Anda di halaman 1dari 13

KASUS MEDIK

Nama Peserta : dr. St. Hardiyanti. S. Malik


Nama Wahana : RSUD Prof.Dr.H. Anwar Makkatutu,Sp.KK Kab. Bantaeng
Topik : Dengue Hemorrhagic Fever grade II
Tanggal kasus : 19 Desember 2016
Nama Pasien : An. A (RM : 13.88.26)
Tanggal Presentasi : 02 Maret 2017 Pendamping : dr. Hikmawaty K, MARS
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Prof.Dr.H. Anwar Makkatutu,Sp.KK
Obyek Presentasi : Anggota Komite Medik, Petugas Kesehatan & Dokter Internsip RSUD
Prof.Dr.H. Anwar Makkatutu,Sp.KK Kab. Bantaeng
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Anak laki-laki, 9 tahun datang dengan keluhan demam dialami sejak 5 hari yang
lalu, hilang timbul, disertai dengan nyeri ulu hati, perut kembung, mual, dan muntah.
Pasien terlihat lemas dan disertai bercak kemerahan pada kulit. Ada riwayat keluar darah
dari hidung. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal. Tidak ada keluhan
buang air kecil dan buang air besar. Keluhan juga tidak disertai penurunan kesadaran,
kejang, serta kebiruan pada daerah sekitar mulut.
Tujuan :
Mengetahui kriteria penegakan diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever dan
penanganan kegawatdaruratannya.
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi & Diskusi E-mail Pos
Data Pasien Nama : An. A No. RM : 13.88.26
Nama RS : RSUD
Prof.Dr.H. Anwar Telp. : - Terdaftar sejak :
Makkatutu,Sp.KK
Data Utama Untuk Bahasan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien datang dalam keadaan sadar dengan keadaan
umum sakit sedang. Tekanan Darah : 90/60 mmHg, Nadi : 100 kali per menit,
Pernapasan: 28 kali per menit, Suhu: 38 C, Rumple leed (+), Peteki (+)
2. Riwayat Pengobatan : Belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat Keluarga / Lingkungan : Terdapat tetangga pasien yang memiliki keluhan
yang sama seperti pasien
5. Riwayat pekerjaan : Pelajar
6. Lain lain :
Hb : 12,5 gr/dl
Hematokrit : 19,3 %
Eritrosit : 2,51 jt/mm3
Trombosit : 72.000/mm3
Leukosit : 4.400/mm3
Widal : Negatif
Daftar Pustaka :
1. Noer, S., Waspadji, S., Rachman, AM., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1,
edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 1996. 417-426.
2. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-
UNHAS. SMF Anak RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 2012
3. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.
4. Chen Khie, Pohan Herdiman, Sinto Robert. Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam Berdarah Dengue. Medicinus 2009 ; 22 : 3-8.
5. Pedoman Tata Laksana DBD. Dinkes Sulawesi Selatan. Diunduh dari: www.dinkes-
sulsel.go.id Pada tanggal: 11 September 2015.
6. Sectish Theodore C, Prober Charles G. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17.
Saunders. 2004.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever
2. Tatalaksana pasien DHF dan mengatasi kegawatannya

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Anak laki-laki, 9 tahun datang dengan keluhan demam dialami sejak 5 hari
yang lalu, hilang timbul, disertai dengan nyeri ulu hati, perut kembung, mual, dan
muntah. Pasien terlihat lemas dan disertai bercak kemerahan pada kulit. Ada riwayat
keluar darah dari hidung. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal. Tidak
ada keluhan buang air kecil dan buang air besar. Keluhan juga tidak disertai
penurunan kesadaran, kejang, serta kebiruan pada daerah sekitar mulut.

2. Obyektif:
Status Present:
Sakit Sedang/Gizi baik/Composmentis, Berat badan : 25 kg
Tanda Vital:
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 100 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 28 kali/ menit (Thoracoabdominal)
o
Suhu : 38 C (axial)

Kepala:
Ekspresi : Meringis
Simetris Muka : Simetris
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus: (-)
Gerakan : Ke segala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebral (-), ptosis (-)
Konjungtiva ODS : Anemis (-)
Sklera ODS : Ikterus (-)
Kornea ODS : Jernih, reflex kornea (+)
Pupil ODS : Bulat, isokor 2,5mm; RCL +; RCTL +
Telinga:
Bentuk : Simetris
Pendengaran : Dalam batas normal
Sekret : (-)
Hidung:
Deviasi septum : (-)
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Hiperemis : (-)
Mulut:
Bibir : Kering (+), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
Kaku Kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), massa tumor (-)

Paru:
o Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris, retraksi
Intercostals (-), irama nafas regular
o Palpasi :
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi :
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS VI anterior dextra
Batas Paru Belakang Kanan : Vertebra thorakal IX
Batas Paru Belakang Kiri : Vertebra thorakal X
o Auskultasi :
Bunyi Pernapasan : Vesikuler
Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -

Jantung:
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan: linea
parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)
Perut:
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, caput medusa (-)
o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
o Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat Kelamin : Tidak ada kelainan
Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
Kulit : Hiperemis (+), ada bercak-bercak kemerahan pada
kulit, rumple leed (+)
Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
Ekstremitas
- Bentuk : Simetris, refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
- Akral : Dingin, sianosis perifer (-), bintik pendarahan (+)
- Kuku dan jari : Lengkap, normal
- Capillary refil test : < 2

3. Assesment:
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang,
diagnosis pasien ini mengarah pada dengue hemorrhagic fever grade II
Dari anamnesis diperoleh informasi keluhan berupa demam yang dialami sejak
5 hari yang lalu disertai nyeri ulu hati, mual, dan muntah. Ditemukan pula adanya
riwayat keluar darah dari hidung. Pada pemeriksaan fisis didapatkan rumple leed (+),
tampak banyak peteki di seluruh tubuh, anemis, tekanan darah 90/60 mmHg. Dari
pemeriksaan penunjang ditemukan trombositopenia.
Informasi yang diperoleh dari anamnesis, hasil pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang mendukung diagnosis dengue hemorrhagic fever grade II.
DHF adalah infeksi demam akut yang disebabkan oleh 4 serotype virus,
termasuk genus Flavivirus disebut virus dengue. Merupakan virus yang paling
banyak menginfeksi manusia dengan penyebaran diseluruh dunia pada daerah tropis
dan hangat, dimana iklim sesuai dengan vector yang utama yaitu aedes aegypti.
Demam dengue ditandai dengan demam yang tidak spesifik, nyeri otot, dan atau nyeri
sendi yang disertai leukopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia. Di Indonesia
didapatkan bahwa virus terbanyak adalah serotype 3 lalu disusul dengan 2, dimana
serotype 3 memberikan gejala klinis dan komplikasi paling berat. Merupakan penyakit
demam akut yang ditandai dengan demam yang tinggi, uji tourniquet positif,
manifestasi perdarahan lain berupa petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa,
hematemesis atau melena, hepatomegali, trombositopenia, hemokonsentrasi dan
perembesan plasma. Bila kriteria diatas disertai manifestasi kegagalan sirkulasi
berupa nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menurun (< 20mmHg), hipotensi (sesuai
umur), kulit dingin dan lembab, dan pasien tampak gelisah maka disebut sebagai DSS.

Tiga keadaan utama patofisiologi yang terjadi :


1. Aktivasi sisten komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktik yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah ekstravasasi plasma
darah ke extra vaskuler kekurangan volume plasma darah hipovolemia
bisa menjadi shock
2. Agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia
3. Keadaan homeostatic yang tidak normal akibat dari gangguan vaskuler karena
kerusakan endotel pembuluh darah yang menyebabkan aktivasi system
pembekuan darah kelainan koagulasi

Manifestasi Klinis
o Demam Dengue
Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak,
kadang-kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang
bola mata, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam.
Ruam berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2
hari) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah
halus pada hari ke-6 atau ke7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan
tangan. Selain itu, dapat juga ditemukan petekia. Hasil pemeriksaan darah
menunjukkan leukopeni kadang-kadang dijumpai trombositopeni. Masa
penyembuhan dapat disertai rasa lesu yang berkepanjangan, terutama pada
dewasa. Pada keadaan wabah telah dilaporkan adanya demam dengue yang
disertai dengan perdarahan seperti: epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan
saluran cerna, hematuri, dan menoragi. Demam Dengue (DD) yang disertai
dengan perdarahan harus dibedakan dengan Demam Berdarah Dengue
(DBD). Pada penderita Demam Dengue tidak dijumpai kebocoran plasma
sedangkan pada penderita DBD dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan
dengan adanya hemokonsentrasi, pleural efusi dan asites.

o Demam Berdarah Dengue (DBD)


Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7
hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit
kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan.
Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan farings hiperemis
ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya
ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga.
Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Bentuk
perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif,
kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada
bekas pengambilan darah. Kebanyakan kasus, petekia halus ditemukan
tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatumole, yang biasanya
ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih
jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase
demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4
cm di bawah arcus costae kanan. Sekalipun pembesaran hati tidak
berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun pembesar hati lebih
sering ditemukan pada penderita dengan syok. Masa kritis dari penyakit
terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi penurunan suhu yang tiba-
tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam
berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan
yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat
mengalami syok.

Adapun keempat gejala utama DHF adalah :


1. Demam
Demam terjadi secara mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari, kemudian
turun secara cepat. Kadang suhu lebih dari 40 oC dan dapat terjadi kejang demam.
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DHF karena fase tersebut
merupakan awal penyembuhan tapi dapat pula sebagai awal fase renjatan.
2. Tanda-tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DHF adalah vaskulopati, trombositopeni dan
gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. Jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet (uji
Rumple Leede, uji bendung) positif peteki, purpura, ekimosis dan perdarahan
konjungtiva. Peteki adalah tanda perdarahan yag tersering yang ditemukan. Tanda
ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Peteki sering sulit dibedakan
dengan bekas gigitan nyamuk, untuk membedakan, lakukan penekanan pada bintik
merah dengan kaca obyek atau penggaris plastic. Jika bintik merah menghilang
maka bukan peteki. Perdarahan lainnya adalah epistaksis, perdarahan gusi, melena,
dan hematemesis.
3. Hepatomegali
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba sampai 2-4 cm dibawah lengkung iga
kanan. Proses pembesaran hati dari tidak teraba menjadi teraba atau dari sekedar
dapat diraba menjadi teraba lebih besar dari 2-4 cm, dapat diramalkan perjalanan
penyakit DHF. Namun derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya
penyakit, tetapi nyeri tekan didaerah ulu hati, berhubungan dengan adanya
perdarahan. Nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar daripada anak kecil.
Pada sebagian kecil kasus dapat ditemukan ikterus.
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah
demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut
nadi dan tekanan darah, akral ektremitas teraba dingin. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan plasma
yang bersifat ringan atau sementara.
Syok ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah, tekan nadi menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang, jadi untuk menilai tekanan nadi perhatikan tekanan sistolik
dan diastolic) atau hipotensi (tekanan sistolik menurun sampai 60 mmHg atau
kurang), kulit dingin dan lembab.

Laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu
ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa ditemukan
pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan
perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran
plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. Penurunan nilai trombosit yang
disertai atau segera disusul dengan peningkatan -nilai hematokrit sangat unik untuk
DBD, kedua hal tersebut biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok
terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian
cairan atau oleh perdarahan. Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau
leukositosis, limfositosis relatif dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat
sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma biasa
ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan koagulasi tampak pada pengurangan
fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III. PTT dan PT
memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. Fungsi trombosit juga
terganggu. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN ditemukan pada syok berat.
Pada pemeriksaan radiologis bisa ditemukan efusi pleura, terutama sebelah kanan.
Berat-ringannya efusi pleura berhubungan dengan berat-ringannya penyakit. Pada
pasien yang mengalami syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral.

Kriteria Diagnosis DHF (WHO 1997)


1. Demam, atau riwayat demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekia, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan (injeksi)
- Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia < 100.000/ml3
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma yang ditandai dengan
- Peningkatan hematokrit 20% diatas rata-rata usia, jenis kelamin, dan
populasi
- Penurunan hematokrit setelah tindakan penggantian volume 20% dari
data dasar
- Tanda-tanda rembesan plasma seperti efusi pleura, asites, dan
hipoporeinemia
- Tes torniket positif
Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan > 2 gejala klinis dengan
trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Derajat spektrum klinis DHF dibagi sebagai berikut (WHO 1997)


o Derajat I (ringan) : Demam diikuti gejala spesifik, manifestasi perdarahan
teringan yaitu uji rumple leed positif.
o Derajat II (sedang) : Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah perdarahan
spontan dengan kebocoran plasma (peningkatan hematokrit).
o Derajat III (berat) : Terjadi saat suhu menurun antara hari ke-3 sampai ke-7,
kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah,
hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan pasien mulai gelisah, terdapat
tanda-tanda renjatan dini.
o Derajat IV (sangat berat) DSS: Tanda syok yang berat (nadi tidak terba dan
tekanan darah tidak terukur).

Sindrom Syok Dengue (SSD)


Dengue Shock Syndrome merupakan suatu bentuk syok hipovolemi yang
secara klinis berhubungan dengan hemokonsentrasi dan dapat berakhir dengan
kematian bila tidak diberikan terapi yang tepat. Syok biasa terjadi pada saat atau
segera setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula
terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan kulit
dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi < 20 mmHg
dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati
stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok biasanya
teratasi dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak
adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis
metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis. Pada
masa penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadang-kadang ditemukan
sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik
apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan.
Penyulit dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis, flebitis) dan terlalu
banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus yang tidak lazim seperti
ensefalopati dan gagal hati.
Semua kriteria diagnosis DBD ditambah dengan gangguan sirkulasi yang
ditandai dengan:
1. Nadi cepat, lemah, tekanan nadi 20 mmHg, perfusi perifer menurun.
2. Hipotensi, kulit dingin lembab, dan tampak gelisah.

Tatalaksana
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis.
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran
plasma dan memberikan terapi substistusi komponen darah bilamana diperlukan.
Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah
pemantauan baik secara klinis maupun secara laboratoris.
Secara garis besar dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Pemberian oksigen. Terapi oksigen harus selalu diberikan pada semua pasien
syok. Dianjurkan pemberian oksigen dengan menggunakan masker.
2. Penggantian volume plasma.
3. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit.
4. Transfusi darah. Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan perdarahan
yang nyata seperti hematemesis dan melena. Hemoglobin perlu dipertahankan
untuk mencapai transport oksigen ke jaringan, sekitar 10 g/dl.
Terapi nonfarmakologis meliputi: tirah baring dan pemberian makanan dengan
gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi
pencernaan.
Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DHF
dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Lima kategori tersebut
yaitu:
1. Penanganan tersangka DHF
2. Pemberian cairan pada tersangka DHF diruang rawat
3. Penatalaksanaan DHF dengan peningkatan hematokrit >20%
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DHF dewasa
5. Tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa

Penanganan tersangka DHF :

Pemberian cairan pada tersangka DHF diruang rawat:

Penatalaksanaan DHF dengan peningkatan hematokrit >20%


Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DHF dewasa

Tatalaksana SSD pada dewasa


4. Plan
Diagnosis
Dengue Hemorrhagic Fever grade III.

Pengobatan
Pada pasien ini diberikan terapi:
IVFD Asering 20 tpm
Paracetamol syr 3 x 250 mg
Inj Ondansetron amp/12j/iv
Inj Ranitidine amp/12j/iv
Trombofit 4x1 sachet
Curmunos syrup 1x1 cth
Banyak minum
Awasi tanda tanda vital dan perdarahan spontan

Pendidikan
Kepada orangtua pasien dijelaskan mengenai penyakit ini dan cara
mencegahnya, serta menjelaskan prognosis dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Apabila ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala demam dengan adanya tanda
kebocoran cairan segera bawa ke rumah sakit. Pencegahan pada penyakit ini sangat
penting karena faktor resiko penyakit ini adalah faktor lingkungan dimana keluarga
harus menjaga kebersihan lingkungan dengan cara 3M (menguras bak, menutup
tempat penampungan air, menimbun barang-barang bekas yang dapat menjadi sumber
jentik nyamuk) yang merupakan faktor kunci meningkatnya kasus ini. Pasien juga
diharapkan banyak minum.

Konsultasi
Perlu dilakukan konsultasi kepada dokter spesialis anak untuk mengetahui
penanganan DHF grade II dan tanda-tanda kegawatdaruratan.

Peserta, Pendamping,

dr. St. Hardiyanti. S. Malik dr. Hikmawaty K, MARS

Supervisor,

dr. Hj. Isnawati Nur, Sp.A

Anda mungkin juga menyukai