PATOFISIOLOGI
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaucoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang
menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan penipisan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya
akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atropik, disertai pembesaran cup disc. Patofisologi pada
glaucoma sekunder bergantung dari penyakit mata lain yang menjadi penyebabnya.
2. 4. GLAUKOMA SEKUNDER
2. 4. 1. Glaukoma Pigmentasi
Sindroma dispersi pigmen ditandai oleh pengendapan abnormal pigmen di bilik mata
depan terutama di anyaman trabekular, yang akan mengganggu aliran keluar aqueous, dan di
Kelainan pigmentasi dapat terjadi jika tanpa disertai glaukoma, tetapi orang-orang ini
harus dianggap sebagai tersangka glaukoma. Hingga 10% dari mereka akan mengalami
glaukoma dalam 5 tahun dan 15% dalam 15 tahun (glaukoma pigmentasi). Pernah dilaporkan
beberapa pedigere glaukoma pigmentasi herediter autosomal dominan, dan satu gen untuk
Patofisiologi 1,2
Studi dengan ultrasonografi menunjukan perlakuan iris berkontak dengan zonula atau
belakang iris akibat friksi, dan menimbulkan efek transiluminasi iris. Hal ini disebabkan bagian
perifer dari iris yang cembung ke arah posterior akibat TIO di bilik mata depan relatif lebih
tinggi daripada bilik mata belakang. Sindrom ini paling sering terjadi pada pria miopia berusia
antara 25 dan 40 tahun yang memiliki bilik mata depan yang dalam dengan sudut bilik mata yang
lebar.1
Diagnosis 2
a. Kornea: tampak deposisi pigmen pada endotelium. Tanda ini sering ditemukan namun
tidak patognomonik. Pada kasus yang kronis, deposisi pigmen lebih sulit ditemukan
b. Bilik mata depan: tampak lebih dalam dan terlihat granul melanin yang melayang di
aqueous
d. Gonioskopi: sudut bilik mata depan terbuka dengan bagian perifer iris yang cekung
Terapi miotik maupun iridotomi perifer dengan laser telah menunjukkan mampu
mengembalikan konfigurasi iris yang abnormal, tetapi masih belum jelas apakah keduanya
memberikan keuntungan jangka panjang bagi perkembangan dan perburukan glaukoma. (Karena
pasien biasanya penderita miopia berusia muda, terapi miotik kurang dapat ditoleransi, kecuali
jika diberikan dalam bentuk pilokaprin sekali sehari, lebih disukai pada malam hari).1
terutama setelah berolahraga atau dilatasi pupil dan glaukoma pigmentasi akan berkembang
dengan cepat. Masalah selanjutnya adalah glaukoma pigmentasi biasanya timbul pada usia muda;
ini meningkatkan kemungkinan diperlukannya tindakan bedah drainase glaukoma disertai terapi
antimetabolit. Trabekuloplasti dengan laser sering digunakan pada keadaan ini, tetapi kecil
2. 4. 2. Glaukoma Pseudoeksfoliasi
permukaan anterior lensa ( berbeda dengan eksfoliasi kapsul lensa sejati akibat terpajan radiasi
melayang bebas di bilik mata depan, dan di anyaman trabekular (bersama dengan peningkatan
Patofisiologi
yang tersusun atas protein inti yang dikelilingi glikosaminoglikan. Pseudoeksfoliasi dibentuk
oleh membran basal dari epitel yang mengalami proses degerneratif pada trabekulum, ekuator
Penyakit ini biasanya dijumpai pada orang berusia lebih dari 65 tahun dan secara khusus,
dilaporkan sering terjadi pada bangsa Skandinavia walaupun tidak menutup kemungkinan
adanya bias. Risiko kumulatif berkembangnya glaukoma adalah 5% dalam 5 tahun dan 15%
dalam 10 tahun. Terapinya sama dengan terapi glaukoma sudut terbuka. Insidens timbulnya
komplikasi saat beda katarak lebih tinggi daripada dengan sindrom pseudoeksfoliasi.1
2. 4. 3. Glaukoma Akibat Kelainan Lensa
a. Dislokasi Lensa
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau secara spontan, misalnya
pada sindrom Marfan. Dislokasi anterior dapat menimbulkan sumbatan pada apertura pupil yang
menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi posterior ke dalam vitreus juga
berkaitan dengan glaukoma meskipun mekanismenya belum jelas. Hal ini mungkin disebabkan
Pada dislokasi anterior, terapi definitifnya adalah ekstaksi lensa segera setelah tekanan
intraokular terkontrol secara medis. Pada dislokasi posterior, lensa biasaanya dibiarkan dan
b. Intumesensi Lensa
Merupakan glaukoma sekunder sudut tertutup yang timbul akibat lensa yang membesar
pada katarak imatur dan matur. Lensa dapat menyerap cukup banyak cairan sewaktu mengalami
Patofisiologi
a. Blok pupil: pada proses pembentukan katarak lensa akan membesar sehingga dapat
terjadi blok pupil, aliran aqueous humor terhambat yang akan menyebabkan
peningkatan tekanan di bilik mata belakang (BMB). Peningkatan tekanan di BMB
b. Tanpa blok pupil: lensa yang membengkak dapat menimbulkan dorongan mekanik
pada permukaan iris ke arah depan sehingga terjadi penyempitan serta penutupan
sudut BMD.
Diagnosa
a. Anamnesa: pada anamnesa didapatkan keluhan berupa mata tiba-tiba merah dan
menurun.3. Perlu ditanyakan pula mengenai riwayat miopi dan katarak yaitu
b. Gambaran klinis3
Edema kornea
BMD dangkal
Diagnosa Banding
Keratik presipitat, flare dan sinekia posterior total, iris bombans sudut
tertutup
c. Glaukoma neurovaskuler
d. Glaukoma fakolitik
Penatalaksanaan
b. Tindakan pembedahan
Bila katarak matur, tensi sudah turun dengan obat selanjutnya segera
Tensi tidak turun dengan obat: dilakukan bedah filtrasi dulu, sedangkan
c. Glaukoma Fakolitik
Merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka yang timbul akibat keluarnya protein lensa.
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa anterior, dan
memungkinkan protein-protein lensa yang mencair masuk ke dalam bilik mata depan.1,3
Patofisiologi
Pada perkembangan katarak senile stadium matur dan hipermatur terjadi peningkatan
komposisi protein lensa dengan berat molekul yang besar. Protein lensa ini dapat keluar melalui
kapsul anterior yang mengalami defek makroskopis, bercampur dengan aqueous humor dan
membuntu jaringan trabekula. Protein ini juga akan memicu reaksi peradangan yang
a. Anamnesa
b. Gambaran klinis
Diagnosa Banding:
a. Glaukoma fakomorfik
c. Glaukoma neurovaskuler
Penatalaksanaan2,3
dianjurkan dengan teknik intra kapsular, apabila dilakukan teknis ekstra kapsuler perlu
diwaspadai terjadinya ruptur zonula Zinii pada waktu kapsulotomi anterior. Irigasi BMD
a. Uveitis
merupakan suatu glaukoma sekunder sudut terbuka ataupun tertutup yang disebabkan
radang pada iris dan korpus siliaris. Tekanan intraokular pada uveitis biasanya di bawah normal
karena korpus siliare yang meradang berfungsi kurang baik. Namun, dapat pula terjadi
Salah satu penyebab meningkatnya tekanan intraokular pada individu dengan uveitis
gangguan fungsi trabekula yang permanen, sinekia anterior perifer, dan kadang-
glaukoma sekunder. 1
patofisiologi
Radang pada iris dapat menimbulkan edema pada lembar-lembar trabekula dan
saluran pembuangan sehingga aqueous humor tidak dapat dibunag. Hal ini akan
meningkatkan TIO. 3
Pada stadium lanjut uveitis anterior, radang iris dapat menimbulkan sinekia posterior
total sehingga terjadi blok pupil dan aqueous humor terbendung di bilik mata
belakang yang menyebabkan iris perifer menonjol ke depan (iris bombans) sampai
trabekula sehingga sudut bilik mata depan tertutup. Hal ini menyebabkan peningkatan
TIO3.
Diagnose
a. Anamnesa
iris bombans.
Diagnosa Banding
b. Glaucoma fakolitik
c. Glaucoma fakomorfik
d. Glaucoma neurovaskuler
Penatalaksanaan
a. Uveitis anterior
Methylprednisolone acetate 20 mg
b. Glaukoma 3
ii. pembedahan: bila tanda radang sudah hilang tetapi TIO masih tinggi
sudut tertutup: iridektomi perifer atau laser iridektomi, tetapi bila sudah
b. Tumor2
sekunder dipengaruhi oleh lokasi tumor berada. Beberapa mekanisme yang mungkin terjadi
adalah:
Infiltrasi trabekula: disebabkan sel neoplasma yang berasal dari melanoma iris.
Neovaskular glaucoma: mekanisme paling umum yang terjadi pada mata dengan
Dislokasi anterior dari diafragma iris-lensa: dapat terjadi pada mata dengan
b. distorsi pupil
penatalaksanaan2:
dan glaukoma sudut tertutup sekunder; rotasi ini juga dapat terjadi akibat bedah vitreoretina atau
Sindrom irikornea endotel terdapat beberapa tanda yaitu atropi iris, sindrom chandler,
sindrom nevus iris. Kelainan idiopatik lebih banyak pada wanita dewasa muda yang jarang ini
biasanya unilateral dan bermanisfestasi sebagai kompensasi kornea, glaukoma, dan kelainan iris
Patogenesis:
kondisi ini disebabkan oleh lapisan endotel kornea yang abnormal. Lapisan ini
mengalami proliferasi dan bermigrasi malintasi sudut BMD dan permukaan iris. Keadaan ini
dapat mengarah pada glaukoma maupun dekompensasi kornea. Glaukoma terjadi akibat
Gambaran Klinis
Penatalaksanaan
Cedera konstusio bola mata dapat disertai dengan peningkatan dini tekanan intraokular
akibat perdarahan kedalam bilik mata depan (hifema). Darah bebas menyumbat anyaman
trabekular, yang juga mengalami edema akibat cedera. Perdarahan sekunder biasanya lebih parah
daripada perdarahan primer. Perdarahan sekunder biasanya berkembang dalam 3-5 hari sejak
Hifema dengan ukuran kurang dari setengah BMD meningkatkan risiko peningkatan TIO
sebesar 4% dan risiko komplikasi sebesar 22%. Hifema dengan ukuran lebih dari setengah BMD
meningkatkan risiko peningkatan TIO seberar 85% dan risiko komplikasi sebesar 78%. Terapi
awal dilakukan dengan obat-obatan, tetapi mungkin diperlukan tindakan bedah bila tekanannya
tetap tinggi, yang kemungkinan besar terjadi bila ada episode perdarahan kedua.1
Cedera kontusio berefek lambat pada tekanan intraokular; efek ini timbul akibat kerusakan
langsung pada sudut. Selang waktu antara cedera dan timbulnya glaukoma mungkin
menyamarkan hubungan tersebut. Secara klinis, bilik mata depan tampak lebih dalam daripada
mata yang satunya, dan gonioskopi memperlihatkan resesi sudut. Terapi medis biasanya efektif,
Laserasi atau robek akibat kontusio pada segmen anterior sering disertai dengan
hilangnya bilik mata depan. Apabila bilik mata tidak segera dibentuk kembali setelah cedera
baik secara spontan, dengan inkarserasi iris kedalam luka, atau secara bedah akan terbentuk
bermakna dan sudut sempit atau tertutup dapat menyebabkan glaukoma sumbatan siliaris. Segera
setelah pembedahan, tekanan intraokular meningkat hebat dan lensa terdorong ke depan akibat
penimbunan aqueous di dalam dan di belakang korpus vitreum. Pasien awalnya merasakan
penglihatan jauh yang kabur, tetapi penglihatan dekatnya membaik. Ini diikuti dengan nyeri dan
peradangan.1
Terapi terdiri atas siklopelgik, midriatik, penekanan HA, dan obat-obat hiperosmotik. Obat
hiperosmotik digunakan untuk menciutkan korpus vitreum dan membiarkan lensa bergeser ke
belakang.5
Seperti halnya trauma pada segmen anterior, tindakan bedah yang menyebabkan
mendatarnya bilik mata depan akan menimbulkan pembentukan sinekia anterior perifer.
Diperlukan pembentukkan kembali bilik mata depan melalui tindakan bedah dengan segera
2. 4. 8. Glaukoma Neovaskular1,2,3
Patofisiologi
Neovaskularisasi pada iris (rubeosis iridis) merupakan suatu respon terhadap adanya
hipoksia dan iskemia retina akibat berbagai penyakit, baik pada mata maupun diluar mata, yang
paling sering adalah retinopati diabetik. Neovaskularisasi awalnya terjadi pada tepi pupil sebagai
percabangan kecil, selanjutnya tumbuh dan membentuk membran fibrovaskular pada permukaan
iris secara radial sampai ke sudut, meluas dari akar iris melewati korpus siliaris dan scleral spur
mencapai jaringan trabekula sehingga menghambat permbuangan aqueous dengan akibat tekanan
Suatu saat membran fibrivaskuler ini kontraksi dan menarik iris perifer sehingga terjadi
sinekia anterior perifer (PAS) sehingga sudut bilik mata depan tertutup dan tekanan intraokuler
Diagnosa
visus menurun
slit-lamp: tampak neovaskularisasi pada iris dari tepi pupil sampai perifer
kabur
gonioskopi: biasanya sulit karena kornea sangat suram, tetapi jika dapat
Diagnosa Banding
uvea
b. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena uveitis
c. Glaukoma fakomorfik
d. Glaukoma fakolitik
Lensa katarak matur, tidak ada neovaskularisasi iris, sudut BMD terbuka
Penatalaksanaan
Sudut terbuka:
untuk neovaskularisasi:
Fotokoagulasi Panretinal
Fotokagulasi sudut
Sudut Tertutup:
Kortikosteroid topikal
Atropin tetes untuk menghilangkan spasme otot sehingga nyeri hilang
c. Mengurangi/menghambat neovaskularisasi
keruh
bedah filtrasi standar ataupun disertai benda perantara untuk aliran aqueous ataupun
e. Bila TIO tetap tinggi dan nyeri hebat dengan potensi visus jelek:
sclera
Jika nyeri tetap ada meskipun sudah diberikan terapi medis dan tindakan
sindrom Struge-Weber, yang juga terdapat anomali perkembangan sudut, dan fistula karotis-
kavernosa, yang juga dapat menyebabkan neovaskularisasi sudut akibat iskemia mata yang luas.
Terapi medis tidak dapat menurunkan TIO di bawah tingkat tekanan vena episklera yang
meningkat secara abnormal, dan tindakan bedah berkaitan dengan resiko komplikasi yang
tinggi.1
tekanan intraokular, terutama pada riwayat penyakit glaukoma pada keluarganya, dan akan
memperparah peningkatan TIO pada para pengidap glaukoma sudut terbuka primer. Penghentian
pengobatan biasanya menghilangkan efek-efek tersebut, tetapi dapat terjadi kerusakan permanen
apabila keadaan tersebut tidak disadari dalam waktu lama. Semakin tinggi potensi steroid yang
diberikan, semakin meningkatkan risiko peningkatan TIO. Apabila terapi steroid topikal mutlak
diperlukan, terapi glaukoma secara medis biasanya dapat mengontrol TIO. Terapi steroid
sistemik jarang menyebabkan peningkatan TIO. Pasien yang mendapatkan terapi steroid topikal
atau sistemik harus menjalani tonometri dan oftalmoskopi secara periodik, terutama apabila
2. 7. 1 Medikamentosa
1) Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk terapi glaukoma.
Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Preparat yang tersedia
sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25%
dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. 1
3) Epinefrin 0,25-2%, diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan aliran keluar humor
akueus dansedikit banyak disertai penurunan pembentukan humor akeus. Terdapat sejumlah efek
samping okular eksternal, termasuk vasodilatasi relek konjungtiva , endapan adrenokrom,
konjungtivitis folikularis, dan reaksi alergi. Efek samping intraokular yang dapat terjadi adalah
edema makula sistoid pada afakia dan vasokonstriksi ujung saraf optikus.1
4) Dipivefrin, adalah suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi
bentuk aktifnya. Epinefrin dan dipivefrin tidak dapat digunakan untuk mata dengan sudut kamera
anterior sempit.5
1) Obat-obat hiperosmotik, menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar
dari korpus vitreus dan terjadi penciutan korpus vitreus. Selain itu, juga terjadi penurunan
produksi humor akuos. Penurunan volume korpus vitreus bermanfaat dalam pengobatan
glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna yang menyebabkan pergeseran lensa
kristalina ke depan (disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreus atau koroid) dan
menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder).1
2) Gliserin (gliserol) oral, 1 mL/kgbb dalam suatu larutan 50 % dingin dicampur dengan sari
lemon, adalah obat yang paling sering dipergunakan, tetapi pemakaiannya pada pengidap
diabetes harus diawasi. Pilihan lain adalah isosorbin oral dan urea atau manitol intravena.1
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut
primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan
penutupan sudut akibat iris bombe karena sinemia posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan
oleh pergeseran lensa ke anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropin) dapat digunakan untuk
melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk
menarik lensa ke belakang.8
2. 7. 2 Pembedahan
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi langsung antara
kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan di antara keduanya menghilang. Hal ini
dapat dicapai dengan laser neonidium: YAG atau aragon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan
bedah iridektomi perifer. Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahan yang digunakan pada
sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan sudut.1
B. Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa kejalinan
trabekular dapat mempermudah aliran keluar HA karena efek luka bakar tersebut pada jalinan
trabekular dan kanalis Schlemm serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi
jalinan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan untuk bermacam-macam bentuk glaukoma sudut
terbuka, dan hasilnya bervariasi bergantung pada penyebab yang mendasari. Penurunan tekanan
biasanya memungkinkan pengurangan terapi medis dan penundaan tindakan bedah glaukoma.1
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal, sehingga
terbentuk akses langsung HA dari kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita, dapat
dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase. Penyulit utama trabekulotomi adalah
kegagalan bleb akibat fibrosis jaringan episklera. Goniotomi adalah suatu teknik yang
bermanfaat untuk mengobati glaukoma kongenital primer, yang tampaknya terjadi sumbatan
drainase humor akuos dibagian dalam jalinan trabekular.1
D. Tindakan siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk mempertimbangkan
tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk mengontrol tekanan intraokular.
Krioterapi, diatermi, ultrasonografi frekuensi tinggi, dan yang paling mutakhir terapi laser
neodinium : YAG thermal mode, dapat diaplikasikan ke permukaan mata di sebelah posterior
limbus untuk menimbulkan kerusakan korpus siliaris dibawahnya.1