggunakan teknik
skoring, Fishbone Diagram, pohon masalah atau lainnya.
5. Merencanakan intervensi asuhan keperawatan komunitas dan pembentukan forum komunikasi
dusun siaga dalam desa siaga bersama masyarakat melalui forum rembuk desa (MMD/pertemuan
II).
6. Pembuatan strategi pelayanan yang berkaitan dengan keperawatan komunitas dan desa siaga
secara berkesinambungan, benar dan tepat bersama sasaran dengan pendekatan PRA
(Partisipatoring Rural Appraisal)
7. Melaksanakan pelayanan keperawatan komunitas, sesuai dengan program kegiatan desa siaga
pada keluarga dengan prioritas pada keluarga miskin, terasing dan atau daerah korban bencana,
melalui pelayanan institusi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes):
a. Melakukan sosialisasi program desa siaga dan pelayanan Poskesdes
b. Memberikan pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) kepada ibu, remaja, anak usia sekolah,
dan lansia tentang kesehatan reproduksi
c. Melakukan pelayanan bina keluarga bermasalah kesehatan.
8. Melaksanakan pemantauan kesehatan Ibu dan Anak dengan Intrumen PWS-KIA.
9. Melakukan evaluasi pelayanan manajemen keperawatan komunitas.
10. Menyusun laporan pertanggung jawaban kegiatan pelayanan keperawatan pada komunitas.

C. MANFAAT PKL
1. Bagi Peserta
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat khusunya dalam
pengembangan Desa Siaga dan penggerakkan masyarakat untuk mengatasi permasalahan
kesehatannya sendiri dikaitkan dengan pelayanan manajemen keperawatan komunitas.
b. Mampu mengenal budaya, dan adat kebiasaan masyarakat Sakuru sehari-hari.
c. Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan karakteristik dan
budi pekerti mahasiswa sebagai bekal bekerja.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Bagi dosen pengelola program keperawatan komunitas, diharapkan mampu memperoleh
gambaran bagaimana cara penyelenggaraan dan pengelolaan managemen keperawatan
komunitas.
b. Dilihat dari outputnya : menjadikan lulusannya menjadi pengalaman dan wawasan yang lebih
komperhensif, holistik dan adaptif terhadap situasi dan kondisi yang berbeda dari tempat asalnya.
c. Dilihat dari reputasinya : maka institusi yang mengadakan PKL keperawatan komunitas di Desa
Sakuru Kecamatan Monta akan menjadi lebih diakui eksitensinya dan brand imagenya menjadi
lebih baik, sebagai lembaga pendidikan kesehatan yang peduli terhadap peningkatan mutu
kesehatan Masyarakat.
3. Desa Sakuru
Meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat di Desa Sakuru Kecmatan Monta pada
umumnya dan Dusun Sakuru (Dusun I) khususnya, dalam bidang peningkatan perilaku hidup
sehat dan bersih, membantu masyarakat dalam mendapatkan data status kesehatan serta data
umum lainnya untuk kepentingan tingkat Desa atau Dusun.

D. Gambaran Umum Lokasi PKL


1. Nama Desa/Kelurahan : Desa Sakuru
2. Kecamatan : Monta
3. Kabupaten : Bima
4. Letak Geografis Desa Sakuru
Desa Sakuru terletak disebelah Utara kec Monta berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Baralau
Sebelah Selatan : Desa Tangga
Sebelah Barat : Pagunungan
Sebelah Timur : Desa Monta

5. Topografis Desa/Kelurahan
Luas Desa Sakuru : 12,07 Ha/M2
6. Demografis Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk : 2141 Jiwa
Jumlah KK : 534 KK
Kondisi Geografis : 1 m/ dpl
Curah Hujan : Bulan MM
7. Potensi Desa/Kelurahan
a. Pemukiman : Rumah yang representative.
b. Perdagangan : Kios,pedaganng keliling
c. Peternakan : Berupa sapi, , ayam, kuda dan kambing
d. Kelautan : Tidak Ada
e. Kesehatan : Berupa satu unit Puskesmas Pembantu dan satu unit Polindes
f. Sarana Ibadah : 2 buah Masjid dan 2 Musholla

E. SASARAN
Sasaran kegiatan PKL ini adalah individu, keluarga, kelompok khusus (bumil, buteki,
balita, bayi, remaja, lansia, anak sekolah).

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas di wilayah binaan Dusun Sakuru (Dusun I)
Desa Sakuru Kecamatan Monta. Dengan target sesuai kurikulum dan pertanggung jawaban bukti
dari pelaksanaan PKL mahasiswa diberi tugas untuk membuat laporan yang meliputi :
1. Individu
a. Melakukan pengkajian masalah kesehatan pada wilayah kerjanya masing-masing, dengan
seluruh masyarakat dusun sakuru sebagai Unit Analisanya sebagai populasinya dan Kepala
Keluarga sebagai sampelnya/respondennya.
b. Melakukan asuhan manajemen keperawatan komunitas pada KK Binaan, sebanyak 1 (satu) KK,
dengan ketentuan :
1) Memenuhi kriteria sebagai keluarga rawan kesehatan atau risiko tinggi masalah kesehatan
lansia.
2) Penentuan KK Binaan harus persetujuan pembimbing masing-masing.
3) Menyusun laporan Askep Komunitas sesuai format dari institusi pendidikan.

2. Kelompok
a. Melaksanakan pertemuan dengan warga masyarakat Desa Sakuru melalui forum MMD I
dan MMD II.
b. Melaksanakan pengelolaan dan analisa data dengan pendekatan metodelogi ilmiah.
c. Melakukan pemrioritasan masalah keperawatan komunitas dengan berbagai pilihan teknik
prioritas masalah.
d. Melaksanakan intervensi keperawatan komunitas dengan pendekatan prespektif gender,
participatory Rural Appraisals (PRA) dan pemberdayaan masyarakat.
e. Melakukan sosialisasi Program Dusun/Desa Siaga dan sekaligus pembentukan forum
komunikasi kesehatan masyarakat dusun.
f. Menyusun laporan kegiatan Manajemen Kebidanan Komunitas (Laporan Hasil Kegiatan PKL)
tentang seluruh kegiatan selama PKL sesuai dengan kelompoknya/dusunnya.
Dilampiri dengan : Format Pengkajian, Plan Of Action (POA), Peta atau denah wilayah Dusun,
Dafar Pengorganisasian mahasiswa, foto-foto kegiatan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

1. APA ITU PHBS DI RUMAH TANGGA?


PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.
Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu
:
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi asi ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah.

2. APA MANFAAT RUMAH TANGGA BER-PHBS?


1. Bagi Rumah Tangga :
Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
Anak tumbuh sehat dan cerdas.
Anggota keluarga giat bekerja.
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan
modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
2. Bagi Masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

B. MODEL PRAKTEK
Dusun Sakuru, Desa Sakuru, Kecamatan Monta setelah dilakukan pemetaan PHBS pada
tatanan rumah tangga di kategorikan masuk dalam klasifikasi III dengan permasalahan banyak
yang belum mempunyai jamban, masih banyak yang merokok, masih banyak yang belum
menggunakan air bersih dan masih banyak yang belum mengerti cara pemberantasan jentik. Dari
permasalahan tersebut diatas, karena keterbatasan sumber daya maka diambil 2 prioritas
masalah, yaitu :
Belum menggunakan air bersih 65 %
Kurang pengetahuan cara pemberantasan jentik 70 %
Dari masalah tersebut diatas dapat dibuat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
Tujuan Umum :
Meningkatkan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Sakuru, Desa Sakuru,
kecamatan Monta dari klasifikasi III menjadi klasifikasi IV
Tujuan Khusus :
Meningkatkan penggunaan air bersih di rumah tangga di Dusun Sakuru, Desa Sakuru,
kecamatan Monta dari 30 % menjadi 80 %.
Meningkatkan pengetahuan tentang cara memberantas jentik di tatanan rumah tangga di Dusun
Sakuru, Desa Sakuru, kecamatan Monta
Simpulan :
Dengan tercapainya tujuan khusus tersebut, maka klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga
di Dusun Sakuru, Desa Sakuru, kecamatan Monta tersebut akan meningkat dari klasifikasi III
menjadi klasifikasi IV. Dengan demikian, tujuan umum untuk meningkatkan klasifikasi PHBS
tatanan rumah tangga tercapai.

C. MERUMUSKAN INTERVENSI
Dalam rangka merumuskan intervensi, yang harus diperhatikan adalah :
1. Apa masalah perilaku PHBS-nya ?
Kurang menggunakan air bersih
Kurang pengetahuan cara pemberantasan jentik
2. Siapa sasarannya ?
Sasaran primer : Ibu
Sasaran sekunder : Bapak
Sasaran tertier : Pak RT
3. Perilaku apa yang ingin diubah ?
Agar mengkonsumsi air bersih
Memberantas jentik di rumah
4. Intervensinya bagaimana ?
Penyuluhan perorangan melalui kunjungan rumah
Penyuluhan kelompok melalui dasa wisma

D. UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF


1. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya,
Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.
a. Apa syarat-syarat air bersih itu?
Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa,
dicium, dan diraba):
Air tidak berwarna harus bening/jernih.
Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit harus bebas
dari bahan kimia beracun.
Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
b. Apa manfaat menggunakan air bersih?
Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus, Kecacingan, penyakit
mata, penyakit kulit atau keracunan.
Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
c. Bagaimana menjaga kebersihan sumber air bersih?
Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter.
Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.
Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya atidak rusak
seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi
penutup.
Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada
lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakan di
lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).
d. Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit dalam air mati
pada suhu 100 derajat C (saat mendidih).
e. Apa peran Mahasiswa dalam menggerakan masyarakat untuk menggunakan air bersih?
Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan air bersih
dirumahnya.
Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.
Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang sulit untuk
mendapatkan air bersih.
Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk memberi
kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di lingkungan tempat tinggalnya.

2. Cara Memberantas jentik dirumah


a. Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?
Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan
air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar
rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang
dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.

b. Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?


Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai
penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis (kaki gajah) di
tempat-tempat perkembangannya.
3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tatakan kulkas,
tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control, lubang pohon,
lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti ban
bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik
kresek, dll).
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
Menggunakan kelambu ketika tidur.
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk; bakar, semprot,
oles/usap ke kulit, dll.
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar.
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
Memperbaiki saluran talang air yang rusak
Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit dikuras misalnya di
talang air atau di daerah sulit air.
Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan cupang, ikan nila,
dll.
Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry, dll.
c. Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk
dapat dicegah atau dikurangi.
Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam Berdarah Dengue
(DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.
Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
d. Bagaimana cara Pemeriksaan Jentik Berkala?
Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa tempat yang
sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan air di dalam dan di luar
rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota rumah tangga.
Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut. Menyaksikan/melihat jentik,
kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada anggota rumah tangga
Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan di rumah)
dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.
e. Apa peran Mahasiswa dalam membina rumah tangga Agar menciptakan Rumah Bebas
Jentik?
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang PSN
dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu, pertemuan kelompok Dasa
Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah.
Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan masyarakat untuk
melakukan PSN dan PJB.
Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat angka jentik
yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja dan
melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk mendapat tindak lanjut penanganan
bila terjadi masalah/kasus.
Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang dikunjungi
sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
secara rutin dan menegur secara baik apabila masih terdapat jentik nyamuk.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Realisasi Program Yang Tercapai


Pada pelaksanaan kegiatan Praktek Klinik Lapangan (PKL) di Dusun Sakuru Desa
SakuruKec.Monta Kab. Bima selalu berpatokan, berkoordinasi dengan Kepala Desa, dan dalam
pelaksanaanya melibatkan masyarakat dan aparat Desa,kepala-kepala dusun dan ketua-ketua
RT/RW, Pemuda, untuk ikut berpartisipasi dengan kegiatan mahasiswa. Dari kegiatan yang kami
programkan baik fisik dan non fisik yang berhasil kami laksanakan adalah:

1. Program Fisik
Pembuatan Tempat sampah pada masing-masing RT
Pengecetan Tempat Sampah
Pembuatan SPAL percontohan Pada di RT 2
Pengobatan Gratis

2. Program Non Fisik


Pelaksanaan kegiatan non fisik yang berhasil kami laksanakan adalah:
Silaturrahim dengan masyarakat
Memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan PHBS
Melaksanakan kegiatan Jumat bersih di 1 (satu) masjid yang ada setiap pekan
Gotong royong/kebersihan Kuburan Dusun Rade Desa Sakuru
Posyandu
Kegiatan perpisahan antara mahasiswa PKL dengan Pemerintah Desa, Masyarakat,Pemuda dll.

A. Faktor Pendukung dan Penghambat Pada Saat Kegiatan PKL


Pada pelaksanaan kegiatan Praktek Klinik Lapangan (PKL) di Dusun Sakuru, tentu
menemukan berbagai macam faktor pendukung dan kendala yang dapat menyebabkan
kegiatan berjalan lancar dan tersendat. Kegiatan pendukung dan penghambat kami rangkum di
bawah ini:
1. Faktor Pendukung
Selama kegiatan PKL berlangsung di Desa Sakuru Kec. Monta Kab. Bima, ada beberapa yang
menjadi faktor pendukung yang membantu terselenggaranya dan tercapainya program kegiatan,
antara lain:
Adanya dukungan dari Pemerintah Desa, Masyarakat, Pemuda yang bersedia bekerjasama
membantu mahasiswa dan memberikan arahan dan masukan yang berguna sehingga pelaksanaan
kegiatan berjalan lancar.
Adanya Dukungan dan bantuan dari Instansi-instansi Pemerintah Kab. Bima. Baik secara Moral
maupun material.
Adanya arahan,himbauan dan masukan dari Kepala Desa Sakuru, BPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Pemuda tentang kegiatan dan program yang harus dilaksanakan secara prioritas.
Adanya beberapa masyarakat yang mau bekerjasama dengan mahasiswa PKL dalam melaksanakan
setiap program yang telah diprogramkan oleh mahasiswa PKL dengan masyarakat Desa Sakuru
Kab. Bima.

2. Faktor Penghambat
Selama melaksanakan kegiatan yang menjadi program di Desa Sakuru terdapat kendala-
kendala, antara lain:
Padatnya kegiatan masyarakat membuat mereka tidak bisa berpartisipasi aktif dalam membantu
mahasiswa dalam mensukseskan kegiatan.
Masyarakat kurang begitu paham dengan kedatangan mahasiswa PKL dalam membantu kegiatan
mahasiswa

B. Upaya Mengatasi Hambatan


Dalam melaksanakan kegiatan PKL berlangsung dan mengantisipasi adanya berbagai
hambatan kami melakukan beberapa langkah yaitu:
1. Setiap melakukan kegiatan kami selalu berkoordinasi dan bekerjasama dengan aparat Desa,
tokoh masyarakat, ketua RT/RW, Pemuda, tentang program yang akan kami laksanakan dengan
meminta pertimbangan baik tentang sumber dana, pengkoordiniran masyarakat untuk
bekerjasama melaksanakan program kegiatan yang telah direncanakan.
2. Selalu memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa keberadaan
mahasiswa PKL di tengah-tengah masyarakat bukanlah membawa uang atau proyek
sebagaimana anggapan beberapa masyarakat, akan tetapi keberadaan mahasiswa PKL
adalah lebih memfokuskan pada upaya membangkitkan peran serta masyarakat, penyadaran akan
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan pengetahuan masyarakat dalam hal
kesehatan, sehingga masyarakat mampu mengenal masalah kesehatannya sendiri.
3. Berusaha mengutamakan penyesuaian dana pendukung untuk kelancaran program kegiatan
PKL yang dicanangkan oleh mahasiswa dengan meminta partisipasi dari beberapa pihak terkait.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari setiap pelaksanaan kegiatan PKL berlangsung ada beberapa hal yang menjadi
kesimpulan kami selama melaksanakan kegiatan PKL yaitu :
1. Pelaksanaan kegiatan PKL terlebih dahulu dilakukan survey/observasi untuk melihat dan
merencanakan program PKL, sebelum dibahas dan diprioritaskan serta dipaparkan kepada
Kepala Desa, Ketua LPMD,BPD, Kepala-Kepala Dusun,Ketua-Ketua RT/RW, Tokoh
Masyarakat serta tokoh Pemuda yang berkompeten.
2. Pendekatan dengan masyarakat lewat silaturrahim sangat efektif dalam upaya membina
hubungan, meminta dukungan masyarakat untuk bersama-sama melaksanakan program PKL
yang telah di programkan
3. Dalam menjalankan Kegiatan PKL yang direncanakan bersama-sama dengan masyarakat dapat
terlaksana sepenuhnya. Ini dilihat dari kemampuan mahasiswa dan faktor pendukung
pelaksanaan kegiatan PKL, walaupun demikian dapat kami katakan kegiatan yang telah kami
rencanakan berhasil kami laksanakan.

B. Saran-Saran
Selama pelaksanaan kegiatan praktek klinik lapangan (PKL) kami banyak menemukan
berbagai kendala, maka saran dan masukan kami adalah:
1. Dalam memperlancar proses kegiatan PKL semestinya Lembaga harus menyediakan dana
pembantu untuk kelancaran program mahasiswa PKL. sehingga mahasiswa PKL tidak kesulitan
dalam melaksanakan kegiatan PKL.
2. Diharapkan peran dan kerjasama antar Pemerintah Desa beserta perangkatnya, tokoh agama,
tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dalam menciptakan suasana yang penuh kekeluargaan antara
mahasiswa PKL dengan masyarakat.
3. Supaya kehadiran mahasiswa PKL di Posko selalu terkoordinir dan kegiatannya biasa diarahkan
sesuai rencana, maka peran dosen pembimbing sangat dibutuhkan dalam memberikan arahan dan
masukan, serta berusaha untuk hadir secara rutin dalam setiap kegiatan PKL, sekalian
mengontrol kegiatan PKL tersebut.

Anda mungkin juga menyukai