Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN KONSEP DIRI

DEFINISI

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 1998). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri
rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.

RENTANG RESPON

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial, secara umum yang
berlaku di masyarakat terdiri dari :

1. Aktualisasi diri.

Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses.

2. Konsep diri positif.

Klien mempunyai pengalaman yang dalam perwujudan dirinya dapat mengidentifikasikan


kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai masalah sesuai norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.

Jika menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif. Yang termasuk didalamnya adalah :

Harga diri rendah.

Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga individu cenderung berpikir ke arah
negatif.

Kekacauan identitas.

Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam


kematangan psikologis dan kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

Depersonalisasi.

Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain sehingga mereka
tidak mengenal dirinya sendiri.
4. Gambaran Klinik

Perilaku-perilaku yang muncul menurut Stuart dan Sundeen (1998: 230) adalah :

1. Mengritik diri sendiri dan orang lain.

2. Penurunan produktivitas.

3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain.

4. Gangguan dalam berhubungan.

5. Rasa diri penting yang berlebihan.

6. Perasaan tidak mampu.

7. Rasa bersalah.

8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.

9. Perasaan negatif terhadap tubuhnya.

10. Ketegangan peran yang dirasakan.

11. Pandangan hidup yang pesimis.

12. Keluhan fisik.

13. Pandangan hidup yang bertentangan.

14. Penolakan terhadap kemampuan personal.

15. Destruktif terhadap diri sendiri.

16. Pengurungan diri.

17. Menarik diri secara sosial.

18. Penyalahgunaan zat.

19. Menarik diri dari realitas.

20. Khawatir
PENYEBAB

PREDISPOSISI

factor mempengaruhi harga diri


pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factor kontribusi pada gangguan atau masalah
konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar,
membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan dan ketidakpsatian diri. Anak yang
tidak menerima kasih saying maka anak tersebut akan gagal mencinati dirinya dan orang lain.
Individu yag kurang mengertia akan arti dan tujan kehidupan akan gagal menerima tagungjawab
untuk diri sendiri. Ia akan tegantung pada lain gagal mengembangkan kemamapuan sendiri. Ia
mengingkari kebebasan menekspresi sesuatu termasuk ekmungkanan berbuat salah dab menjadi
kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang di tetapkan tidak dapa dicapai.
factor yang mepengaruhi penampilan peran
peran yang sesua dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat, misalnya
wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif dan kurang rasional
dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurangbhangat, kurang ekpresif disbanding
wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak siperti lazimnya
maka akan men9imbulkan konflik didalam diri mapun hubungan social. Misalnya wanita yang
secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah
atau bekerja akan menimbulkan masalah.
Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari factor biologis dan harapan masyarakat
terhadap wanita atau pria. Peran yanbg berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai
sejumlah peran.
factor yang mempengaruhi identitas diri.
Orang tua yang selalu curiga pada anakmakan menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak
akan ragu apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul
rasa bersalah. Control orang tua yang tepat pada anak-anak remaja akan menimbulkan perasaan
benci anak pada orang tua. Teman sebayanya merupkan factor lain yang mempengaruhi identitas.
Remaja ingin diterima, dibtuhkan, diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.

PRESITIPASI

Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan
individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindkan oiperasi,
proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang,
prosedur tindakan dan pengobatan.
Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan
diri dari orang tua dan orang yang berate; pola asuh anak yang tidak tepat, misalanya terlalu
dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan terulang, cita-
cita yang tidak dapat dicapai, gagal betangguang jawab terhadap diri sendiri.
Sepanjang kehidupan individu yang serinng menghadapi transisi peran,. Meleis (Stuart dan
sudden 1991) mengidentifikasi 3 kategori transisi peran, perkembangan, situasi dan sehat sakit,
- Transisi perkembangan
setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan
harus dilalkui inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini
dapt merupakan stressor bagi konsep diri.

- Transisi situasi
transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah dan berkurang orang yang berarti
malalui kelahiran atau kematian , misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
- Transisi sehat sakit.
stressor pada tubh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan brakibat perubbahan
konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri. Perubahan
tubuhf dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, peran dan harga
diri.
Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh factor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun
yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
Perilaku
Data yang di kumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data-data perilaku yang objektif dapat
di amati. Periloaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart dan Sundeent,
19991) yaitu yang identitas kacau dan defersonalisasi dapat di lihat pada table berikut:
Perilaku dengan Harga Diri yang Rendah
kritik diri sendiri atau orang lain.
-Produktifitas menurun
- Destruktif pada orang lain
-Gangguan berhubungan
-Perasaan yang berlebihan tentang pentingnya dirinya
-Perasaan tidak layak
-Perasaan bersalah
-Mudah marah dan tersinggung
-Rasa negative terhadap diri sendiri
- Pandangan hiduip yang pesimis
- Keluhan fisik
- Pandangan hidup terpolarisasi
- Menolak kemampuan diri sendiri
- Mengejek diri sendiri
- Merusak diri
- Isolasi social
- Gangguan penggunaan zat
- Menarik diri dari realitas
- Khawatir
- Ketegangan peran.
2. Perilaku dengan Identitas yang kacau
- Tidak mengindahkan moral
- Kontradiksi cirri kepribadian
- Mengurangi hubungan intrapersonal
- Perasaan kekosongan
- Perasaan tentang diri yang berubah-ubah
- Kekacauan identitas seksual
- Kecemasan yang tinggi
- Tidak mampu berempati dengan orang lain
- Kurang keyakinan diri
- Cinta diri sendiri yang patologi
- Masalah dalam hubungan intim
- Kekacauan dan kehilangan identitas sesaat

3. Perilaku dengan Depersonalisasi


- Afek
- Persepsi
- Kognitif
- Perilaku
- Identitas hilang
- Asing dengan diri sendiri
- Perasaan tidak ama, rendah diri, takut malu
- Perasaan tidak relaistis
- Merasa sangat terisolasi
- Kurang perasaan yang berkesinambungan.
- Tidak mampu mencapai kepuasan atau perasaan tuntas.
- Halusinasi pendengarandan penglihatan
- Tidak yakin akan jenis kelaminnya.
-Sukar emmbadakan diri dengan orang lain
- Gamabaran diri terganggu.
- Pengalaman kehidupan bagaikan mimpi
- Kacau
- Disorientasi waktu
- Penyimpangan pikiran
- Daya ingat terganggu
- Daya nilai terganggu
- Afek tumpul
- Pasif dan tidak ada respon emosi
- Komunikasi tidak selaras
- Tidak dapat mengontrol implus
- Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
- Menarik diri dari lingkungan
- Spontanitas dan semangat berkurang

4. Mekanisme Koping

Dapat berguna untuk individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak menyenangkan.
Perthanan diri dapat dibagi 2 yaitu mekanisme koping janka pendek dan mekanisme jangka
panjang. Uraian mekanisme dapat dilihat sebagai berikut:
Jangka pendek
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari semntara dari krisis identitas: (musik keras, pemakaian
obat-obatan, kerja keras, menonton Tv terus menerus)
2. Kegiatan mengganti aktifitas sementara: (ikut keompok social, keagamaan, politik ).
3. Kegiatanyang memberi dukungan semnetara; (kompetensi olahraga, kontes populeritas)
4. Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas semntara: (penyalahgunaan obat-
obatan).
Jangka panjang
1. Menutupi identitas:
Terlalu cepat mengadopsi identitas yang senangi dari seorang yang berarti, tanpa menindahkan
hasrat, apreasiasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negative
Yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah:
Fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan pada orang
lain.

PROSES TERJADINYA

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :

a. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perneal).

Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit.

Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan


dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien
ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan
life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering
disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep,
2007)

Tanda dan Gejalanya :

Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.

Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

POHON MASALAH
Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah

Care Problem

Gangguan Citra Tubuh

TANDA DAN GEJALA


Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
E.Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan
orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :
Data Subyektif :
Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif :
Kurang spontan ketika diajak bicara
Apatis
Ekspresi wajah kosong
Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

PROSES KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Data yang perlu dikaji

a) Perasaan malu terhadap diri sendiri

b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri

c) Merendahkan martabat

d) Gangguan hubungan social

e) Percaya diri kurang

f) Menciderai diri akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram
2. Coping individu tidak efektif

Pola yang perlu dikaji

a) Pola makan berubah atau perubahan pola tidur dan kegiatan

b) Mudah marah atau tersinggung

c) Perasaan tidak mampu atau motivasi hilang, mudah bosan

d) Produktivitas dan kualitas kerja menurun

e) Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk

f) Pelupa dan sering bloking

g) Sering melamun

3. Isolasi sosial : menarik diri

Data yang perlu dikaji

a) Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul

b) Menghindar dari orang lain

c) Komunikasi verbal kurang

d) Tidak ada konyak mata, klien lebih banyak menunduk

e) Berdiam diri di kamar atau tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya

f) Menolak berhubungan dengan orang lain

g) Tidak merawat diri

h) Tidur dengan posisi janin


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

2. Isolasi sosial: menarik diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang
muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
- Klien Perawat
- Klien Perawat Perawat lain
- Klien Perawat Perawat lain Klien lain
- K Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien

b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :


- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
- Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa II : harga diri rendah.


Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:
Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
6.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
6.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.3. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan harag diri
rendah.
6.4. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
6.5. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa II: Gangguan Citra Tubuh.


Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)
1.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian
yang realistis
2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan:
3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Tindakan:
4.2. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.4. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN


GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH
SP 1 Klien :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

Orientasi :
Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Aristyawati, biasa dipanggil Aris, saya mahasiswa
keperawattan Poltekkes Denpasar yang sedang praktik diruangan ini., Bagaimana keadaan ibu
hari ini ?
Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah ibu
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita
nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih
Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20
menit ?

Kerja :
Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula
kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki .
ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit
? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih
bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. O
yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapikan tempat tidur ibu. Mari kita lihat tempat tidur ibu Coba lihat, sudah rapikah tempat
tidurnya?
Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !
ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus
Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ibu lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan ibu ibu (tidak) melakukan.

Terminasi :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur ? Yah,
ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa kali sehari merapikan
tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00
Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu
dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan
mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya

DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika
Press.

Anda mungkin juga menyukai