DEFINISI
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 1998). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri
rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
RENTANG RESPON
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial, secara umum yang
berlaku di masyarakat terdiri dari :
1. Aktualisasi diri.
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses.
Jika menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif. Yang termasuk didalamnya adalah :
Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga individu cenderung berpikir ke arah
negatif.
Kekacauan identitas.
Depersonalisasi.
Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain sehingga mereka
tidak mengenal dirinya sendiri.
4. Gambaran Klinik
Perilaku-perilaku yang muncul menurut Stuart dan Sundeen (1998: 230) adalah :
2. Penurunan produktivitas.
7. Rasa bersalah.
20. Khawatir
PENYEBAB
PREDISPOSISI
PRESITIPASI
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan
individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindkan oiperasi,
proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang,
prosedur tindakan dan pengobatan.
Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan
diri dari orang tua dan orang yang berate; pola asuh anak yang tidak tepat, misalanya terlalu
dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan terulang, cita-
cita yang tidak dapat dicapai, gagal betangguang jawab terhadap diri sendiri.
Sepanjang kehidupan individu yang serinng menghadapi transisi peran,. Meleis (Stuart dan
sudden 1991) mengidentifikasi 3 kategori transisi peran, perkembangan, situasi dan sehat sakit,
- Transisi perkembangan
setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan
harus dilalkui inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini
dapt merupakan stressor bagi konsep diri.
- Transisi situasi
transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah dan berkurang orang yang berarti
malalui kelahiran atau kematian , misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
- Transisi sehat sakit.
stressor pada tubh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan brakibat perubbahan
konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri. Perubahan
tubuhf dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, peran dan harga
diri.
Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh factor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun
yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
Perilaku
Data yang di kumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data-data perilaku yang objektif dapat
di amati. Periloaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart dan Sundeent,
19991) yaitu yang identitas kacau dan defersonalisasi dapat di lihat pada table berikut:
Perilaku dengan Harga Diri yang Rendah
kritik diri sendiri atau orang lain.
-Produktifitas menurun
- Destruktif pada orang lain
-Gangguan berhubungan
-Perasaan yang berlebihan tentang pentingnya dirinya
-Perasaan tidak layak
-Perasaan bersalah
-Mudah marah dan tersinggung
-Rasa negative terhadap diri sendiri
- Pandangan hiduip yang pesimis
- Keluhan fisik
- Pandangan hidup terpolarisasi
- Menolak kemampuan diri sendiri
- Mengejek diri sendiri
- Merusak diri
- Isolasi social
- Gangguan penggunaan zat
- Menarik diri dari realitas
- Khawatir
- Ketegangan peran.
2. Perilaku dengan Identitas yang kacau
- Tidak mengindahkan moral
- Kontradiksi cirri kepribadian
- Mengurangi hubungan intrapersonal
- Perasaan kekosongan
- Perasaan tentang diri yang berubah-ubah
- Kekacauan identitas seksual
- Kecemasan yang tinggi
- Tidak mampu berempati dengan orang lain
- Kurang keyakinan diri
- Cinta diri sendiri yang patologi
- Masalah dalam hubungan intim
- Kekacauan dan kehilangan identitas sesaat
4. Mekanisme Koping
Dapat berguna untuk individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak menyenangkan.
Perthanan diri dapat dibagi 2 yaitu mekanisme koping janka pendek dan mekanisme jangka
panjang. Uraian mekanisme dapat dilihat sebagai berikut:
Jangka pendek
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari semntara dari krisis identitas: (musik keras, pemakaian
obat-obatan, kerja keras, menonton Tv terus menerus)
2. Kegiatan mengganti aktifitas sementara: (ikut keompok social, keagamaan, politik ).
3. Kegiatanyang memberi dukungan semnetara; (kompetensi olahraga, kontes populeritas)
4. Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas semntara: (penyalahgunaan obat-
obatan).
Jangka panjang
1. Menutupi identitas:
Terlalu cepat mengadopsi identitas yang senangi dari seorang yang berarti, tanpa menindahkan
hasrat, apreasiasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negative
Yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah:
Fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan pada orang
lain.
PROSES TERJADINYA
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien
ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan
life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering
disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep,
2007)
Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
POHON MASALAH
Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah
Care Problem
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
c) Merendahkan martabat
f) Menciderai diri akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram
2. Coping individu tidak efektif
g) Sering melamun
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Orientasi :
Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Aristyawati, biasa dipanggil Aris, saya mahasiswa
keperawattan Poltekkes Denpasar yang sedang praktik diruangan ini., Bagaimana keadaan ibu
hari ini ?
Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah ibu
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita
nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih
Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20
menit ?
Kerja :
Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula
kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki .
ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit
? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih
bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. O
yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapikan tempat tidur ibu. Mari kita lihat tempat tidur ibu Coba lihat, sudah rapikah tempat
tidurnya?
Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !
ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus
Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ibu lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan ibu ibu (tidak) melakukan.
Terminasi :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur ? Yah,
ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa kali sehari merapikan
tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00
Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu
dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan
mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika
Press.