Anda di halaman 1dari 28

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny I

Usia : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat :

Tanggal Pemeriksaan : 23 Desember 2014

KELUHAN UTAMA

Luka pada bibir bagian dalam.

ANAMNESA

Pasien datang ke poliklinik gigi RSUD Al-Ihsan dengan keluhan luka pada
mukosa bibir bagian dalam sejak 3 tahun yang lalu. Luka dirasakan terus-menerus
dan menyebabkan sakit ketika makan.
Keluhan disertai dengan rasa tidak nyaman pada lidah sejak 3 tahun yang lalu.

Sebelumnya pasien pernah memiliki riwayat keluhan yang sama, kemudian


diobati, namun tidak sembuh. Pasien saat ini berobat untuk menghilangkan rasa
sakitnya. Saat ini pasien tidak mengkonsumsi obat apapun.

Pasien menggosok gigi 5 kali sehari. Pasien menyikat gigi dengan sikat gigi
yang permukaannya halus, dan cara menggosok gigi arah horizontal dan vertikal.

GENERAL SURVEY

Pasien mengaku memiliki riwayat sakit TB paru dan hepatitis. Pasien mengaku
tidak memiliki riwayat penyakit jantung, gangguan darah, alergi obat, gastritis,
asthma maupun darah tinggi serta darah rendah.

Pasien tidak ada kebiasaan buruk yang di lakukan pasien seperti bernafas
dari mulut, menggigit jari atau kuku, mendorong lidah, maupun merokok.

1
Kesadaran : Komposmentis

Tanda vital :

Tekanan darah : 100/70mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Respirasi : 21x/mnt

Suhu : afebris

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

Wajah simetris

Profil jaringan lunak : cembung

Pembesaran Kelenjar Getah Bening : Submental (-), Submandibula (-),

Sublingual (-)

TMJ

Clicking (-)

Nyeri (-)

Rahang :

Trismus (-)

Deviasi (-)

PEMERIKSAAN INTRA ORAL

Oral hygiene : Buruk

Bibir : Normotonus, bibir bagian luar kering, mukosa

bagian dalam terdapat stomatitis, bengkak, dan hiperemis.

2
Mukosa Bukal : Cheekbiting (+), hiperemis (-)

Gingiva : Interdental papil tajam, hiperemis (-), edema (-)

Lidah : Kotor

Dasar mulut : Torus submandibular (-) hiperemis (-), bengkak (-)

lesi (-)

Palatum : Torus (-) hiperemis (-) lesi (-) kedalaman sedang

Tonsil : T1 T1

ODONTOGRAM GIGI GELIGI

STATUS LOKALIS

KETERANGAN STATUS LOKALIS

Gigi 36

Karies (+)

Sondasi (+) Superfisialis

Dingin (+)

Perkusi (+)

Tekanan (+)

3
Palpasi Nyeri (-), fluktuasi (-),

Pembengkakan (-)

Motilitas (+) Grade 1

DIAGNOSIS BANDING

- Stomatitis Reccurence Apthous Minor

DIAGNOSA

- Stomatitis Reccurence Apthous Minor

RENCANA TERAPI

- Pro Rujuk Dokter Gigi/ Dokter gigi spesialis penyakit mulut.

- Pro Resep

PENATALAKSANAAN

1. R/ Chlorhexidine fl No1

2 DD 1

2. R/ clobetasol ointment 0,05% No 1

3 DD 1

3. R/ Benzydamine Hydrochloride No 1

2 DD 1

KONSELING

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit, cara penanganannya, serta


akan dikonsulkan ke dokter gigi.
Menjelaskan mengenai melakukan scaling untuk membersihkan karang gigi
dan penambalan gigi untuk caries/lubang gigi

4
Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan ekstraksi pada gigi 46
Menjelaskan kepada pasien untuk konsultasi kepada prostodonti untuk rencana
pembuatan gigi prostetik.
Menjaga kebersihan mulut (oral hygiene) dengan baik, sikat gigi 2x sehari
setelah makan dan sebelum tidur.
Dental check up 6 bulan sekali (ada atau tidak ada keluhan)
Setelah factor pencetus diketahui, konseling kepada pasien untuk menghindari
factor tersebut untuk menghindari serangan berulang.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad malam
Quo ad sanationam : ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

5
STOMATITIS
2.1. Definisi stomatitis
Radang mukosa mulut akibat faktor-faktor lokal ataupun sistemik yang dapat
mengenai mukosa pipi dan bibir, palatum, lidah dasar mulut dan gusi. Stomatitis
merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut yang biasanya berupa bercak
putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung. Bercak itu dapat berupa
bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis yang terjadi berulang pada rongga
mulut disebut Reccurent Apthous Stomatitis (RAS). RAS merupakan salah satu
kelainan mukosa yang paling sering terjadi dan menyerang kirakira 15-20%
populasi di Inggris. Penyakit ini umumnya terjadi dan seringkali mengenai wanita
dan lakilaki.

2.1.1 Epidemiologi

Prevalensi pada populasi secara umum berkisar 50-66%. Hipotesis dari


terjadinya RAS bermacam-macam tergantung pada faktor pemicunya, antara lain
disebabkan karena alergi, faktor genetik, kekurangan nutrisi, kelainan hematologi,
hormonal, infeksi, trauma dan stress. Didalam rongga mulut, RAS merupakan
kondisi yang paling banyak dijumpai pada jaringan lunak mukosa. Diperkirakan
sebanyak 15% - 20% populasi penduduk diseluruh dunia terserang penyakit seperti
ini. Penyakit ini nampak lebih banyak di Amerika Utara khususnya pada kelompok
sosial ekonomi rendah, insiden ini nampak hingga mendekati 40%.

2.1.2 Faktor Penyebab Stomatitis

Faktorfaktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya stomatitis

adalah sebagai berikut :

1. Faktor General antara lain :

- Hormonal maupun penyakit sistemik

- Reaksi alergi

6
- Stres

- Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi

- Adanya gangguan pencernaan.

2. Faktor Lokal antara lain :

- Higienitas oral yang buruk.

- Letak susunan gigi atau adanya kawat gigi.

- Rokok.

- Pasta gigi yang tidak cocok.

- Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)

- Luka pada bibir akibat tergigit/benturan

A) Genetik

Riwayat keluarga terdapat pada 50% kasus. Insiden tertinggi terdapat di antara

saudara bila kedua orang tua terkena stomatitis. Beberapa peneliti menyatakan

bahwa hubungan genetik berpengaruh terhadap timbulnya stomatitis. Salah satu

penelitian menemukan bahwa 35% dari orang yang menderita stomatitis memiliki

paling tidak satu orang tua yang juga menderita stomatitis Penelitian lain

menemukan bahwa 91% kembar identik menderita stomatitis dimana untuk kembar

biasa hanya 57%.

B) Imunologik

7
Respon imun mungkin merupakan peran utama stomatitis umum terjadi pada

pasien dengan imunodefisiensi sel B dan 40% dari pasien-pasien stomatitis

mempunyai kompleks dari sirkulasi imun. Ulserasi dapat disebabkan oleh

pengendapan imonoglobulin dan komponen-komponen komplemen dalam epitel

atau respons imun seluler terhadap komponen-komponen epitel. Antibodi tersebut

bergantung pada mekanisme sitoksik atau proses penetralisir racun yang masuk ke

dalam tubuh. Sehingga jika sistem imunologi mengalami abnormalitas, maka

dengan mudah bakteri ataupun virusmenginfeksi jaringan lunak disekitar mulut.

C) Hematologik

15-20% pasien stomatitis adalah penderita kekurangan zat besi, vitamin B12

atau folid acid dan mungkin juga terdapat anemia. Penyembuhan stomatitis sering

terjadi sesudah terapi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. Seperti

frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan menjadi lebih buruk pada

pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya tersembunyi, hemoglobulin

dengan batasan yang normal dan ciri utama adalaah mikrositosis dan makrositosis

pada sel darah merah.

D) Gastrointestinal

Hanya sebagian kecil dari pasien-pasien mempunyai gejala gastrointestinal,

terutama penyakit pada usus kecil yang berhubungan dengan malabsorpsi.

Walaupun hanya 2-4% pasien-pasien stomatitis mempunyai penyakit seliak tetapi

8
terdapat 60% pasien-pasien dengan penyakit seliak yang menderita stomatitis.

Stomatitis dapat dihubungan dengan penyakit Crohn dan colitis ulseratif.

E) Hormonal

Pada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya

terjadi pada fase stress dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penelitian,

ditemukan kadar hormon progesterone yang lebih rendah dari normal pada

penderita RAS sementara kadar hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada kedua

grup adalah normal. Pada wawancara didapat adanya riwayat anggota keluarga

yang mengalami RAS dibanding bukan penderita RAS. Dari penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai kadar hormon

progesteron yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu keluarganya yang

menderita RAS.

Stomatitis dapat berlanjut atau berhenti selama kehamilan dan karena pada

sebagian kecil wanita ulserasi berkembang hanya selama fase luteal dari siklus

menstruasi maka kadang-kadang hal ini berhubungan dengan adanya perubahan-

perubahan pada hormonal.

F) Trauma

Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian rongga

mulut dapat menyebabkan stomatitis. Dalam banyak kasus, trauma ini disebabkan

oleh masalahmasalah yang sederhana. Trauma merupakan salah satu faktor yang

dapat menyebabkan ulser terutama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi

9
kebanyakan stomatitis mempunyai daya perlindungan yang relatif dan mukosa

mastikasi adalah salah satu proteksi yang paling umum.

Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut meliputi:

a. Pemakaian gigi tiruan

Rekuren apthous stomatitis disebabkan oleh pemasangan gigi palsu.

Seringkali, gigitiruan yang dipasang secara tidak tepat dapat mengiritasi

dan melukai jaringan yang ada di dalam rongga mulut. Masalah yang sama

sering pula dialami oleh orang-orang yang menggunakan gigitiruan

kerangka logam. Logam dapat melukai bagian dalam rongga mulut.

b. Trauma makanan

Banyak jenis makanan yang kita makan dapar menggores atau melukai

jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut dan menyebabkan RAS.

Contohnya adalah keripik, kue yang keras,dll.

c. Trauma sikat gigi

Beberapa pasien berpikir bahwa ulser terjadi karena trauma pada mukosa

rongga mulut yang disebabkan oleh cara penggunaan dari sikat gigi yang

berlebihan dan cara menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi dan

jaringan yang ada dalam rongga mulut.

d. Menggigit bagian dalam mulut

Banyak orang yang menderita luka di dalam mulutnya karena menggigit

bibir dan jaringan lunak yanga da di dalam rongga mulut secara tidak

sengaja. Seringkali, hal ini dapat menjadi kebiasaan yang tidak disadari

atau dapat terjadi selama tidur dan luka juga disebabkan oleh tergigitnya

10
mukosa ketika makan dan tertusuk kawat gigi sehingga dapat

menimbulkan ulser yang mengakibatkan RAS. Luka tergigit pada bibir

atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur.

e. Prosedur dental

Prosedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang tipis dan

menyebabkan terjadinya RAS. Terdapat informasi bahwa hanya dengan

injeksi novacaine dengan jarum dapat menyebabkan timbulnya RAS

beberapa hari setelah dilakukan penyuntikan.

G) Stres

Banyak orang yang menderita stomatitis menyatakan bahwa stomatitis yang

mereka alami disebabkan oleh stres. Terkadang orang secara objektif

menghubungkan timbulnya stomatitis dengan peningkatan stres.

H) HIV

Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV. Stomatitis

memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun seperti yang

telah dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV biasanya menunjukkan

tanda klinis yang sangat jelas yaitu kerusakan jaringan yang sudah parah.

I) Kebiasaan merokok

11
Kelainan stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok. Bahkan dapat

terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.

J) Kondisi Medik

Beberapa kondisi medik yang berbeda juga dapat dihubungkan dengan

timbulnya stomatitis. Untuk pasien yang mengalami stomatitis yang resisten harus

mendapatkan evaluasi dan tes dokter untuk mengetahui ada tidaknya penyakit

sistemik. Beberapa kondisi medik yang dihubungkan dengan stomatitis yaitu

seperti penyakit Behcet, disfungsi neutrofil, radang usus, dan HIV-AIDS.

K) Pengobatan

Penggunaan obat-obatan anti peradangan (NSAID), Angiotensin converting

enzyme inhibitor, beta bloker, kemoterapi, dan nicorandil dilaporkan menjadi salah

satu pemicu timbulnya stomatitis.

L) Infeksi

Fakta bahwa zat-zat kimia seperti pada penggunaan kemoterapi dan radiasi

biasanya dihubungkan dengan bakteri seperti ANUG yang kaya dengan bacillus

fusiformis dsn spirochete, dan virus pada Virus Herpes Simpleks yang meliputi

sitomegalovirus, virus voricella zoster, Epstein Bar ini ternyata dapat menjadi salah

satu penyebab dari stomatitis.

12
2.1.3 Klasifikasi
1. Stomatitis Apthous Reccurent (SAR)
Stomatitis yang sifatnya berulang atau Reccurent Apthous Stomatitis dapat
diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser major, dan
ulser herpetiform.

2. Oral Thrush/ Moniliasis


Merupakan sariawan yang disebabkan jamur Candida Albican, biasanya
banyak dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat di dalam
mulut. Namun, saat daya tahan tubuh menurun, ditambah penggunaan obat
antibioka yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, jamur
Candida Albican akan tumbuh lebih banyak lagi.

Gambar 4. Oral thrush


3. Stomatitis Herpetik
Merupakan sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan beralokasi
di bagian belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan biasanya langsung
terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh
sedang rendah sehingga sistem imun tidak dapat menetralisir atau mengatasi virus
yang masuk sehingga terjadilah ulkus.

13
Gambar 5. Stomatitis herpetika
2.1.4 Gambaran Klinis Stomatitis

Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau terbakar pada 1 sampai 2 hari di

daerah yang akan mengalami stomatitis. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat

di rongga mulut. Stomatitis dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan

mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka tersebut

pecah dan menjadi berwarna putih ditengahnya dibatasi dengan daerah kemerahan.

Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam,

daerah ini akan terasa sakit dan perih serta aliran saliva menjadi meningkat

berdasarkan ciri khasnya secara klinis. Adanya ulkus kecil didalam mulut biasanya

dibagian dalam, atas, dan bawah bibir pada pipi, lidah, dan gusi.

Gejalanya berupa rasa sakit dan rasa terbakar yang terjadi satu sampai dua

hari yang kemudian menimbulkan luka di rongga mulut. Bercak luka yang

ditimbulkan akibat dari stomatitis ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan

lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat

membuat kita susah makan, susah minum ataupun susah bicara dan mengeluarkan

banyak air liur.

14
Rasa sakit akibat stomatitis yang berukuran kecil biasanya akan hilang

antara 7 sampai 10 hari dan lesi ini akan sembuh secara sempurna dalam waktu satu

sampai dua minggu. Namun, apabila ukuran lesi stomatitis cukup besar biasanya

lesi membutuhkan waktu mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan untuk

sembuh. Stomatitis yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu sebaiknya segera

dikonsultasikan dengan dokter gigi.

Secara umum perkembangan stomatitis terbagi atas beberapa tahapan yaitu :

a. Masa Prodormal

Berkembang selama 1-24 jam, berupa keadaan hipersensitif dan perasaan

seperti terbakar di area lesi.

b. Stadium Pre Ulserasi

Adanya edema/ pembengkakan setempat dengan terbentuknya macula-

papula serta peninggian 1-3 hari.

c. Stadium Ulserasi

Pada stadium ini timbul rasa sakit dimana terjadi nekrosis di tengah lesi

stomatitis. Batas lesi tersebut berwarna merah dan mengalami edema.

Keadaan tersebut dapat bertahan dari 1-14 hari.

2.1.5 Penanganan Stomatitis

Pada umumnya stomatitis dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali


stomatitis yang disebabkan jamur karena harus diobati dengan obat anti jamur.
Biasanya butuh waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika tak diobati, bisa
berkelanjutan. Walaupun tidak sampai menyebar ke seluruh tubuh dan hanya

15
disekitar mulut, akan tetapi stomatitis yang diakibatkan oleh jamur segera diobati.
Sebab jika jamur ikut tertelan, sangat mungkin terjadi diare.

Pengobatan untuk menyembuhkan stomatitis secara umum ada dua, yaitu :

- Dengan menghilangkan penyebabnya seperti anemia, avitaminosis


(kekurangan vitamin dan mineral), infeksi berat, atau pun keadaan lain yang
mendasarinya.

- Dengan menghindarkan penyebab seperti kebiasaan merokok, bumbu


masak yang merangsang, makan makanan panas.

- Pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang


cukup, terutama makanan yang mengandung Vitamin B12 dan zat besi.

- Pemberian antibiotik sesuai indikasi.

- Pengobatan sebaiknya diberika berdasarkan faktor penyebabnya. Dengan


tujuan menghindari efek samping dai obat tersebut, apakah obat tersebut
bersifat karsinogenik, atau merangsang kanker.

- Hindari gejala stres dan kecapekan, karena dapat menimbulkan dan


memperparah gejala stomatitis.

- Pemberian Kortikosteroid

Masa perjalanan penyakit dapat dipersingkat dengan pemberian


kortikosteroid topikal, seperti triamcinolone acetonide 0,1% dalam orabase
yang bersifat adesif. Contoh lain adalah fluocinonide gel yang lebih kuat
dan rasanya lebih enak. Obat dioleskan pada ulserasi 48 kali sehari. Untuk
lesi yang parah dapat diberikan kortikosteroid sistemik.

- Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif, pada beberapa


kasus diperlukan antivirus.

16
2.2. STOMATITIS APTHOUS RECCURENT (SAR)
2.2.1 Definisi stomatitis aphtous reccurent
suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut yang sering berulang,
biasanya berupa ulcer putih kekuningan berjumlah tunggal ataupun lebih
dari satu, SAR dapat meyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin, yaitu
mukosa bucal. labial dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan
mukosa orofaring. tanpa adanya tanda-tanda penyakit lain.

2.2.2 Klasifikasi Stomatitis Apthous Reccurent


a. Rekuren apthous stomatitis minor
Sebagian besar pasien (80%) yang menderita bentuk minor ditandai
dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter yang
kurang dari 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous.
Ulserasi bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas
empat atau lima dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa
meninggalkan bekas. Ulkus ini mempunyai kecendrungan untuk terjadi
pada mukosa bergerak yang terletak pada kelenjar saliva minor. Ulkus ini
sangat bervariasi, kambuh, dan pola terjadinya bervariasi.

GAMBAR II.1 Minor apthous ulcer

Gambar 1 Minor apthous ulcer

Ulkus yang berkelompok dapat menetap dalam jangka waktu


beberapa bulan. Ulserasi yang menetap seringkali sangat sakit dan
biasanya mempunyai gambaran tak teratur. Frekuensi RAS lebih sering
pada laki-laki daripada wanita dan mayoritas penyakit terjadi pada usia

17
antara 10 dan 30 tahun. Pasien dengan ulser minor mengalami ulserasi
yang berulang dan lesi individual dapat terjadi dalam jangka waktu
pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain. Ulser ini sering muncul
pada mukosa nonkeratin. Lesi ini didahului dengan rasa terbakar, gatal
dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus. Klasiknya,
ulserasi berdiameter 3-10 mm dan sembuh tanpa luka dalam 7-14 hari.

b. Rekuren Apthous Stomatitis Major


Rekuren apthous stomatitis major diderita kira-kira 10% dari
penderita RAS dan lebih hebat dari bentuk minor. Secara klasik, ulser
ini berdiameter kira-kira 1-3 cm dan berlangsung selama empat
minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari
mukosa mulut termasuk daerah-daerah yang berkeratin. Dasar ulser
lebih dalam, melebihi 0,5 cm dan seperti ulser minor, hanya terbatas
pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang.

Gambar 2 Mayor apthous ulcer

Ulkus mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang


rekuren. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun banyak bukti
yang berhubungan dengan defek imun. Tanda adanya ulser seringkali dilihat
pada penderita bentuk mayor. Jaringan parut terbentuk karena keparahan
dan lamanya lesi terjadi. Awal dari ulser mayor terjadi setelah masa puberti
dan akan terus menerus tumbuh hingga 20 tahun atau lebih.

18
c. Herpetiformis apthous stomatitis
Istilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi
herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil pada satu waktu)
mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi virus-virus
herpes tidak mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi herpertiformis
atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa.

Gambar 3 Multiple herpetiform ulcers

Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan


frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil
dan berdiameter rata-rata 1-3 mm. Gambaran dari ulser ini adalah erosi-erosi
kelabu putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang
membesar, bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Pada awalnya ulkus-
ulkus tersebut berdiameter 1-2 mm dan timbul berkelompok terdiri atas 10-
100. Mukosa disekitar ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada
gejala sakit.

2.2.2 Patogenesis dan Patofisiologi


Makanan yang mngandung zat- zat kimia(perasa, pengawet,pemanis), zat
kimia(pasta gigi&obat kumur),trauma dan stress dengan rangsangan
ataupun kontak terus menerus dapat menimbulkan gangguan ataupun
kerusakan pada system pertahan alamiah yang ada di rongga mulut(

19
laktoperoksidase system) yang bersifat bakteriosatatik pada bakteri dimulut
dan bakteriosid terhadap patogen mulut. kerusakan tersebut mengakibatkan
tubuh akan rentan terhadap pajanan ataupun stimulus dari luarrespon
imun dapat terjadi respon inflamasi terhadap tubuh dengan pengeluaran
mediator-mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag,dll reaksi
inflamasi ini dapat menimbulkan tanda-tanda
tumor,dolor,kalor,fungsiolesa, selain itu dapat terjadi ulcer akibat adanya
akumulasi atau keterlibatan dari bakteri

Stres dan Stomatitis Aftosa Rekuren


Pada kondisi stres, hipotalamus memicu aktivitas sepanjang aksis HPA
(hypothalamus-pituitary-adrenal cortex). Aderenal korteks mengeluarkan
kortisol yang menghambat komponen dari respon imun. Kortisol ini akan
melepaskan glukokortikoid dan katekolamin yang akan menyebabkan
penurunan produksi INF- (sitokin tipe 1) dan meningkatkan produksi IL-10
dan IL-4 (sitokin tipe 2) yang akan memicu terjadinya perubahan
keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 berpengaruh stres terhadap sistem imun.
Stres akibat stresor psikologis dapat mengakibatkan perubahan tingkat
molekul pada berbagai sel imunokompeten. Berbagai perubahan tersebut
dapat mengakibatkan keadaan patologis pada sel epitel mukosa rongga
mulut, sehingga sel epitel lebih peka terhadap rangsangan.

3.2.3. Gambaran Klinis

Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa
laboratoriam spesifik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa SAR. SAR
diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan terbakar selama
24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal,
bulat atau oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan
dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari atau
bulan.

20
Tahap perkembangan SAR dibagi kepada 4 tahap yaitu:

1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR.


Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada
tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear
akan menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang.
2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR.
Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus.
Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini.
3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada
tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh
lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang
berkurang.
4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut akan
ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak
meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah muncul. Semua lesi
SAR menyembuh dan lesi baru berkembang.

Berdasarkan hal tersebut SAR dibagi menjadi tiga tipe yaitu stomatitis aftosa
rekuren tipe minor, stomatitis aftosa rekuren tipe mayor, dan stomatitis aftosa
rekuren tipe herpetiformis.

2.2.3. Diagnosis

Diagnosis dari RAS didasarkan pada riwayat, manifestasi klinis, dan

histopatologis. Penyebab lain dari ulserasi berulang harus diekslusi (Chron

disease, Celiac disease, neutropenia, HIV, Behcet, dll)

Darah lengkap, Estimasi hematinic, tes anti-endomysial antibody

diindikasikan untuk mengekslusi kelainan imunologis, vitamin, defisiensi

besi, dan malasorbsi.

21
Penyakit Manifestasi Klinis

Behcets Syndrome Recurrent aphtous ulceration (RAU);

Mata : uveitis, conjunctivitis,

retinitis; Genital : Ulkus pada penis/

skrotum, ulkus vaginal/ vulval, ulkus

perianal; Dermatologi: papul,

pustule, eritem nodosum;

Artharalgia; Neural: Sakit kepala,

meningoenchepalitis.

Magic Syndrome Variant of Behcet syndrome major

aphtae and inflamed cartilage

Sweet Syndrome/ Acute Febrile Demam, peningkatan PMN, lesi kulit

Neutrophilic Dermatosis (plak eritem, nodul, vesikel, pustule)

Cyclic neutropenia Terdapat siklus penurunan neterofil

yang bersirkulasi. Adanya ulserasi

oral, abses kutan, infeksi saluran

nafas bagian atas, limfadenopati

HIV Aphtous like ulceration

Diagnosa RAS dapat didasarkan pada kriteria mayor dan minor yang

dimilikinya. Diagnosa tegak apabila terdapat 4 kriteria mayor dan 1 kriteria

minor.

KRITERIA MAYOR

22
Kriteria Mayor Deskripsi

Penampakan Klinis Ulkus bulat/oval tunggal atau

multiple, dangkal, batas regular,

dasar kuning-keabuan, dibatasi

batas eritem, ulkus tidak didahului

vesikel, diameter < 1 cm

Rekurensi Setidaknya terdapat 3 serangan

RAU dalam 3 tahun ke belakang,

ulkus tidak terjadi pada lokasi yang

sama

Mechanical hyperalgesia Lesi nyeri, muncul ketika area ulkus

digerakkan

Self limitation of condition Ulkus sembuh spontan, tanpa

sekuele baik dengan atau tanpa

terapi/ obat-obatan.

KRITERIA MINOR

Kriteria Minor Deskripsi

Family history of RAU Adanya riwayat RAU dalam

keluarga

Age of Onset Serangan RAU dibawah 40 tahun

Lokasi Non keratinized oral mucosa

23
Durasi Ulkus berlangsung dari beberapa

hari sampai minggu

Pola rekurensi Tidak tentu/ ireguler

Pemeriksaan Histopatologis Inflamasi non spesifik

Adanya faktor presipitasi Adanya perubahan hormonal,

paparan terhadap makanan/obat

tertentu, infeksi berulang, stress,

trauma local

Presence of hematinic deficiencies Defisiensi hematinic seperti ferritin,

folat, zat besi, vitamin B, dan zinc

Negative association and smoking Pasien RAU adalah bukan perokok

atau RAU muncul setelah berhenti

merokok.

Pengobatan Glukokortikoid Positif menggunakan terapi steroid

topical atau pun sistemik.

2.2.4. Manajemen

Tidak terdapat terapi definitive untuk menyembuhkan RAS. Penyakit

sistemik yang mendasari RAS harus diidentifikasi serta diatasi. Terapi

bersifat simptomatis.

Tujuan Terapi :

- Menurunkan/ menghilangkan gejala

- Mengurangi jumlah ulkus dan ukurannya

24
- Memperlama periode bebas penyakit

Terdapat 3 klasifikasi terapi untuk RAS.

A. Tipe A

- Episode serangan hanya berlangsung beberapa hari, jarang terjadi tiap

tahunnya, nyeri masih dapat ditoleransi

- Klinis harus dapat mengidentifikasi penyebab kausatif dari ulkus dan

bagaimana pasien mengatasi keluhannya, apabila dinilai aman dan

efektif klinisi dapat meminta pasien untuk meneruskannya. Klinisi

harus mengeliminasi factor predisposisi.

B. Tipe B

- RAS yang tidak bias ditolerir rasa nyerinya, terjadi setiap bulannya,

bertahan selama 3-10 hari

- Faktor presipitasi seperti stress, higienitas oral yang buruk, trauma,

atau diet harus dimodifikasi.

- Terapi yang dapat dipertimbangkan adalah chlorhexidine mouthwash

dan terapi kortikosteroid oral jangka pendek.

- Regimen alternative berupa dexamethasone 0,05 mg/ 5 mL (kumur

sebanyak 3 kali per hari atau kortikosteroid topical local seperti

clobetasol ointment 0,05% dalam orabase (1:1) gunakan 3 kali per hari.

- RAS yang tidak terpengaruh oleh kortikosteroid oral maka dapat

dipertimbangkan pemberian kortikosteroid sistemik, dosis maksimal

50 mg per hari (pada pagi hari) untuk 5 hari (terapi ini lebih baik

diberikan/ dikonsultasikan pada spesialis penyakit mulut)

25
C. Tipe C

RAS yang sangat nyeri, kronis, dimana satu ulkus muncul bergantian

dengan ulkus lainnya. Pasien lebih baik dikonsultasikan kepada dokter

spesialis penyakit mulut. Pasien biasanya diberikan kortikosteorid

topical potensi tinggi (seperti bethamethasone, beclomethasone,

clobetasol, fluticasone, atau fluocinonide), kortikosteroid sistemik,

imunosupresan lain (dapson, pentoxifylline, dan kadang thalidomide)

26
Terapi local dan sitemik RAS

27
DAFTAR PUSTAKA

1. www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article/PMC3227248

2. The Diagnosis and Management of Recurrent Aphtous Stomatitis; A

Consensuss Approach, Crispian Scully et all.

3. Clinical Oral Medicine and Pathology

4. https://www.scribd.com/doc/44561124/Recurrent-Aphthous-Stomatitis-

RAS

28

Anda mungkin juga menyukai